yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi (keutamaan) penelitian. Pada bab ini
juga dijelaskan temuan apa yang ditargetkan serta kontribusinya terhadap ilmu
pengetahuan sesuai dengan bidang ilmu pengusul/tim. Luaran yang diharapkan dan
manfaat dari kegiatan juga disajikan pada bab ini.
1. Justifikasi
2. Permasalahan yang akan diteliti (status quo)
3. Tujuan khusus
4. Urgensi
5. Temuan dan kontribusi
6. Luaran dan harapan terhada temuan
Tinjauan pustaka menguaraikan hasil temuan peneliti lain yang diperoleh dari
pustaka acuan serta menjadi landasan disusunnya proposal PKM-P.Tinjauan
Pustaka bukan kumpulan teori, namun merupakan rangkaian hasil yang sudah
dikenali dan mempunyai sebuah atau beberapa alur pikir tentang terjadinya suatu
peristiwa ilmiah dari suatu topik ilmiah yang akan dikaji atau diteliti (State of the
Art).
Bab ini mengungkapkan metode penelitian yang akan diterapkan disertai
tahapan penelitian yang akan dilaksanakan, prosedur, luaran, indikator capaian
yang terukur di setiap tahapan, teknik pengumpulan data (PKM-P yang
menggunakan metode survei agar melampirkan kuisener lengkap, diletakkan
setelah Lembar Daftar Pustaka dan tidak dihitung sebagai Halaman INTI) dan
analisis data, cara penafsiran, dan pennyimpulan hasil penelitian.
1. Prosedur penelitian
2. Luaran penelitian
3. Indkator capaian
4. Teknik pengumpulan data (kualitatif/kuantitatif)
5. Analisis data, penafsiran dan penyimpulan (link back)
Belum ada instalasi pengolahan air limbah sbgai air minum, yang ada sbgai
air domestick saja. Apalagi di daerah terpencil mulai kekeringan.
Apalagi di indonsiea ini memiliki keanekargaman hayati yang mempunyai
peluang menjadi suatau biokagulan dalam proses pengolahan air limbah.
2
Namun dalam penggunaan air dalam skala besar ini, banyak juga air yang tercemar
menimbulkan berbagai macam penyakit, tak menutup kemungkinan menjadi
penyebab kematian. Tiap tahunnya sebanyak 1,7 juta anak tewas akibat diare yang
disebabkan karena lingkungan yang tidak sehat, terutama karena air yang tercemar.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya peningkatan rumah tangga yang
memiliki akses terhadap sumber air minum layak di Indonesia. Pada 2012 hanya
65,05 persen rumah tangga memiliki akses terhadap sumber air minum layak.
Pada 2014, sebanyak 68,11 persen rumah tangga punya akses tersebut. Angka ini
naik lagi di 2017 menjadi 72,04 persen.
2