Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PROJECT FISIOLOGI TUMBUHAN

MATERI 8

RESPON TANAMAN TERHADAP STRESS LINGKUNGAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Siliwangi

Dosen Pengampu:
Dr. Diana Hernawati, S.Pd., M.Pd
Rita Fitriani, S.Pd., M.Pd

Oleh:
Kelompok 1
Alivia Azzahra 192154005
Ajeng Fajar Ramadhanti 192154007
Ade Reni Wulandari 192154022
Resa Kevira Mustikasari 192154025
Nurzaman Khoirulloh 192154088
Epi Nurul Bariyah Muhtar 192154107

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2021
MATERI 8
RESPON TANAMAN TERHADAP STRESS LINGKUNGAN
A. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui respon tanaman terhadap
stress lingungan yang dibuktikan dengan pengaruh cekaman detergen terhadap
tanaman.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, karena
faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman.
Respons tanaman sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat pada
penampilan tanaman, seperti tumbuhan yang mulai layu atau berwarna
kekuningan. Fluktuasi lingkungan setiap hari menantang kehidupan
tumbuhan. Kadang-kadang, faktor dalam lingkungan berubah cukup drastis
sehingga membuat tumbuhan menjadi tercekam.
Cekaman (stress) lingkungan adalah kondisi lingkungan yang
memberikan tekanan pada tanaman dan mengakibatkan respons tanaman
terhadap faktor lingkungan tertentu lebih rendah dari pada respons
optimumnya pada kondisi normal. Kondisi lingkungan yang memungkinkan
tanaman untuk memberikan respons maksimum terhadap suatu faktor
lingkungan bukan merupakan cekaman bagi tanaman. Cekaman lingkungan
dapat berupa faktor eksternal, meliputi kondisi lingkungan yang tidak
mendukung pertumbuhan dan perkembangan bagian tanaman, seperti
kekurangan dan kelebihan unsur hara, kekurangan dan kelebihan air, suhu
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Cekaman tersebut mengakibatkan
perubahan-perubahan pada morfologi, fisiologi, dan biokimia, yang akhirnya
akan berpengaruh buruk pada pertumbuhan tanaman serta produktivitasnya
(Nio dan Yunia, 2011).
Menurut Ai & Torey (Efendi, 2009), kekurangan air merupakan salah
satu faktor pembatas utama di bidang pertanian yang dapat mempengaruhi
proses pertumbuhan dan perkembangan serta hasil produksi tanaman.
Ketersediaan air tanah yang semakin menurun serta adanya perubahan iklim
yang tidak menentu menyebabkan kemarau yang berkepanjangan dan
selanjutnya mengakibatkan kekurangan air pada tanaman. Sebagai salah satu
organ tanaman, akar berperan penting pada saat tanaman merespons
kekurangan air dengan cara mengurangi laju transpirasi untuk menghemat air.
Untuk menentukan respon tanaman terhadap stress lingkungan dapat
dibuktikan dengan kekurangan atau kelebihan air yang dapat mempengaruhi
perubahan morfologi, fisiologi, dan produktivitasnya. Namun dalam kegiatan
kali ini, untuk menentukan respon tanaman terhadap stress lingkungan
dibuktikan dengan pemberian air campuran detergen pada tanaman saat
penyiraman selama 7 hari berturut-turut. Pencemaran air oleh deterjen
diakibatkan dari bahan penyusun utama deterjen yaitu Natrium Dodecyl
Benzen Sulfonat (NaDBS) dan Sodium Tripoly Fosfat (STTP) dimana kedua
bahan tersebut sulit untuk terdegradasi secara alamiah. Detergen sendiri
merupakan faktor eksternal yang bersifat basa karena memiliki pH > 7, yang
dapat menjadi racun pada tanaman karena tidak berada dalam kondisi
optimum. Selain itu, dapat mengakibatkan tanaman menjadi stress karena
perubahan kondisi lingkungan yang menjadi habitatnya. Serta akan
mengakibatkan perubahan morfologi, fisiologi, dan produktivitas tanaman
tertentu.

C. SKEMA KERJA
a. Alat :
1. Wadah aqua gelas dengan mulut besar untuk mencampur air dan
detergen serta tempat menyiram tanaman
2. Sendok makan untuk mengaduk detergen dengan air
b. Bahan :
1. Air untuk menyiram tanaman
2. Detergen yang akan dicampur dengan air untuk meriram
tanaman
3. Tanaman Seledri (Apium gravolens) yang akan dijadikan
percobaan

D. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Siapkan tanaman yang akan diberikan 2 perlakuan berbeda. Tanaman
satu (A) yang akan diberikan perlakuan air, dan tanaman dua (B) yang
akan diberikan perlakuan detergen
3. Siapkan air dalam wadah aqua gelas
4. Siram tanaman satu (A) dengan menggunakan air yang sudah
disiapkan tadi
5. Siapkan air dalam wadah aqua gelas, kemudian masukkan satu sendok
detergen ke dalam air tersebut dan aduk rata
6. Siram tanaman dua (B) menggunakan air campuran detergen yang
sudah disiapkan
7. Kedua tanaman tersebut disiram selama dua kali sehari, yaitu pada
pagi dan sore hari
8. Lakukan penyiraman berulang kali pada kedua tanaman selama 7 hari
sampai tanaman tersebut layu atau mati
9. Amati hasil yang terjadi pada kedua tanaman setelah diberikan
perlakuan air dan detergen
E. HASIL PENGAMATAN
Hari Tanaman Gambar Hasil
ke- Seledri ke-
1 A Tanaman seledri terlihat
segar

B Tanaman seledri masih


terlihat segar

2 A Tanaman seledri terlihat


segar

B Tanaman seledri masih


terlihat sedikit segar.
Tetapi terdapat
perubahan pada daun.
Pada daun terdapat
bintik-bintik kuning
3 A Tanaman seledri terlihat
segar

B Tanaman seledri terlihat


sedikit layu

4 A Tanaman seledri terlihat


segar

B Tanaman seledri terlihat


sedikit layu
5 A Tanaman seledri terlihat
segar

B Tanaman seledri terlihat


sudah layu

6 A Tanaman seledri terlihat


segar, selain itu tumbuh
batang seledri baru

B Tanaman seledri terlihat


sudah layu
7 A Tanaman seledri terlihat
segar

B Tanaman seledri terlihat


layu. Bahkan terdapat
beberapa batang seledri
yang sudah mulai mati.
Ditandai dengan
tanaman seledri yang
layu dan daun serta
batang berwarna coklat

F. PEMBAHASAN
Pada percobaan respon tanaman terhadap stress lingkungan kali ini,
kelompok kami menggunakan tanaman Seledri (Apium gravolens) yang
diberikan dua perlakuan berbeda pada saat penyiraman. Tanaman seledri
pertama (A) diberikan perlakuan air, dan tanaman seledri kedua (B) diberi
perlakuan detergen. Penyiraman tanaman dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada
pagi dan sore hari. Percobaan ini dilakukan selama 7 hari, mulai dari hari
jum’at, 29 Oktober 2021 sampai kamis, 5 November 2021.
Ketika percobaan telah selesai dilaksanakan, didapatkan hasil bahwa
tanaman merepon stress lingkungan dengan perubahan morfologi dan fisiologi
serta produktivitas tanaman. seperti yang terjadi pada tanaman seledri (Apium
gravolens) yang diberikan perlakuan detergen, terdapat bintik-bintik kuning
yang kami yakini itu adalah gejala antraknosa, pada hari ke-2. Menurut
Parasibu, et al. (2016), penyakit antakrosa ini disebabkan oleh jamur
Colletotrichum sp. yang ditandai dengan mulculnya bercak kuning atau hijau
muda berbentuk bulat, dan bercak tersebut lama kelamaan akan berubah
menjadi coklat dan berbintik hitam yang merupakan spora jamur, kemudian
lama kelamaan akan menyebabkan busuk pada daun tanaman. Selain itu,
bintik tersebut juga menunjukkan terjadinya gejala bercak Septoria yang
disebabkan oleh jamur Septoria. Menurut Fadillah (2019), gejala septoria ini
terdapat pada daun yang awalnya berupa bercak-bercak klorotik lalu menjadi
bercak cokelat dan menyebabkan kematian tanaman, yang dapat
mengakibatkan tanaman menjadi layu. Persebaran gejala tersebut adalah
faktor lingkungan yang berpengaruh besar, seperti suhu, kelembapan, pH
tanah, curah hujan dan angin. Hal tersebut terbukti dengan besarnya pH pada
detergen yang diberikan kepada tanaman besar pH nya > 7. Karena semakin
besar pH yang dikandung tanah, maka semakin tinggi tingkat resiko terjadinya
gejala bercak septoria.
Pada ke-3 sudah terlihat tanaman seledri yang diberikan perlakuan
detergen mulai terlihat layu. Hal tersebut terjadi karena kurangnya asupan air
pada tanaman, diakibatkan air yang diberikan sudah tercemar dengan
detergen. Pada hari ke-6 tanaman seledri yang diberikan percobaan sudah
terlihat layu dan berwarna sedikit kecoklatan, sampai pada hari ke-7, tanaman
seledri mulai mati, ditandai dengan tanaman seledri yang layu dan daun serta
batang berwarna coklat.
Berbeda dengan tanaman seledri yang diberikan perlakuan air,
tanaman tersebut tumbuh dengan baik tanpa layu sedikitpun. Bahkan pada
tanaman seledri tersebut muncul tunas baru, yang kemudian tumbuh tinggi
hari demi hari. Hal tersebut membuktikan bawha cekaman (stress) lingkungan
menggunakan detergen dapat memberikan tekanan pada tanaman dan
mengakibatkan respons tanaman terhadap faktor lingkungan tertentu lebih
rendah dari pada respons optimumnya pada kondisi normal. Tetapi tanaman
seledri ini memiliki ketahanan yang cukup kuat terhadap polutan. Hal tersebut
terbukti dari perbandingan lamanya hasil pengamatan, karena tanaman mulai
terlihat layu pada hari ke-6. Jika percobaan pemberian air detergen pada
tanaman seledri dilakukan sedikit lebih lama, sekitar 14 hari, kemungkinan
tanaman seldri tersebut dapat mati total.
G. KESIMPULAN
Melalui percobaan ini dapat disimpulkan bahwa detergen dapat
memberikan pengaruh buruk yang menjadi pada tanaman akibat stress
lingkungan karena bersifat sebagai racun yang dapat membuat respon
tanaman seledri lebih rendah daripada respon optimumnya pada kondisi
normal. Selain itu, lamanya waktu pemberian perlakuan cekaman detergen
juga berpengaruh terhadap respon tanaman yang mengakibatkan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman menjadi tidak sebagaimana mestinya. Jika
tanaman ditempatkan pada lingkungan yang dapat membuat tanaman tersebut
stress terlalu lama, maka akan mengakibatkan tanaman tersebut mati.
DAFTAR PUSTAKA
Wiraatmaja, I. 2017. Bahan Ajar Cara Tanaman Beradaptasi terhadap Cekaman
Fisiologis. 1-44.
Ai, N. S., dan Torey, P. 2013. Karakter Morfologi Akar sebagai Indikator
Kekurangan Air pada Tanaman. Jurnal Bioslogos. 3(1). 32-39.

Putri, T, A, H., et al. 2021. Respon Pertumbuhan Tanaman Cabai Keriting (Capsicum
annuum L.) terhadap Penambahan Limbah Air Detergent dan Limbah Cair
Ampas Tahu. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan. 7(4). 257-263.
Pasaribu, Emta, L. P., et al 2016. Eksplorasi Jamur Filoplane pada Tanaman Seledri
(Apium graveolens) dan Uji Kemampuan Antagonisnya terhadap Penyakit
Antraknosa (Colletotrichum sp.). Jurnal HPT. 4(1). 1-7.
Fadhillah, Hilda, N. 2019. Uji Efektivitas Isolat Pseudomonas fluorescena untuk
Mengendalikan Penyakit Bercak Daun (Septoria apii) pada Tanaman
Seledri (Apium graveolens L.). SKRIPSI Program Studi Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai