PEMBAHASAN
Menurut Abbas Hama Para ilmuwan sebagai orang yang professional dalam bidang
keilmuwan tentu memiliki visi moral, yaitu moral khusus sebagai ilmuwan. Moral
inilah didalam filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap ilmiah. Menurut Abbas ada enam
sikap ilmiah yang perlu dimiliki oleh para ilmuwan yaitu :
1. Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness), artinya suatu sikap diarahkan untuk
mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif dengan menghilangkan pamrih atau
kesenangan pribadi.
2. Bersikap selektif, yaitu para ilmuwan mampu memilih terhadap segala sesuatu yang
dihadapi.
3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat
indra serta budi (mind).
4. Adanya sikap yang mendasar pada suatu kepercayaan dan merasa bahwa setiap
pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian.
5. Adanya rasa seorang ilmuwan merasa selalu tidak puas terhadap penelitian yang
telah dilakukan, sehingga selalu memiliki dorongan untuk riset dan riset sebagai
aktivitas yang menonjol dalam hidupnya.
6. Memiliki sikap etis untuk mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan untuk
kebahagiaan manusia, serta untuk pembangunan bangsa dan negara.
Proses menemukan kebenaran secara ilmiah mempunyai implikasi etis bagi seorang
ilmuan. Karakteristik proses tersebut merupakan kategori moral yang melandasi sikap
etis seorang ilmuan. Kegiatan intelektual yang meninggikan kebenaran mau tidak mau
akan mempengaruhi pandangan moral. Kebenaran berfungsi bukan hanya sebagai jalan
pikirannya namun seluruh jalan hidupnya. Dalam usaha masyarakat inilah maka
seorang ilmuwan terpanggil oleh kewajiban sosialnya, bukan saja sebagai penganalisis
materi kebenaran namun juga sebagai prototipe moral yang baik.
Ilmu pengetahuan tidak boleh terpengaruh oleh nilai-nilai yang diluar ilmu pengetahuan,
atau ilmu pengetauan itu seharusnya bebas. Maksud dari kata kebebasan adalah
memungkinkan hak subyek yang bersangkutan memilih sendiri. Agar terdapat kebebasan
maka harus ada penentuan diri dan bukan penentuan dari luar. Walaupan akan terlihat
seperti dipaksakan namun penentuan diri ini sugguh bebas, karena dilakukan bukan
karena alasan-alasan yang tidak dimengerti subyek sendiri melainkan berdasarkan
wawasan diri.
Ilmu tidak bebas nilai memandang bahwa ilmu itu akan selalu terikat dengan nilai dan
harus dikembangkan dengan mempertimbangkan nilai. Ilmu tidak mungkin dapat
terlepas dari nilai-nilai kepentingan-kepentingan baik politik, ekonomi, sosial,
keagamaan, lingkungan, dsb.