Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Industri Farmasi


Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.
Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan
obat yang memenuhi persyaratan khasiat, keamanan dan mutu dalam dosis yang
digunakan untuk tujuan pengobatan. Karena menyangkut soal nyawa manusia,
industri farmasi dan produknya diatur secara ketat. Industri farmasi di Indonesia
diberlakukan persyaratan yang diatur dalam CPOB (Manajemen Industri Farmasi,
2007).
Perusahaan industri farmasi wajib memperoleh izin usaha industri farmasi.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.245/Menkes/SK/V/1990 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi,
untuk memperoleh izin usaha farmasi diperlukan tahap persetujuan prinsip.
Persetujuan prinsip diberikan kepada pemohon untuk dapat langsung melakukan
persiapan-persiapan, usaha pembangunan, pengadaan pemasangan instalasi, dan
produksi percobaan. Izin usaha industri farmasi diberikan kepada pemohon yang
telah siap berproduksi sesuai persyaratan CPOB.
Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB sesuai dengan
ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan No.43/Menkes/SK/II/1998. Industri
farmasi wajib mempekerjakan sekurang-kurangnya dua orang apoteker warga
negara Indonesia, satu sebagai sebagai penangung jawab produksi dan lainnya
sebagai penangung jawab mutu. Industri farmasi yang telah memenuhi persyaratan
CPOB diberikan sertifikat CPOB.

2.2 CPOB
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah pedoman bagi industri
farmasi yang berada di Indonesia dalam memproduksi obat yang bertujuan untuk
menjamin obat yang dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Universitas Sumatera Utara


Ada dua belas aspek dalam CPOB yaitu:
2.2.1 Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar tercapai tujuan
CPOB dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunanya karena
tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
diperlukan manajemen mutu. Unsur dasar manajemen mutu adalah:
• Infrastruktur atau sistem mutu yang tepat, mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses, dan sumber daya.
• Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan selalu
memenuhi persyaratan yang ditetapkan (CPOB, 2006).

Aspek yang saling berkaitan membangun manajemen mutu terdiri dari


pemastian mutu, CPOB, pengawasan mutu, dan pengkajian mutu produk.
Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan
untuk memastikan bahwa obat yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu dan
tujuan pemakaiannya.

Manajemen Mutu

Pemastian Mutu

CPOB

Pengawasan Mutu

Gambar 1. Bagan Aspek yang Saling Berkaitan Membangun Manajemen Mutu

2.2.2 Personalia
Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang sehat, terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil tidak dibebani
tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari resiko terhadap mutu obat.
Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan

Universitas Sumatera Utara


kewenangan dari personil pada posisi penanggungjawab hendaklah dicantumkan
dalam uraian tugas tertulis.
Personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian
pengawasan dan kepala bagian pemastian mutu. Struktur organisasi industri
farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian produksi, pengawasan mutu,
dan pemastian mutu dipimpin oleh orang yang berbeda serta tidak saling
bertanggung jawab satu terhadap yang lain.
Kepala bagian produksi dan kepala bagian pemastian mutu hendaklah
seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang
sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan ketrampilan manajerial
sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Sedangkan
kepala bagian pengawasan mutu hendaklah seorang terkualifikasi dan lebih
diutamakan seorang apoteker.
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil
yang bertugas di area produksi, gudang penyimpanan dan laboratorium (termasuk
personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan). Di samping pelatihan dasar
dalam teori dan praktek CPOB, personil baru hendaklah mendapatkan pelatihan
sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan berkesinambungan hendaklah
diberikan dan efektifitas penerapannya, dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia
program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-masing. Catatan pelatihan
hendaklah disimpan (CPOB, 2006).

2.2.3 Bangunan dan Fasilitas


Area yang menjadi perhatian utama dalam aspek bangunan dan fasilitas
adalah:
• Area penimbangan
Penimbangan bahan awal hendaklah dilakukan di area penimbangan
terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat
menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi.

• Area produksi
Untuk memperkecil resiko bahaya medis yang serius akibat
terjadinya pencemaran silang, produk antibiotik tertentu (penisilin), produk

Universitas Sumatera Utara


hormon seks, produk sitostatik, produk biologi hendaklah diproduksi di
bangunan terpisah.
Tata ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga
kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan antara satu
ruangan dengan ruangan yang lain mengikuti urutan tahap produksi dan
menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan, mencegah kesesakan dan
ketidakteraturan, dan memungkinkan terlaksananya komunikasi dan
pengawasan yang efektif.
Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan
di mana terdapat bahan baku dan bahan pengemasan primer, produk antara
atau produk ruahan, hendaklah halus, bebas retak, tidak melepaskan
partikulat serta mudah dibersihkan. Konstruksi lantai di area pengolahan
hendaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata dan
memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi
tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan
hendaklah berbentuk lengkungan.
Area produksi hendaklah mendapatkan penerangan yang memadai,
terutama di mana pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan.
Pengawasan selama proses dapat dilakukan di dalam area produksi
sepanjang kegiatan tersebut tidak menimbulkan resiko terhadap produksi
obat.
• Area penyimpanan
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai
untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan
produk seperti bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah
diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk
yang ditarik dari peredaran.
Area penyimpanan hendaklah didesain untuk menjamin
penyimpanan yang baik, terutama area tersebut hendaklah bersih, kering
dan mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara dalam batas suhu
yang ditetapkan. Obat narkotik dan berbahaya lain hendaklah disimpan di
tempat terkunci.

Universitas Sumatera Utara


• Area pengawasan mutu
Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area
produksi. Luas ruang hendaklah memadai untuk mencegah campur baur.
Hendaklah disediakan tempat penyimpanan yang luas dan memadai untuk
sampel, baku pembanding, pelarut, pereaksi dan catatan. Suatu ruangan
terpisah mungkin diperlukan untuk memberi perlindungan terhadap
instrumen.

• Sarana pendukung
Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi
dan laboratorium pengawasan mutu. Toilet tidak boleh berhubungan
langsung dengan area produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti
pakaian hendaklah berhubungan langsung dengan area produksi namun
letaknya terpisah. Sedapat mungkin letak bengkel perbaikan dan perawatan
peralatan terpisah dari area produksi (CPOB, 2006).

2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat,
agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk
memudahkan pembersihan serta perawatan (CPOB, 2006).

2.2.5 Sanitasi dan Higiene


Ruang lingkup sanitasi dan hygiene meliputi personil, bangunan, peralatan
dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat
merupakan sumber pencemaran produk (CPOB, 2006).

2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,
pengambilan, sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau
instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.
Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan
kesesuiannya dengan pemesanan. Bahan awal yang diterima, produk antara,

Universitas Sumatera Utara


produk ruahan, produk jadi hendaklah dikarantina segera setelah diterima atau
diolah, sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian dan distribusi.
Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan secara
bersamaan pada ruang kerja yang sama. Selama pengolahan, semua bahan, wadah,
produk ruahan, peralatan atau mesin produksi, ruang kerja yang dipakai hendaklah
diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan
dan nomor bets.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam produksi adalah:
• Pengadaan bahan awal
Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah
disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan.
Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa
hendaklah dicatat. Catatan hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan,
nomor bets/lot, tanggal penerimaan, tanggal pelulusan, dan tanggal
daluarsa.
Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual
tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran, atau
kemungkinan adanya kerusakan bahan, dan kesesuaian catatan pengiriman
dan label dari pemasok. Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina
sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian
pengawasan mutu.

• Pencegahan pencemaran silang


Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Resiko pencemaran silang ini
dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, uap, percikan atau organisme
dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada
alat dan pakaian kerja operator.
Pencemaran silang hendaklah dihindari dengan tindakan teknis atau
pengaturan yang tepat, antara lain:
a. Produksi di dalam gedung yang terpisah diperlukan untuk
produk seperti penisilin, hormon seks, sitostatik, dan produk
biologi.

Universitas Sumatera Utara


b. Tersedia ruang penyangga udara dan penghisap udara.
c. Memakai pakaian pelindung yang sesuai di area di mana produk
yang beresiko tinggi terhadap pencemaran silang diproses.
d. Melaksanakan prosedur pembersihan dan dekontaminasi yang
terbukti efektif.

• Penimbangan dan penyerahan


Penimbangan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk
antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan
memerlukan dokumentasi yang lengkap. Hanya bahan awal, bahan
pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh
pengawasan mutu dan masih belum daluarsa yang boleh diserahkan.
Kapasitas, ketelitian dan ketepatan alat timbang yang dipakai
hendaklah sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang. Untuk tiap
penimbangan hendaklah dilakukan pembuktian kebenaran identitas, jumlah
bahan yang ditimbang oleh dua personil yang independen dan pembuktian
tersebut dicatat.
Bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan
hendaklah diperiksa ulang kebenarannya dan ditandatangani oleh
supervisor produksi sebelum dikirim ke bagian produksi.

• Pengembalian
Semua bahan awal dan bahan pengemas yang dikembalikan ke
gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan benar.

• Pengolahan
Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah
diperiksa sebelum dipakai. Semua peralatan yang dipakai dalam
pengolahan hendaklah diperiksa sebelum digunakan. Peralatan hendaklah
dinyatakan bersih secara tertulis sebelum digunakan. Semua kegiatan
pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikusi prosedur yang tertulis. Tiap
penyimpangan hendaklah dilaporkan. Semua produk antara hendaklah
diberi label yang benar dan dikarantina sampai diluluskan oleh bagian
pengawasan mutu.

Universitas Sumatera Utara


Mesin pencampur, pengayak, pencetak tablet hendaklah dilengkapi
dengan sistem pengendali debu. Tiap mesin hendaklah ditempatkan dalam
ruang terpisah. Parameter operasional yang kritis (misalnya waktu,
kecepatan dan suhu) untuk tiap proses pengeringan hendaklah tercantum
dalam dokumen produksi induk, dan dipantau selama proses berlangsung
serta dicatat dalam catatan bets. Tablet yang diambil dalam ruang pencetak
tablet untuk keperluan pengujian tidak boleh dikembalikan lagi ke dalam
bets yang bersangkutan.

• Kegiatan pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi mengemas produk ruahan menjadi
produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian
yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang
dikemas. Semua kegiatan pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai
dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang
tercantum dalam prosedur pengemasan induk. Rincian pelaksanaan
pengemasan hendaklah dicatat dalam catatan pengemasan bets.

• Pengawasan selama proses


Pengawasan selama proses hendaklah mencakup :
a. Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk
diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau
pengemasan
b. Kemasan akhir diperiksa selama proses pengemasan dengan
selang waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya
dengan spesifikasi dan memastikan semua komponen sesuai
dengan yang ditetapkan dalam prosedur pengemasan induk.

• Karantina produk jadi


Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum
penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan
untuk diserahkan ke gudang, pengawasan yang ketat hendaklah
dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan pengolahan bets
memenuhi semua spesifikasi yang ditentukan.

Universitas Sumatera Utara


Selama menunggu pelulusan dari bagian pemastian mutu, seluruh
bets/lot yang sudah dikemas hendaklah ditahan dalam status karantina.
Pelulusan akhir produk hendaklah didahului penyelesaian yang memuaskan
dari:
a. Produk memenuhi persyaratan mutu dalam semua spesifikasi
pengolahan dan pengemasan.
b. Sampel pertinggal dari kemasan yang dipasarkan dalam jumlah
yang mencukupi untuk pengujian di masa yang akan datang.
c. Pengemasan dan penandaan memenuhi semua persyaratan sesuai
hasil pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu.
d. Produk jadi yang diterima di area karantina sesuai dengan
jumlah yang tertera pada dokumen penyerahan barang (CPOB,
2006).

2.2.7 Pengawasan Mutu


Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk
memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang
sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Ketidak tergantungan pengawasan mutu dari
produksi dianggap hal yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan
kegiatan dengan memuaskan.
Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analitis di
laboratorium, antara lain:
• Pengambilan sampel.
• Pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan
produk jadi.
• Pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi.
• Penanganan sampel pertinggal.
• Menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode
pengujiannya.

Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan


mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan
sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum

Universitas Sumatera Utara


didistribusikan. Personil pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke area
produksi untuk pengambilan sampel (CPOB, 2006).

2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu


Inspeksi diri adalah cara meninjau kembali seluruh tata kerja diri sendiri
dari setiap segi yang mungkin berpengaruh terhadap produk. Tujuan inspeksi diri
adalah untuk mengevalusai apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu
industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri hendaklah
dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk
menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaknya dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas
yang kompeten dari perusahaan. Ada manfaatnya bila menggunakan juga auditor
dari luar yang independen. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin minimal
satu kali setahun, dan di samping itu pada situasi khusus, misalnya terjadi
penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran
untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri
hendaknya didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pelaksanaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang
dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat
diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak (CPOB, 2006).

2.2.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk


dan Produk Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur
tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu
sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui cacat dari
peredaran secara cepat dan efektif.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan

Universitas Sumatera Utara


kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada
laporan mengenai reaksi merugikan yang serius serta beresiko terhadap kesehatan.
Penarikan kembali produk dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian
pembuatan obat tersebut.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluarsa,
atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan
keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan
(CPOB, 2006).

2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil
menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil
resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
mengandalakan komunikasi lisan (CPOB, 2006).

2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak


Pembuatan dan analisis secara kontrak harus dibuat secara benar, disetujui
dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan
produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara
pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas menentukan
tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan
secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi
tanggung jawab penuh kepala bagian pemastian mutu.
Pemberi kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi penerima
kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan
memastikan bahwa prinsip dan pedoman CPOB diikuti. Pemberi kontrak
hendaklah menyediakan semua informasi yang diperlukan kepada penerima
kontrak untuk melaksanakan pekerjaan kontrak secara benar sesuai izin edar dan
persyaratan legal lain. Pemberi kontrak hendaklah memastikan bahwa penerima
kontrak memahami sepenuhnya masalah yang berkaitan dengan produk atau

Universitas Sumatera Utara


pekerjaan atau pengujian yang dapat membahayakan gedung, peralatan, personil,
bahan atau produk lain.
Penerima kontrak harus mempunyai gedung dan peralatan yang cukup,
pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten untuk melakukan
pekerjaan yang diberikan oleh pemberi kontrak dengan memuaskan. Pembuatan
obat berdasarkan kontrak hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi yang
memiliki sertifikat CPOB yang diterbitkan oleh Otoritas Pengawasan Obat (OPO)
(CPOB, 2006).

2.2.12 Kualifikasi dan Validasi


CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang
perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan
yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang
dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi.
Validasi adalah tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap
bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang
digunakan dalam produksi maupun pengawasan mutu akan senantiasa mencapai
hasil yang diinginkan (CPOB, 2006). Langkah-langkah pelaksanaan validasi
adalah sebagai berikut:
• Membentuk komite validasi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
validasi di industri farmasi yang bersangkutan.
• Menyusun Rencana Induk Validasi (RIV), yaitu dokumen yang
menguraikan secara garis besar pedoman pelaksanaan validasi.
• Membuat dokumen validasi, yaitu prosedur tetap (protap), protokol serta
laporan validasi
• Pelaksanaan validasi
• Melaksanakan peninjauan periodik, change control dan revalidasi
(Manajemen Industri Farmasi, 2007).
Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut
kualifikasi. Kualifikasi tersebut adalah langkah pertama dalam melaksanakan
validasi di industri farmasi (Manajemen Industri Farmasi, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Kualifikasi terdiri dari empat tingkatan, yaitu:
a. Kualifikasi Desain/ Design Qualification (DQ)
Kualifikasi desain adalah unsur pertama dalam melakukan validasi
terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru.

b. Kualifikasi Instalasi/ Instalation Qualification (IQ)


Kualifikasi hendaklah dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan
peralatan baru atau yang dimodifikasi, mencakup:
• Instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang hendaklah sesuai dengan
spesifikasi dan gambar teknik yang didesain.
• Pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan
peralatan dari pemasok.
• Ketentuan dan persyaratan kalibrasi.
• Verifikasi bahan konstruksi

c. Kualifikasi Operasional/ Operational Qualification (OQ)

Kualifikasi operasional hendaklah dilakukan setelah kualifikasi


instalasi selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. Kualifikasi operasional
hendaklah mencakup:
• Kalibrasi
• Prosedur pengoperasian dan pembersihan
• Pelatihan operator dan ketentuan perawatan preventif.

d. Kualifikasi Kinerja/ Performance Qualification (PQ)


Kualifikasi kinerja hendaklah dilakukan setelah kualifikasi
operasional selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. Kualifikasi kinerja
hendaklah mencakup:
• Pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang
memenuhi spesifikasi atau produk simulasi.
• Uji meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional
atas dan bawah (CPOB, 2006).

Universitas Sumatera Utara


Jenis-jenis validasi adalah sebagai berikut:
a. Kualifikasi mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang
b. Validasi metode analisa
Tujuan validasi metode analisa adalah untuk membuktikan bahwa semua
metode analisa (cara/prosedur pengujian) yang dilaksanakan dalam
pengawasan mutu, senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten.

c. Validasi proses produksi


Tujuan validasi produksi adalah :
• Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur produksi yang
berlaku dan digunakan dalam proses produksi rutin, senantiasa mencapai
hasil yang diinginkan secara terus-menerus.
• Mengidentifikasi dan mengurangi problem yang terjadi selama proses
produksi dan memperkecil kemungkinan terjadinya proses ulang.
• Meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses produksi.

d. Validasi proses pengemasan


Tujuan validasi proses pengemasan adalah:
• Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur pengemasan
yang berlaku dan digunakan dalam proses pengemasan rutin, senantiasa
mencapai persyaratan yang ditentukan.
• Operator/pelaksana yang melakukan proses pengemasan kompeten serta
mengikuti prosedur pengemasan yang telah ditentukan.
• Proses pengemasan yang dilakukan tidak terjadi peristiwa campur baur
antar produk maupun bets.

e. Validasi pembersihan
Tujuan validasi pembersihan adalah:
• Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur
pembersihan yang berlaku yang dilakukan sudah tepat dan dapat
dilakukan berulang-ulang.
• Peralatan/mesin yang dibersihkan tidak terdapat pengaruh yang
negatif karena efek pembersihan.

Universitas Sumatera Utara


• Operator/pelaksana yang melakukan pembersihan kompeten,
mengikuti prosedur pembersihan dan peralatan pembersihan yang
telah ditentukan.
• Cara pembersihan menghasilkan tingkat kebersihan yang sudah
ditetapkan (Manajemen Industri Farmasi, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai