Anda di halaman 1dari 3

Pelepah pisang merupakan limbah primadona dalam beberapa tahun terakhir untuk diolah jadi berbagai

bentuk kerajinan, mulai tas, sandal, hingga hiasan rumah. Penelitian Maharani Dian Permanasari
mengungkap satu lagi manfaat pelepah pisang, yakni sebagai peredam suara.

Penelitian dilakukan Maharani tahun 2011 saat menjadi mahasiswa pascasarjana di Institut Teknologi
Bandung. Dia meneliti manfaat pelepah pisang kepok (Musa acuminax balbisiana Calla), tidak hanya
dibentuk menjadi perabot, tetapi bisa meredam suara bila disusun serta dianyam dalam pola tertentu.

”Jika anyaman pelepah pisang dipasang di rumah sebagai peredam suara ruang home theatre, tentu
harganya lebih terjangkau ketimbang peredam suara impor,” kata Maharani yang menjadi dosen di
Universitas Surabaya (Ubaya).

Hasil penelitian di Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puslitbangkim) menunjukkan


contoh pelepah pisang setebal 2 sentimeter yang dibawa Maharani mampu meredam suara
berfrekuensi 200 hertz hingga 63 persen. Frekuensi itu tergolong frekuensi rendah atau suara bas.

Menurut Maharani, saat ini kemampuan meredam suara dari pelepah pisang belum meliputi seluruh
frekuensi suara. Suara frekuensi rendah 125 hertz bisa meredam hingga 51 persen, tetapi pada frekuensi
160 hertz tidak sampai meredam 21 persen. Pada frekuensi tinggi, 2.000 hertz, bisa meredam sampai 55
persen, tapi pada 1.600 hertz hanya 40 persen.

”Sebetulnya ini sudah sesuai untuk kebutuhan home theatre karena suara bas yang paling harus
diredam,” kata Maharani.

Untuk mampu meredam suara, pelepah pisang harus di- anyam membentuk pola segi enam layaknya
sarang lebah. Pola ini paling efektif dalam menutup rapat setiap lubang bila disusun bertumpuk layaknya
gelombang. Pola ini tidak dijumpai di Indonesia, melainkan di kepulauan Pasifik. Pola ini biasa digunakan
untuk membuat topi anyaman.

Penelitian Maharani menarik perhatian dari luar negeri. Karyanya dipamerkan dalam acara Red Dot
Design Museum di kota Essen, Jerman, kemudian dilanjutkan ke pameran Designer’s Open 2012 di
Leipzig, Jerman. Keduanya merupakan pameran yang mempertunjukkan tren terbaru dalam busana
ataupun desain produk dari berbagai negara.
Penelitian Maharani menunjukkan masih terbukanya kemungkinan untuk memadukan bahan dari
pelepah pisang dengan bahan lain untuk meningkatkan daya peredaman suara. Hak cipta dari desain
pelepah pisang sebagai bahan akustik itu sudah didaftarkan Maharani ke Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual.

Di sela tugasnya sebagai dosen, Maharani terus meneliti mengenai aplikasi pelepah pisang kepok untuk
dipakai secara massal hingga kemungkinan dijual secara komersial.

”Untuk produksi massal masih membutuhkan bantuan kelompok perajin yang terbiasa dengan
menganyam pelepah pisang,” katanya.

Melimpah

Alasan pemilihan pelepah pisang adalah bahan baku ini melimpah di Indonesia. Setiap tahun Indonesia
memproduksi pisang sampai 6 juta ton lebih dan tersebar di berbagai pulau. Pelepah pisang adalah
bagian dari batang pohon yang tidak lagi terpakai begitu berbuah.

Menurut Maharani, dia menggunakan lapisan ketiga dan keempat atau di tengah pokok pohon pisang.
Alasannya, lapisan pertama dan kedua terlalu rapuh karena kering, sementara lapisan kelima dan
keenam sulit dibentuk karena terlalu banyak kandungan airnya. Pelepah pisang memiliki karakter
berpori, berongga, serta berserat sehingga tampil unik.

Setelah menjajal berbagai jenis pisang, pilihan jatuh pada pisang kepok. Sebelumnya, Maharani sudah
mencoba pelepah pisang susu (Musa sativa L), pisang raja (Musa paradisiaca), maupun pisang batu
(Musa balbisiana Colla), tetapi daya redam suaranya tidak ada yang bisa mengalahkan pelepah pisang
kepok.

”Sewaktu diuji di Puslitbangkim, peneliti di sana sempat heran karena yang biasa diuji akustik adalah
bahan seperti gipsum atau kayu,” ujarnya.
Dengan penelitian ini, Maharani berharap agar produksi pisang di Indonesia makin didorong karena
tidak hanya buahnya yang dipanen, tetapi juga batang pohon pisang ikut memberikan nilai ekonomis
kepada petaninya.

Nilai tambah

Keterlibatan Maharani dengan pelepah pisang dimulai sejak dia kuliah Desain Produk di ITB pada 2008.
Memulai sebagai tugas akhir, Maharani menggunakan pelepah pisang sebagai peralatan sehari-hari. Bila
perajin lain membuat dengan cara menganyam dan desainnya masih sebatas kotak, dia memakai teknik
pres kemudian dicetak sehingga bentuknya unik, tetapi tidak meninggalkan karakter awal.

Dari perjumpaan dengan penghasil pelepah pisang di daerah Bojonegoro, Jawa Timur, Maharani tertarik
untuk mengolah pelepah pisang lebih jauh untuk memberi nilai tambah. Hal itu diwujudkan dalam
penelitian soal pelepah pisang sebagai peredam suara.

Maharani berharap, hasil penelitiannya bisa bermanfaat bagi pemilik home theatre yang ingin menata
akustik ruangan dengan biaya lebih ringan. Selain itu memberi nilai tambah bagi pelepah pisang dan
menambah penghasilan petani pisang.

Anda mungkin juga menyukai