Anda di halaman 1dari 6

BAB II

DEMOKRASI LIBERAL (PARLEMENTER) DI INDONESIA


(1950-1959)

A. Pengertian Demokrasi Liberal

Demokrasi liberal adalah sistem pemerintahan yang menganut kebebasan individu. Sistem pemerintahan ini, dipakai di
Indonesia pada tahun 1950 – 1959. Setelah kembali ke bentuk negara kesatuan, sistem demokrasi yang dianut adalah Demokrasi
Liberal. Sistem pemerintahannya adalah kabinet parlementer. Demokrasi liberal adalah salah satu bentuk sistem pemerintahan yang
berkiblat pada demokrasi. Liberal disini dalam artian perwakilan atau representatif. Dengan pelaksanaan konstitusi tersebut,
pemerintahan Republik Indonesia dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan
bertanggung jawab kepada parlemen (DPR). Pada masa ini perkembangan partai politik diberikan ruang yang seluas-luasnya. Latar
belakang demokrasi liberal di Indonesia adalah benar-benar terbebasnya Indonesia dari gangguan Belanda sehingga bangsa
Indonesia berusaha memperbaiki jalan negaranya. Bentuk negara serikat kala itu dirasa tidak cocok dengan semangat persatuan
rakyat Indonesia. Ciri-ciri demokrasi liberal di Indonesia ditandai dengan banyaknya partaI (multipartai), menggunakan UUDS 1950
sebagai konstituante, dan banyak terjadi pergantian kabinet.

KABINET MASA DEMOKRASI LIBERAL

No Nama Tokoh/Perdana Tahun Partai Program Kerja Prestasi Keterangan


kabinet Mentri pendukung
1 Natsir Natsir (Zaken 6 Sep 1950 Masyumi  Menggiatkan usaha Indonesia berhasil Mundur karena
Kabinet) – 21 Maret dan PSI keamanan dan diterima dalam PBB pada mosi tidak
1951 ketenteraman 28 September 1950 percaya dari
 Konsolidasi Mebuat Sumitro Plan: Hadikusumo
pemerintahan perubahan ekonomi (PNI)
 Menyempurnakan kolonial ke nasional. Mosi
organisasi angkatan pembubaran
perang DPRD Sementara
 Mengambangkan Sering
ekonomi mengeluarkan
kerakyatan UU darurat
 Memperjuangkan Banyak terjadi
Irian Barat gerakan separatis
DI/TII, Andi Azis,
Apra dan RMS

2 Sukiman Sukiman 27 April Masyumi  Menjamin Memperhatikan dan Mundur karena


Wiryosanjoyo 1951-3 dan PNI keamanan dan memajukan usaha kecil, ada perjanjian
April 1952 ketenteraman memperhatikan kaum Nota MSA
 Melaksanakan buruh, mendirikan dengan Amerika
rencana sekolah, melanjutkan Serikat
kemakmuran program kabinet Natsir
nasional
 Persiapan pemilu
 Menjalankan politik
luar negri bebas
aktif
 Memasukkan Irian
Barat ke Indonesia
3 Wilopo Wilopo (Zaken 3 April PNI  Mempersiapkan Mempersiapkan dan Mundur karena
Kabinet/Kabinet 1952 – 3 pemilu melaksankan pemilu Peristiwa
ahli) Juni 1953  Berusaha Berupaya mengembalikan Tanjung Morawa
mengembalikan Irian Barat (perebutan tanah
Irian Barat Melaksanakan politik luar DI Sumatra Timur
 Meningkakan negri bebas aktif antara rakyat dan
keamanan dan Memperhaharui bidang asing)
kesejahteraan pendidikan dan
 Memperbarui pengajaran
bidang pendidikan
dan pengajaran
 Melaksanakan
politik luar negri
bebas aktif
4 Ali Ali Sastroamijoyo 30 Juli PNI, NU  Meningkatkan Berhasil Mundur karena
Sastroamijo 1953 – 12 keamanan dan menyelenggarakan KAA di masalah TNI AD
yo 1 Agustus kemakmuran Bandung 18 – 24 April pada 17 Oktober
1955  Persiapan pemilu 1955 1952
 Pembebasan Irian
Barat
 Program politik luar
negri bebas aktif
 Penyelesaian
pertiakain politik
5 Burhanudin 12 Agustus Masyumi  Mengembalikan Berhasil Mundur karena
Harahap 1955 – 3 kewibawaan moral menyelenggarakan tugas telah
Maret pemerintah pemilu pertama kali pada selesai sehingga
1956  Melaksanakan 29 September 1955 mengembalikan
pemilu mandat kepada
 Pembebeasan irian Presiden
Barat
6 Ali Ali Sastroamijoyo 20 Maret PNI,  Pembatalan KMB Pembubaran atau Mundur karena
Sastroamijo 1956 – 14 Masyumi,  Perjuanan pembatalan KMB Masyumi sbg
yo II Maret NU mengembalikan pendukung
1957 Irian Barat menarik semua
 Pemulihan mentrinya
keamanan dan
ketertiban
 Melaksanakan
keputusan KAA
7 Djuanda Djuanda (Zaken 9 April PNI, NU,  Membentuk Dewan - Mengatur batas Mengatasi
Kabinet) 1957 – 5 Partindo Nasional perairan melalui pergolakan
Juli 1959  Normalisasi deklarasi Djuanda PRRI/Permesta,
keadaan RI - Mengadakan Munas serta adanya
 Melanjutkan untuk mengatasi Peristiwa Cikini
pembatalan KMB pergolakan daerah yaitu peristiwa
 Memperjuangkan percobaan
Irian Barat pembunuhan
 Mempercepat terhadap
pembangunan Presiden
Soekarno pada
tanggal 30
November 1957
Kabinet ini
menjadi
demisioner
ketika Presiden
Soekarno
mengeluarkan
Dekrit Presiden 5
Juli 1959

B. Pemilu 1955
Pemilu 1955 ditandai dengan banyaknya partai politk yang muncul. Tujuan dibentuknya partai politik adalah memperoleh, merebut, dan
mempertahankan kekuasaan secara konstitusional. Partai politik pada masa demokrasi liberal:
No Nama Partai Pemimpin Tahun berdiri
1 Masyumi Sukiman Wiryosanjoyo 7 November 1945
2 PNI Sidik Joyokusumo 29 Januari 1945
3 Partai Sosialis Indonesia (PSI) Amir Syarifudin 20 November 1945
4 PKI Moh Yusuf 7 November 1945
5 Parkindo Drs.Probowinoto 10 November 1945
6 Persatuan Marhaen Indonesia J.B Assa 17 Desember 1945
7 PKRI I.J.Kasimo 8 Desember 1945
Latar Belakang Pemilu 1955
Pemilu merupakan salah satu syarat agar sistem pemerintahan yang demokrasi berfungsi. Persiapan pemilu dilaksanakan pada masa
Kabinet Ali Sastroamijoyo 1. Pada tanggal 31 Juli 1954 dibentuk panitia Pemilu Pusat dengan ketuanya Hadikusumo (PNI). Pemilu Parlemen
dilaksanakan 29 September 1955, sebelum ini parta-partai meningkatkan kampanye untuk mendapatkan suara terbanyak.
Pelaksanaan Pemilu:
Penyelenggaraan Pemilu tahun 1955 merupakan pemilu yang pertama dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Pemilu diselenggarakan pada masa
pemerintahan Kabinet Burhanudin Harahap. Pemilu dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR, dan
tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Badan Konstituante (Badan Pembentuk UUD).
Hasil pemilu tahun 1955 menunjukkan ada empat partai yang memperoleh suara terbanyak yaitu PNI (57 wakil), Masyumi (57 wakil), NU (45 wakil), dan PKI
(39 wakil). Pemilu tahun 1955 ternyata tidak mampu menciptakan stabilitas poltik seperti yang diharapkan. Bahkan muncul perpecahan antara
pemerintahan pusat dengan beberapa daerah. Kondisi tersebut diperparah dengan ketidakmampuan anggota Konstituante untuk mencapai titik temu
dalam menyusun UUD baru untuk mengatasi kondisi negara yang kritis. Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno dekrit. Dekrit ini dikenal dengan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959.

C. KEADAAN EKONOMI MASA DEMOKRASI LIBERAL

Keadaan ekonomi Indonesia pada masa demokrasi liberal:


 Beban hutang luar negri 1,5 triliun dan hutang dalam negri 2,8 triliun
 Politik keuangan dirancang Belanda
 Tidak stabilnya keadaan politik mengakibatkan pengeluaran meningkat
 Defisit yang harus ditanggung RI 5,1 miliar
 Ekspor Indonesia hanya bergantung pada hasil perkebunan
 Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar
D. USAHA UNTUK MEMPERBAIKI KEADAAN EKONOMI

No Kebijakan Kabinet Pencetus Keterangan


1 Gunting Syafrudin Natsir Syafrudin Prawiranegara Tindakan pemotongan uang dengan cara
mengubah uang yang nilainya Rp. 2,50
menjadi separuh. Dasar kebijakan ini adal
untuk mengurangi jumlah uang yang beredar
atau yang tersedia.
2 Sistem ekonomi Gerakan Natsir Sumitro Joyohadikusumo Para pengusaha bermodal lemah perlu diberi
Benteng kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam
pembangunan nasional.
3 Nasionalisasi De Javasche Bank Sukiman Mr. Jusuf Wibisono Menaikkan pendapatan dan menurunkan
biaya ekspor serta melakukan penghematan
secara drastis.
4 Sistem ekonomi Ali Baba Ali Sastroamijoyo Iskaq Cokrohadisuryo Ditujukan untuk memajukan usaha pribumi
1 dan non pribumi (Cina)
5 Persetujuan Finansial (Finek) Burhanudin Ida Anak Agung Gde Berunding masalah finansial antara Indonesia
Harahap dengan Belanda.
6 Rencana Pembangunan Lima Ali Sastroamijoyo Ir.Djuanda Bertugas merancang pembangunan jangka
Tahun (RPLT) II panjang
7 Musyawarah Nasional Djuanda Ir.Djuanda Bertugas mengubah rencana pembangunan yg
Pembangunan (Munap) menyeluruh untuk jangka panjang

E. AKHIR SISTEM DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA


Sistem demokrasi Liberal dianggap tidak cocok diterapkan di Indonesia karena sering terjadi pergantian kabinet, pemimpin umumnya
memikirkan partainya sendiri, program kerja tidak terlaksana dengan baik. Jatuh bangunnya kabinet dalam waktu yang singkat menimbulkan
ketidakstabilan politik. Akibatnya program-program kabinet tidak berjalan dengan baik sehingga membuat Presiden Soekarno mengumumkan
Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959.

Anda mungkin juga menyukai