Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI KE II

PEMBUATAN HERBARIUM KERING

Disusun oleh :
Sa’diyah Triyanti (20.71.022483)
Farmasi B

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2021
BAB I

1.1 TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Diharapkan mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan
herbarium
2. Diharpkan mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan
herbarium kering
3. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui cara pembuatan herbarium kering

1.2 DASAR TEORI

Penemuan obat herbal cenderung dipengaruhi oleh sumber daya alam


yang ada dilingkungan setempat, sehingga perlu adanya pengenalan lebih lanjut
antara manusia di dunia dengan lingkungan tempat tinggal mereka atau disebut
dengan Etnobotani. Etnobotani sering diartikan sebagai hubungan masyarakat
setempat dengan lingkungan hidupnya, seperti penggunaan tumbuhan untuk
makanan, perlindungan,pakaian,obat-obatan dan keperluan lainnya (Nisyaputri et
al., 2018).
Herbarium mempunyai dua pengertian yaitu tempat untuk penyimpanan
specimen herbarium yang telah diproses dengan baik dan benar, dilengkapi
dengan fasilitas pendukung seperti perpustakaan, peralatan dan ruang studi.
Pengertian kedua herbarium yaitu sebagai material adalah berupa koleksi
tumbuhan yang telah dikeringkan di label dan dimounting dan disimpan dengan
baik di herbarium. Tujuan utama dari pengoleksian dan pengawetan herbarium
adalah untuk melestarikan specimen dan catatan yang melekat padanya sehingga
memiliki informasi yang maksimum tentang tumbuhan yang dikoleksi (Antoni,
2015).
Herbarium merupakan koleksi specimen yang telah dikeringkan atau
diawetkan biasanya disusun berdasarkan system klasifikasi. Fungsi dari
herbarium yaitu untuk membantu identifikasi tumbuhan lainnya yang sekiranya
memiliki persamaan ciri-ciri morfologinya (Susilo, 2015).
Herbarium dapat berarti (1) sekumpulan koleksi contoh tumbuhan yang
dikeringkan/diawetkan, diklasifikasi, dan ditempel pada kertas plak untuk
selanjutnya dipergunakan dalam mempelajari botani; (2) kotak,lemari,ruang atau
gedung tempat penyimpanan contoh tumbuhan yang telah diawetkan; atau (3)
suatu lembaga yan mengelola koleksi tumbuhan diawetkan untuk keperluan
penelitian. Semua bentuk koleksi harus dilengkapi dengan keterangan yang ditulis
pada label serta minimal memuat data tentang nama ilmiah(jika ada), daerah (jika
ada), pengumpul nomor koleksi, tanggal koleksi, lokasi, elevasi, habitat, dan
keterangan lapangan lain (Deden girmansyah dkk. 2018).
Spesimen kering pada umunya telah dipress dan dikeringkan, serta
ditempelkan pada kertas (kertas mounting), berisi label keterangan yang penting
dan sulit dikenali secara langsung yang telah disediakan (Murni, dkk, 2015).
Herbarium kering lebih mudah dibuat daripada herbarium basah, karena
tumbuhan atau spesimen yang digunakan hanya dikeringkan saja, dan aman
dilakukan oleh anak-anak. Kegiatan penelitian membuat herbarium kering di
sekolah sangat efektif dan efesien untuk memperkenalkan tumbuhan dari
lingkungan sekitar untuk memperdalam pelajaran etbotani (biologi tumbuhan)
sesuai dengan kurikulum sekolah (Mertha, Idrus, Ilhamdi, & Zulkifli, 2018).
Herbarium sebagai suatu koleksi specimen tumbuhan dapat digunakan
sebagai suatu media pembelajaran dalam membelajrkan mata pelajaran yang
terkait dengan tumbuhan dan klasifikasi tumbuhan. Herbarium kering adalah
koleksi spesimen suatu tumbuhan yang telah dipress dan dikerinhkan, serta
ditempelkan pada kertas (Mounting paper), diberi label berisi keterangan yang
penting dan sulit dikenali secara langsung dari spesimen kering tersebut,
diawetkan serta disimpan dengan baik. Adapun alat dan bahan yang digunakan
yaitu album foto,pisau cuter,gunting, tumbuhan (akar,batang,daun), alkohol 70%
dan kapas (Wa Lisma Tomia, 2020).
Sebagai tanaman multimanfaat, seledri menjadi sayuran yang sangat
dibutuhkan. Kebutuhan seledri dari waktu ke waktu mengalami peningkatan.
Seledri digunakan oleh masyarakat untuk jamu penurun tekanan darah atau
hipertensi. Namun, sebenarnya masih banyak manfaat lain dari seledri dalam
menjaga kesehatan, memelihara kebugaran, dan untuk mengobati beberapa jenis
penyakit (Yuli Widiyastuti dkk. 2021).
Secara umum, kandungan utama daun seledri adalah minyak asiri,
glikosida, apiin,manitol, daan inositol. Selain mengandung minyak asiri, daun
mengandung protein, kalsium, garam fosfat,serta vitamin A,B, dan C. Umbi
seledri mengandung minyak asiri kurang dari 0,01 %, beberapa jenis asam amino,
antara lain glutamin, asparagin, dan tirosin ; serta manitol. Bijinya mengandung
minyak asiri 2,5-3 % beraroma khas dengan kandungan limonen, kumarin,
furanokumarin (bergapten), juga mengandung protein (kholin) 1,3 % dan asam
lemak. Seluruh herba seledri (termasuk akar) mengandung glikosida flavon apiin
dan isoquercitirin, umbeliferon, juga mengandung inositol, asparagin, glutamin,
kholin dan linama – rose. Daun seledri mengandung minyak asiri berkisar 0,1-
0,5% yang didominasi senyawa golongan monoterpen sebanyak 70 % (limonen
dan mirsen). Tanaman ini juga mengandung vitamin A2, B1, dan C2 (Rojek dkk.
2016).
Seledri sudah dikenal sebagai sayuran dan tanaman herbal sejak sejarah
awal di Mesir, Yunani, dan Romawi. Dalam kesusastraan kuno terdapat dokumen
yang menyebutkan seledri telah ditanam untuk keperluan pengobatan sejak 850
sebelum Masehi. Biji tanaman ini digunakan oleh tabib Ayurveda kuno untuk
mengobati demam, flu, penyakit pencernaan, beberapa tipe artistis, penyakit
limpa, dan hati. Namun, seledri berpotensi menimbulkan alergii pada sejumlah
orang yang peka dan penderita radang ginjal tidak dianjurkan mengonsumsi herba
ini (Al-Asmiri dkk. 2017).
BAB II

2.1 ALAT DAN BAHAN


2.1.1 ALAT
No. Nama Alat Jumlah Ukuran
1. Gunting 1 Kecil
2. Selotip 1 30 cm
3. Kertas dupleks 1 50 x 45 cm
4. Kertas HVS 7 A4S
5. Kapas 1 35 gr
6. Plastik 1 24 mm
7. Pemberat (Buku Tebal) 5 Besar, sedang
8. Kertas manila 1 50 x 45 cm
9. Doubletip 1 ½ inci

2.1.2 BAHAN
No. Nama Bahan Jumlah Keperluan
1. Alkohol 70% Secukupnya
2. Tumbuhan seledri 1tumbuhan (lengkap
akar,batang,daun)
2.2 CARA KERJA PRAKTIKUM

Di siapkan alat dan bahan



Di tuangkan alcohol 70% pada kapas


Di bersihkan seluruh bagian tumbuhan seledri dengan kapas

 bagian tumbuhan secara
Di semprotkan alcohol 70% pada
menyeluruh

Di siapkan kertas HVS kemudian letakkan tumbuhan seledri


diatas kertas HVS dan diberi selotip


Di lapisi permukaan kertas duplex dengan menggunakan kertas
manila

Di tempelkan tumbuhan seledri yang sudah kering diatasnya


Di pasangkan etiket dan informasi tumbuhan seledri


Di bunngkus herbarium dengan plastik
BAB III

3.1 HASIL PENGAMATAN


No. Gambar Keterangan
Pengambilan gambar awal
pembuatan herbarium kering
Apium graveolens L .
Dari identifikasi fisik terlihat,
1.
-Bagian daun berwarna hijau
tua dan daun masih segar.
-Bagian batang masih terlihat
kuat dan masih ada
kandungan air.
-Bagian akar masih
mengandung mineral/air
-Tumbuhan tampak segar dan
sehat.
Pengambilan gambar setelah 6
hari pembuatan herbarium
kering Apium graveolens L .
Dari identifikasi fisik terlihat,
2.
-Bagian daun berwarna coklat
kekuningan dan bagian daun
agak keriput.
-Bagian batang menjadi
mengempis karena sudah
tidak berisi air
-Bagian akar tampak sudah
mengering
-Sebagian tumbuhan kering
dan kadar air menurun.
BAB IV

4.1 PEMBAHASAN
Herbarium merupakan koleksi specimen yang telah dikeringkan atau
diawetkan biasanya disusun berdasarkan system klasifikasi. Fungsi dari
herbarium yaitu untuk membantu identifikasi tumbuhan lainnya yang sekiranya
memiliki persamaan ciri-ciri morfologinya (Susilo, 2015).
Herbarium dapat berarti sekumpulan koleksi contoh tumbuhan yang
dikeringkan/diawetkan, diklasifikasi, dan ditempel pada kertas plak untuk
selanjutnya dipergunakan dalam mempelajari botani (Deden girmansyah dkk.
2018).
Pada percobaan kali ini, digunakan pengoleksian tumbuhan dengan
metode herbarium kering, dalam pembuatan herbarium kering memerlukan
alkohol 70% sebagai bahan antibakteri. Sistematika kerja alkohol adalah dengan
membunuh bakteri,mikroba atau jamur karena kandungan senyawa alkohol
mampu merusak membran sel pada bakteri maupun mikroba. Jika pada tumbuhan
herbarium terdapat bakteri maka tumbuhan akan mengalami pembusukan dan
awetan tidak akan mampu bertahan dalam waktu yang lama. Karenanya alkohol
menjadi zat pengawet utama pada pembuatan herbarium kering.
Setelah 6 hari bungkus tanaman dibuka dan pemberat dipinggirkan maka
disini akan terlihat noda coklat pada kertas HVS, noda coklat pada kertas HVS
merupakan kandungan air yang diserap oleh kertas HVS dengan dibantu oleh
pemberat sekaligus alat pengepressan tumbuhan lebih mudah menurunkan kadar
air sehingga herbarium kering dengan baik. Setelah 6 hari di simpan, terdapat
perubahan warna pada daun dan batang seledri. Warna daun yang awalnya hijau
dan segar berubah menjadi kuning kecoklatan.
Tumbuhan seledri dengan batang agak tebal yang kemudian kecil dan
menipis karena pengepressan dan pengeringan selama 6 hari sehingga warna
batangpun sebagian ada yang berubah menjadi kecoklatan, sebagian kekuningan.
Bagian akar tumbuhan seledri yang awalnya mengembang dan terlihat
berisi menjadi kering dan mudah rapuh sehingga dalam pelepasan selotip harus
dengan kehati-hatian. Kadar air lebih banyak pada bagian akar karena akar
merupakan jalur utama penyerapan makanan berupa air pada tumbuhan sehingga
dalam proses pengeringan dan pengepressan diusahakan pada bagian akar ditindih
pemberat dengan volume yang lebih besar dari yang lain.
Tumbuhan seledri merupakan tumbuhan yang memiliki batang tidak
berkayu,berbentuk persegi,beralur,tidak berambut serta bercabang banyak dengan
warna batang yaitu hijau. Daun seledri merupakan daun majemuk menyirip ganjil
dengan anak daun 3-7 helai dengan ujung daun runcing dan tepi daun beringgit,
daun berwarna hijau muda sampai hijau tua. Akar seledri merupakan akar
tunggang dan memiliki serabut akar yang menyebar kesamping (Haryoto,
2009:14). Tumbuhan seledri berasal dari kingdom plantae, divisi spermatophyta,
subdivisi angiospermae, class dicotyledonae, ordo apiales, famili apiaceae, genus
apium dan spesies Apium graveolens L.

4.2 KESIMPULAN
Dari percobaan yang tlah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu
herbarium merupakan koleksi specimen yang telah dikeringkan atau diawetkan
biasanya disusun berdasarkan klasifikasi. Herbarium kering adalah pengoleksian
herbarium ketika kadar air dalam herbarium rendah umumnya specimen yang
telah dipress dan dikeringkan dan ditempelkan pada kertas (Mounting Paper).
Pembuatan herbarium kering yaitu mengawetkan sampel atau tanaman
dengan cara dikeringkan dan memberikan bahan pengawet berupa alcohol 70%
dengan cara dilap menggunakan kapas atau disemprot yang kemudian disimpan
ditempat yang rata lalu ditindih dengan beban yang berat.
4.3 SARAN
Adapun saran untuk praktikum ini sebaiknya tumbuhan harus dicuci
sebersih mungkin dari tanah-tanah maupun benda asing lain agar tumbuhan
nantinya baik ketika mounting sehingga tidak mengotori kertas manila dan juga
perlu diperhatikan bahwa pengeringan tumbuhan yang mengandung kadar air
lebih banyak sebaiknya jangan menggunakan patokan 7 hari lebih baik genapkan
14 hari sehingga hasil maksimal dan warna daun merata sehingga tumbuhan
benar-benar kering secara sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Antoni, F. (2015). Botani dan Herbarium. Jambi: PT. Reki.

Deden Girmansyah, dkk. (2018). Index Herbariorum Indonesianum. Jakarta: LIPI Press, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan Balai Besar Penilitian dan
Pengembangan Tanman Obat dan Obat Tradisonal : 3-4.

Mertha, I. G., Idrus, A. Al, Ilhamdi, M. L., & Zulkifli, L. (2018). Pelatihan Teknik Pembuatan
Herbarium Kering dan Identifikasi Tumbuhan Berbasis Lingkungan Sekolah di SMAN
4 Mataram (Vol. 1). Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat : 82-87.

Muhammad Joko, S. (2015). Analisis Kualitas Media Pembelajaran Insektarium dan


Herbarium Untuk Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah (Vol. 3). Jurnal
Bioedukatika : 10-15.

Nisyaputri, F. F., Iskandar, J., & Parasasmita, R. (2018). Studi EtbotanI Tumbuhan Obat di
Desa Wonoharjo (Vol. 4). Prosiding Masy Biodiv Indo : 122-123.

Wa Lisma Tomia. (2020). Pembuatan Herbarium Sebagai Media Pembelajaran IPA-BIOLOGI


Untuk Mengembangkan Soft Skills Siswa Kelas VII Di SMPN 41 Buru Kecamtan Air
Buaya Kabupaten Baru. Ambon: Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri : 2-34.

Yuli Widiyastuti., Lucie Widowati., Yul Bahar., & Usman Siswanto. (2021). Seledri (Apium
graveolens L.). Jakarta: LIPI Press, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Kesehatan Balai Besar Penilitian dan Pengembangan Tanaman Obat
dan Obat Tradsional : 2-66.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses penyiapan tumbuhan Seledri untuk herbarium


No. Gambar Keterangan
1.

Sortasi basah tumbuhan


seledri

2.

Pencucian tumbuhan seledri

3.

Pengelapan tumbuhan seledri


Lampiran 2. Pengepressan tumbuhan seledri
No. Gambar Keterangan

1. Pembersihan tumbuhan
seledri dengan alcohol
70%

2. Penyemprotan alcohol
70% pada Seledri

3. Penempelan tumbuhan
seledri pada kertas HVS
Pembungkusan tumbuhan
seledri dengan kertas HVS
4.

5. Penindihan tumbuhan
seledri dengan pemberat
Lampiran 3. Pembuatan tempat herbarium.
No. Gambar Keterangan
1.

Penempelan kertas manila


pada permukaan duplex

2.

Perekatan bagian belakang


duplex
Lampiran 4. Penempelan tanaman herbarium yang sudah jadi.
No. Gambar Keterangan
1.

Peletakkan herbarium yang


sudah kering

2.

Perekatan herbarium pada


kertas manila

3. Pembungkusan herbarium
dengan plastik
Lampiran 5. Herbarium yang sudah jadi dan ditempelkan label,manfaat,klasifikasi
Lampiran 6. Soal dan jawaban post test
Lampiran 7. Link youtube video pembuatan herbarium kering
https://youtu.be/vJ1mZJXI8EE

Anda mungkin juga menyukai