Demokrasi liberal adalah sistem pemerintahan yang menganut kebebasan individu. Sistem pemerintahan ini, dipakai di
Indonesia pada tahun 1950 – 1959. Setelah kembali ke bentuk negara kesatuan, sistem demokrasi yang dianut adalah Demokrasi
Liberal. Sistem pemerintahannya adalah kabinet parlementer. Demokrasi liberal adalah salah satu bentuk sistem pemerintahan yang
berkiblat pada demokrasi. Liberal disini dalam artian perwakilan atau representatif. Dengan pelaksanaan konstitusi tersebut,
pemerintahan Republik Indonesia dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan
bertanggung jawab kepada parlemen (DPR). Pada masa ini perkembangan partai politik diberikan ruang yang seluas-luasnya. Latar
belakang demokrasi liberal di Indonesia adalah benar-benar terbebasnya Indonesia dari gangguan Belanda sehingga bangsa
Indonesia berusaha memperbaiki jalan negaranya. Bentuk negara serikat kala itu dirasa tidak cocok dengan semangat persatuan
rakyat Indonesia. Ciri-ciri demokrasi liberal di Indonesia ditandai dengan banyaknya partaI (multipartai), menggunakan UUDS 1950
sebagai konstituante, dan banyak terjadi pergantian kabinet.
B. Pemilu 1955
Pemilu 1955 ditandai dengan banyaknya partai politk yang muncul. Tujuan dibentuknya partai politik adalah memperoleh, merebut, dan
mempertahankan kekuasaan secara konstitusional. Partai politik pada masa demokrasi liberal:
No Nama Partai Pemimpin Tahun berdiri
1 Masyumi Sukiman Wiryosanjoyo 7 November 1945
2 PNI Sidik Joyokusumo 29 Januari 1945
3 Partai Sosialis Indonesia (PSI) Amir Syarifudin 20 November 1945
4 PKI Moh Yusuf 7 November 1945
5 Parkindo Drs.Probowinoto 10 November 1945
6 Persatuan Marhaen Indonesia J.B Assa 17 Desember 1945
7 PKRI I.J.Kasimo 8 Desember 1945
Latar Belakang Pemilu 1955
Pemilu merupakan salah satu syarat agar sistem pemerintahan yang demokrasi berfungsi. Persiapan pemilu dilaksanakan pada masa
Kabinet Ali Sastroamijoyo 1. Pada tanggal 31 Juli 1954 dibentuk panitia Pemilu Pusat dengan ketuanya Hadikusumo (PNI). Pemilu Parlemen
dilaksanakan 29 September 1955, sebelum ini parta-partai meningkatkan kampanye untuk mendapatkan suara terbanyak.
Pelaksanaan Pemilu:
Penyelenggaraan Pemilu tahun 1955 merupakan pemilu yang pertama dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Pemilu diselenggarakan pada masa
pemerintahan Kabinet Burhanudin Harahap. Pemilu dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR, dan
tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Badan Konstituante (Badan Pembentuk UUD).
Hasil pemilu tahun 1955 menunjukkan ada empat partai yang memperoleh suara terbanyak yaitu PNI (57 wakil), Masyumi (57 wakil), NU (45 wakil), dan PKI
(39 wakil). Pemilu tahun 1955 ternyata tidak mampu menciptakan stabilitas poltik seperti yang diharapkan. Bahkan muncul perpecahan antara
pemerintahan pusat dengan beberapa daerah. Kondisi tersebut diperparah dengan ketidakmampuan anggota Konstituante untuk mencapai titik temu
dalam menyusun UUD baru untuk mengatasi kondisi negara yang kritis. Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno dekrit. Dekrit ini dikenal dengan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959.