Anda di halaman 1dari 4

Moralitas Ilmu Pengetahuan

Manusia pastilah membutuhkan sebuah ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu pengetahuan,


manusia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Dia tidak akan tahu menahu terhadap apa yang ia
kerjakan, karena mereka tidak memiliki sebuah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah
yang sangat penting dalam kehidupan di zaman sekarang ini. Bukan hanya itu, perkembangan
zaman pada hari ini sudah meningkat dimana tekhnologi semakin menyeluruh di dunia ini.
Nah, pembahasan kali ini adalah moralitas ilmu pengetahuan dimana dalam mendapatkan
ilmu pengetahuan haruslah ada moral atau akhlak, bukan hanya dalam mendapatkan saja
akan tetapi moral diperlukan juga dalam menggunakan atau memanfaatkan sebuah ilmu
pengetahuan tersebut. Sebelum melangkah dalam pembahasan kali ini, sebaiknya ada
beberapa pengertian yang harus dipahami, yaitu pengertian dari moralitas dan ilmu
pengetahuan. Moralitas merupakan sopan santun atau segala sesuatu yang berkaitan dengan
etika atau adat sopan santun. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah suatu proses yang
menggunakan berbagai pengetahuan untuk mendapatkan suatu produk atau hasil yang
didapatkan dengan melalui penelitian-penelitian dengan menggunakan metode tertentu. Pada
intinya, moralitas ilmu pengetahuan adalah dalam mendapatkan sebuah ilmu pengetahuan
memerlukan sebuah moral atau etika dalam mendapatkannya atau memanfaatkan dari sebuah
ilmu pengetahuan tersebut.

Seperti yang sudah diketahui, cara atau metode untuk mendapatkan ilmu dibagi
menjadi tiga, yaitu metode pengamatan, metode percobaan dan metode analisa. (1) metode
pengamatan, atau biasa juga disebut dengan metode observasi. Dalam melakukan sebuah
penelitian atau mendapatkan ilmu pengetahuan pastinya seseorang akan memiliki sebuah rasa
penasaran yang tinggi terhadap sesuatu yang tidak mereka ketahui. Sehingga diperlukan lah
metode pengamatan untuk menjawab semua rasa penasaran tersebut. Seperti contoh, cerita
tentang putra nabi Adam AS, yang melihat burung gagak dalam menguburkan burung lain
sehingga dia memiliki sebuah pengetahuan atau cara dalam menguburkan saudaranya yang
telah mati dengan cara tersebut. (2) metode percobaan, yaitu cara mendapatkan ilmu
pengetahuan tersebut dengan cara mencoba dan mencoba sehingga mendapatkan sebuah ilmu
pengetahuan. Biasanya metode percobaan ini dilakukan setelah manusia melakukan sebuah
metode observasi atau pengamatan. Seperti contoh, para ilmuwan terdahulu yang menemukan
atau menciptakan sebuah alat yang pada zaman dahulu tidak dan sampai sekarang masih
dipergunakan sesuai dengan kebutuhan manusia, misalnya seorang ilmuwan yang bernama
Alexander Graham Bell yang pada saat itu menemukan sebuah telephone untuk pertama
kalinya. Dalam menemukan alat komunikasi tersebut Alexander tidak hanya melakukan
sebuah pengamatan saja tetapi dia juga melakukan sebuah percobaan yang berkali-kali untuk
menghasilkan sebuah alat yang canggih tersebut. (3) metode analisa, adalah sebuah metode
atau proses penyelidikan terhadap suatu peristiwa atau sebuah penelitian untuk mengetahui
sebuah keadaan yang sebenarnya, seperti teori relativitas yang dikemukakan oleh Albert
Einstein.

Pembahasan selanjutnya yaitu membahas tentang tanggung jawab ilmuwan. Ilmu,


apabila dinyatakan sebagai ilmu bertanggung jawab terhadap atas perubahan sosial maka
ilmu tersebut telah melakukan sebuah perubahan sosial dan ilmu juga bertanggung jawab
terhadap sesuatu yang telah diubahnya bahkan sesuatu yang akan terjadi tentunya. Dan
tanggung jawab tersebut berkaitan dengan masa lalu dan masa yang akan terjadi. Menurut
Abbas Hama (dikutip Surajiyo, 2008:153) para ilmuwan sebagai orang yang ahli dalam
bidang keilmuwan pasti memiliki sikap moral khusus ilmuwan. Menurut Abbas tersebut
terdapat enam sikap ilmiah yang perlu dimiliki oleh para ilmuwan, yaitu (a) tidak ada rasa
pamrih, yaitu dalam mencapai atau melakukan sebuah pengetahuan ilmiah hendaknya
menghilangkan rasa pamrih atau keinginan untuk memperoleh sebuah kesenangan tersendiri.
(b) bersikap selektif, yaitu para ilmuwan hendaknya memiliki daya pilih, sifat ini dengan
bertujuan agar para ilmuwan dapat menentukan pilihannya sendiri terhadap segala sesuatu
yang dihadapi. (c) adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap
pemikiran-pemikiran. (d) adanya sikap yang mendasar seperti kepercayaan dan kepastian
terhadap setiap pendapat atau teori terdahulu bahwa teori tersebut telah mencapai kepastian.
(e) adanya suatu kegiatan yang membuat ilmuwan merasa tidak puas dan ingin melakukan
sebuah riset dan riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya. (f) harus memiliki
sikap etis atau akhlak yang selalu bersemangat untuk mengembangkan ilmu agar ilmu
tersebut maju dan berkembang.

Terkadang para ilmuwan yang memiliki sebuah pengetahuan yang tinggi


mempergunakan pengetahuan tersebut dengan cara yang tidak benar atau bisa dikatakan
dengan cara yang tidak bermoral. Pada pembahasan kali ini, akan membahas tentang contoh
permasalahan moral dalam mendapatkan ilmu pengetahuan, yaitu Nazi War Crimes (1939 -
1945) atau kejahatan perang Nazi. Kejahatan ini terjadi pada perang dunia kedua yang mana
menggunakan sebuah kebijakan dan tindakan yang tak bermoral terhadap tahanan perang Uni
Soviet. Dengan menggunakan tahanan tersebut untuk beberapa percobaan klinik, yaitu salah
satunya percobaan virus Malaria, eksperimen ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji
mengenai imunisasi dan pengobatan malaria. Tahanan yang sehat sengaja ditularkan dengan
nyamuk atau dengan menyuntikkan beberapa ekstrak dari kelenjar mukosa dalam nyamuk
betina. Setelah tertular, mereka akan diobati dengan obat yang sesuai dan bertujuan untuk
menguji kekebalan dari obat tersebut. Dan eksperimen ini menggunakan sekitar seribu
tahanan dan setengahnya meninggal.

Ilmu penegtahuan merupakan suatu produk hasil pemikiran manusia yang sekaligus
menyetarakan antara hukum-hukum pemikiran dunia luar. Sedangkan nilai adalah sebagai
tolak ukur penilaian oleh manusia untuk sesuatu yang akan dinilai. Paradigma ilmu dibagi
menjadi dua, yaitu paradigma ilmu bebas nilai dan paradigma ilmu tidak bebas nilai atau
terikat. Paradigma ilmu bebas nilai, bebas nilai disini berarti semua kegiatan yang berkaitan
dengan penelitian atau percobaan ilmiah harus disandarkan terhadap pada hakikat ilmu itu
sendiri. Ilmu harus bebas dalam pengendalian-pengendalian nilai, seperti bebas dari agama,
ideologi, sosial maupun budaya. Dengan adanya bebas nilai ini, ilmu pengetahuan akan
berkembang dengan sangat cepat. Sedangkan paradigma ilmu tidak bebas nilai menganggap
bahwa ilmu tersebut harus selalu berkaitan dengan nilai dan harus dikembangkan dengan
mempertimbangkan aspek nilai. Dan dengan jelas ilmu tidak akan mungkin terlepas dengan
nilai-nilai dengan kepentingan politik, agama, sosial, lingkungan, dan lain-lain. Ilmu tidak
bebas nilai akan menimbulkan bahwa ilmu pengetahuan tersebut tidak akan berkembang
dengan sangat pesat.

Terdapat dua golongan yang mengatakan terkait dengan ilmu bebas nilai dan ilmu
tidak bebas nilai. Golongan pertama mengatakan bahwa menginginkan ilmu harus bersifat
netral dan tugas para ilmuwan adalah menemukan pengetahuan dan apabila sudah didapat,
maka terserah orang lain mau menggunakan pengetahuan tersebut atau tidak. Sedangkan
golongan kedua menginginkan bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas
pada metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunannya dan penelitiannya harus
berlandaskan asas-asas moral dan sesuai dengan budaya dan tradisi masyarakat.

Pada akhirnya dalam mendapatkan ilmu pengetahuan seharusnya didampingi dengan


adanya moral. Apabila moral seseorang kurang dalam mendapatkan ilmu pengetahuan, maka
yang akan terjadi bisa seperti kejadian terdahulu yaitu perang Nazi yang mana dia
menyalahgunakan pengetahuan yang tinggi tersebut dengan melupakan sebuah moral yang
sangat penting. Kejadian tersebut menjadikan sebuah pelajaran bahwa ilmu pengetahuan
didapatkan harus didampingi dengan moral. Dan moral tanpa ilmu pengetahuan juga tidak
akan berubah menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan. Ilmu pengetahuan dan
moral sangat berkaitan erat antara satu sama lain dan juga harus seimbang dalam
menggunakannya.

Anda mungkin juga menyukai