Anda di halaman 1dari 7

PEMANFAATAN SERABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN ISIAN

PENGGANTI DACRON DALAM PEMBUATAN BONEKA


AROMATERAPI
Wisam Adi Kusuma,Junaidi Safitri, SEI., MEI, Budi Susilo, SE,
IhzanWildanun Uyun, Khoirul Ashari, Miftahurrahman, Achmad Ulil Fahmi,
Prayogi, Novia Anggraini, Devina Eka Safitri.
Univeritas Islam Indonesia

wisamadikusuma@gmail.com, 144230507@uii.ac.id, budisusilo221@gmail.com,


14311163@students.uii.ac.id, khoirulasharihero@gmail.com, miftahrider@gmail.com,
ulil.fahmi302@gmail.com, prayogi977@yahoo.co.id,
noviangrnii@gmail.com, devina1173@gmail.com

Abstract
Jatipurus Village, Poncowarno Subdistrict, Kebumen Regency is a village that
is still preserved. In addition to the vast expanse of rice fields, many coconut trees grow
along the road and in the yards of residents, especially residents of Sikebo Hamlet. But
the potential for coconut trees has not been fully realized by the local people. Coconut is
one of the plants that has a high economic value. Coconut fiber is the largest component
of waste found in coconuts that has not been re-used (reuse for other purposes) (Hartini,
et al., 2013). Though coconut fiber has the potential to become stuffed stuffed material
instead of dacron or kapok. Stuffed stuffing materials generally use dacron, but the use of
dacron can cause allergies, so coconut fibers can be a substitute for dacron which does
not trigger allergies. Dolls can be used as a therapeutic medium with added
aromatherapy. By utilizing coconut fiber as stuffed stuffing material and with the use of
aroamterapy, the problem of coconut fiber waste can be overcome and be able to become
a creative economy industry
Keywords : coconut fibers, dolls, aromatherapy.

Abstrak
Desa Jatipurus Kecamatan Poncowarno, Kabupaten Kebumen merupakan desa
yang masih terjaga kelestariannya. Selain hamparan persawahan yang luas, banyak pohon
kelapa yang tumbuh disepanjang jalan dan di pekarangan warga, khusunya warga Dusun
Sikebo. Namun potensi akan pohon kelapa belum sepenuhnya disadari oleh warga sekitar.
Kelapa merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Serabut kelapa merupakan komponen limbah terbesar yang terdapat pada buah kelapa
yang belum di re-use (penggunaan kembali untuk keperluan lain) (Hartini, et al., 2013).
Padahal serabut kelapa memiliki potensi menjadi bahan isian boneka sebagai pengganti
dacron atau kapuk. Bahan isian boneka pada umumnya menggunakan dacron, namun
penggunaan dacron ini dapat menimbulkan alergi, maka serabut kelapa mampu menjadi
pengganti dacron yang tidak memicu alergi. Boneka dapat dimanfaatkan menjadi media
terapi dengan ditambhkan aromaterapi. Dengan memanfaatkan serabut kelapa sebagai
bahan isian boneka dan dengan penggunaan aroamterapi, maka permasalahan akan
limbah serabut kelapa dapat teratasi dan mampu menjadi industri ekonomi kreatif.
Kata kunci : serabut kelapa, boneka, aromaterapi.
1. PENDAHULUAN
Dusun Sikebo, Desa Jatipurus Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen,
memiliki hamparan sawah hijau yang luas dan mejulang tinggi pohon kelapa
disepanjang jalan dan dipekarangan warga. Serabut kelapa merupakan komponen
limbah terbesar yang terdapat pada buah kelapa yang belum di re-use (penggunaan
kembali untuk keperluan lain) (Hartini, et al., 2013). Betiu juga dengan warga Dusun
Sikebo, karena minimnya informasi mengenai potensi serabut kelapa ini, alhasil warga
hanya menumpuk serabut yang mereka miliki dibawah pohon atau menggunakan
serabut sebagai bahan bakar dan alat cuci peralatan memasak. Namun serabut kelapa
memiliki potensi lebih besar daripada hanya dijadikan sebagai bahan bakar dan
sebagai alat cuci perabotan dapur, Namun potensi ini belum sepenuhnya disadari oleh
masyarakat sekitar.
Pada umumnya serabut kelapa hanya dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan keset. Serabut ini bisa dijadikan sebagai bahan isian pengganti dacron pada
isi bantal dan boneka (Feni Yuliani, et al., 2017). Penggunaan dacron sebagai bahan
isi suatu produk seperti boneka, bantal memang sudah familiar dikalangan masyarakat
maupun pada produsen boneka. Selain memiliki keunggulan seperti, sifat elastisitas
yang cukup tinggi dan bertekstur lembut, dacron juga memiliki beberapa kelemahan
yaitu, sebagai sarang hewan kecil dan dapat menimbulkan alergi (Hartini, et al., 2013).
Pada produksi boneka yang sudah ada, pengrajin memanfaatkan dakron
limbah plastik dan kertas sebagai bahan isian boneka. Penggunaan bahan terserbut
sebagai salah satu upaya mereduksi volume limbah plastik dan kertas (Nabila W
Ummah., 2013). Selain memiliki desain yang menarik, boneka seharusnya dapat
menciptakan kenyamanan bagi penggunanya.
Produsen boneka pada umumnya hanya memperhatikan desain yang menarik
dan variasi ukuran dalam memproduksi boneka. Namun nilai guna boneka yang
semula hanya menjadi teman main atau hanya sebagai pajangan dapat dinaikan nilai
gunanya dengan menambahkan aromaterapi. Dengan menambahkan aromaterapi,
diharapkan boneka aromaterapi dapat menjadi salah satu media untuk relaksasi.
Dengan lahirnya boneka aromaterapi dari serabut kelapa ini diharapkan mampu
menjadi salah satu upaya pemanfaatan limbah dan tentunya dapat dijadikan sebagai
salah satu industri ekonomi kreatif bagi warga Dusun Sikebo, Desa Jatipurus,
Kecamatan Poncowarno, Kabupaten Kebumen.
2. METODE PELAKSANAAN
Dalam menjalankan program kerja ini, maka kita melakukan telebih dahulu observasi
kepada warga Dusun Sikebo. Dalam observasi ini kita melakukan wawancara dengan
warga terkait kendala - kendala yang dialami dan potensi–potensi yang belum
dimanfaatkan. Dari hasil wawancara dan diskusi dengan warga, kita dapat
menyimpulkan bahwasanya serabut yang notabene salah satu komponen limbah pohon
kelapa belum dimanfaatkan, padahal kita bisa menjadikan serabut kelapa ini sebagai
industri ekonomi kreatif.
Untuk melahirkan industri ekonomi kreatif boneka aromaterapi dari serabut
kelapa di Dusun Sikebo, maka metode yang digunakan berupa praktek langsung
dengan warga, mulai dari penyiapan bahan baku sampai packaging dan pemasaran
produk. Serabut kelapa sebagai bahan baku isi boneka diperoleh langsung dari rumah
warga, serabut kemudian dipisahkan dari kulit terluarnya dan dipukul hingga serabut
menjadi elastis serta terpisah dari daging serabut. Untuk memaksimalkan aromaterapi
pada serabut, maka serabut direbus dengan ditambahkan aromaterapi yaitu kayu
manis. Selain untuk memaksimalkan bau aromaterapi, perebusan ini juga bertujuan
sebagai salah satu cara untuk melembutkan serabut kelapa. Setelah perebusan, maka
serabut kelapa dikeringkan langsung dibawah sinar matahari maupun dengan diangin-
anginkan. Selain persiapan bahan baku serabut kelapa, juga diadakan pendampingan
mengenai desain boneka dan desain packaging boneka. Dengan model atau desain
yang menarik diharapkan dapat menaikan daya jual boneka. Untuk mengoptimalkan
bau aromaterapi pada boneka, maka perlu penambahan beberapa gram serbuk kayu
manis ketika serabut diisikan pada boneka.
Dengan diadakannya praktek secara langsung diharapkan warga memilki
ketrampilan dasar dalam pembuatan boneka aromaterapi dari serabut kelapa dan
sebagai modal pengembangan produk dimasa mendatang.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
Dalam pembuatan boneka aromaterapi serabut kelapa, maka perlu melalui beberapa
tahapan yaitu sebagai berikut :

Untuk memanfaatkan serabut sebagai bahan isian boneka, maka serabut yang telah
dikumpulkan dari rumah-rumah wargra dipisahkan dari kulit terluarnya sebelum
direbus dengan campuran kayu manis.

Setelah serabut dipisahkan dari daging serabut dan dipisah-pisah maka serabut direbus
dengan campuran kayu manis.Perebusan ini bertujuan untuk memberi aromaterapi dan
membuat serabut kelapa menjadi lembut dan lemas.
Setelah perebusan, serabut kelapa dikeringkan untuk menghilangkan kadar air yang
menyerap dalam serabut. Penjemuran ini merupakan langkah terakhir dalam
menyiapkan serabut kelapa sebagai bahan isian boneka aromaterapi.

Dalam membuat boneka, maka kita perlu membuat sarung boneka terlebih dahulu
dengan menggunakan kain flannel. Sebelum menjahit, kita gambar pola pada kain
flannel terlebih dahulu.
Dalam melakukan penjahitan sarung bantal, panjahitan dilakukan hingga 50 %
terlebih dahulu. Setelah itu serabut kelapa dimasukan dengan ditambahkan bubuk
kayu manis, untuk memperkuat aromaterapi. Kemudian melakukan penjahitan hingga
ful. Setelah itu menambahkan ornament-ornament kecil (mata, dll).

3.2 Hasil

Dalam pembuatan boneka aromaterapi dari serabut kelapa ini perlu dilakukan
beberapa treatment terhadap serabut kelapa terlebih dahulu. Seperti pemisahan serabut
dari daging serabut dan dipisah-pisah terlebih dahulu kemudian perebusan dengan
aromaterapi kayu manis serta penjemuran serabut kelapa hasil perebusan. Setelah itu
melakukan penjahitan, penempelan aksesoris tambahan, maka boneka siap utnuk
dikemas dalam plastik.
4. KESIMPULAN
Pemanfaatan serabut kelapa mejadi bahan isian pada boneka aromaterapi
merupakan salah satu upaya untuk menaikan daya jual serabut kelapa. Dengan
menggunakan serabut kelapa menjadi bahan isian pada boneka dan dengan
penambahan aromaterapi menjadikan boneka ini menjadi produk inovasi dan
memiliki fungsi relaksasi. Namun perlu dilakukan studi lanjut dan pengembangan
mengenai pemilihan bahan alami aroamterapi.

5. REFERENSI
Feni Yuliana A, Dwi A.P, Ines W, Eva A & M. Rizal. 2017. Cofire (Coco Fiber
Pillow Relaxing Aromatic System) : Inovasi Pengolahan Limbah Sabut Kelapa
menjadi Ragam Kreasi Bantal Motif Aksara Jawa dan Batik Ciprat Modern
dengan Sediaan Aromaterapi Berbasis Socio Entreprenuership, PKM-K,
Universitas Islam Indonesia, 2017.
Nabila W Ummah, Ginanjar Bagus N. 2013. Kenopie (Kerajinan Tangan Isi Dakron,
Limbah Plastik dan Kertas) Sebagai Inovasi Produk Kreatif Yang Ramah
Lingkungan, Laporan Akhir PKM-K, Institut Pertanian Bogor, 2013.
Sri Hartini, Andreas B. Wijaya, Nastassiah Widjojo, Maria Susilowati, Giwang
Petriana. 2013. Pemanfaatan Serabut Kelapa Termodifikasi Sebagai Bahan
Pengisi Bantal Dan Matras. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan
Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana,
2013.

Anda mungkin juga menyukai