A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perencanaan dan Pengorganisasian,
dengan demikian diharapkan Anda harus mampu:
1.1 Memahami perencanaan, strategi perencanaan, jenis-jenis perencanaan dan
fungsi perencanaan
1.2 Memahami pengorganisasian, proses pengorganisasian, desain organisasi dan
yang berkaitan dengan pengorganisasian
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
1.1 Memahami perencanaan, strategi perencanaan, jenis-jenis perencanaan dan
fungsi perencanaan
1. Pengertian Perencanaan
1
rencana jangka pendek adalah rencana yang memiliki jangka waktu satu
tahun. Sementara rencana yang berada di antara keduanya dikatakan memiliki
intermediate time frame.
Menurut kekhususannya, rencana dibagi menjadi rencana direksional
dan rencana spesifik. Rencana direksional adalah rencana yang hanya
memberikan guidelines secara umum, tidak mendetail. Misalnya seorang
manajer menyuruh karyawannya untuk "meningkatkan profit 15%." Manajer
tidak memberi tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai 15% itu.
Rencana seperti ini sangat fleksibel, namun tingkat ambiguitasnya tinggi.
Sedangkan rencana spesifik adalah rencana yang secara detail menentukan
cara-cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Selain menyuruh
karyawan untuk "meningkatkan profit 15%," ia juga memberikan perintah
mendetail, misalnya dengan memperluas pasar, mengurangi biaya, dan lain-
lain1.
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan
rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting
dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen,
terutama dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis.
Dalam era globalisasi ini, perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur
yang rasional dan sistematis serta bukan hanya pada intuisi dan firasat
(dugaan).
Adapun menurut Stephen Robbins dan Mary Coulter
mengemukakan beberapa tujuan perencanaan, antara lain sebagai berikut:
1. Memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan
nonmanajerial.
2. Mengurangi ketidakpastian.
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan (diakses tanggal 01 September 2016)
2
3. Meminimalisir pemborosan.
4. Menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi
selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian.
2. Jenis-jenis Perencanaan
Menurut Drs. M. H. Sarigih dalam bukunya “Azas-Azas Organisasi
dalam Manajemen”, membagi planning menjadi dua bagian yaitu:
(1) Perencanaan fisik (Physcal planning).Yaitu perencanaan mengenai hal-
hal yang hendak dihasilkan baik materiil maupun barang-barang
immaterial (jasa-jasa).
(2) Perecanaan pembiayaan (Cost Planning/ Financial Planning). Yaitu
perencanaan untuk memperoleh sumber keuangan yang diperlukan untuk
membiayai planning yang dimaksud
3
2) Rencana tetap: dikembangkan untuk aktivitas yang berulang secara
teratur selama suatu periode waktu tertentu
Kebijakan: rencana tetap yang merinci respons umum organisasi
terhadap suatu masalah atau situasi tertentu.
Prosedur operasi standar : rencana tetap yang menguraikan langkah-
langkah yang harus diikuti dalam situasi tertentu
Aturan dan peraturan : rencana tetap yang mendeskripsikan dengan
tepat bagaimana aktivitas tertentu dilaksanakan
4
3. Regional plan, adalah rencana untuk sesuatu daerah.
4. National plan, adalah rencana untuk tingkat nasional (negara).
Hambatan perencanaan
a. Kurang pengetahuan tentang organisasi;
b. Kurang pengetahuan tentang lingkungan;
c. Ketidakmampuan melakukan peramalan secara efektif;
d. Kesulitan perencanaan operasi-operasi yang tidak berulang;
e. Biaya;
f. Takut gagal;
g. Kurang percaya diri;
h. Ketidak sediaan untuk menyingkirkan tujuan-tujuan alternatif.
i. cara mengatasi masalah
5
Misi organisasi yang terdefinisikan secara jelas akan membantu manajer
dalam menetapkan dan menjalankan strategi untuk mencapati tujuan
organisasi. Pernyataan misi hendaknya mampu mengidentifikasi bidang
yang digeluti oleh suatu organisasi, termasuk pelanggan yang dilayaninya,
produk yang ditawarkan, pelayanan yang disediakan, dan lokasi tempat
organisasi tersebut beroperasi. Hendaknya misi juga mencantumkan
filosofi mendasar yang dapat mengarahkan kerja karyawan. Penetapan
tujuan seringkali disulitkan oleh banyaknya alternatif tujuan yang sama-
sama menguntungkan. Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkan berbagai hal,
seperti sumber daya manusia yang ada serta kapasitas dan kemampuan dari
sumber daya ekonominya.
2. Memahami Kondisi Saat ini
Tujuan ditetapkan untuk mengantisipasi situasi mendatang dengan berbagai
standar yang dikehendaki. Agar bisa memahami situasi mendatang,
keadaan saat ini perlu diperjelas, serta perlu diadakan penelitian dan
pengumpulan berbagai data relevan, untuk kemudian dikaji secara
mendalam terkait relevansi fungsi organisasi dan tujuan, sehingga bisa
diproyeksikan prospeknya di masa mendatang.
3. Mempertimbangkan Faktor Pendukung dan Penghambat Tercapainya
Tujuan.
Berbagai faktor pendukung dan penghambat dari usaha pencapaian tujuan
perlu diinventarisasi sedini mungkin agar berbagai persiapan
pengantisipasian bisa dilakukan. Di satu sisi, perusahaan bisa dimudahkan
oleh berbagai faktor pendukung dan mengoptimalisasi berbagai peluang
yang ada. Di sisi lainnya, perusahaan perlu mengantisipasi berbagai
tantangan dan hambatan yang mungkin timbul serta menyiapkan berbagai
cara penyelesaiannya.
4. Menyusun Rencana Pencapaian.
Tujuan Tujuan bisa dicapai dengan cara: a) Mengembangkan alternatif
kebijakan ataupun tindakan; b) Menilai dan mengkomparasikan
6
keuntungan dan kerugian dari setiap alternatif kegiatan ataupun kebijakan;
dan c) Memilih dan menetapkan alternatif yang dinilai paling tepat.
7
perencanaan. Pendekatan ini cenderung berisiko benturan pemikiran antara
pimpinan dan anggota.
5. Perencanaan inside–out dan perencanaan outside–in
Perencanaan inside-out ialah perencanaan yang berfokus ke hal yang sudah
dilakukan, tetapi dengan terus berupaya untuk melakukan hal terbaik.
Tujuannya ialah meningkatkan efektivitas organisasi dan
mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber daya. Di lain sisi, perencanaan
outside-in berupaya menganalisis lingkungan eksternal dan menyusun rencana
pengeksplorasian peluang dan minimalisasi masalah.
6. Perencanaan Situasional/Contingency
Perencanaan contingency mencakup perencanaan alternatif yang
menimbulkan pengimplementasian yang pada saat perencanaan awal menjadi
tidak sesuai karena adanya perubahan kondisi. Fokus utamanya ialah
menentukan sedini mungkin berbagai perubahan yang mungkin terjadi di
peristiwa mendatang yang bisa berdampak bagi pelaksanaan perencanaan.
Pendekatan ini berupaya untuk senantiasa melakukan penyesuaian terhadap
perubahan lingkungan internal dan eksternal. Dalam hal ini, perencanaan yang
efektif ialah perencanaan yang sesuai dengan situasi yang dihadapi organisasi
5. Efektivitas Perencanaan
Suatu keberhasilan dalam merealisasikan sebuah sistem perencanaan tidak
mudah untuk dicapai. Semakin besar ukuran organisasi atau perusahaan maka
semakin sulit pula usaha yang harus dijalani. Dengan meningkatnya ukuran
organisasi atau perusahaan, tugas perencanaan menjadi sangat kompleks, dan
banyak membutuhkan informasi. Dalam hal ini setidaknya ada empat hal yang
bisa menjamin bahwa proses perencanaan dapat mencapai efektivitas, yaitu:
1. Proses perencanaan yang didesain secara baik
2. Memperoleh dukungan dari manajemen puncak
3. Perencanaan yang berfokus pada implementasi
4. Memilih orang-orang yang tepat
8
Adapun tips agar proses perencanaan berjalan dengan baik sebagai
berikut:
a. Libatkan orang yang tepat dalam proses perencanaan
b. Menulis informasi perencanaan dan sosialisasikan secara merata
c. Tujuan dan sasaran harus lebih cerdas (SMARTER), yang terdiri dari specific,
measurable, acceptable, realistic, time frame, extending, rewarding
d. Membangun Akuntabilitas (Review secara teratur siapa melakukan apa dan
kapan)
e. Evaluasi proses perencanaan dan rencana
9
seseorang:pendelegasian wewenang dan sterusnya dalam rangka untuk
mencapai tujuan.
Berikut ini beberapa definisi tentang pengorganisasian.
1. Stoner dan Walker (1986): Pengorganisasian merupakan satu proses di
mana aktivitas kerja disusun dan dialihkan kepada sumber tenaga untuk
mencapai tujuan sebuah organisasi.
2. Jaafar Muhammad (1992): Pengorganisasian adalah penyusunan sumber-
sumber organisasi dalam bentuk kesatuan dengan cara yang berkesan agar
tujuan dan objektif organisasi yang dirancang dapat dicapai.
3. Gatewood, Taylor, dan Farell: Pengorganisasian adalah aktivitas yang
terlibat dalam suatu struktur organisasi yang sesuai, memberi tugas kepada
pekerja serta membentuk hubungan yang berguna di antara pekerja dan
tugas-tugas.
4. Certo (1997): Fokus pertama pengorganisasian adalah menentukan
aktivitas yang akan dilakukan oleh sumber daya manusia dalam organisasi
dan bagaimana SDM tersebut dapat diselaraskan atau digabungkan dengan
cara yang terbaik untuk mencapai tujuan organisasi.
10
4) Cara dalam mana para manajer membagi lebih lanjut tugas-tugas yang
harus dilaksanakan dalam departemen mereka dan mendelegasikan
wewenang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tersebut2.
2. Proses Pengorganisasian
Proses pengorganisasian haruslah dilaksanakan dengan hati-hati dengan
mempertimbangkan beberapa aspek yang terkait dengan pekerjaan-pekerjaan
2
http://unpam.wapsite.me/Materi%20IT/POB/8.%20Pengorganisasian
11
apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, penetapan tugas bagi
masing-masing individu, dll yang pada intinya mengandung 5 langkah yakni:
1) Meninjau ulang Rencana dan Tujuan Organisasi untuk melihat aktifitas-
aktifitas apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan untuk
melaksanakan rencana tersebut
2) Menetapkan aktifitas-aktifitas pekerjaan yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan (mendesain pekerjaan)
3) mengklasifikasikan dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang
serupa dan saling berkaitan (departemenisasi)
4) Memberikan penugasan dan delegasi kewenangan untuk melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan tersebut (Pendelegasian pekerjaan)
5) Menyusun hubungan hierarchi (vertikal dan horisontal) antar orang-orang
di dalam organisasi, agar terlihat jelas aliran tanggung-jawab dalam
pembuatan keputusan dan hubungan koordinasi antar bagian (Rentang
manajemen dan rantai komando).
Unsur-unsur pengorganisasian, sebagai berikut:
1. Spesialisasi Pekerjaan
Spesialisasi pekerjaan adalah kegiatan membagi-bagi pekerjaan sesuai
yang dibutuhkan oleh organisasi dan dengan tenaga kerja yang sesuai
dengan jumlah dan keahlian yang dibutuhkan, sehingga karyawan yang
bersangkutan hanya mengerjakan pekerjaan tertentu sesuai bidang dan
bagiannya. Spesialisasi pekerjaan sangat dibutuhkan bagi pekerjaan-
pekerjaan besar yang membutuhkan banyak keahlian yang saling terkait
agar terjadi efisiensi, namun spesialisasi pekerjaan rutin yang tidak banyak
membutuhkan pemikiran seringkali menimbulkan kejenuhan sehingga
perlu adanya rotasi kerja sekali waktu.
2. Rantai Komando
Rantai Komando adalah garis kewenangan yang digambar tak terputus yan
mengikat seluruh individu dalam organisasi dan menunjukkan siapa yang
12
harus bertanggung jawab pada siapa. Dalam Rantai komando juga perlu
diperhatikan adanya prinsip-prinsip:
a) Kesatuan Perintah, yang menjamin bahwa setiap karyawan hanya
wajib mematuhi perintah dari atasan langsungnya. Prinsip ini
diperlukan agar karyawan tidak mengalami konflik permintaan datau
kepentingan dari berbagai atasan atau supervisor.
b) Jenjang organisasi yang menunjukkan tingkat-tingkat satuan
organisasi yang di dalamnya terdapat pejabat, tugas dan wewenang,
serta kedudukannya dalam keseluruhan organisasi. Jenjang organisasi
bisa menjadi sangat tinggi manakala organisasi membesar sehingga
menjadi kurang efisien karena jenjang pembuatan keputusan semakin
panjang, jenjang manajer semakin banyak, kontak antar pribadi dari
atasan ke karyawan terbawah bahkan ke pelanggan nyaris tidak ada.
Untuk mengatasi hal ini biasanya organisasi membelah diri menurut
fungsinya.
3. Kewenangan
Kewenangan adalah hak formal dan sah dari seorang manajer untuk
membuat keputusan, memberikan perintah dan mengalokasikan
sumberdaya bagi kepentingan organisasi. Kewenangan ini tercantum
dalam diskripsi pekerjaan dan harus memperhatikan prinsip-prinsip sbb:
1). berdasarkan posisi dalam organisasi, siapaun orangnya haruslah
mendapatkan kewenangan yang sama jika ia menduduki posisi tersebut. 2)
Diterima oleh bawahan untuk menmbuat keputusan berdasarkan hak sah
organisasional; 3). Kewenangan mengalir ke bawah sesuai jenjang
hierarchi vertikal, bahwa posisi yang lebih tinggi memiliki kewenangan
yang lebih besar.
Di dalam organisasi ada tiga jenis kewenangan, yakni :
a. Kewenangan lini, yang memberikan kewenangan bagi para
manajer untuk bekerja langsung dengan bawahannya dan membuat
13
keputusan langsung bagi jajarannya tanpa harus berkonsultasi pada
bagian yang lain.
b. Kewenangan Staf, yakni kewenangan yang dimiliki oleh asisten
manajer atau staff departemen untuk memberikan saran, bantuan
dan layanan tertentu yang dibutuhkan. Bentuk kewenangan ini
tidak memiliki kewenangan melakukan tindakan tak wajib dipatuhi
kecuali jika secara kasuistis diberikan kewenangan untuk itu oleh.
c. Kewenangan fungsional, yakni kewenangan yang didelegasikan
secara formal pada individu atau pada departeman untuk
menangani atau membantu aktifitas-aktifitas tertentu yang
dilaksanakan oleh bagian lain. Kewenangan fungsional seharusnya
tidak sejalan dengan prinsip kesatuan Perintah, karena bawahan
bisa memiliki 2 atasan : Langsung dan Fungsioanl, namun hal ini
terkadang juga diperlukan manakala pekerjaan tersebut secara
fungsional terkait erat dan untuk memudahkan koordinasi.
4. Delegation
Pada masa belakangan ini pendelegasian wewenang dalam organisasi
makin dianjurkan, agar dapat memberikan keluwesan maksimal bagi
karyawan dalam memenuhi kebutuhan pelanggannya. Pendelegasian
wewenang selain dapat meningkatkan kinerja organisasi, juga dapat
meningkatkan kepuasan kerja karyawan karena merasa diberi kewenangan
melakukan sesuatu yang berharga bagi organisasi. Tanpa pendelegasian
wewenang, karyawan hanya akan mengerjakan sesuatu dengan perintah,
tak memiliki inisiatif dan rasa memiliki. Namun untuk mendelegasikan
sebagian wewenang, ada beberapa hal yang pelu diperhatikan sebagai
berikut:
a) Menyesuaikan antara tugas yang akan didelegasikan dengan
karyawan/tim yang akan menerimanya dari segi kemampuan, keahlian
dan sikap.
14
b) Organisasikan pekerjaan yang akan didelegasikan (apa yang harus
dilakukan, bagaimana melaksanakannya, kapan harus selesai, keahlian
apa yang dibutuhkan) dan komunikasikan dengan jelas pada bawahan.
c) Memberikan penugasan kerja secara jelas dan spesifik, sehingga
karyawan tahu bahwa mereka bertanggung-jawab penuh atas
pekerjaan tersebut.
d) Memberikan kewenangan yang cukup untuk melaksanakan tugas
khusus tersebut, tidak berlebihan sehingga menjadi sewenang-wenang
tanpa sepengetahuan sang manajer, dan juga tidak terlalu terbatas
sehingga menyulitkan pelaksanaan pekerjaan.
e) Pastikan agar mereka menerima bagian tanggung-jawab atas
penyelesaian pekerjaan tersebut sebagai bagian logis dari kesediaan
menerima wewenang, serta bagaimana mekanisme pertanggungan-
jawabnya. Perlu diingat bahwa tanggung-jawab terbesar tetap berada
di tangan manajer atau supervisor/atasan langsung.
5. Rentang Kendali
Rentang kendali adalah jumlah terbanyak bawahan langsung yang dapat
dipimpin dengan baik oleh seorang manajer. Jumlah tersebut sangat
relatif, bisa luas dan bisa sempit tergantung pada kebutuhan pekerjaan
yang dilaksanakan dan kebutuhan organisasi yang bersangkutan, atau
setidaknya dari faktor-faktor berikut ini:
a) Subjektif (kecakapan dan keahlian, pengalaman, kesehatan, umur,
bakat, kepemimpinan seseorang, kepribadian, kedudukan sosial, dan
lain-lain),
b) Objektif (faktor di luar diri seseorang, faktor lingkungan: jenis
pekerjaan, waktu untuk menyelesaikan pekerjaan, kestabilan
organisasi, jarak antara pengawas dan bawahan, banyak sedikitnya
pekerjaan pada bawahan atau atasan).
15
c) Apakah sifat organisasi tersebut tersentralisassi atau terdesentralisasi.
Jika tersentralisasi maka rentang kendali akan sangat luas sebab
kekuasaan lebih terpusat.
Proses pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur:
1. Pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan organisasi.
2. Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang
secara logik dapat dilaksanakan oleh satu orang. Pembagian kerja
sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan, atau
terlalu ringan sehingga ada waktu menganggur, tidak efisien dan
terjadi biaya yang tidak perlu.
3. Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk
mengkoordinasikan pekerjaan para anggota organisasi menjadi
kesatuan yang terpadu dan harmonis. Mekanisme pengorganisasian ini
akan membuat para anggota organisasi menjaga perhatiannya pada
tujuan organisasi dan mengurangi ketidak-efisienan dan konflik-
konflik yang merusak.
16
Tindakan pengorganisasian mempunyai dasar-dasar yang perlu
dipertimbangkan.dasar tindakan pengoraganisasian menyangkut
1. Pekerjaan
Pekerjaan dalam rangka pengorganisasian ditetapkan sebagai suatu
hasil dari perencanaan yang telah disepakati.Pekerjaan tersebut,yang
semula bulat)satu) ,kemudian di bagi-bagi,dipecah-pecah sedemikian
rupa hingga habis terbagi dalam organisasi(suborganisasi),kemudian
dalm sub-suborganisasi masing-masing dibagi lagi sedemikian rupa
sehingga tiap-tiap orang mendapat bebanpekerjaan sedemikian
dikhendaki oleh organisasi •
2. Tempat Kerja
Pekerjaan yang khendak dilaksanakan memerlukan tempat kerja,
tempat kerja, meliputi alat dan ruangan kerja fisik yang perlu bagi
orang-orang untuk melaksankan pekerjaan. Misalnya, letak / tempat /
ruang pelaksanaan kerja, bahan-bahan, mesinmesin, penerangan,
bangku-bangku, alat-alat perlengkapan kantor/buku petunjuk,
kartykartu, formulir-formulir dan seterusnya. Tempat kerja yang
meliputi akat dan ruang kerja tersebut diperlukan dan dimasukan
dalam rangka pengorganisasian,serta diperinci sejelas-jelasnya,bagi
tiap kelompok pekerjaan dan orang-orang yang terlihat didalamnya.
3. Hubungan Kerja
Hubungan antara orang dan pekerjaan serta tempat kerjamerupakan
satu-kesatuan yang penting dalam rangka
pengorganisasian.Misalnya,hubungan antara satu unit organisasi
dengan organisasi lainnya,antara karyawan satu dengan karyawan
yang lain,dan ruang kerja yang satu dengan yang lain,juga hubungan
menyangkut wewenang atas pekerjaan satu dengan wewenang yang
lain: sebagaiman sering terjadi serasi tidaknya hubungan tersebut
17
sering mempengaruhi hasil kerja dan keputusan pegawai dalam
bekerja
4. Orang-orangnya
Penugasan,penempatan orang-orang dalam prganisasi mempunyai arti
penting disamping hal-hal yang disebutkan diatas, dalam langkah,
pengorganisasian, hendaknya setiap orang ada tempatnya dan setiap
orang pada tempatnya. Dengan pekerjaan dan tempat kerja yang jelas
(termasuk tugas, wewenang, dan tanggung jawab) hubungan kerja
dapart di arahkan dalam hubungan kerja yang serasi dan semua
menyambung bagi pencapai tujuan organisasi yang hakikatnya juga
tujuan dari orang-orang didalam organisasi yang bersangkutan. satu
untuk semua dan semua untuk satu3.
3. Desain Organisasi
Desain organisasi adalah pola tentang hubungan antara berbagai
komponen dan bagian organisasi. Pada organisasi formal struktur
direncanakan dan merupakan usaha sengaja untuk menetapkan pola hubungan
antara berbagai komponen, sehingga dapat mencapai sasaran secara efektif.
Sedangkan pada organisasi informal, struktur organisasi adalah aspek sistem
yang tidak direncanakan dan timbul secara spontan akibat interaksi peserta.
Desain organisasi-organisasi memberikan kerangka yang menghubungkan
wewenang karena struktur merupakan penetapan dan penghubung antar posisi
para anggota organisasi. Jika seseorang memiliki suatu wewenang, maka dia
harus dapat mempertanggungjawabkan wewenangnya tersebut.
Desain organisasi adalah proses pembuatan keputusan yang dilakukan
oleh manajer untuk memilih struktur organisasi yang sesuai dengan strategi
untuk organisasi dan lingkungan tempat anggota organisasi melaksanakan
strategi tersebut. Desain organisasi menekankan mempertimbangkan
3
Drs.Rusli Ramli, dan M.S Drs. Adi Warsidi, Pengantar Manajemen (Pengorganisasian sebagai Salah
Satu Fungsi Manajemen) Catatan Kuliah, Sumber: Asas-asa Manajemen, penerbit UT, hal: 4-5.
(diakses Hari Rabu Tanggal 06 September 2016). Link nya
file:///C:/Users/user/Downloads/PENGORGANISASIAN%20SBG%20FUNGSI.pdf
18
kontruksi dan mengubah struktur organisasi. Kata Robbins (2994),
mengkontruksi dan mengubah sebuah organisasi sama seperti membangun
atau memperbarui sebuah rumah. Keduanya sama –sama mulai dengan tujuan
akhir. Perancang kemudian menciptakan rencana untuk mencapai tujuan akhir
tersebut. Pada pembangunan rumah, rencana tersebut adalah sebuah cetak
biru. Pada penyusunan organisasi, dokumen tersebut adalah bagan organisasi4.
Pada umumnya orang akan menganggap struktur sama dengan desain
organisasi. Sesungguhnya desain organisasi merupakan proses perkembangan
hubungan dan penciptaan struktur untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi
struktur merupakan hasil dari proses desain. Proses desain merupakan suatu
kegiatan yang bersifat kontinu dan dirancang oleh manajer. Apapun bentuk
atau hasil dari proses desain tersebut, para perancang desain organisasi harus
merancang sebuah organisasi yang dapat membuat organisasi tersebut tetap
bertahan hidup. Selain itu pemilihan desain organisasi tersebut akan
menentukan besar kecilnya organisasi.Setiap ukuran organisasi akan
memberikan keuntungan masing-masing, namun diharapkan tercapainya
tujuan organisasi dan juga eksistensi dari organisasi.
Robbins dan Judge (2008:215) menyatakan, “ada enam elemen kunci
yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika hendak mendesain struktur
organisasi yaitu; spesialisasi/pembagian kerja, departementalisasi, rantai
komando, rentang kendali, sentralisasi dan desentralisasi, dan formalisasi.
Berikut penjelasannya:
1. Spesialisasi/Pembagian Kerja
Pembagian kerja adalah perincian dan pengelompokan aktivitas/ kegiatan
sejenis atau erat kaitannya untuk dilaksanakan oleh satuan/pejabat
tertentu. Pembagian kerja ini sangat penting karena bidang pekerjaan luas
sedang disisi lain masing-masing orang mempunyai kecakapan,
kemampuan, pembawaan dan interest yang berbeda-beda. Dalam
pembagian kerja harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
4
Robbins, Stephen P, 1994, Teori Organisasi, Struktur, Desain dan Aplikasi, Penerbit Arcan, Jakarta
19
a. Setiap pejabat diberi daftar rincian tugas yang jelas.
b. Tugas dapat bervariasi namun satu sama lain tetap berkaitan. Beban
tugas dibuat semerata mungkin, sehingga tercipta keadilan, kepuasan
dan kegairahan kerja.
c. Pembebanan tugas harus sesuai dengan pembawaan, kecakapan, dan
kemampuan penerima tugas.
2. Departementalisasi
Departementalisasi adalah proses pembagian aktivitas pekerjaan dan
pengelompokan kegiatan, sehingga kegiatan sejenis dan saling
berhubungan dapat dikerjakan oleh satuan organisasi yang sama. Lima
bentuk utama departementalisasi adalah departementalisasi fungsi,
produk, geografis, pelanggan, dan proses.
a) Departementalisasi Fungsi, yaitu pengelompokan kegiatan organisasi
berdasarkan fungsi-fungsi yang dijalankan
b) Departementalisasi Produk, yaitu pengelompokan kegiatan organisasi
berdasarkan jenis produk dan jasa yang dihasilkan.
c) Departementalisasi Geografis, yaitu pengelompokan kegiatan
organisasi berdasarkan wilayah kerja.
d) Departementalisasi Pelanggan yaitu pengelompokan kegiatan
organisasi berdasarkan karakter pelayanan (masalah dan kebutuhan)
kepada pelanggan.
e) Departementalisasi Proses yaitu pengelompokan kegiatan organisasi
berdasarkan urutan langkah-langkah pengerjaan suatu produk
Departemenisasi Produk.
3. Rantai Komando
Rantai komando adalah suatu garis wewenang tanpa putus dari satuan
puncak organisasi ke satuan paling bawah dan menjelaskan siapa
bertanggung jawab kepada siapa. Juga menyangkut wewenang dan
kesatuan komando Rantai komando adalah suatu garis wewenang tanpa
putus dari satuan puncak organisasi ke satuan paling bawah dan
20
menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa. Rantai komando juga
menyangkut wewenang dan kesatuan perintah
✓ Wewenang (authority) mengacu pada hak-hak yang melekat pada
posisi manajerial untuk memberi perintah dan untuk dipatuhi.
✓ Kesatuan perintah mengacu pada gagasan bahwa seorang bawahan
hanya memiliki satu atasan dimana ia menerima perintah dan
bertanggung jawab.
4. Rentang Kendali
Rentang kendali adalah batas jumlah bawahan yang dapat dipimpin dan
dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer. Rentang kendali penting
karena setiap manajer selalu menghadapi keterbatasan baik waktu,
pengetahuan, keamampuan maupun fokus perhatian.Banyak sedikitnya
jumlah bawahan mencerminkan luas sempitnya rentang kendali. Rentang
kendali yang sempit akan memperbanyak tingkatan manajemen. Ini berarti
dapat menambah biaya, memperumit komunikasi vertikal, memperlambat
pengambilan keputusan dan mendorong supervisi yang ketat sehingga
menghambat otonnomi karyawan. Besar/kecilnya batas jumlah bawahan
ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor obyektif dan faktor subjektif.
Faktor obyektif adalah faktor yang melekat pada bukan pelakunya seperti
tipe /corak pekerjaan, tersebar/tidaknya tempat bawahan, melakukan
pekerjaan, waktu yang dibutuhkan dan sebagainya. Sedang faktor
subyektif, yaitu faktor yang melekat pada pelakuknya seperti kejujuran,
pengalaman, dedikasi, dan sebagainya.
5. Sentralisasi
Sentralisasi mengacu pada tingkat sejauh mana pengambilan keputusan
dikonsentrasikan pads satu titik di dalam organisasi. Sebuah perusahaan
yang menekankan sentralisasi, akan tetap mempertahankan pengambilan
keputusan pada manajer puncak, dengan sedikit atau tanpa masukan
manajer tingkat bawah. Sebuah perusahaan yang menekankan
21
desentralisasi, apabila pengambilan keputusan diserahkan kepada para
manajer yang lebih rendah yaitu yang paling dekat dengan suatu tindakan.
6. Formalisasi
Formalisasi mengacu sejauh mana pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi
dibakukan. Formalisasi tinggi, bila pemangku pekerjaan memiliki sedikit
kebebasan untuk memilih apa yang harus dikerjakan, kapan dikerjakan
dan bagaimanana caranya. Cirinya ; ada diskripsi tugas yang jelas,
beragam aturan organisasi secara tertulis, ada standarisasi dan kegiatan
serba terdokumentasikan. Standarisasi perilaku, sebagai tolok ukur dalam
mengendalika perilaku karyawan. Tujuan formalisasi adalah untuk
menjaga konsistensi dan keseragaman produk, memudahkan koordinasi,
dan penghematan biaya. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
formalisasi antara lain;
✓ Jenis keterampilan, semakin tinggi keterampilan yang dibutuhkan
semakin rendah formalisasi.
✓ Tingkatan organisasi. Semakin tinggi tingkatan dalam organisasi
semakin rendah formalisasi.
✓ Jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan pada bagian produksi
misalnya lebih diformalisasikan daripada pekerjaan di bagian
penjualan atau penelitian5.
Berikut ini secara berturut-turut akan disajikan bentuk-bentuk struktur
organisasi yang umum digunakan alaam organisasi bisnis, sebagai berikut:
1) Organisasi Lini
Organisasi lini disebut juga organisasi jalur merupakan struktur
organisasi tertua dan paling sederhana, dimana wewenang dari pucuk
pimpinan dilimpahkan ke satuansatuan di bawahnya. Struktur yang
dicirikan dengan kadar departemenisasi yang rendah, rentang kendali
yang luas, wewenang yang terpusat pada seseorang dan sedikit
formalisasi. Struktur ini banyak digunakan di organisasi perusahaan
5
http://swastapriambada.lecture.ub.ac.id/files/2013/03/Modul-8.pdf
22
yang kecil. Kelebihannya terletak pada keseder-hanaannya, cepat,
fleksibel , dan tidak mahal untuk dikelola. Kelemahannya utamanya
adalah sulit dilaksanakan dimanapun selain di organisasi kecil. Karena
formalisasinya yang rendah dan sentralisasinya yang tinggi cenderung
menimbulkan overload informasi di puncak. Untuk bisnis besar,
organisasi lini tidak memadai lagi, karena memiliki sedikit spesialis,
memiliki jalur komunikasi yang panjang, dan kurang fleksibel. Karena
organisasi seperti itu biasanya menjadi organisasi bentuk lini dan staf
2) Struktur Organisasi Lini Dan Staf
Organisasi lini dan staf menggabungkan arus wewenang langsung dari
sebuah satuan lini dengan satuan staf yang mendukung satuan lini.
Staf merupakan individu atau kelompok yang fungsi utamanya
memberikan saran dan pelayanan kepada personel lini dalam mencapai
tujuan mereka (misalnya ,penelitian pemasaran, nasehat hukum,
teknologi informasi, dan manajem SDM). Karyawan atau satuan staf
tidak secara langsung terlibat dalam kegiatan utama organisasi.
Perbedaan penting antara personel lini dan personel staf adalah
otoritas.Ada dua tipe staf, yaitu;
✓ Staf pribadi dibentuk untuk memberikan saran, bantuan dan jasa
kepada seseorang manajer (individual). staff pribadi kadang-
kadang disebut sebagai asisten, atau asisten staf, misalnya asisten
manajer.
✓ Staf spesialis, memberikan saran, konsultasi, bantuan dan
pelayanan seluruh lini, misalnya staf pembelian, staf hukum, staf
personalia, dan sebagainya. Disebut staf spesialis karena fungsinya
sempit dan membutuhkan keahlian khussus. Kelebihannya dapat
mengurangi beban tugas pimpinan, dan menjamin adanya
pimpinan tunggal. Kelemahannya al., terjadinya konflik lini dan
staf, dan ketergantungan pada staf.
3) Organisasi Matriks
23
Beberapa organisasi menggunakan struktur matriks atau struktur
proyek. Struktur ini mengkaitkan karyawan dari berbagai bagian atau
satuan organisasi untuk bekerja bersama-sama pada proyek-proyek
tertentu Organisasi matriks adalah bentuk organisasi dimana para
karyawan mempunyai dua atasan sehingga mereka berada di bawah
dua wewenang yaitu wewenang yang mengalir secara vertikal dari
manajer fungsional, dan wewenang yang mengalir secara horizontal
dari manajer proyek. Dua jalur aliran wewenang membentuk struktur
organisasi dua arah yang menyerupai matriks, sehingga bentuk
strukturnya disebut organisasi matriks.
Kelebihan „
Membebaskan manajemen puncak untuk perencanaan „
Memaksimalkan efisiensi penggunaan manajer fungsional „
Mengembangkan keterampilan karyawan „
Melibatkan, memotivasi, dan menantang karyawan
Kelemahan „
Pertanggung jawaban ganda dapat membingungkan „
Sangat membutuhkan koordinasi horizontal dan vertikal „
Mendorong pertentangan kekuasaan „
Sangat mahal untuk diimplementasikan
24
(pandangan klasik) dan teori penerimaan.wewenangan formal merupakan
wewenangan pemberian atau pelimpahan dari orang lain. Wewenangan ini
berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan secara hukum di
turunkan dari tingkat ke tingkat.berdasarkan dari teori penerimaan
(acceptance theory of authority) wewenangan timbul hanya bila hal itu di
terima oleh kelompok atau individu kepada siapa wewenangan tersebut di
jalankan,dan ini tidak tergantung pada penerima (receiver).
Ada dua teori yang saling berlawanan mengenai sumber wewenang, yaitu :
1) Teori Formal. Teori formal ini sering disebut sebagai pandangan klasik.
Teori ini menyebutkan bahwa wewenang adalah dianugerahkan.
Wewenang ada karena seseorang diberi atau dilimpahi atau diwarisi hal
tersebut. Pandangan dalam teori formal menganggap bahwa wewenang
berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan kemudian secara
hukum diturunkan dari tingkat ke tingkat.
2) Teori Penerimaan (acceptance theory of authority). Teori ini menyanggah
pemikiran bahwa wewenang dapat dianugerahkan. Teori penerimaan atau
aliran perilaku berpendapat bahwa wewenang seseorang timbul hanya bila
hal itu diterima oleh kelompok atau individu kepada siapa wewenang
tersebut dijalankan. Pandangan ini menyatakan, kunci dasar wewenang
ada dalam yang dipengaruhi bukan yang mempengaruhi. Jadi wewenang
itu ada atau tidak tergantung pada penerima, yang memutuskan untuk
menerima atau menolak.
Chester Barnard adalah salah satu tokoh yang mendukung teori
penerimaan. Ia mengatakan bahwa bila suatu komunikasi direktif diterima
seseorang kepada siapa hal itu ditujukan wewenang untuknya tercipta atau
ditegaskan. Chester Barnard mengatakan pula bahwa seseorang akan
bersedia menerima komunikasi yang bersifat kewenangan apabila
kondisinya :
✓ Dia dapat memahami komunikasi tertentu.
25
✓ Pada saat keputusannya dibuat dia percaya bahwa hal itu tidak
menyimpang dari tujuan organisasi.
✓ Dia yakin bahwa hal itu tidak bertentangan dengan kepentingan
pribadinya sebagai suatu keseluruhan.
✓ Dia mampu secara mental dan phisik untuk mengikutinya.
Kondisi tersebut oleh Barnard disebut zone of indifference. Sedangkan
Herbert A. Simon menyebutnya dengan area of acceptance.
D. Daftar Pustaka
Firmansyah, Anang dan Mahardhika, Budi W. (2018). Pengantar manajemen.
Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Krisnandi H., Efendi S., Sugiono E. (2019). Pengantar manajemen. Jakarta: LPU-
UNAS.
26
Sadikin, A., Misra, I., Hudin, M.S. (2020). Pengantar manajemen dan bisnis.
Yogyakarta: K-Media.
Alma, Buchari. 2009. Pengantar Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Boone & Kurtz. 2002. Pengantar Bisnis, Jilid I & II. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Robbins, Stephen P, 1994, Teori Organisasi, Struktur, Desain dan Aplikasi,
Penerbit Arcan, Jakarta
lihttp://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/modulrencanastrategis/materi1_artip
entingperencanaanstrategis.pdf (diakses hari Rabu Tanggal 06 Septemeber
2016)
http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan (diakses tanggal 01 September 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan_strategis. (diakses tanggal 01
September 2016)
http://swastapriambada.lecture.ub.ac.id/files/2013/03/Modul-8.pdf (diakses hari
Rabu tanggal 07 September 2016)
http://unpam.wapsite.me/Materi%20IT/POB/8.%20Pengorganisasian. (diakses
hari Rabu tanggal 07 September 2016)
http://legalstudies71.blogspot.co.id/2016/05/pengertian-wewenang-dalam-
manajemen.html. (diakses hari Rabu tanggal 07 September 2016)
27