Anda di halaman 1dari 15

JURNAL

STUDI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP DIM SUM HASIL


PERIKANAN (CUMI-CUMI DAN UDANG PUTIH)

OLEH

ESTI PURNAMA SARI


NIM. 1504110353

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
STUDI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP DIM SUM DARI HASIL
PERIKANAN (CUMI-CUMI DAN UDANG PUTIH)

Oleh:

Esti P Sari1), Dewita2), Dahlia2)


Email: estipurnamasari1207@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui studi penerimaan konsumen


terhadap dim sum dari hasil perikanan (cumi-cumi dan udang putih). Metode yang
digunakan adalah eksperimen, dengan membandingkan dim sum cumi-cumi
(Loligo sp.) dengan dim sum udang putih (Litopenaeus vannamei). Penelitian ini
dilakukan untuk menguji organoleptik (rupa, aroma, rasa dan tekstur) dan analisis
proksimat (kadar air, protein, abu dan lemak) pada produk dim sum yang
dihasilkan. Berdasarkan parameter yang diamati terhadap dim sum cumi-cumi
dan dim sum udang putih, bahwa uji kesukaan yang terbaik terdapat pada
perlakuan A2 (dim sum udang putih) dengan tingkat kesukaan konsumen 100%
dari 80 orang panelis dengan karakteristik rupa menarik putih cerah dan bersih
sedikit kekuningan, rasa dim sum udang lebih khas, aroma spesifik khas udang
dan tekstur lunak. Adapun nilai rata-rata dari penilaian organoleptik pada
perlakuan A2 adalah Rupa 8,21, aroma 8,11, rasa 8,38 dan tekstur 8,26 serta
analisis proksimat yang dihasilkan yaitu dengan kadar air 59,34%, kadar protein
33,65%, kadar abu 1,31% dan kadar lemak 1,70%.

Kata kunci: Dimsum, umi-cumi, udang putih, organoleptik, parameter, proksimat


1)
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
2)
Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau

1
STUDY ON THE CONSUMER ACCEPTANCE OF DIM SUM OF
FISHERIES PRODUCTS (Squid and White Shrimp)

By:
Esti P Sari , Dewita2), Dahlia2)
1*)

*Email: estipurnamasari1207@gmail.com.

ABSTRACT

This study aims to determine the study of consumer acceptance of


fishery dim sum (squid and white shrimp). The method used was experimental, by
comparing the dim sum of squid (Loligo sp.) With white shrimp dim sum
(Litopenaeus vannamei). This research was conducted to test organoleptic
(appearance, aroma, taste and texture) and proximate analysis (moisture, protein,
ash and fat content) of the resulting dim sum products. Based on the observed
parameters for squid dim sum and white shrimp dim sum, the best preference test
is in treatment A2 (white shrimp dim sum) with consumer preference level of
100% from 80 panelists with attractive characteristics of bright white and slightly
clean appearance. yellowish, more distinctive taste of shrimp dim sum, specific
aroma of shrimp and soft texture. The average value of the organoleptic
assessment on A2 treatment is Fine 8.21, aroma 8.11, taste 8.38 and texture 8.26
and the resulting proximate analysis is the water content of 59.34%, protein
content 33.65 %, ash content 1.31% and fat content 1.70%.

Keywords: Dim sum, squid, white shrimp,Organoleptic, Parameters, Proximate


1)
Student of the Faculty of Fisheries and Marine, Riau University
2)
Lecturer of the Faculty of Fisheries and Marine, Riau University

2
PENDAHULUAN banyak penelitian mengenai dim sum
Dim sum adalah makanan khas yang terbuat dari jenis ikan lainnya.
dari negeri Cina yang sangat Oleh karena itu diperlukan
menggugah selera, yang berasal dari penelitian, Namun sejauh ini belum
bahasa latin yang artinya makanan diketahui mengenai penerimaan
ringan yang dikukus. Dim sum konsumen terhadap dim sum dari
biasanya disajikan dengan saus hasil perikanan lainnya seperti cumi-
sambal sebagai penikmat rasa dan cumi dan udang putih. Dengan
dim sum termasuk makanan kecil adanya diversifikasi produk olahan
yang memiliki nilai gizi tinggi dim sum dari hasil perikanan
biasanya diisi dengan daging, ayam, memungkinkan produk baru yang
ikan, udang, buah-buahan, dan sayur- diminati oleh konsumen sehingga
sayuran. Kepopuleran dim sum di dapat memberikan nilai tambah
Indonesia cukup luas, sangat produk ikan yang berbeda baik
diminati dan digemari oleh secara nilai gizi maupun nilai
masyarakat Indonesia (Lestari, ekonomis yang dapat diterima oleh
2011). Dim sum juga dapat diolah konsumen.
dari hasil perikanan lainnya seperti Tujuan penelitian adalah untuk
cumi-cumi dan udang putih. mengetahui studi penerimaan
Cumi-cumi memiliki daging konsumen terhadap dim sum hasil
putih yang merupakan salah satu perikanan (cumi-cumi dan udang
kelebihan tersendiri dan disukai oleh putih). Sedangkan manfaat penelitian
masyarakat. Cumi-cumi adalah jenis adalah untuk meningkatkan
chepalopoda yang dikenal dalam konsumsi produk perikanan,
dunia perdagangan disamping sotong memperkaya jenis produk olahan
dan gurita. Di bidang perikanan perikanan serta untuk memberikan
komersial, cumi-cumi merupakan informasi tentang pembuatan dim
salah satu komoditas perikanan yang sum dari hasil perikanan.
cukup penting dan menempati urutan
ketiga setelah ikan dan udang METODE PENELITIAN
(Okuzumi dan Fuji, 2000 dalam Bahan dan Alat
Pricilia, 2011). Bahan utama yang digunakan
Udang merupakan salah satu dalam penelitian ini adalah cumi-
komoditas utama dalam industri cumi (Loligo sp.) dan udang putih
perikanan budidaya karena memiliki (Litopenaeus vannamei) yang
nilai ekonomis dan permintaan pasar diperoleh dari pasar pusat pekanbaru.
tinggi (Yuliati, 2009). udang Sedangkan Bahan yang akan
vannamei banyak dimanfaatkan digunakan untuk analisa kimia yaitu
sebagai bahan baku pada berbagai asam sulfat (H2SO4), Katalis (Cu
macam produk olahan salah satunya kompleks), asam borax (H2BO3),
dalam pembuatan dim sum. natrium hidroksida (NaOH), asam
Dim sum merupakan produk klorida (HCl), dietil eter, indicator
olahan yang biasa disajikan sebagai PP, indicator campuran (metilen
makanan cemilan dan dapat dibuat merah-biru) dan aquades.
oleh masyarakat luas. Umumnya dim Alat yang digunakan pada
sum yang ada di pasaran saat ini pembuatan dim sum adalah wadah
menggunakan bahan baku ayam, plastik, talenan, kompor, pisau,
udang atau ikan tenggiri. Belum sendok, nampan, dandang kukusan,

3
ampia, baskom, serbet dan mesin tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)
penggiling/blender. Sedangkan alat berarti hipotesis H0 ditolak, berarti
yang digunakan untuk analisis terdapat perbedaan nyata (significant
proksimat yaitu oven, cawan differences), dan apabila thitung < ttabel
porselin, kertas saring, labu ukur, (α=0,05) maka hipotesis H0
labu lemak, erlenmeyer, timbangan diterima, berarti dua perlakuan yang
analitik, labu kjeldhal, desikator, dibandingkan tidak berbeda nyata
soxhlet, pipet tetes, beaker gelas dan (non significant differences).
peralatan untuk uji hedonik (piring,
garpu serta lembar penilaian panelis). HASIL DAN PEMBAHASAN
Penilaian Organoleptik
Metode Penelitian Untuk menentukan tingkat
Metode Penelitian yang penerimaan konsumen maka
digunakan adalah metode studi dilakukan penilaian organoleptik
perbandingan (comperative yang meliputi penilaian rupa, aroma,
eksperimental) dengan uji-t yaitu rasa dan tekstur oleh 80 orang
melakukan pembuatan dim sum dari panelis tidak terlatih.
hasil perikanan dengan 2 perlakuan
yaitu A1 (cumi-cumi) dan A2 (udang Nilai Rupa
putih) dengan berat masing-masing Berdasarkan hasil uji kesukaan
200 g serta kulit dim sum yang pada Tabel 8, tingkat penerimaan
digunakan diperoleh dari Hypermart konsumen terhadap rupa dim sum
pekanbaru. cumi-cumi dan udang putih
Parameter yang diuji adalah menunjukkan hasil terbaik pada
organoleptik (rupa, aroma, rasa dan perlakuan A2 (dim sum udang putih)
tekstur) dan analisis proksimat dengan jumlah 80 panelis (100%)
(kadar air, protein, abu dan lemak). yang memilih kriteria sangat suka,
suka dan agak suka.
Analisis Data Panelis yang menyatakan
Pengujian hipotesis yang telah sangat suka ada 16 orang panelis
ditetapkan dengan uji-t, menurut (20%), suka ada 39 orang panelis
Steel dan Torie (1989), dengan (48,75%) dan agak suka ada 25
rumus sebagai berikut: orang panelis (31,25%) dibandingkan
– dengan perlakuan A1 (dim sum
Sd2 = cumi-cumi) terdapat 62 panelis
(77,5%) dengan memilih kriteria
Sd = √ sangat suka, suka, agak suka yaitu
panelis yang menyatakan sangat suka
t-hit =
ada 2 orang panelis (2,5%), suka ada
Keterangan: 21 orang panelis (26,25%), dan agak
D: rata-rata selisih variabel X1 dan suka ada 39 orang panelis (48,75%).
X2 Pada perlakuan A1 ini juga terdapat
S: rata-rata standar deviasi variable panelis yang menyatakan tidak suka
X1 dan X2 ada 14 orang panelis (17,5%) dan
N: jumlah ulangan yang menyatakan sangat tidak suka
ada 4 orang panelis (5%). Untuk
Dari analisa uji-t akan didapat lebih jelasnya dapat dilihat pada
t hitung. Apabila t hitung > t tabel pada tabel 8.

4
Tabel 8.Tingkat penerimaan konsumen terhadap rupa dim sum cumi-cumi dan
udang putih
Kriteria A1 % A2 %
Jumlah Panelis Jumlah Panelis
angat suka 2 2,5 16 20
Suka 21 26,25 39 48,75
Agak suka 39 48,75 25 31,25
Tidak suka 14 17,5 - -
Sangat tidak suka 4 5 - -
Jumlah 80 100 80 100

Tabel 9. Nilai rata-rata rupa dim sum cumi-cumi dan udang putih

Ulangan Dim sum


Cumi-cumi Udang putih
1 7,08 8,06
2 7,19 8,20
3 7,20 8,36
Jumlah 7,15 8,21

Pada Tabel 9, dapat dilihat pada perlakuan A2 (dim sum udang


bahwa nilai rata-rata rupa terhadap putih).
dim sum cumi-cumi dan dim sum Hasil ini sejalan dengan
udang putih yang tertinggi pada penelitian yang sudah dilakukan oleh
perlakuan A2 dengan nilai 8,21 dan peneliti sebelumnya yang membuat
nilai terendah pada perlakuan A1 nugget udang rebon bahwa rupa
dengan nilai 7,15. terbaik memiliki warna yang cerah di
Berdasarkan hasil analisis uji-t banding perlakuan yang lainnya
menunjukkan bahwa dim sum cumi- (Meilin, 2013)
cumi dengan dim sum udang putih Rupa atau warna merupakan
berbeda dan berpengaruh terhadap hal yang penting bagi banyak
nilai rupa, dimana t-hitung (63,20) > makanan, baik makanan yang tidak
t-tabel (2,920) sehingga H0 ditolak. diproses maupun makanan yang
Rupa perlakuan A1 (dim sum melalui proses pengolahan seperti
cumi-cumi) tidak menarik dan pada pengolahan hasil perikanan
terlihat putih pucat. Sedangkan rupa (Mustain, 2002).
pada perlakuan A2 (dim sum udang
putih) lebih menarik karena terlihat Nilai aroma
putih cerah dan bersih sedikit Berdasarkan hasil penilaian
kekuningan, karena udang umumnya dari uji organoleptik, tingkat
bila dimasak akan mengalami penerimaan konsumen terhadap
perubahan warna kekuningan aroma dim sum cumi-cumi dan
sehingga tingkat penerimaan udang putih, maka diperoleh data
konsumen yang tertinggi terdapat penilaian pada masing-masing
perlakuan yang dapat dilihat pada
Tabel 10.

5
Tabel 10.Tingkat penerimaan konsumen terhadap aroma dim sum cumi-cumi dan
udang putih
Kriteria A1 % A2 %
Jumlah Panelis Jumlah Panelis
angat suka - - 16 20
Suka 8 10 39 48,75
Agak suka 37 46,25 25 31,25
Tidak suka 32 40 - -
Sangat tidak suka 3 3,75 - -
Jumlah 80 100 80 100

Keterangan : A1 (dim sum cumi-cumi), A2 (dim sum udang putih)

Tabel 11. Nilai rata-rata aroma dim sum cumi-cumi dan udang putih

Ulangan Dim sum


Cumi-cumi Udang putih
1 6,63 7,89
2 6,84 8,20
3 7,14 8,24
Jumlah 6,87 8,11

Berdasarkan hasil uji kesukaan perlakuan A2 (dim sum udang putih)


pada Tabel 10, bahwa tingkat dengan nilai 8,11 dan nilai terendah
penerimaan konsumen terhadap pada perlakuan A1 (dim sum cumi-
aroma dim sum cumi-cumi dan cumi) dengan nilai 6,87 karena bau
udang menunjukkan hasil terbaik yang tidak enak dimana ukuran
pada perlakuan A2 (dim sum udang) daging cumi-cumi dan lama
dengan jumlah 80 orang panelis pemasakan yang dihasilkan tidak
(100%) dibandingkan perlakuan A1 tepat.
(dim sum cumi-cumi) terdapat 45 Berdasarkan hasil analisis uji-t
orang panelis (56,25%). menunjukkan bahwa dim sum cumi-
Panelis yang menyatakan cumi dengan dim sum udang putih
sangat suka pada A1 ada 16 orang berbeda dan berpengaruh terhadap
panelis (20%) dengan bau khas nilai aroma, dimana t-hitung (46,50)
udang, suka ada 39 orang panelis > t-tabel (2,920), sehingga H0
(48,75%) dan yang menyatakan agak ditolak.
suka ada 25 orang panelis (31,25%). Perlakuan A2 menghasilkan
Sedangkan perlakuan A1 panelis aroma dim sum yang disukai panelis
yang menyatakan suka ada 8 orang dengan bau khas udang, Sedangkan
panelis (10%) dengan bau amis perlakuan A1 aroma dim sum lebih
cumi-cumi dan yang menyatakan terasa sehingga terasa amis karena
agak suka ada 37 orang panelis lama pengukusan tidak bisa sama
(46,25%). dengan perlakuaan A2 (dim sum
Pada tabel 11, dapat dilihat udang putih) hal itu disebabkan
bahwa nilai rata-rata tingkat karena tingkat kematangan dim sum
penerimaan konsumen terhadap udang putih berbeda dengan dim sum
aroma dim sum tertinggi terdapat cumi-cumi yang masih terasa amis.

6
Hasil ini sejalan dengan Berdasarkan hasil uji kesukaan
penelitian yang sudah dilakukan oleh pada Tabel 12. tingkat penerimaan
peneliti sebelumnya yang membuat konsumen terhadap rasa dim sum
nugget udang rebon bahwa aroma menunjukkan hasil terbaik pada
yang terbaik yaitu aroma udang perlakuan A2 (dim sum udang putih)
rebonnya tidak terlalu terasa aroma dengan jumlah 80 orang panelis
asin di banding perlakuan yang (100%) memilih kriteria sangat suka,
lainnya (Meilin, 2013). suka dan agak suka dibandingkan
Pada setiap makanan, aroma dengan perlakuan A1 (dim sum cumi-
yang dihasilkan yaitu dari zat yang cumi) dengan jumlah 61 orang
menguap sehingga dapat masuk ke panelis (76,25%) memilih kriteria
dalam panca indra bau. Pada suka dan agak suka, serta ada 19
umumnya bau yang diterima hidung orang panelis (23,75%) memilih
dan otak merupakan campuran 4 bau kriteria tidak suka dan sangat tidak
terutama harum, asam, tengik dan suka.
hangus (Winarno, 2008). Pada perlakuan A2, panelis
yang menyatakan sangat suka 29
Nilai rasa panelis 36,25%, suka 43 panelis
Rasa merupakan gabungan dari 53,75% dan agak suka 8 panelis
rangsangan indera pencicip hingga (10%). Sedangkan perlakuan A1
melibatkan organ lidah dan terjadilah terdapat 16 orang panelis (20%) yang
interaksi antara sifat aroma, rasa dan menyatakan suka dengan rasa khas
tekstur untuk suatu makanan. cumi-cumi yang kurang matang,
Berdasarkan hasil penelitian, Tingkat suka ada 45 orang panelis (56,25%),
penerimaan konsumen dari 80 tidak suka ada 18 orang panelis
panelis terhadap rasa dim sum cumi- (22,5%) dan panelis yang
cumi dan udang dapat dilihat pada menyatakan sangat tidak suka 1
Tabel 12. orang panelis (1,25%).

Tabel 12.Tingkat penerimaan konsumen terhadap rasa dim sum cumi-cumi dan
udang putih

Kriteria A1 % A2 %
Jumlah Panelis Jumlah Panelis
angat suka - - 29 36,25
Suka 16 20 43 53,75
Agak suka 45 56,25 8 10
Tidak suka 18 22,5 - -
Sangat tidak suka 1 1,25 - -
Jumlah 80 100 80 100
Keterangan : A1 (dim sum cumi-cumi), A2 (dim sum udang putih)

7
Tabel 13. Nilai rata-rata rasa dim sum cumi-cumi dan udang putih

Ulangan Dim sum


Cumi-cumi Udang putih
1 6,95 8,16
2 6,84 8,49
3 6,91 8,48
Jumlah 6,90 8,38

Pada Tabel 13, dilihat bahwa Nilai tekstur


nilai rata-rata rasa terhadap dim sum Nilai tekstur dapat dilihat dari
yang tertinggi pada perlakuan A2 nilai kekerasan, kekenyalan dan
(dim sum udang putih) dengan nilai elastisitas suatu produk. Untuk dim
rata-rata rasa 8,38 dan nilai terendah sum nilai tekstur ditentukan oleh
pada perlakuan A1 (dim sum cumi- lembut atau kenyalnya produk.
cumi) dengan rata-rata rasa 6,90. Tanggapan panelis dengan tingkat
Berdasarkan hasil analisis uji- penerimaan konsumen terhadap
t menunjukkan bahwa dim sum cumi- tekstur dim sum cumi-cumi dan
cumi dengan dim sum udang putih udang putih dapat dilihat pada Tabel
memberikan perbedaan nyata 14.
terhadap nilai rasa, dimana t-hitung Berdasarkan hasil uji kesukaan
(34,00) > t-tabel (2,920), sehingga pada Tabel 14, tingkat penerimaan
H0 ditolak. konsumen terhadap tekstur dim sum
Rasa dim sum yang disukai menunjukkan hasil terbaik pada
panelis terdapat pada perlakuan A2 perlakuan A2 (dim sum udang)
yaitu dim sum udang putih lebih dengan jumlah 80 orang panelis
terasa khas udang dengan (100%) memilih kriteria sangat suka,
kematangan udang lembut dan rasa suka dan agak suka dibandingkan
asin yang tepat, sedangkan rasa dim pada perlakuan A1 (dim sum cumi-
sum pada perlakuan A1 tidak terasa cumi) yang memilih kriteria suka dan
khas cumi-cumi. agak suka ada 20 orang panelis
Komponen pembentuk rasa (25%).
bahan pangan berhubungan dengan Pada perlakuan A2 panelis
protein dalam bahan pangan, yang menyatakan sangat suka ada 19
semakin banyak protein yang panelis (23,75%), suka ada 48
terkandung maka produk yang panelis (60%) dan yang menyatakan
dihasilkan akan terasa semakin gurih agak suka ada 13 panelis (16,25%).
(Aryani dan Norhayani, 2011). Sedangkan perlakuan A1 terdapat 1
Rasa bahan pangan sangat orang panelis (1,25%) yang
berpengaruh pada tingkat menyatakan sangat suka, 19 orang
penerimaan konsumen terhadap panelis (23,75%) suka, 44 orang
produk. Rasa juga dipengaruhi oleh panelis (55%) menyatakan agak
beberapa faktor yaitu senyawa kimia, suka, 14 orang panelis (17,5%). Hasil
suhu, konsentrasi, interaksi dengan penilaian terhadap nilai rata-rata
komponen rasa lainnya dan jenis tekstur dim sum cumi-cumi dan dim
serta lama pemasakan (Fachruddin, sum udang putih dapat dilihat pada
2003). Tabel 15.

8
Tabel 14.Tingkat penerimaan konsumen terhadap tekstur dim sum cumi-cumi
dan udang putih

Kriteria A1 % A2 %
Jumlah Panelis Jumlah Panelis
angat suka - - 29 36,25
Suka 16 20 43 53,75
Agak suka 45 56,25 8 10
Tidak suka 18 22,5 - -
Sangat tidak suka 1 1,25 - -
Jumlah 80 100 80 100
Keterangan : A1 (dim sum cumi-cumi), A2 (dim sum udang putih)

Tabel 15. Nilai rata-rata tekstur dim sum cumi-cumi dan udang putih

Kriteria A1 % A2 %
Jumlah Panelis Jumlah Panelis
angat suka - - 29 36,25
Suka 16 20 43 53,75
Agak suka 45 56,25 8 10
Tidak suka 18 22,5 - -
Sangat tidak suka 1 1,25 - -
Jumlah 80 100 80 100

Dari Tabel 15, dapat dilihat Tekstur dim sum cumi-cumi dengan
bahwa nilai rata-rata tekstur dim sum dim sum udang putih berbeda karena
yang tertinggi terdapat pada yang paling disukai terdapat pada
perlakuan A2 dengan nilai rata-rata perlakuan A2 dengan tekstur lebih
8.26, sedangkan nilai terendah lembut, sedangkan tekstur dim sum
terdapat pada perlakuan A1 (dim sum cumi-cumi yaitu perlakuan A1 tidak
cumi-cumi) dengan nilai rata-rata lembut.
7,05. Hasil penilaian panelis terhadap Tekstur adalah salah satu
tekstur dim sum yang disukai kriteria pengujian organoleptik,
terdapat pada A2 karena teksturnya penginderaan yang berhubungan
lembut, cukup unik dibandingkan dengan rabaan atau sentuhan.
pada perlakuan A1 tekstur tidak Tekstur kriteria yang penting
lunak dan terlihat tidak menarik. dibandingkan dengan bau, rasa dan
Berdasarkan hasil analisis uji- rupa karena mempengaruhi cita rasa
t menunjukkan bahwa dim sum cumi- makanan (Anwar dan Putri, 2012).
cumi dengan dim sum udang putih Tekstur adalah penginderaan
memberikan perbedaan nyata yang berhubungan dengan rabaan
terhadap nilai tekstur dim sum, atau sentuhan. Tekstur lebih penting
dimana t-hitung (52,67) > t-tabel dibandingkan dengan bau, rasa dan
(2,920) sehingga H0 ditolak. rupa karena mempunyai citra
makanan. Tekstur lebih penting pada
makanan lunak dan renyah. Ciri yang
paling sering diacu adalah kekerasan
dan kandungan air. Tekstur adalah

9
kehalusan suatu irisan pada saat semakin lambat pertumbuhan
disentuh oleh panelis (De Man, mikroorganisme dan bahan pangan
1997). tersebut dapat tahan lama, sebaliknya
makin tinggi kadar air maka makin
Kadar air cepat pertumbuhan mikroorganisme
Hasil analisis kadar air dim sehingga proses pembusukan
sum cumi-cumi dan dim sum udang semakin cepat terjadi (Winarno,
putih dapat dilihat pada Tabel 16. 2008).
Tabel 16. Nilai rata-rata kadar air
dim sum cumi-cumi dan udang putih Kadar protein
Dim sum Hasil analisis kadar protein dim
Ulangan Cumi-cumi Udang sum cumi-cumi dan dim sum udang
putih putih dapat dilihat pada Tabel 17.
1 54,93 58,75 Tabel 17. Nilai rata-rata kadar
2 56,11 59,65 protein dim sum cumi-cumi dan
3 53,85 59,61 udang putih
Rata-rata 54,96 59,34 Dim sum
Ulangan Cumi-cumi Udang
Dari Tabel 16, nilai rata-rata putih
kadar air dim sum tertinggi terdapat 1 33,97 32,12
pada perlakuan A2 (dim sum udang 2 36,98 34,21
putih) 59,34% dan nilai terendah 3 36,65 34,61
terdapat pada perlakuan A1 (dim sum Rata-rata 35,87 33,65
cumi-cumi) 54,96%. Tinggi
rendahnya kadar air dipengaruhi oleh Dari Tabel 17, dapat dilihat
lamanya pengukusan karena adanya bahwa nilai rata-rata kadar protein
penguapan. dim sum cumi-cumi dan udang putih
Berdasarkan hasil analisis uji-T tertinggi terdapat pada yaitu
menunjukkan bahwa dim sum cumi- perlakuan A1 (35,87%) dan nilai
cumi dengan dim sum udang putih terendah terdapat pada perlakuan A2
berbeda dan berpengaruh terhadap (33,65%).
nilai kadar air, dimana t-hitung Berdasarkan hasil analisis uji-t
(18,75) > t-tabel (2,920), sehingga menunjukkan bahwa dim sum cumi-
H0 ditolak. cumi dengan dim sum udang putih
Hilangnya kadar air pada berbeda dan berpengaruh terhadap
proses pengukusan disebabkan nilai kadar protein, dimana t-hitung
karena air yang terdapat selama (23,79) > t-tabel (2,920), sehingga
proses pemasakan mengalami H0 ditolak.
penguapan. Proses pengukusan Udang memiliki kandungan
menggunakan media uap air sebagai protein yang cukup tinggi, udang
penghantar panas, menyebabkan air segar memiliki kandungan protein
dipermukaan cumi-cumi menguap 18.8-22,0%. Sedangkan kandungan
lebih tepat sehingga mengurangi protein udang yang telah dikukus
kadar air cumi (Meirina, 2008). memiliki kandungan protein
Kadar air merupakan faktor sebanyak 11,33% (Indah, 2011).
yang sangat besar pengaruhnya sedangkan kadar protein cumi-cumi
terhadap daya tahan suatu bahan pada komposisi dan gizi per 100 g
olahan. Makin rendah kadar air maka

10
berjumlah 15,3 g (Okuzumi dan sekitar 0,32%, dan tepung terigu
Fauji, 2000). memiliki kadar abu sekitar 0,24 –
Penurunan kadar protein pada 1,60%.
udang putih dapat terjadi pada saat Abu adalah zat organik sisa
udang putih direndam dalam pembakaran dari senyawa organik.
formalin, namun penurunan kadar Kadar abu dalam bahan pangan
protein total udang putih terjadi sangat mempengaruhi sifat dari
sangat tajam pada perlakuan bahan pangan. Lama pengabuan tiap
perebusan dan tanpa penambahan bahan berbeda-beda dan berkisar
belimbing wuluh baik pada lama antara 2-8 jam. Salah satu tujuan
perebusan 30 menit maupun lama pengujian kadar abu adalah untuk
perebusan 45 menit yang mencapai mengetahui jenis bahan yang
55,08% dan 64,68% (Wikanta, 2011) digunakan sebagai parameter nilai
bahan yang digunakan (Sudarmadji,
Kadar abu 2003).
Hasil analisis kadar abu dim
sum cumi-cumi dan dim sum udang Kadar lemak
putih dapat dilihat pada Tabel 18. Hasil analisis kadar lemak dim
Tabel 18. Nilai rata-rata kadar abu sum cumi-cumi dan dim sum udang
dim sum cumi-cumi dan udang putih putih dapat dilihat pada Tabel 19.
Dim sum Tabel 19. Nilai rata-rata kadar lemak
Ulangan Cumi-cumi Udang dim sum cumi-cumi dan udang putih
putih Dim sum
1 1,79 1,28 Ulangan Cumi-cumi Udang
2 1,74 1,30 putih
3 2,06 1,35 1 1,47 1,62
Rata-rata 1,86 1,31 2 1,26 1,81
3 2,30 1,68
Dari Tabel 18, dapat dilihat Rata-rata 1,34 1,70
bahwa nilai rata-rata kadar abu dim
sum cumi-cumi dengan dim sum Dari Tabel 19, dapat dilihat
udang putih tertinggi terdapat pada bahwa nilai rata-rata kadar lemak
perlakuan A1 (1,86%) dan nilai dimsum cumi-cumi dan dimsum
terendah terdapat pada perlakuan A2 udang putih tertinggi terdapat pada
(1,31%). Dari hasil analisis uji-t perlakuan A2 (1,70%) dan nilai
menunjukkan bahwa dim sum cumi- terendah terdapat pada perlakuan A1
cumi dan dim sum udang putih (1,34%). Berdasarkan hasil analisis
memberikan perbedaan nyata uji-t menunjukkan bahwa dim sum
terhadap nilai kadar abu, dimana t- cumi-cumi dengan dim sum udang
hitung (20,75) > t-tabel (2,920), putih berbeda nyata dan berpengaruh
sehingga H0 ditolak. terhadap kadar lemak, dimana t-
Tingginya kadar abu hitung (9,00) > t-tabel (2,920),
dipengaruhi oleh bahan-bahan yang sehingga H0 ditolak.
digunakan seperti tepung sagu, Lemak merupakan zat
tepung terigu, bawang putih bubuk, makanan yang penting bagi tubuh
garam, dan hidrolisat protein udang dan merupakan sumber energi yang
rebon. Menurut Hendrasari (2000), lebih efektif dibandingkan dengan
tepung sagu memiliki kadar abu karbohidrat dan protein. Lemak

11
memberikan cita rasa dan protein 33,65%, kadar abu 1,31%
memperbaiki tekstur pada bahan dan kadar lemak 1,70%.
pangan makanan, juga sebagai Sedangkan pada perlakuan A1
sumber energi dan pelarut vitamin A, yaitu dim sum cumi-cumi (Loligo
D, E, dan K. lemak adalah suatu Sp.) dengan tingkat kesukaan
senyawa organik tertentu dan tidak konsumen terhadap rupa 77,5%
larut dalam air (Winarno, 2008). terlihat tidak menarik putih pucat,
Tingginya kadar lemak yang aroma 56,25% dengan bau amis, rasa
terkandung dalam setiap produk 76,25% tidak khas dan tekstur 25%
dipengaruhi oleh perbedaan tidak lembut serta nilai rata-rata dari
konsentrasi berat daging. Lemak dan penilaian organoleptik yaitu rupa
minyak berfungsi sebagai pembawa (7,5), aroma (6,87), rasa (6,90) dan
dan pelarut vitamin serta sebagai tekstur (7,05). Adapun analisis yang
penyokong citarasa. Tujuan dihasilkan yaitu dengan kadar air
penambahan lemak pada bahan 54,96%, kadar protein 35,87%, kadar
pangan adalah untuk memperbaiki abu 1,86% dan kadar lemak 1,34%.
rupa dan struktur fisik bahan pangan
serta menambah nilai gizi dan Saran
memberikan cita rasa gurih pada Berdasarkan hasil penelitian
bahan pangan (Ketaren, 1986). dim sum dari hasil perikanan yang
terbaik terdapat pada perlakuan A2
KESIMPULAN DAN SARAN (dim sum udang putih), disarankan
Kesimpulan untuk melakukan penelitian lanjut
Berdasarkan hasil penelitian mengenai masa simpan dim sum dan
terhadap study penerimaan kemasan yang berbeda.
konsumen dim sum hasil perikanan
(cumi-cumi dan udang putih) DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan ada 80 panelis Aryani dan Norhayani. 2011.
memberikan respon suka pada semua Pengaruh Konsentrasi Putih
perlakuan, sehingga panelis Telur Ayam Ras terhadap
menyukai dan dapat menerima Kemekaran Kerupuk Ikan
produk tersebut. Mas (Cyprinus carpio).
Berdasarkan parameter yang
Journal of Tropical Fisheries.
diamati dapat disimpulkan bahwa uji
kesukaan yang terbaik terdapat pada Vol.VI: No.2.
perlakuan A2 yaitu dim sum udang
Anwar, A. dan Putri, M.P. 2012.
putih dengan tingkat kesukaan
konsumen 100% dari 80 orang Pengaruh Penggunaan
panelis rupa menarik putih cerah dan Tepung Terigu Terhadap
bersih sedikit kekuningan, rasa dim Sifat Sensoris Nugget Ikan
sum udang lebih khas, aroma spesifik Haruan. Tugas AkhirDiploma
khas udang dan tekstur lunak. III. Program Studi Teknologi
Adapun nilai rata-rata dari penilaian Industri Pertania. Politeknik
organoleptik pada perlakuan A2
Tanah Laut.
adalah Rupa 8,21, aroma 8,11, rasa
8,38 dan tekstur 8,26 serta analisis De Man, J. 1997. Petunjuk
proksimat yang dihasilkan yaitu
dengan kadar air 59,34%, kadar Praktikum Penilaian

12
Organoleptik. Jurusan Properties of Squid and
Teknologi Pangan dan Gizi. Cuttlefish. National
Fakultas Teknologi Pertanian. Cooperative Association of
Industri Pertanian Bogor. 89 Squid Processor. Tokyo.
hal.
Okuzumi, M. dan Fujii T. 2000.
Fachruddin, P. J. 2003. Membuat Nutritional and Functional
Aneka Selai. Teknologi Tepat Properties of Squid and
Guna. Kanisius. Yogyakarta. Cuttlefish. National
Cooperative Association of
Hendrasari, R. 2000. Pengaruh Squid Processor. Tokyo.
Penambahan Tepung Kedelai
Terhadap Sifat Fisik, Kimia, Pricilia, V. 2011. Karakterisasi
dan Daya Terima Bihun dan Cumi-Cumi (Loligo sp.).
Mie Golosor [Skripsi]. Departemen Teknologi Hasil
Institut Pertanian Bogor. Perairan, Fakultas Perikanan
Bogor. dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor. (32) 1.
Lestari, Masayu. G, 2011.
http://masayugita.blogspot.co Sudarmadji. S. 2003. Analisa Bahan
m/2011/11/idebisnis.html. Makanan dan Pertanian,
Tanggal akses Kamis, 8 Mei Yogyakarata: Liberty
2019. Yogyakarta.

Meirina, K. 2008. Kajian Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan


Pengolahan Cumi-cumi dan Gizi. Gramedia Pustaka
(Loligo sp.) Siap Saji. Skripsi, Utama. Jakarta.
Fakultas Teknologi Pertanian,
IPB, Bogor. Wikanta, W. 2011. Perubahan Nilai
Gizi Protein Udang Putih
Meilin, S. 2013. Kajian Penerimaan (Litopenaeus vannamei)
Konsumen Dan Mutu Nugget Terkontaminasi Formalin.
Udang Rebon (Acetes Proceedings Seminar
erythraeus). Skripsi Fakultas Nasional Kimia Unesa.
Perikanan dan Ilmu Kelautan Surabaya.
Universitas Riau. Pekanbaru.
Yuliati, E. 2009. Analisis Strategi
Mustain, A. M. 2002. Mempelajari Pengembangan Usaha
Aspek Penerimaan Bahan dan Budidaya Pembenihan Udang
Proses Pengemasan pada Vannamei (Litopenaeus
Produk Confectionary di PT. vannamei) (Kasus pada PT.
Sweet Candy Indonesia. Suri Tani Pemuka, Kabupaten
Serang, Provinsi Banten).
Okuzumi, M. dan Fujii T. 2000. Skripsi. Departemen
Nutritional and Functional

13
Agribisnis. Fakultas Ekonomi Institut Pertanian Bogor.
dan Manajemen. Bogor: Bogor. 26 – 45 hal.

14

Anda mungkin juga menyukai