Anda di halaman 1dari 12

ARTI FILSAFAT DAN MAKNA PENDIDIKAN

Muhammad Rafif Dhaifullah 21.11.2704


Dosen Pengampu: Dr.Heru Setiawan, S.Pd., M.Pd.I

Sekolah Tinggi Agama Islam An-Nadwah Kuala Tungkal Tahun Ajaran


2023

ABSTRAK

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang


diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu, dari
proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi
dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Nilai adalahpertimbangan
terhadap suatu tindakan untuk mengambil keputusan dalam diri
manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap
buruk bagi dirinya dan orang lain. Kata kunci: Teori, Pengegtahuan
dan Nilaii

PENDAHULUAN
Adapun tujuan dari ilmu pengetahuan untuk memahami, memprediksi, dan
mengatur berbagai aspek kejadian di dunia, disamping untuk menemukan atau
memformulasikan teori, dan teori itu sendiri pada dasarnya merupakan suatu
penjelasan tentang sesuatu sehingga dapat diperoleh kefahaman, dan dengan
kepahaman maka prediksi kejadian dapat dilakukan dengan probabilitas yang
cukup tinggi, asalkan teori tersebut telah teruji kebenarannya.1
Selain itu, untuk menguntrol ilmu pengetahuan dibutuhkan adanya
pelurusan terhadap ilmu pengetahuan agar tidak terjadi kenetralan tanpa batas
dalam ilmu. Oleh karena itu diperlukan adanya nilai-nilai moral, apakah ilmu
tersebut termasuk dalam katagori etika, estetika, otau yang lainnya.
1 Mudlor Ahmad, Ilmu Dan keinginan Tahu; Epistemologi Dalam Filsafat, (Bandung:
Trignda Kaya, 1994), hlm 25.

1
Rasa keingintahuan manusia ternyata menjadi titik-titik perjalanan manusia
yang takkan pernah usai. Hal inilah yang kemudian melahirkan beragam
penelitian dan hipotesa awal manusia terhadap inti dari keanekaragaman realitas.
Proses berfilsafat adalah titik awal sejarah perkembangan pemikiran manusia
dimana manusia berusaha untuk mengorek, merinci dan melakukan
pembuktianpembuktian yang tak lepas dari kungkungan.2
Kemudian dirumuskanlah sebuah teori pengetahuan dimana pengetahuan
menjadi terklasifikasi menjadi beberapa bagian. Melalui pembedaan inilah
kemudian lahir sebuah konsep yang dinamakan ilmu. Pengembangan ilmu terus
dilakukan, akan tetapi disisi lain pemuasan dahaga manusia terhadap rasa
keingintahuannya seolah tak berujung dan menjebak manusia ke lembah
kebebasan tanpa batas. Oleh sebab itulah dibutuhkan adanya pelurusan terhadap
ilmu pengetahuan agar tidak terjadi kenetralan tanpa batas dalam ilmu. Karena
kenetralan ilmu pengetahuan hanyalah sebatas metafisik keilmuan. Sedangkan
dalam penggunaannya diperlukan adanya nilai-nilai moral.
Nilai dalam hal ini merupakan tema baru dalam filsafat: Aksiologi, cabang
filsafat yang mempelajarinya, muncul untuk pertama kalinya pada paroh kedua
abad ke-19. Dewasa ini, penelitian terhadap berbagai nilai yang terisolasi ini
menemukan makna baru manakala orang mencatat bukan hanya jalinan yang
lembut yang mengikatnya menjadi satu, namun juga sinar yang mengarahkan
semua riset atas hakikat nilai dalam proses pengkajian masing-masing kawasan ini
sebagai satu keseluruhan. Maka, etika dan estetika-warisan filsafat
kunobelakangan ini melangkah jauh ke arah peningkatan kemampuan untuk
mengkaji nilai sebagaimana adanya.

KAJIAN TEORI
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan
berarti segala sesuatu yg diketahui; kepandaian atau segala sesuatu yg
diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).Adapun

2 A. Sonny Keraf, Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hlm 81

2
pengetahuanmenurut beberapa ahli adalah:3
a. Menurut Pudjawidjana, pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas
rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek
dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah
orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.
b. Menurut Ngatimin, pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahanbahan
yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat
kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh
teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan
yang sesuai.
c. Menurut Notoatmodjo, pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu
dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang
diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu.
Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat,
mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan
bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus bahasa Indonesia
pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan
dengan proses belajar.
2. Pengertian Nilai
a. Menurut (Antony Giddens) Nilai adalah gagasan-gagasan yang dimiliki
oleh seseorang atau kelompok tentang apa yang dikehendaki, apa yang
layak, dan apa yang baik atau buruk.
b. Menurut (Horton & Hunt) Nilai adalah gagasan-gagasan tentang apakah
suatu tindakan itu penting atau tidak penting.

3 Burhanuddin Salam, Logika Materil; Filsafat lmu pengetahuan, (Jakarta: Rineka Cipta,
1997), hlm 168

3
c. Menurut (Richard T. Schaefer dan Robert P.Lmm) Nilai merupakan
gagasan kolektif (bersama-sama) tentang apa yang dianggap baik,
penting, diinginkan, dan dianggap layak. Sekaligus tentang yang
dianggap tidak baik, tidak penting, tak layak diinginkan dan tidak layak
dalam hal kebudayaan. Nilai menunjuk pada hal yang penting dalam
kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
d. Pengertian Nilai Menurut Notonagoro: Membagi nilai dalam tiga macam
nilai pokok, yaitu nilai materiil, vital, dan kerohanian.
1) Nilai Materiil adalah segala sesuatu yang berguna bagi jasmani
manusia.
2) Nilai Vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas
3) Nilai Kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia.
Nilai kerohanian dibagi empat macam yaitu :
a) Nilai kebenaran (kenyataan), yaitu nilai yang bersumber pada
unsur akal manusia (rasio, budi, dan cipta)
b) Nilai keindahan, yaitu nilai yang bersumber pada perasaan
manusia (estetika)
c) Nilai moral (kebaikan), yaitu nilai yang bersumber pada unsur
kehendak atau kemauan (karsa dan etika).
d) Nilai religius, yaitu nilai ketuhanan yang tertinggi yang sifatnya
mutlak dan abadi.
Dari berbagai pengertian Nilai menurut para ahli dapat disimpulkan
pengertian nilai adalah pertimbangan terhadap suatu tindakan untuk
mengambil keputusan dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik
dan apa yang dianggap buruk bagi dirinya dan orang lain. Contohnya orang,
menganggap menolong bernilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk.
METODOLOGI ii

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriftif


analitis,yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan dan memaparkan.

4
hasil penelitian di analisis dengan menggunakan pola pikir induktif yaitu
mengemukakan fakta atau kenyataan bersifat khusus dari hasil penelitian.
Kemudian menjelaskan teori-teori yang bersifat umum lalu menganalisis teori
tersebut. Metode ini disebut metode kualitatif karena data penelitian berupa
banyak situs web, buku-buku, e-book, dan google journal/scholar.

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN


A. Ilmu Pengetahuan dan Nilai dalam Pendidikan
1. Pengertian Nilai
Ilmu Pengetahuan dan Nilai – Nilai adalah standar atau ukuran
(norma) yang kita gunakan untuk mengukur segala sesuatu. Menurut
Scheler, nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung pada benda.
Benda adalah sesuatu yang bernilai. Ketidaktertgantungan ini mencakup
setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas a priori. Ketergantungan
tidak hanya mengacu pada objek yang ada di dunia seperti lukisan,
patung, tindakan, manusia, dan sebagainya, namun juga reaksi kita
terhadap benda dan nilai.4
Dalam Encliclopedya of Philosophy dijelaskan, aksiologi Value
and Valuation. Ada tiga bentuk value and Valuation, yakni:
a. Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak, seperti baik, menarik,
bagus dan mencakup tambahan segala bentuk kewajiban,
kebenaran, dan kesucian.
b. Nilai sebagai kata benda konkret. Nilai disini merupakan sebuah
nilai atau nilai-nilai yang sering dipakai untuk merujuk kepada
sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia, dan sistem nilai
dia. Kemudian dipakai untuk apa-apa yang memiliki nilai atau
bernilai sebagaimana berlawanan dengan apa-apa yang tidak
dianggap baik atau bernilai.
c. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai,
memberi nilai dan dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan

4 Irmayanti M. Budianto, Filsafat dan Metodologi Ilmu pengetahuan; Refleksi Kritis Atas
Kerja Ilmiah, (Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2001), hlm 73.

5
evaluasi ketika hal tersebut secara aktif digunakan untuk menilai
perbuatan. Dewey membedakan dua hal tentang menilai, ia bisa
berarti menghargai dan mengevaluasi.
2. Jenis-jenis Nilai
Meskipun nilai-nilai tersebut kadang terlihat oleh kita sebagai
sesuatu yang beragam sesuai dengan beragamnya perhatian kita, namun
sesungguhnya itu dapat dikelompokkan dalam Tiga Nilai Besar, yang
secara umum dijadikan manusia sebagai standar (norma) bagi perilaku
mereka, yaitu :
a. Nilai Kebenaran, dimana setiap orang dalam masyarakat manapun
selalu mencari kebenaran dan menolak kepalsuan, kesalahan, dan
kebohongan.
b. Nilai Kebaikan, dimana setiap manusia mencintai kebaikan. Jika
nilai kebaikan itu tidak orang lain, maka pertama-tama untuk
dirinya sendiri. Manusia juga membenci keburukan, baik untuk
dirinya maupun untuk orang yang dicintainya.
c. Nilai Keindahan, bahwa setiap manusia dapat merasakan
keindahan dan bahagia dengan keindahan itu. Manusia mempunyai
sensasi terhadap keindahan saat mereka bertemu dengan sesuatu
yang indah tersebut.
Jadi ketiga nilai tersebut ada dalam diri manusia seluruhnya,
karena manusia bersatu dalam sebuah karakter, yaitu karakter
kemanusiaan. Kemanusiaan mengisyaratkan adanya penggabungan
antara akal dan sensasi secara bersama.
Sementara itu pembahasan tentang nilai atau aksiologi dalam
filsafat juga dibagi ke dalam tiga cabang :
a. Logika, yang membahas tentang nilai kebenaran yang membantu
kita untuk berkomitmen pada kebenaran dan menjauhi kesalahan,
serta menerangkan bagaimana seharusnya berfikir secara benar itu.
b. Etika, yang membahas nilai kebaikan dan berusaha membantu kita
dalam mengarahkan perilaku yang seharusnya dilakukan dan

6
membatasi makna kebaikan, keburukan, kewajiban, perasaan, serta
tanggung jawab moral.
c. Ilmu Estetika, yang membahas nilai keindahan dan berusaha
membantu kita dalam meningkatkan rasa keindahan dengan
membatasi tingkatan-tingkatan yang menjadi standar dan sesuatu
yang indah.
d. Hierarki Nilai
Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan
tingkatan/hierarki nilai:5
1) Kaum Idealis mereka berpandangan secara pasti terhadap
tingkatan nilai, dimana nilai spiritual lebih tinggi daripada nilai
non spiritual (nilai material).
2) Kaum Realis
Mereka menempatkan nilai rasional dan empiris pada
tingkatan atas, sebab membantu manusia menemukan realitas
objektif, hokum-hukum alam dan aturan berfikir logis.
3) Kaum Pragmatis
Menurut mereka, suatu aktifitas dikatakan baik seperti
yang lainnya, apabila memuaskan kebutuhan yang penting, dan
memiliki nilai instrumental. Mereka sangat sensitif terhadap
nilai-nilai yang meghargai masyarakat.

B. Karakteristik Nilai dalam Ilmu Pengetahuan dan Nilai


Ilmu Pengetahuan dan Nilai – Ada beberapa karakteristik nilai yang
berkaitan teori nilai, yaitu:
1. Nilai Objektif atau Subjektif
Nilai itu objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atau
kesadaran yang menilai; sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya,
maknanya, dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang

5 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm 165

7
melakukan penilaian, tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat
psikis atau fisik.
2. Nilai Absolut atau Abadi
Suatu nilai dikatakan absolut atau abadi, apabila nilai yang
berlaku sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku
serta abadi sepanjang masa, serta akan berlaku bagi siapapun tanpa
memperhatikan ras, maupun kelas sosial. Di pihak lain ada yang
beranggapan bahwa semua nilai relatif sesuai dengan keinginan atau
harapan manusia.
3. Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Nilai
Ilmu pengetahuan berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana
adanya, sedangkan moral pada dasarnya adalah petunjuk tentang apa
yang seharusnya dilakukan manusia. Hasil –hasil kegiatan keilmuan
memberikan alternatif untuk membuat keputusan politik dengan
berkiblat pertimbangan moral.
Persoalannya disini adalah ilmu-ilmu yang berkembang dengan
pesat apakah bebas nilai atau tidak ?. Bebas nilai disini sebagaimana
dinyatakan oleh Josep Situmorang (1996) menyatakan bahwa bebas
nilai artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan
pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan menolak
campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan
ilmu pengetahuan itu sendiri. Paling tidak ada 3 faktor sebagai indikator
bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu :
a. Ilmu harus bebas dari berbagai pengandaian, yakni bebas dari
pengaruh eksternal seperti faktor politis, ideologi, agama, budaya,
dan unsur kemasyarakatan lainnya.
b. Perlunya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu pengetahuan
terjamin.

8
c. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering
dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis itu sendiri
bersifat universal.6
Ilmu Pengetahuan dan Nilai-menjawab pertanyaan ini, terdapat dua
macam kecenderungan dasar dalam melihat tujuan ilmu pengetahuan
tersebut. Pertama, kecenderungan puritan-elitis yang beranggapan bahwa
tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah demi ilmu pengetahuan, yakni
mencari dan menemukan penjelasan-penjelasan yang benar tentang segala
sesuatu. Tetapi bagi kaum puritan-elitis, kebenaran ilmiah dari penjelasan
ini hanya dipertahankan demi kebenaran murni begitu saja dan untuk
memuaskan rasa ingin tahu manusia.
Maka ilmu pengetahuan bagi mereka dikembangkan hanya demi ilmu
pengetahuan. Kedua, kecenderungan pragmatis yang beranggapan bahwa
ilmu pengetahuan dikembangkan demi mencari dan memperoleh penjelasan
tentang berbagai persoalan dalam alam semesta ini. Ilmu pengetahuan
memang bertujuan untuk menemukan kebenaran. Tetapi bagi mereka, ilmu
pengetahuan tidak berhenti sampai di situ saja. Ilmu pengetahuan itu pada
akhirnya berguna bagi manusia untuk memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi dalam hidupnya
C. Pemerolehan Pengetahuan dan Pembentukan Nilai
Pengetahuan dan nilai adalah dua konsep abstrak yang dapat dibangun
dalam konstruk pemahaman. Perbedaannya, pengetahuan merupakan dunia
objektif yang harus dicari dalam arti diselidiki hingga dipahami dan dalam
tingkatnya yang tinggi dengan menggunakan metode keilmuan berkembang
pengetahuan ilmiah (ilmu pengetahuan) sedangkan Nilai merupakan dunia
subjektif, ia ada sebagai keputusan individu atas sikap yang harus
dipilihnya. Bahwa setiap keputusan nilai yang bersifat subjektif tersebut
tidak terlepas dengan adanya pengetahuan objektif yang mempengaruhi diri
individu, terutama lingkungan kultur yang mengkondisinya. Karena itu Nilai

6 Muhammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: t.p. 1954), hlm 3940.

9
dalam aktualisasi yang diekspresikan sebagai sebuah sikap, dapat terlepas
sama sekali dengan aktualitas penalaran atau kesadaran pengetahuannya.
Dengan demikian pengetahuan terbentuk dimulai dengan perhatian
sebagai fasilitas awal berupa kontak dasar, terjadinya kontak dasar akan
menguat dan berlangsung lebih konstan jika ditunjang adanya minat atau
ketertarikan (couriusity). Karena itu, terbentuknya minat yang kuat biasanya
tumbuh dari adanya rasa heran/kepenasaran hingga mendorong rasa
keingintahuan.7
Nilai merupakan suatu konsep yang dipahami sebagai harga yang
melekat atau merupakan ‘muatan’ dari sesuatu, baik secara objektif dan
subjektif. Pandangan objektif, menyangkut ketepatan/kesesuaian dengan
keadaan dan sifat sebagaimana apa adanya. Karena itu, secara objektif,
bentuk dan sifat nilai dapat dipahami berdasar keadaan dan ujudnya; dari
kongkrit hingga abstrak. Sedangkan pandangan subjektif dimungkinkan
karena bergantung pada pengakuan/ persetujuan diri manusia secara
personal maupun kolektif atas suatu benda atau tindakan di dalam pergaulan
manusia

PENUTUP
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang bersifat pengetahuan yang telah
tersusun secara sistematis, terorganisir, serta mempunyai metode berfikir yang
jelas, sehingga terbentuk menjadi suatu disiplin yang mempunyai kekhususan
dalam objeknya. Ilmu pengetahuan bisa diketahui melalui ciri-cirinya (empiris,
sistematis, objektif, analitis, dan verifikatif), fungsi dan tujuan ilmu pengetahuan,
serta sturuktur ilmu pengetahuan (kerangka ilmu, cara pengkajjian/penelitian).

7 Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: CV. Alfabeta, 2007), hlm
71-72

10
Adapun nilai adalah suatu yang berharga, baik, dan berguna bagi manusia.
Nilai dapat diartikan suatu penghargaan atau suatu kulitas terhadap suatu hal yang
dapat menjadi dasar penentu tingkah laku manusia. Nilai secara garis besar
mempunyai pandangan tersendiri dalam memahami ilmu pengetahuan.
Diantaranya adalah jenis-jenis nilai (etika dan estetika), kreteria nilai, hirarki nilai,
krakteristik nilai, serta kebebasan nilai dan keterikatannya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Mudlor. Ilmu Dan keinginan Tahu; Epistemologi Dalam Filsafat.
Bandung: Trignda Kaya. 1994.
Keraf, A. Sonny dan Dua, Mikhael. Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius.
2001.
Salam, Burhanuddin. Logika Materil; Filsafat lmu pengetahuan. Jakarta: Rineka
Cipta. 1997.

11
Budianto, Irmayanti M. Filsafat dan Metodologi Ilmu pengetahuan; Refleksi
Kritis Atas Kerja Ilmiah, (Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia,
2001.
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2009.
Hatta, Muhammad. Pengantar ke Jalan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: t.p. 1954.
Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta. 2007.

12

Anda mungkin juga menyukai