Anda di halaman 1dari 30

DEMOKRASI PARLEMENTER

SISTEM, STRUKTUR POLITIK


DAN EKONOMI INDONESIA

XII SMAN 1 LARANGAN


Kehidupan Politik Indonesia pada masa
Demokrasi Parlementer
Kabinet Natsir ( 6 September 1950 – 18 April 1951)
Kabinet koalisi pimpinan Masyumi
• Program Kerja
a. Meningkatkan keamanan & ketertiban
b. Konsolidasi penyempurnaan susunan Parlemen
c. Penyempurnaan Angkatan Perang
d. Memperjuangkan masalah Irian Barat
e. Ekonomi rakyat sebagai fondasi ekonomi nasional
• Hasil Kerja
a. Politik Luar Negeri Bebas Aktif
b. Indonesia masuk menjadi anggota PBB
c. Perundingan dengan Belanda masalah Irian Barat
• Kegagalan
a. Masalah kemanan dalam negeri (DI/TII, Andi Azis, APRA & RMS)
b. Kegagalan dalam perundingan masalah Irian Barat membuat Natsir
mengembalikan mandat
Kabinet Sukiman ( 26 April 1951 – 1952)
Kabinet koalisi Masyumi dan PNI
• Program Kerja
a. Tindakan tegas untuk menjaga keamanan dan ketertiban
b. Memperbarui hukum agrarian untuk kesejahteraan petani
c. Mempersiapkan pemilu
d. Memperjuangkan Irian Barat ke dalam wilayah RI
• Hasil Kerja
a. Hambatan kondisi keamanan
b. Perseteruan berbagai elemen politik
c. Permasalahan dengan politik luar negeri Indonesia
• Kegagalan
Penandatanganan Mutual Security Act dengan USA membuat kabinet
Sukiman dianggap tidak netral dan memihak Blok Barat sehingga DPR
menggugat kebijakan tersebut dan Sukiman mengembalikan mandat
Kabinet Wilopo ( 19 Maret 1952 – 2 Juni 1953)
Kabinet koalisi PNI, Masyumi, PSI
• Program Kerja
a. Mempersiapkan penyelenggaraan Pemilu
b. Meningkatkan taraf pendindikan, kemakmuran dan keamanan rakyat
c. Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan Belanda
d. Menjalankan politik luar negeri Bebas Aktif
• Hasil Kerja
a. Mengalami banyak hambatan seperti munculnya sentimen kedaerahan
b. Konflik dalam Angkatan Darat berujung Peristiwa 17 Oktober 1952
(Demonstrasi yang didukung oleh militer akibat campur tangan parlemen
dalam urusan militer)
c. Peristiwa Tanjung Morawa, Sumatera Utara (Pengembalian tanah
perkebunan pada pengusaha asing diatas tanah yang telah digarap rakyat
sejak Zaman Jepang)
• Kegagalan
Mosi tidak percaya dari pihak oposisi dan diakhiri dengan pengembalian
mandat
Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953 – 24 Juli 1955)
Koalisi PNI dan NU
• Program Kerja
a. Mempersiapkan penyelenggaraan Pemilu
b. Mengatasi gangguan keamanan
c. Melaksanakan politik luar negeri Bebas Aktif
d. Penyelesaian pertikaian politik
e. Pembebasan Irian Barat
• Hasil Kerja
a. Dibentuknya panitia Pemilu
b. Sukses menyelenggarakan KAA di Bandung
c. Hubungan dengan Cina membaik
• Kegagalan
a. Memperjuangkan Irian barat ke dalam wilayah RI
b. Munculnya berbagai pemberontakan
c. Konflik ditubuh TNI AD yang terus berlanjut dengan mundurnya A.H.
Nasution digantikan Bambang Sugeng
Kabinet Burhaniddin Harahap (Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
Kabinet dari Partai Masyumi
• Program Kerja
a. Melaksanakan pemilu secara baik
b. Memberantas korupsi
c. Membenahi konflik intern TNI AD
• Hasil Kerja
a. Terselenggaranya Pemilu 1955 dengan baik
b. Ditangkapnya Mr.Djody Gondokusumo atas kasus korupsi di
Departemen Kehakiman
c. Mengangkat kembali A.H. Nasution sebagai KSAD
d. Dibubarkannya Uni Indonesia Belanda
e. Berhasil menentukan sistem Parlemen Indonesia
• Kegagalan
a. Komposisi partai pemenang Pemilu yang saling berseteru
Pemilu 1955
• Pemilihan Umum diselenggarakan dalam dua tahap, yaitu:
1. Tahap I, tanggal 29 September 1955 untuk memilih
anggota DPR
2. Tahap II, tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih
anggota Konstituante
• Dalam pemilu 1955 ada 4 partai yang memperoleh suara
terbanyak:
1. Masyumi
2. PNI
3. NU
4. PKI
Kabinet Ali Sastroamidjojo II (24 Maret 1956 – 14 Maret 1957)
Kabinet koalaisi PNI, masyumi, dan NU
• Program Kerja
a. Memperjuangkan masalah Irian Barat
b. Mempercepat pembentukan daerah otonom di Indonesia
c. Meningkatkan kesejahteraan PNS dan buruh
d. Menyeimbangkan APBN
• Hasil Kerja
a. Penandatanganan pembatalan KMB oleh Presiden Soekarno
b. Beralihnya kepemilikan Perusahaan milik Belanda
c. Kepentingan Belanda diperlakukan sesuai hukum yang berlaku
• Kegagalan
a. Kekecewaan pemerintahan daerah terhadap pemerintah pusat
b. Munculnya sentimen anti Cina
c. Munculnya gerakan separatis di berbagai daerah
Kabinet Djuanda/Kabinet karya (9 April 1957 – 10 Juli 1959)
Disebut Zaken kabinet (kabinet kerja), yaitu
kabinet yang disusun berdasarkan keahlian
menteri dibidangnya
• Program Kerja
a. Pembentukan Dewan Nasional
b. Normalisasi keadaan Republik
c. Melancarkan pembatalan hasil KMB
d. Memperjuangkan Irian Barat ke wilayah RI
e. Mengintensifkan program pembangunan
• Hasil Kerja
a. Pembersihan pejabat yang terbukti korup
b. Melakukan konsolidasi dengan daerah agar tercipta normalisasi keamanan
negara
c. Ditetapkannya peraturan kelautan dalam Deklarasi Djuanda
• Kegagalan
a. Masih banyaknya pemberontakan dan gerakan separatis di daerah
Kegagalan Konstituante menyusun UUD Baru
Konstituante beranggotakan 550 orang
berdasarkan hasil pemilu 1955. mulai bersidang
20 Nopember 1956 untuk menyusun UUD dengan
masa kerja tak terbatas
Setelah 3 tahun bekerja konstituante gagal
membuat UUD baru, disebabkan:
1. Terdapat sikap mementingkan
kelompok/parpol yang ada dalam
konstituante
2. Tidak ada konsensus diantara 3 kekuatan
utama (NASAKOM)
•Kalangan ABRI mengusulkan agar kembali ke UUD
1945 namun gagal (walaupun setiap voting selalu
dimenangkan kelompok yang pro, tetapi tidak
memenuhi kuorum 2/3 anggota sehingga hasil
voting tidak dapat dilaksanakan )
Kehidupan Ekonomi Pada
Masa Demokrasi Parlementer
Pada masa parlementer ditandai dengan kebijakan nasionalisasi
ekonomi;
•Gunting Syarifuddin
Menkeu Syarifuddin Prawiranegara memotong uang dengan
memberlakukan setengahnya untuk mata uang yang bernilai Rp.
2,50,- ke atas.
•Untuk merangsang ekspor, nilai tukar rupiah diubah dari
1US$=Rp3,80 menjadi 1US$=Rp7,60 (ekspor), 1US$=Rp11,40
(impor)
•Korea Boom, yaitu terjadinya peningkatan nilai ekspor hingga
243% akibat adanya perang Korea
•Pada masa kabinet Sukiman dilakukan Nasionalisasi de Javasche
Bank menjadi Bank Indonesia (diperkuat dengan UU No
11/1953)
•Penandatanganan UU Pembatalan KMB (3 Mei 1956)
Hal ini berakibat berpindahnya aset modal pengusaha
Belanda ke tangan pengusaha non Pribumi (etnis Cina)
•Sistem ekonomi Gerakan Banteng, yaitu sebuah gagasan
dari Dr. Sumitro Joyohadikusumo untuk melakukan
pembangunan ekonomi baru (mengubah struktur
ekonomi kolonial ke ekonomi nasional)
•Sistem Ekonomi Ali - Baba (Ali = pengusaha pribumi, Baba =
pengusaha non pribumi) Untuk dapat memajukan ekonomi
pengusaha pribumi harus bekerja sama dengan pengusaha non
pribumi
•Kongres Nasional Importir Indonesia, pada 19 Maret 1956
mengeluarkan kebijakan “Gerakan Asaat”
Gerakan untuk mendorong pemerintah melindungi pengusaha
pribumi agar berdaya saing terhadap pengusaha non pribumi
Berbagai Gangguan Keamanan
A. Gerakan DI/TII
Pendiri: S.M. Kartosuwirjo
Tujuan: Mendirikan Negara Islam
Indonesia dengan kekuatan senjata
(maka dibentuk Tentara Islam
Indonesia)
DI/TII berawal di Jawa Barat dan
meluas sampai Jawa Tengah, Aceh,
Sulawesi Selatan, dan Kalimantan
Selatan
(1) DI/TII di Jawa Barat
Latar Belakang: Penandatanganan Perjanjian Renville
membuat RI harus menarik pasukan dari wilayah yang
dikuasai Belanda

S.M. Kartusuwiryo dan pasukannya menolak persetujuan


Renville & tidak mengakui keberadaan RI.
Pada 7 Agustus 1949 Kartosuwiryo memproklamasikan
berdirinya Negara Islam Indonesia
Untuk menghadapi Gerakan DI/TII pemerintah menjalankan
strategi “Perang Wilayah”, yaitu memobilisasi rakyat untuk
membantu TNI dengan taktik pagar betis.
Pada 4 Juni 1962 Kartosuwiryo dan pengikutnya berhasil
ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Foto-foto Eksekusi Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Pulau Ubi
(2) DI/TII Jawa Tengah
Pemimpin : Amir Fatah & Kyai Sumolangu
Amir Fatah bertugas mengatur
penggabungan laskar ke dalam TNI,
sehingga dapat berkenalan dengan
anggota laskar. Amir Fatah membujuk
anggota laskar berbalik arah mendukung
DI/TII S.M kartosuwiryo
Pusat kekuatan DI/TII Jawa Tengah berada
di Tegal, Brebes, Kebumen
Pada tahun 1954 DI/TII Jawa Tengah dapat
ditumpas
(3) DI/TII Sulawesi Selatan
Pemimpin : Kahar Muzakar
Latar Belakang : Keinginan Kahar Muzakar agar seluruh
anggota Komando Gerilya Sulawesi Selatan yang dibentuknya
dimasukkan ke dalam TNI tetapi tidak disetujui pemerintah
Pada Agustus 1951 Kahar Muzakar dan pasukannya melarikan
diri ke hutan.
Pada 7 Agustus 1953 Kahar Muzakar bergabung dengan NII
Kartosuwiryo
Operasi penumpasan DI/TII memakan waktu lama karena:
a. menanamkan rasa kesukuan sehingga berakar di hati rakyat
b. mengenal sifat rakyat setempat
c. dapat memanfaatkan alam yang sangat dikenalnya
Pada 3 Februari 1965 Kahar Muzakar tertembak mati dalam
sebuah kontak senjata & DI/TII di Sulawesi Selatan dapat
ditumpas
(4) DI/TII Aceh
Pemimpin : Daud Beureueh (Gubernur Aceh)
Latar Belakang: kekecewaan rakyat terhadap
penurunan status Daerah Istimewa Aceh
menjadi karesidenan dalam Propinsi Sumatera
Utara
Pada 21 September 1953, Daud Beureueh
mengeluarkan maklumat yang isinya Aceh
bagian NII Kartosuwiryo
Atas inisiatif Kol. Jasin diadakan Musyawarah
Kerukunan Rakyat Aceh pada 17 – 28
Desember 1962. Akhirnya tercapai kesepakatan
& pemberontakan dapat diselesaikan dengan
baik
(5) DI/TII Kalimantan Selatan
Pemimpin : Ibnu Hadjar
Kesatuan Rakyat Jang Tertindas (KRJT) melakukan
penyerangan ke pos-pos TNI
Ibnu hajar sempat menyerahkan diri, namun
setelah merasa kuat kembali membuat kekacauan
dengan bantuan Kahar Muzakar & Kartosuwiryo
Pada tahun 1954 Ibnu hajar diangkat menjadi
Panglima TII wilayah Kalimantan
TNI menggunakan operasi militer untuk menumpas
gerakan tersebut.
Pada tahun 1959 Ibnu Hajar berhasil ditangkap dan
dijatuhi hukuman mati
B. PKI Madiun 1948
Pemimpin : Musso
Latar Belakang: Kekecewaan terhadap kabinet
Hatta yang tidak mengikutsertakan golongan
sosialis komunis
Kedatangan Musso dari Moscow membawa
kebijaksanaan Jalan Baru Musso yang
nerupakan politik kerjasama antara orang
komunis dan politik anti imperialis di bawah
pimpinan kaum komunis.
Musso menentang kabinet Hatta yang
dianggapnya telah menjual bangsa Indonesia
kepada pihak imperialis/kapitalis Belanda
Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi
Rakyat (FDR)
Pada 18 September 1948, FDR/PKI mengambil alih kekuasaan
di Madiun dan pati lalu memproklamasikan berdirinya
Republik Soviet Indonesia.
Pemerintah bertindak menumpas pemberontakan PKI dengan
melancarkan Gerakan operasi militer di bawah pimpinan
Kolonel A.H Nasution
Pada 30 September 1948 Madiun berhasil direbut kembali,
Musso berhasil ditembak mati. Sementara tokoh-tokoh lain
seperti Amir Syarifuddin ditangkap dan dihukum mati.
C. Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
Pemimpin : Kapten Raymond Westerling
Tujuan : mempertahankan kepentingan Belanda melalui
negara boneka ciptaannya dalam sistem negara federal
Pada 23 Januari 1950 pasukan APRA menyerbu kota
Bandung dan menduduki kantor staf Divisi Siliwangi
Langkah yang diambil Pemerintah RIS :
 mengirim bantuan pasukan ke Bandung
 mengadakan perundingan dengan komisaris tinggi
Belanda di Jakarta.
Hasilnya Komandan Pasukan Belanda mendesak Westerling
meninggalkan Bandung
Pada sore hari itu juga pasukan APRA berhasil
dilumpuhkan, Westerling sendiri berhasil melarikan diri.
Peristiwa APRA menjadi salah satu sebab dibubarkannya
negara Pasundan
D. Pemberontakan Andi Azis
Pemimpin : Kapten Andi Azis (mantan KNIL)
Latar belakang: Suasana panas kota Makassar akibat
demonstrasi pro/kontra anti negara federal & isu
ditempatkannya pasukan dari Jawa di bawah pimpinan
H.V Worang akan mendesak Andi Azis dan pasukannya
Pada 5 April 1950 Pasukan Andi Azis menyerang dan
menduduki kota Makassar. Setelah itu Andi Azis
mengeluarkan ultimatum, yaitu:
1. Negara Indonesia Timur harus tetap dipertahankan agar tetap
berdiri menjadi bagian dari RIS.
2. Tanggung jawab keselamatan daerah NIT agar diserahkan
kepada pasukan KNIL yang telah masuk menjadi anggota APRIS.
TNI yang bukan berasal dari KNIL tidak perlu turut campur.
3. Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Hatta supaya tidak
mengizinkan NIT dibubarkan dan bersatu dengan Republik
Indonesia
Pemerintah RIS mengeluarkan ultimatum :
 Andi Azis melakukan lapor diri ke Jakarta dalam
tempo 4 X 24 Jam
 Pasukannya dilarang keluar dari asrama dan
senjatanya diserahkan kepada APRIS
Karena ultimatum tidak dipenuhi, maka pasukan
gabungan APRIS dibawah pimpinan Kolonel A.E
Kawilarang dikerahkan ke Sulawesi Selatan
Angkatan Laut mengerahkan kapal perang Hang Tuah,
Banteng, dan Rajawali. Angkatan Udara membantu
dengan beberapa pesawat pembom B-25 Mitchell.
Pada 15 April 1950, Andi Aziz menyerah dan di bawa
ke Jakarta.
Pasukan Andi Aziz dibubarkan dan NIT melebur ke
dalam RI. Sementara itu tokoh yang tidak setuju ide
pembubaran NIT bergabung dengan gerakan separatis
Republik Maluku Selatan
E. Republik Maluku Selatan
Pendiri : Mr. Dr. Christian Robert Steven Soumokil
Pada tanggal 24 April 1950 diproklamasikan Republik
Maluku Selatan.
Pemerintah mengirimkan tokoh asal maluku seperti
dr. Leimena namun gagal. Soumokil bahkan meminta
pengakuan dari Belanda, USA dan UNCI
Pemerintah RIS mengirim operasi militer di bawah
pimpinan Kolonel A.E Kawilarang
Pada 3 Nopember 1950 pasukan APRIS mendarat di
Ambon untuk merebut Benteng Nieuw Victoria.
Letnan Kolonel Slamet Riyadi gugur dalam
pertempuran tersebut.
Akhirnya Kota Ambon dapat dikuasai dan perlawanan
RMS dapat di lumpuhkan
Sisa gerakan RMS melarikan diri ke Negeri Belanda
F. Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta (PRRI/Permesta)
Latar belakang:
1) Kondisi politik sistem parlementer tidak mantap
2) Kabinet tidak bertahan lama/jatuh sebelum
melaksanakan program-programnya
3) Jabatan penting dan strategis diduduki oleh orang
yang tidak berkompeten (ditentukan oleh
hubungan primordial & kepartaian)
4) Reuni Dewan Banteng menyepakati bahwa proses
pembangunan, potensi dan kekayaan daerah akan
digali semaksimal mungkin berdasarkan otonomi
daerah yang seluas-luasnya
Letkol. Acmad Husein (ketua Dewan Banteng) memutuskan
untuk mengambil-alih pemerintah Sumatera Tengah dari
Gubernur Ruslan Muljohardjo dengan alasan tidak berhasil
membangun daerah Sumatera Tengah
Di Sumatera Selatan dibentuk Dewan Garuda yang menuntut
otonomi seluas-luasnya, dipertahankannya Dwitunggal
Soekarno-Hatta, meminta Kepala Daerah Sumatera Selatan
Winarno Danuatmojo untuk menyerahkan kekuasaannya
Di Indonesia Timur Letkol. Sumual memproklamsikan
Permesta yang meliputi Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku.
Letkol Sumual menyatakan Indonesia bagian timur dalam
bahaya sehingga pemerintahan diambil alih oleh militer.
• Untuk meredakan pergolakan di daerah diadakan MUNAS &
MUNAP yang bertujuan membahas usaha pembangunan
sesuai kondisi daerah.
• Pada 30 Nopember 1957 terjadi usaha pembunuhan terhadap
Presiden Soekarno di Cikini
• Pada 10 Februari 1958 Ketua Dewan Banteng mengeluarkan
ultimatum agar kabinet Djuanda mundur dalam jangka waktu
5 X 24 Jam
• Pemerintah bertindak tegas dengan memecat tidak hormat
Acmad Husein dan tokoh peminpin Dewan Banteng lainnya
(perwira TNI AD).
• KSAD A.H Nasution membekukan KODAM Sumatera Tengah &
menempatkannya langsung di bawah KSAD
• Pada 12 Februari Acmad Husein memproklamasikan
berdirinya PRRI dengan Sarifudin Prawiranegara sebagai PM
• Pada 17 Februari 1958 Proklamasi PRRI mendapat dukungan
dari Kolonel D.J Somba
• Pemerintah pusat bertindak tegas dengan melakukan operasi
militer gabungan SaptaMarga di bawah pimpinan Jendral
Ahmad Yani
• Pada 14 Mei 1958 pusat pertahanan pemberontak di
Bukittinggi berhasil dihancurkan
• Pemerintah juga bertindak tegas terhadap gerakan Permesta
dengan memecat Kolonel Somba
• Pemberontakan PRRI/Permesta dapat dilumpuhkan pada
bulan Agustus 1958
• Penyelesaian PRRI/Permesta juga dilakukan melalui jalur
perundingan dengan pimpinan pemberontak. Pemerintah
memberikan amnesti dan abolisi kepada para anggota
gerakan PRRI/Permesta yang kembali pada pemerintah RI

Anda mungkin juga menyukai