Anda di halaman 1dari 11

KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL DAN BASIC LIFE SUPPORT

BD. 6533
SYOK OBSTRUKTIF

Oleh :
Reza Resinta Putri
2015371039

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG


PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN METRO
TAHUN 2021

[1]
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................................................................................
TINJAUAN TEORI.................................................................................................................................................................................
A. Definisi................................................................................................................................................................................
B. Tanda dan Gejala............................................................................................................................................................
C. Etiologi...............................................................................................................................................................................
D. Faktor Penyebab.............................................................................................................................................................
E. Phatophysiologi..............................................................................................................................................................
F. Tata Laksana....................................................................................................................................................................
REFERENSI.......................................................................................................................................................................................... 1

[2]
TINJAUN TEORI
A. Definisi
Syok yaitu keadaan darurat yang disebabkan karena kegagalan perfusi darah ke
jaringan sehingga mengakibatkan gangguan metabolism sel. Syok obstruktif
mirip dengan syok kardiogenik. Syok kardiogeneik merupakan akibat dari
cardiac output yang kurang mencukupi disertai penurunan oksigen ke seluruh
tubuh. Syok ini sangat berbahaya dan mengancam nyawa penderitanya. Hal ini
merupakan suatu keadaan yang memerlukan penanganan cepat dan tanggap,
bahkan dengan penanganan yang agresif pun angka kematiannya masih 80-
90%.

Sedangkan syok obstruktif terjadi akibat adanya tekanan pada pembuluh darah
misalnya tension pneumothorax. Syok obstruktif yaitu disebabkan oleh
hambatan fisik dalam aliran darah misalnya emboli paru. Syok obstruktif
merupakan kasus yang jarang terjadi namun juga mengancam nyawa.

Walaupun mirip, namun penanganan syok kardiogenik berbeda dengan syok


obstruktif. Pada syok kardiogenik yang menjadi masalah adalah fungsi jantung.
Sedangkan, pada syok obstruktif yaitu input ke jantung (vena return) menurun
atau tekanan darah jantung memompa. Syok obstruktif terjadi akibat
penurunan ventrikel yang tidak memadai sehingga menyebabkan penurunan
curah jantung. Kecuali temponade jantung akut, maka kelainan obstruktif sulit
didiagnosis dan diobati dibagian gawat darurat.

Kebanyakan korban yang datang ke unit gawat darurat tidak teraba lagi denyut
nadinya, tidak sadar dan tidak mempunyai respon akibat terjadinya temponade
jantung. Temponade jantung biasanya dikarenakan adanya darah atau cairan di
pericardium (yang memberi tekanan kuat pada jantung). Ketika cairan
tersebut menekan jantung, maka ventrikel atau bilik jantung tidak bisa
mengembang secara maksimal.

Akibatnya, jumlah darah yang masuk ke jantung semakin berkurang, dan


pasokan darah yang mengandung oksigen yang dipompa ke seluruh tubuh pun
juga semakin berkurang. Karena berkurangnya pasokan darah ke jantung dan
seluruh tubuh, mengakibatkan syok, gagal jantung, dan kegagalan fungsi organ
lainnya. Meski gagal jantung dan syok mirip namun syok harus di lakukan
dengan penanganan serius.
Syok obsruktif merupakan gangguan kontraksi jantung akibat dari luar atau
gangguan aliran balik menuju jantung terhambat. Akibatnya berkirangnya
preload dan cardiac output berkurang. Syok obstruktof adalah syok yang
terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah sentral baik arteri maupun
vena dimana tidak terdapat system kolateral.

B. Tanda dan Gejala


Agar dapat memberikan penanganan yang tepat dan cepat maka penting untuk
melakukan pemeriksaan kondisi pasien. .Berikut tanda dan gejala pada pasien
yang mengalami syok obstruktif;

[3]
1. Tanda
a) Hipotensi mendadak
Hipotensi yaitu keadaan dimana tekanan darah tiba tiba menjadi turun
kurang dari 90/60 mmHg. Hipotensi terjadi dikarenakan detak jantung
terlalu cepat atau terlalu lambat. Selain itu, bisa juga dikarenakan
karena paru-paru tidak bekerja dengan baik.
b) Suara napas abnormal
Suara napas abdnormal misalnya wheeze dan crackle. Wheeze
disebabkan karna penyempitan paru paru. Sedangkan, crackle
disebabkan karena adanya penyimpangan arah udara di saluran
pernapasan.
c) Gangguan pernapasan
Gangguan pernapasan ini bisa terjadi apabila syok dialami
dikerenakan oleh tension pneumothorax. Tension pneumothorax adalah
keadaan darurat ketika udara terperangkap di rongga pleura antara
paru-paru kanan dan kiri. Keadaan ini apabila udara terus menerus
masuk akan menyebabkan tertekannya paru-paru sehingga memicu
kolaps dan tertekannya jantung dapat mengakibatkan syok.

2. Gejala
a) Gejala Obyektif
1) Pernapasan cepat dan dangkal
2) Nadi cepat dan lemah
3) Akral pucat, dingin dan lembab
4) Sianosis : bibir,, kuku, lidah dan cuping hidung berwana kebiruan
5) Pandangan hampa dan pupil melabar
b) Gejala Subjective
1) Mual dan muntah
2) Rasa haus
3) Badan lemah
4) Kepala terasa pusing

3. Secara umum dapat digambarkan kegagalan perfusi jaringan yang terjadi


melalui salah satu mekanisme dibawah ini
a. Berkurangnya volume sirkulasi
b. Kegagalan daya pompa
c. Perubahan resistensi pembuluh darah perifer – penurunan tonus
vasomotor

Gejala yang tampak :


1) Sistem jantung dan pembuluh darah
a) Hipotensi, sistolik <90 mmHg atau turun 30 mmHg dari semula.
b) Tatikardi, denyut nadi >100/menit, kecil lemah/tak teraba
c) Penurunan aliran darah coroner
d) Penurunan aliran darah kulit, sianotik, dingin dan basah;
pengisian kapiler yang lambat
2) Saluran napas
Hoperventilasu akibat anoksi jaringan, penurunan venus return serta
peninggian physiological dead space dalam paru

[4]
3) System saraf pusat
Akibat hipoksi terjadi peninggian permeabilitas kapiler yang
meneybabkan edema serebri dengan gejala penurunan kesadaran
4) Sistem saluran kemih
Oliguri (diuresis <30 ml/jam) dapat berlanjut menjadi anuri, uremi
akibat payah ginjal akut
5) Perubahan biokimiawi, terutama pada syok yang lama dan berat :
a) Asidosis metabolic akibat anoksi jaringan dan gangguan fungsi
ginjal
b) Hiponatremi dan hiperkalemi
c) Hiperglikemi

C. Etiologi
Syok Obstruktif disebabkan oleh tertekannya aliran darah, sehingga input ke
jantung (vena return) menurun atau tekanan darah jantung memompa. Syok
obstruktif terjadi akibat penurunan ventrikel yang tidak memadai sehingga
menyebabkan penurunan curah jantung. Hal ini dapat terjadi karena tension
pneumothorax, temponade jantung, emboli paru, emboli jantung,

Pada orang yang memiliki riwayat kanker, uremia atau penyakit infeksi dapat
mengarah pada kemungkinan temponade jantung. Distensi vena leher, tanpa
gagal jantung (daerah paru bersih pada foto rontgen toraks, tidak ada S 3 gallop)
mengarah pula pada temponade jantung. Pulsus paradoksus, yaitu suatu
penurunan tekanan darah sistolik sebesar 12 mmHg atau lebih selama
inspirasi, terjadi pada hampir setiap kasus temponade jantung. Pericardial
friction rub, kadang-kadang ditemukan sedangkan bunyi jantung melemah.
Bayangan pada pembesaran jantung pada foto rontgen taoraks dan vollatse
rendah pada EKG merupakan petunjuk efusi pericardial. Syok mendadak pada
pasien infark miokardial akut dapat terjadi akibat rupur dinding ventrikel dan
menyebabkan temponade jantung.

Tamponade jantung yaitu pengumpulan cairan di dalam kantong jantung


(kantong perikardium, kantong perikardial), yang menyebabkan penekanan
terhadap jantung dan kemampuan memompa jantung. Tamponade jantung
terjadi secara mendadak jika begitu banyak cairan terkumpul sehingga jantung
tidak dapat berdenyut secara normal. Sebelum timbulnya tamponade,
penderita biasanya merasakan nyeri samar-samar atau tekanan di dada, yang
akan bertambah buruk jika berbaring dan akanmembaik jika duduk tegak.
Dasar kelainan : terkumpulnya banyak cairan dalam kavumperikard.
Tamponade jantung merupakan suatu sindroma klinis akibat penumpukan
cairan berlebihan di rongga perikard yang menyebabkan penurunan pengisian
ventrikel disertai gangguan hemodinamik. Jumlah cairan yang cukup untuk
menimbulkan tamponade jantung adalah 250 cc apabila pengumpulan cairan
tersebut berlangsung cepat. Dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut
berlangsung lambat. Karena pericardium mempunyai kesempatan untuk
meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan yang bertambah
tersebut.

[5]
Tension pneumothorax adalah kondisi medis darurat ketika udara
terperangkap di rongga pleura antara paru-paru kiri dan kanan. seluruh bagian
dari paru-paru dapat kolaps sehingga dapat menyebabkan penurunan fungsi
jantung dan organ tubuh lain. Kondisi ini akan sangat berbahaya ketika udara
terus menerus masuk ke dalam rongga pleura akan dapat menekan paru-paru
dan jantung sehingga dapat menyebabkan henti jantung.

Klasifikasi Tension Pneumothorax merupakan salah satu kegawatdaruratan


cedera pada dada. Keadaan ini terjadi akibat adalnya kerusakan yang
menyebabkan udara masuk kedalam rongga pleura dan udara tersebut tidak
dapat keluar, udara yang terjebak didalam rongga pleura dapat menyebabkan
tekanan intrapleura meningkat akibatnya akan terjadi kolaps pada paru-paru,
sehingga dapat menggeser mediastinum ke bagian paru-paru kontralateral,
dan penekanan pada aliran vena balik sehingga dapat terjadi hipoksia. efek dari
pneumotoraks dapat menyebabkan terjadinya kolaps pada sistem
kardiovaskular.

Dikatakan adanya pergeseran pada mediastinum menyebabkan adanya


penekanan pada vena kava anterior dan superior, disebutkan hipoksia juga
menjadi dasar dari penyebabnya, hipoksia yang memburuk menyebabkan
terjadinya resitensi terhadap vaskular dari paru-paru yang diakibatkan oleh
vasokonstriksi. Jika gejala hipoksia tidak ditangani secepatnya, hipoksia ini
akan mengarah pada keadaan asidosis, dan penurunan curah jantung sehingga
dapat menyebabkan serangan jantung.

Tension pneumotoraks terjadi akibat kerusakan yang menyebabkan udara


masuk kedalam rongga pleura dan udara tersebut tidak dapat keluar, keadaan
ini disebut dengan fenomena ventil (one-way-valve). Akibat udara terjebak di
dalam rongga pleura sehingga menyebabkan tekanan intrapleura meningkat
yang mengakibatkan terjadinya kolaps pada paru –paru, hingga menggeser
mediastinum ke bagian paru – paru kontralateral, penekanan pada aliran vena
balik sehingga terjadi hipoksia. Adanya pergeseran pada mediastinum juga
dapat menyebabkan penekanan pada vena kava anterior dan superior. Hipoksia
yang memburuk menyebabkan terjadinya resitensi terhadap vascular dari paru
– paru yang diakibatkan oleh vasokonstriksi. Jika gejala hipoksia tidak
ditangani secepatnya, hipoksia ini akan mengarah pada keadaan asidosis,
kemudian disusul dengan menurunnya cardiac output sampai akhirnya terjadi
keadaan henti jantung yang dapat menyebabkan kematian.

Emboli paru (EP) merupakan kondisi akibat tersumbatnya arteri paru, yang
dapat menyebabkan kematian pada semua usia. Penyakit ini sering ditemukan
dan seringdisebabkan oleh satu atau lebih bekuan darah dari bagian tubuh lain
dan tersangkut di paru-paru, sering berasal dari vena dalam di ekstremitas
bawah, rongga perut, dan terkadang ekstremitas atas atau jantung kanan Selain
itu, emboli paru (Pulmonary Embolism) dapat diartikan sebagai
penyumbatanarteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu embolus, yang
terjadi secara tiba-tiba.
Selain itu, emboli paru (Pulmonary Embolism) dapat diartikan sebagai
penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu embolus, yang

[6]
terjadi secara tiba-tiba. Suatuemboli bisa merupakan gumpalan darah
(trombus), tetapi bisa juga berupa lemak, cairanketuban, sumsum tulang,
pecahan tumor atau gelembung udara, yang akan mengikuti alirandarah
sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah. Biasanya arteri yang tidak
tersumbat dapat memberikan darah dalam jumlah yangmemadai ke jaringan
paru-paru yang terkena sehingga kematian jaringan bisa dihindari.Tetapi bila
yang tersumbat adalah pembuluh yang sangat besar atau orang tersebut
memiliki kelainan paru-paru sebelumnya, maka jumlah darah mungkin tidak
mencukupi untuk mencegah kematian paru-paru.

Thrombus dapat berasal dari arteri dan vena. Thrombus arteri terjadi
karenarusaknya dinding pembuluh arteri (lapisan intima). Thrombus vena
terjad karena alirandarah vena yang lambat, selain itu dapat pula karena
pembekuan darah dalam vena apabilaterjadi kerusakaan endotel vena.
Thrombus vena dapat juga berasal dari pecahnya thrombus besar yang
terbawa aliran vena. Biasanya thrombus berisi partikel-partikel
fibrin(terbanyak), eritrosit dan trombosit. Ukurannya bervariasi, mulai dari
beberapa millimetersampai sebesar lumen venanya sendiri Adanya
perlambatan aliran darah vena (stasis) akan makin mempercepatterbentuknya
thrombus yang makin besar. Adanya kerusakan dinding pembuluh darah
vena(misalnya operasi rekonstruksi vena femoralis) jarang menimbulkan
thrombus vena.Thrombus yang lepas ikut aliran darah vena ke jantung kanan
dan sesudah mencapaisirkulasi pulmonal tersangkut pada beberapa cabang
arteri pulmonalis, dapat menimbulkanobstruksi total atau sebagian dan
memberikan akibat lebih lanjut.

D. Faktor Penyebab
Faktor penyebab syok obstruktif yaitu :
1) Ketidakmampuan pembuluh darah untuk mengalirkan darah
2) Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
3) Kurangnya darah untuk dialirkan

Faktor penyebab syok obstruktif adalah pada orang yang mengalami


temponade jantung, tension pneumothorax, emboli jantung dan emboli paru
paru. Karena terjadinya penekanan pada jantung yang menyebabkan darah
sulit untuk mengalir ke seluruh tubuh sehingga mengakibatkan curah jantung
turun. Namun, apabila penyebab dikarenakan oleh temponade jantung maka
sangat sulit untuk didiagnosa atau pun di lakukan penanganan pada gawat
darurat.

E. Pathophysiologi
Berat dan ringannya syok :

a. Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan prgan non-vital seperti kulit,
lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relative dapat hidup lebih lama
dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap
(irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau anya
sedikit menurun, asidosis metabolic tidak ada atau ringan.

[7]
b. Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal,
dan lainnya). Organ- organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih
lama seperti lemak, kulit, dan otot. Oligouria bisa terjadi dan asidosis
metabolic. Akan tetapi kesadaran relative masih baik.

c. Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok
beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok
lanjut terjadi vasokonstriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi
oligouria dan asidosis berat, ganguan kesadaran dan tanda- tanda hipoksia
jantung (EKG Abnormal, curah jantung menurun)

Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu :

1. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga
timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan
gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi
untuk menaikkan alirandarah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan
aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk
menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan konservasi
air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya penurunan kadar oksigen di
daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan
kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan
respirasi untuk memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal
menurun, tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun,
maka filtrasi glomeruler juga menurun.

2. Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi
kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung
tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada
saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan
bertambah nyata, gangguan seluler, metabolisme terganggu, produk
metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel.

Dinding pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga


terjadi bendungan vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi
sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat
kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil
sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC Disseminated
Intravascular Coagulation).

[8]
Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor
dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan
anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dan jaringan
(histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek syok (vasodilatasi dan
memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus menimbulkan
penurunan integritas mukosa usus pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke
sirkulasi.

Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar memperjelek keadaan.


Dapat timbul sepsis. DIC bertambah nyata, integritas sistim retikulo endotelial
rusak. integritas mikro sirkulasi juga rusak Hipoksa jaringan juga
menyebabkan perubahan metabolism dari aerobic menjadi anaerobic.

3. Fase Irresibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga tidak dapat
diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas syok.
Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang
cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun,
dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.

Syok obstruktif berkaitan dengan gangguan mekanik venous return dari arteri
maupun vena ke jantung. Beberapa kondisi seperti tension pneumothorax dan
temponade jantung. Pada pericardial temponade terjadi penekanan jantung
sehingga peregangan jantung tidak dapat maksimal. Akibatnya kontraktilitas
jantung tidak maksimal dalam kondisi tersebut.

Patofiologi syok obstuktif yaitu dikarenakan kompresi structural kemudian


terjadi penurunan alir balik vena menyebabkan turunnya stroke volume
kemudian menurunnya curah jantung dan suplai oksigen seluler menyebabkan
penurunan perfusi jaringan hingga menyebabkan kerusakan metabolism sel.

F. Tata Laksana Kasus


Tata laksanana kasus syok yaitu :
1) Posisi
a. Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka. Secara
umum posisi penderita dibaringkan telentang dengan tujuan
meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
b. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, penderita
jangan digerakkan sampai persiapan transportasi selesai, kecuali
untuk menghindari terjadinya luka yang lebih parah atau untuk
memberikan pertolongan pertama seperti pertolongan untuk
membebaskan jalan napas.
c. Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau
penderita tidak sadar, harus dibaringkan pada salah satu sisi tubuh
(berbaring miring) untuk memudahkan cairan keluar dari rongga
mulut dan untuk menghindari sumbatan jalan nafas oleh muntah atau
darah. Penanganan yang sangat penting adalah meyakinkan bahwa
saluran nafas tetap terbuka untuk menghindari terjadinya asfiksia.

[9]
d. Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar
atau kepala agak ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih
rendah dari bagian tubuh lainnya.
e. Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita, sebaiknya penderita
dibaringkan dengan posisi telentang data Sebelum melakukan
pendiagnosaan, sebagiknya ibu diperiksa terlebih dahulu.
f. Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita
telentang dengan kaki ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik ke
jantung lebih besar dan tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi bila
penderita menjadi lebih sukar bernafas atau penderita menjadi
kesakitan segera turunkan kakinya kembali

2) Pertahankan respirasi
a. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau
muntah.
b. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan
nafas (Gudel/oropharingeal airway).
c. Berikan oksigen 6 liter/menit
d. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan
pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.

3) Pertahankan sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi,
tekanan
darah, warna kulit, isi vena, produksi urin, dan (CVP).

Pada kasus syok obstruktif maka segera melakukan tat laksana kasus :
a. Pemeriksaan Fisik
1) Hipotensi dan penyempitan tekanan denyutan (adalah tanda
hilangnya cairan yang berat dan syok).
2) Detak jantung naik, frekuensi nafas naik, kesadaran turun.
3) Produksi urin turun. Produksi urin merupakan penunjuk awal
hipovolemia dan respon ginjal terhadap syok
4) Tampak hampir sama dengan syok kardiogenik dan hipovolemik.
Gejala klinis juga tergantung etiologi penyebabnya, yang sering
terjadi adalah tromboemboli paru, tamponade jantung, obstruksi
arterioventrikuler, tension pneumothorax. Gejala ini akan
berlanjut sebagai tanda-tanda akut kor pulmonal dan payah
jantung kanan: pulsasi vena jugularis, gallop, bising pulmonal,
aritmia. Karakteristik manifestasi klinis tamponade jantung: suara
jantung menjauh, pulsus altemans, JVP selama inspirasi.
Sedangkan emboli pulmonal: disritmia jantung, gagal jantung
kongesti.
b. Pemeriksaan penunjang
1) EKG
2) Pulse Oxymetri\

Penatalaksanaan
a) Penyebab syok obstruktif harus diidentifikasi dan segera dihilangkan.

[10]
b) Pericardiocentesis atau pericardiotomi untuk tamponade jantung.
c) Dekompressi jarum atau pipa thoracostomy atau keduanya pada tension
pneumothorax.
d) Dukungan ventilasi dan jantung, mungkin trombolisis, dan mungkin
prosedur radiologi intervensional untuk emboli paru.
e) Abdominal compartment syndrome diatasi dengan laparotomi
dekompresif.
Referensi

Ho, Mary T dkk. 1995. Resusitasi Kardiopulmoner dan Syok. Jakarta :1989 Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Purwadianto, Dr Agus. Dr Budi Sampurna. 2000. Kedaruratan Medik (Pedoman
Penatalaksanaan Praktis). Jakarta Barat : Bina Rupa Aksara
Linda, Evi Silviana. Indah Nurmala. 1995. Tindakan Paramedis Terhadap Kegawatan
dan Pertolongan Pertama edisi II. Jakarta : ECG

[11]

Anda mungkin juga menyukai