Anda di halaman 1dari 30

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan tentang Anak Tunarungu


a. Definisi Tunarungu
Tunarungu adalah suatu istilah umum yang menunjukkan kesulitan
mendengar, yang meliputi keseluruhan kesulitan mendengar dari yang ringan
sampai yang berat, digolongkan ke dalam bagian tuli dan kurang dengar. Orang
tuli adalah orang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat
proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak
memakai alat bantu mendengar, sedangkan seseorang yang kurang dengar adalah
seseorang yang biasanya dengan menggunakan alat bantu mendengar, sisa
pendengarannya cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa
melalui pendengaran (Hallahan dan Kaufman, 1991:26).
Moores (1981) dalam Wardani dkk (2007:5) mengemukakan bahwa orang
yang tuli (a deaf person) adalah seorang yang mengalami ketidak mampuan
mendengar (biasanya pada tingkat 70dB atau lebih ) yang menghambat
pemahaman bicara melalui pendengaran dengan atau tanpa menggunakan alat
bantu dengar, sedangkan orang yang kurang dengar (a hard of hearing person)
adalah seseorang yang mengalami ketidak mampuan mendengar (biasanya pada
tingkat 35 sampai 69 dB) sehingga mengalami kesulitan, tetapi tidak menghambat
pembicaraan melalui pendengarannya, tanpa atau dengan menggunakan alat
bantu.
Menurut Sumarto dalam Somantri (2006:93) mengemukakan bahwa
seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan
tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan
kurang dengar (low of hearing). Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran tidak berfungsi


lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya
mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik
dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids). Salim
dalam Somantri (2006 : 93) menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah “anak
yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang
disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat
pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan
bahasanya”. Menurut Delphie (2006 : 102), orang yang mengalami tunarungu
disebutdengan istilah hendaya pendengaran yaitu, seseorang yang mengalami
kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar seluruh atau sebagian,
diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indera pendengaran.
Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan bahwa tunarungu merupakan
individu yang memiliki hambatan dalam mendengar sehingga hanya mampu
menerima informasi bahasa melalui sisa pendengarannya sesuai dengan derajat
ketunaan yang dialami, sehingga yang bersangkutan memerlukan layanan
pendidikan khusus.

b. Klasifikasi Tunarungu
Pada umumnya klasifikasi anak tunarungu dibagi menjadi dua golongan atau
kelompok besar yaitu tuli dan kurang dengar. Untuk tujuan pendidikan anak-
anak penderita kelainan pendengaran diklasifikasikan sesuai dengan tingkat
kehilangan pendengarannya. Menurut James Gallaghert dalam Sukarno
(2006:29) Tunarungu diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Tunarungu ringan (Mild hearing loss), yaitu derajat ketunarunguan
dengan hitungan dalam dB antara 26 dB- 40 dB. Dalam kondisi demikian
anak mengalami sedikit kerusakan untuk mendengara dan berbisik.
2) Tunarungu dengan derajat antara 41 dB – 55 dB, dalam kelompok ini
anak mengalami kesulitan dalampenerimaan pembicaraan normal,
terutama suara nada-nada tinggi. Di sini perlu pemakaian Alat Bantu
Dengar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

3) Tunarungu sedang berat (Moderate Severe hearing loss) yaitu kelompok


Tunarungu dengan derajat antara 56 – 70 dB. Dengan kondisi ini anak
sudah mulai kesulitan dalam menangkap pembicaraan keras, pemakaian
ABD akan sangat membantu.
4) Tunarungu berat (Severe hearing loss), yaitu kelompok Tunarungu
dengan derajatantara 71 – 90 dB. Anak hanya mengerti teriakan atau
perbincangan yang diperkeras pada jarak yang dekat sekali. Pengalaman
mendengar sangat kurang karena untuk mendengar rangsang bunyi
bertambah sukar. Dalam hal ini anak sukar mengerti apa yang diucapkan
oleh orang lain.
5) Tunarungu yang terberat (Profound hearing loss), yaitu kelompok
tunarungu dengan derajat di atas 91 dB. Kondisi seperti ini sama sekali
tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain sekeras apapun.
Klasifikasi anak tunarungu menurut Samuel A. Kirk dalam Depdikbud (1995:29)
sebagai berikut:

1) 0 dB : menunjukkan pendengaran yang optimal


2) 0 – 26 dB : menunjukkan seseorang masih mempunyai pendengaran yang
normal.
3) 27 – 40 dB : mempunyai kesulitan mendengar bunyi- bunyi yang jauh,
membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi
bicara (tergolong tunarungu ringan).
4) 41 – 55 dB : mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi
kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara (tergolong tunarungu
sedang).
5) 56 – 70 db : hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih
mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan
menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus
(tergolong tunarungu agak berat).
6) 71 – 90 dB : Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang-
kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan luar biasa yag intensif,
membutuhkan ABD dan latihan bicara khusus (tergolong tunarungu barat).
7) 91 dB ke atas : mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran,
banyak bergantung pada penglihatan dari pada pendengaran untuk proses
menerima informasi, dan yang bersangkutan dianggap tuli (tergolong
tunarungu berat sekali).
Klasifikasi anak tunarungu menurut Streng dalam Somad (1996:29) :

1) Kehilangan kemampuan mendengar 20 – 30 deciBell atau dB (Mild


Losses) mempunyai ciri-ciri:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

a) Sukar mendengar percakapan yang lemah, percakapan melalui


pendengaran, tidak mendapat kesukaran mendengar dalam suasana kelas
biasa asalkan tempat duduk diperhatikan.
b) Mereka menuntut sedikit perhatian khusus dari sistem sekolah dan
kesadaran dari pihak guru tentang kesulitannya.
c) Tidak mempunyai kelainan bicara.
d) Kebutuhan dalam pendidikan perlu latihan membaca ujaran, perlu
diperhatikan mengenai perkembangan penguasaan perbendaharaan
katanya. Jika kehilangan pendengaran melebihi 20 dB dan mendekati
30 dB, perlu alat bantu dengar.
2) Kehilangan kemampuan mendengar 30 – 40 dB (Marginal
Losses),ciricirinya:
a) Mereka mengerti percakapan biasa pada jarak satu meter. Mereka sulit
menangkap percakapan dengan pendengaran pada jarak normal dan
kadang-kadang mereka mendapat kesulitan dalam menangkap
percakapan kelompok.
b) Percakapan lemah hanya bisa ditangkap 50 %, dan bila si pembicara
tidak terlihat yang ditangkapakan lebih sedikit atau di bawah 50 %.
c) Mereka akan mengalami sedikit kelainan dalam bicara dan
perbendaharaan kata terbatas.
d) Kebutuhan dalam program pendidikan antara lain belajar membaca
ujaran, latihan mendengar, penggunaan alat bantu dengar, latihan
bicara, latihan artikulasi dan perhatian dalam perkembangan
perbendaharaan kata.
e) Bila kecerdasannya di atas rata-rata dapat ditempatkan di kelas
biasa asalkan tempat duduk diperhatikan. Bagi yang kecerdasan
kurang memerlukan kelas khusus.
3) Kehilangan kemampuan mendengar 40 – 60 dB (Moderat Losses),
ciricirinya:
a) Mereka mempunyai pendengaran yang cukup untuk mempelajari
bahasa dan percakapan, memerlukan alat bantu mendengar.
b) Mereka mengerti percakapan yang keras pada jarak satu meter.
c) Mereka sering salah faham, mengalami kesukaran-kesukaran di sekolah
umum, mempunyai kelainan bicara.
d) Perbendaharaan kata mereka terbatas.
e) Untuk program pendidikan mereka membutuhkan alat bantu dengar
untuk menguatkan sisa pendengarannya dan penambahan alat-alat bantu
pengajaran yang sifatnya visual, perlu latihan artikulasi dan
membaca ujaran serta perlu pertolongan khusus dalam bahasa.
f) Mereka perlu masuk SLB Bagian B (SLB/B).

4) Kehilangan kemampuan mendengar 60 – 70 dB (Severe Losses), ciri-


cirinya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

a) Mereka mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan


bicaradengan menggunakan alat bantu dengar dan cara khusus.
b) Karena mereka tidak belajar bahasa dan percakapan secara spontan pada
usia muda, mereka kadang-kadang disebut ”Tuli secarapendidikan
(Educationally deaf)”, yang berarti mereka dididik seperti orang yang
sungguh-sungguh tuli.
c) Mereka diajar dalam suatu kelas yang khusus untuk anak-anak tunarungu
karena mereka tidak cukup sisa pendengarannya untuk belajar bahasa dan
bicara melalui telinga, walaupun masih mempunyaisisa pendengaran
yang digunakan dalam pendidikan.
d) Kadang-kadang mereka dapat dilatih untuk dapat mendengar dengan alat
bantu dengar dan selanjutnya dapat digolongkan terhadap kelompok
kurang dengar.
e) Mereka masih bisa mendengar suara yang keras dari jarak yang
dekat,misalnya mesin pesawat terbang, klakson mobil dan lolong anjing.
f) Karena masih mempunyai sisa pendengaran mereka dapat dilatih melalui
latihan pendengaran (Auditory training).
g) Mereka dapat membedakan huruf hidup tetapi tidak dapat membedakan
bunyi-bunyi huruf konsonan.
h) Diperlukan latihan membaca ujaran dan pelajaran yang dapat
mengembangkan bahasa dan bicara dari guru khusus.

5) Kehilangan kemampuan mendengar 75 dB ke atas (Profound Losses),


ciricirinya:
a) Merekadapat mendengar suara yang keras dari jarak satu inci (2,54 cm)
atau sama sekali tidak mendengar.
b) Mereka tidak sadar akan bunyi-bunyi keras, tetapi mungkin ada reaksi
kalau dekat dengan telinga, meskipun menggunakan pengeras suara
mereka tidak dapat menggunakan pendengarannya untuk
menangkapdan memahami bahasa.
c) Mereka tidak belajar bahasa dan bicara melalui pendengaran,
walaupunmenggunakan alat bantu dengar (hearing aid).
d) Mereka memerlukan pengajaran khusus yang intensif di segala bidang,
tanpa menggunakan mayoritas indera pendengaran.
e) Diperlukan teknik khusus untuk mengembangkan bicara dengan metode
visual, taktil, kinestetik, serta semua hal yang dapat membantu
terhadapperkembangan bicara dan bahasanya.

Menurut Sadjaah (2005 : 70) mengklasifikasikan tunarungu sebagai


berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

1) Taraf gangguan pendengaran secara Etiologis dibagi menjadi dua


kelompok yaitu:
a) Ganguan pendengaran endogen yaitu gangguan pendengaran yang
disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam (internal). Gangguan
pendengaran diturunkan oleh orang tuanya yaitu adanya gen
pembawa sifat yang abnormal. Bisa adanya cacat serupa atau
cacat lain pada keluarga sebagai faktor genetik.
b) Gangguan pendengaran eksogen (eksternal) yaitu gangguan
pendengaran yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar. Bisa
disebabkan oleh penyakit yang diderita seperti penyakit ayan,
kejangkejang dalam jangka lama, demam yang sangat tinggi terus
menerus dan sebagainya.
2) Klasifikasi gangguan pendengaran secara anatomis fisiologis
dikelompokan sebagai berikut :
a) Gangguan pendengaran yang sifatnya konduktif (hantaran)
b) Gangguan pendengaran persyarafan (sensori neural)

Bertolak dari beberapa klasifikasi diatasdapat disimpulkan bahwa tunarungu


dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan yaitu tunarungu ringan yang
memiliki sedikit kerusakan pendengaran dan mempunyai kesulitan mendengar
bunyi- bunyi yang jauh, tunarungu sedang yang mengalami kesulitan dalam
penerimaan pembicaraan normal, terutama suara nada-nada tinggi dan perlu
pemakaian Alat Bantu Dengar, tunarungu berat yang sudah kesulitan untuk
menerima pembicaraan orang lain.

c. Karakteristik
1) Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademis
Pada umumnya padaanak tunarungu yang tidak disertai kelainan lain,
mempunyai intelegensia yang normal,namun sering ditemui prestasi akademik
mereka lebih rendah dibandingkan dengan anak mendengar. Bunawan (1982:4)
menyatakan bahwa “ketunarunguan tidak mengakibatkan kekurangan dalam
potensi kecerdasan mereka, akan tetapi siswa tunarungu sering menampakkan
prestasi akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan anak mendengar
seusianya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

Kesulitan berkomunikasi yang dialami anak tunarungu mengkibatkan mereka


memiliki kosakata yang terbatas, sulit mengartikan kata-kata abstrak, serta
kurang menguasai irama dan gaya bahasa, sehingga keterbatasan dalam
kemampuan berbahasa menghambat anak tunarungu untuk memahami berbagai
pengetahuan lainnya.
2) Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional
Anak tunarungu memiliki emosi yang labil, sebagai akibat hambatan yang
mereka alami. Menurut Somantri (2006: 98), “Emosi anak tunarungu selalu
bergolak di satu pihak karena kemiskinan bahasanya dan di pihak lain karena
pengaruh dari luar yang diterimanya”. Menurut Dwidjosumarto (1995: 37),
anak tuna rungu cenderung memiliki perilaku negatif akibat hambatan yang
dimilikinya, diantaranya:
a) Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari
keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi.
b) Sifat egosentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan
sifatnya mereka menempelkan diri pada situasi berpikir dan perasaan
orang lain, sukarnya menyesuaikan diri, serta tindakannya lebih terpusat
pada “aku/ego” sehingga jika ada keinginan, harus selalu dipenuhi.
c) Perasaan takut (khawatir) terhadap lingkungan sekitar, yang
menyebabkan ia tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri.
d) Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi
sesuatu benda atau pekrjaan tertentu.
e) Cepat marah dan tersinggung, sebagai akibat seringnya mengalami
kekecewaan karena sulitnya menyampaikan perasaan/keinginan secara
lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang lain.

3) Karakteristik tunarungu dari segi fisik/kesehatan:


Jika dilihat secara sekilas anak tunarungu tidak memiliki
hambatan yang berarti, karena fisik yang mereka memiliki tidak
memperlihatkan perbedaan yang mencolok dibanding dengan anak
normal pada umumnya, namun jika diperhatikan lebih lanjut ada yang
membedakan mereka dengan anak normal. Menurut Sardjono (2000: 43-
44), ciri-ciri fisik tunarungu yaitu jalannya kaku dan agak membungkuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

(jika organ keseimbangan yang ada pada telinga bagian dalam terganggu),
gerak matanya lebih cepat, gerak tangannya cepat/lincah dan pernapasannya
pendek.Aspek kesehatan tunarungu pada umumnya samadengan orang yang
normal lainnya (Wardani dkk, 2007). Dibandingkan dengan ketunaan yang
lain ketunarunguan tidak tampak jelas, karena sepintas fisik mereka tidak
kelihatan mengalami kelainan.

Berikut karakteristik anak tunarungu dilihat dari segi intelegensi, bahasa dan
bicara, emosi serta sosial menurut Depdikbud (1995: 34) sebagai berikut:
1) Karakteristik dalam segi intelegensi
Pada umumnya anak tunarungu memiliki intelegensi yang sama
seperti anak normal pendengarannya, akan tetapi karena perkembangan
intelegensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa maka akan
nampak intelegensinya rendah. Anak tunarungu mempunyai prestasi
rendah untuk materi pelajaran yang diverbalisasikan.
2) Karakteristik dalam segi bahasa dan bicara
Ucapan anak tunarungu tidak akan sebaik anak yang mendengar yang
mendapat umpan balik lewat pendengarannya. Bicara dan bahasa anak
tunarungu pada awalnya seringkali sukar ditangkap.
3) Karakteristik dalam segi emosional dan sosial
a) Egosentrisme yang melebihi anak normal
b) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas.
c) Ketergantungan terhadap orang lain.
d) Perhatian mereka lebih sukar dialihkan.
e) Mereka umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa
banyak masalah.
f) Mereka lebih mudah marah dan cepat tersinggung.

Karakteristik anak tunarungu dilihat dari segi intelegensi, bahasa dan


bicara, emosi serta sosial menurut Somad (1996:34) pada umumnya intelegensi
anak tunarungu secara potensial sama dengan anak normal, tetapi secara
fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan bahasanya,
keterbatasan informasi dan kiranya daya abstraksi anak. Perkembangan bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

dan bicara anak tunarungu berbeda dengan anak yang mendengar, karena
perkembangan bahasa dan bicara berhenti setelah masa meraban.

1) Karakteristik dalam segi intelegensi


Pada umumnya anak tunarungu memiliki intelegensi normal atau
rata-rata, akan tetapi karena perkembangan intelegensi sangat
dipengaruhi oleh perkembangan bahasa maka anak tunarungu akan
menampakkan intelegensi yang rendahdisebabkan oleh kesulitan
memahami bahasa. Rendahnya tingkat prestasi anak tunarungu bukan
berasal dari kemampuan intelektual yang rendah, tetapi pada umumnya
disebabkan karena intelegensinya tidak mendapat kesempatan untuk
berkembang dengan maksimal. Tidak semua aspek intelegensi anak
tunarungu terhambat, tetapi hanya yang bersifat verbal, misalnya dalam
merumuskan pengertian, menarik kesimpulan dan meramalkan
kejadian. Aspek intelegensi yang bersumber pada penglihatan dan
yang berupa motorik tidak banyak mengalami hambatan, bahkan
dapat berkembang dengan cepat.
2) Karakteristik dalam segi bahasa dan bicara
Kemampuan berbicara dan bahasa anak tunarungu berbeda
dengan anak yang mendengar, hal ini disebabkan perkembangan bahasa
erat kaitannya dengan kemampuan mendengar.
3) Karakteristik dalam segi emosi dan sosial
Ketunarunguan dapat mengakibatkan terasing dari pergaulan
atau aturan sosial yang berlaku dalam masyarakat dimana dia
hidup.Keadaan ini menghambat perkembangan kepribadian anak
menuju kedewasaan. Akibat dari keterasingan tersebut dapat
menimbulkan efek-efek negatif seperti:
a) Egosentris yang melebihi anak normal
b) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas
c) Ketergantungan terhadap orang lain
d) Perhatian mereka lebih sukar dialihkan
e) Mereka umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan
tanpa banyak masalah
f) Mereka lebih mudah marah dan cepat tersinggung. Anak tunarungu
sering kali memperlihatkan keterlambatan dalam belajar dan
kadang-kadang tampak terbelakang. Kondisi ini tidak hanya
disebabkan oleh derajat gangguan pendengaran yang dialami oleh
anak, melainkan juga tergantung kepada potensi kecerdasan yang
dimilikinya (Efendi, 2006: 79).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

Berdasarkan karakteristik yang diuraikan di atas maka disimpulkan


bahwa dalam aspek akademis anak tunarungu mempunyai intelegensia yang
normal namun anak tunarungu mempunyai prestasi rendah untuk materi
pelajaran yang diverbalisasikan. Aspek sosial-emosi tunarungu meliputi sifat
egosentris yang melebihi anak normal, mempunyai perasaan takut akan
lingkungan yang lebih luas dan ketergantungan terhadap orang lain. Pada segi
bahasa dan bicara, ucapan mereka tidak akan sebaik anak yang mendengar
yang mendapat umpan balik lewat pendengarannya dan bicaranya seringkali
sukar ditangkap.

d. Penyebab Ketunarunguan
Secara umum penyebab ketunarunguan dapat terjadi sebelum lahir
(prenatal), ketika lahir (natal) dan sesudah lahir (post natal). Menurut
Trybus (1985) dalam Sukarno (2006:30) penyebab tunarungu yaitu:
1) Keturunan
2) Campak pada ibu
3) Komplikasi selama kehamilan
4) Radang selaput otak
5) Otitis media
6) Penyakit pada anak-anak, radang dan luka-luka.
Menurut Depdikbud (1995:33), penyebab tunarungu dikelompokkan
sebagai berikut:

1) Faktor dalam Diri Anak


Factor dalam diri anak ini ada beberapa hal yang bisa menyebabkan
ketunarunguan, antara lain:
a) Disebabkan oleh faktor keturunan dari salah satu atau kedua
orangtuanya yang mengalami ketunarunguan. Banyak kondisi
genetik yang berbeda sehingga dapat menyebabkan
ketunarunguan. Transmisi yang disebabkan oleh gen yang
dominan represif dan berhubungan dengan jenis kelamin.
Meskipun sudah menjadi pendapat umum bahwa keturunan
merupakan salah satu penyebab ketunarunguan, namun belum ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

kepastian berapa persen ketunarunguan yang disebabkan oleh


faktor keturunan, hanya perkiraan Moores (1982) adalah 30
sampai 60 persen.
b) Ibu yang sedang mengandung menderita penyakit Campak
Jerman (Rubella). Penyakit Rubella pada masa kandungan tiga
bulan pertama akan berpengaruh buruk pada janin. Hardy (1968),
melaporkan 199 anak-anak yang ibunya terkena virus Rubella
selagi mengandung selama masa tahun 1964 sampai 1965, 50%
dari anak-anak tersebut mengalami kelainan pendengaran.
Rubella dari pihak ibu merupakan penyebab yang paling umum
yang dikenal sebagai penyebab ketunarunguan.
c) Ibu yang sedang mengandung menderita keracunan darah atau
Taxominia, hal ini bisa mengakibatkan kerusakan pada plasenta
yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan janin. Jika hal
tersebut menyerang syaraf atau alat-alat pendengaran mata anak
tersebut akan lahir dalam keadaan tunarungu.

2) Faktor luar Diri Anak


a) Anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan atau kelahiran.
Misal, anak terserang Herpes Implex, jika infeksi ini menyerang
alat kelamin ibu dapat menular padasaat anak dilahirkan. Demikian
pula dengan penyakit kelamin yang lain, dapat ditularkan melalui
terusan jika virusnya masih dalam keadaan aktif. Penyakit-
penyakit yang ditularkan oleh ibu kepada anak yang dilahirkannya
padat menimbulkan infeksi yang dapat menyebabkan kerusakan
pada alat-alat atau syaraf pendengaran.
b) Meningitis atau Radang Selaput Otak
Dari hasil penelitian para ahli tentang ketunarunguan yang
disebabkan karena meningitis antara lain penelitian yang dilakukan
oleh Vermon (1968) sebanyak 8,1 %, Ries (1973), melaporkan 4,9
%, sedangkan Trybus (1985), memberikan keterangan sebanyak
7,3%.
c) Otitis Media (Radang telinga bagian tengah)
Ototis Media adalah radang pada telinga baian tengah, sehingga
menimbulkan nanah, dan nanah tersebut mengumpul dan
mengganggu hantaran bunyi. Jika kondisi ini kronis dan tidak
segera diobati, penyakit ini bias menimbulka kehilangan
pendengaran yang tergolong ringan sampai sedang.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas maka sebab-sebab ketunarunguan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

1) Faktor dalam diri anak


a) Salah satu atau kedua orang tuanya menderita tunarungu atau memiliki gen
pembawa sifat abnormal.
b) Karena penyakit
Sewaktu ibu mengandung terserang penyakit terutama penyakit- penyakit
yang diderita pada saat kehamilan trisemester pertama. Penyakit itu ialah
rublia, morbili, dll.
c) Karena keracunan obat
2) Faktor luar diri anak
a) Meningitis atau Radang Selaput Otak
b) Ketulian karena infeksi
c) Otitis media.

2. Tinjauan tentang Prestasi Belajar


a. Definisi Prestasi Belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie” yang
berarti hasil usaha belajar. Yusuf dan Legowo (2006: 10) menyatakan bahwa
Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan output dari proses kegiatan
belajar. Hasil belajar dalam bidang pendidikan di sekolah biasanya dinyatakan
dengan angka. Angka yang diperoleh dari kegiatan belajar ini selanjutnya
disebut prestasi belajar.
Menurut Lanawati dalam Reni dan Hawadi (2004: 169) Prestasi
belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil
belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi
pelajaran dan perilaku yang diharapkan. Prestasi belajar menurut Purwanto
(2008 : 22) adalah hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya
sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Sedangkan menurut
Sutratinah (2001: 43) prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta
penilaian usaha belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa


prestasi belajar merupakan hasil penilaian proses belajar oleh pendidik
terhadap usaha belajar yang dicapai siswa sebagaimana dinyatakan dengan
angka sebagai hasil dari pengukuran yang menyangkut isi pelajaran dan
perilaku yang diharapkan.

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar dari setiap individu diperoleh tidak sama dengan


individu lain, keadaan tersebut dikarenakan berbagai faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar. Menurut Angkowo dan A. Kosasih (2007:
50-51) faktor-faktor tersebut yaitu:

1) Faktor dari dalam diri anak : menyangkut kemampuan, motivasi,


minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial
ekonomi, kondisi fisik psikis.
2) Faktor dari luar (lingkungan) yang menyangkut kualitas pengajaran.
3) Pendekatan belajar, yaitu upaya belajar siswa yang meliputi strategi
dan metode pembelajaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Hadits dan


Nurhayati (2010: 101) antara lain:

1) Faktor internal yang meliputi:


a) Psikologis, meliputi: bakat, intelegensi, sikap, perhatian,
pikiran, persepsi, pengamatan, minat, motivasi.
b) Sosiologis yang meliputi kemampuan guru dan siswa dalam
melakukan interaksi social dan komunikasi social baik guru
dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan guru ataupun
kepala sekolah.
c) Fisiologis yang ada pada siswa sebagai pebelajar dan guru
sebagai pembelajar.
2) Faktor eksternal
a) Masukan lingkungan
b) Masukan peralatan
c) Masukan eksternal lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

Bertolak dari beberapa pendapat di atas maka disimpulkan bahwa


dalam proses pencapaian prestasi belajar perlu memperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi yaitu faktor internal yang merupakan faktor pada dalam
diri siswa seperti bakat, intelegensi, sikap, minat, motivasi, kebiasaan belajar,
ketekunan, dan kondisi fisik psikis pada siswa, sedangkan faktor eksternal
yaitu faktor dari luar yang meliputi strategi dan metode pembelajaran baik di
lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.

3. Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dapat diartikan sebagai pengajaran yang mempunyai arti
proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan (Suharso, 2005: 25).
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003,
pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Susanto,
2013:19).
Menurut Corey dalam Susanto (2013: 186) pembelajaran adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-
kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.
Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa atau anak didik,
agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya (Cahyo
dalam Susanto, 2013:18). Adapun menurut Dimyati dalam Susanto (2013:
186), pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional untuk membuat siswa balajar secara aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

Pembelajaran terdiri atas beberapa komponen yang saling terkait yang


terpadu untuk tercapainya tujuan pembelajaran yangtelah ditetapkan.
Komponen dari sistem pembelajaran ada 4 yaitu:
1) Tujuan, yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan
terjadi pada diri siswa setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar.
Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif,
psikomotorikdan afektif.
2) Materi, yakni segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.
3) Strategi belajar mengajar adalah kegiatan guru dalam proses belajar
mengajar yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada siswa
agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
4) Evaluasi, yakni cara tertentu untuk menilai suatu proses dan hasilnya.
Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar
mengajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka disimpulkan bahwa


pembelajaran merupakan upaya guru secara terprogam untuk membantu siswa
atau peserta didik agar mampu belajar dengan baik sesuai dengan kebutuhan
dan minatnya. Tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam
proses pembelajaran diperlukan beberapa komponen dari sistem pembelajaran
yang meliputi tujuan, materi, strategi, dan evaluasi.

b. Pengertian Matematika
Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak tentang
bilangan, kalkulus dan struktur-struktur yang logik yang terorganisir secara
sistematik. (Soedjadi, 2000: 11).
Menurut Depdiknas (2006: 346) matematika meliputi aspek-aspek
bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran serta statistika dan peluang.
James dalam kamus metematikanya (Suherman, 2003:16) mengatakan bahwa
matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan


jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis
dan geometri.
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(1994:217), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berpikir.

Bertolak dari beberapa pendapat di atas maka disimpulkan bahwa


matematika merupakan ilmu tentang logika yang mempelajari bentuk,
susunan, besaran dan konsep-konsep yang mempunyai struktur sistematis
yang diperoleh dengan menekankan rasio (penalaran).

c. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di SDLB-B


Menurut Depdiknas (2006:100), mata pelajaran matematika pada
satuan pendidikan Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B)
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) Bilangan
2) Geometri dan pengukuran
3) Pengolahan data
Penelitian ini akan dibatasi pada komponen geometri dan pengukuran
khususnya pada materi bangun ruang yaitu kubus dan balok. Salah satu
aspek yang diajarkan di kelas IV adalah geometri yang mencakup
pemahaman bangun ruang kubus, balok, dan bagian-bagiannya

a) Mengenal Kubus
(1) Definisi Kubus
Menurut Heruman (2008:110) kubus merupakan bagian dari
prima. Sedangkan menurut Soenarjo (2008:233) menyatakan bahwa
kubus adalah prisma siku-siku khusus. Selain itu ada beberapa
pendapat lain bahwa kubus adalah sebuah benda ruang yang dibatasi
oleh enam buah persegi yang berukuran sama. Sifat-sifat kubus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

menurut Soenarjo (2008:234) yaitu mempunyai 6 sisi, semuanya


merupakan persegi. Kubus mempunyai 12 rusuk yang sama
panjangnya. Kubus juga mempunyai 8 titik sudut.

Gambar 2.1 Bangun Ruang Kubus

(2) Menghitung luas permukaan Kubus


Luas Permukaan Kubus : 6 x sisi x sisi
(3) Menghitung Volume Kubus
Volume Kubus = rusuk x rusuk x rusuk
V Kubus= r x r x r
(4) Jaring-jaring Kubus
Jaring-jaring kubus adalah gabungan dari beberapa persegi yang
membentuk kubus.

Gambar 2.2 Jaring-jaring Kubus

b) Mengenal Balok
(1) Definisi Balok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

Menurut Soenarjo (2008: 234) balok merupakan prisma tegak


segi empat. Sedangkan menurut Diah Rahmatia (2007:2) mengatakan
bahwa balok adalah suatu bangun ruang yang disebut juga prisma
siku-siku. Selain itu ada beberapa pendapat mengatakan balok disebut
juga sebuah benda ruang yang dibatasi oleh tiga pasang (enam buah)
persegi panjang dimana setiap pasang persegi panjang saling sejajar
(berhadapan) dan berukuran sama. Sifat-sifat balok menurut Soenarjo
(2008: 234) yaitu balok mempunyai 6 buah sisi, banyak rusuknya ada
12, memiliki 8 titik sudut dan sisi-sisi balok berbentuk persegi
panjang.

Gambar 2.3 Bangun Ruang Balok

(2) Menghitung Luas Permukaan Balok


Luas Permukaan Balok : ( 2 x p x l) + ( 2 x p x t ) + ( 2 x l x t)
(3) Menghitung Volume Balok
Volume Balok = panjang x lebar x tinggi
V Balok = p x l x t
(4) Jaring-Jaring Balok
Jaring-jaring balok adalah gabungan dari beberapa persegi panjang yang
membentuk balok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

Gambar 2.4 Jaring-Jaring Balok

4. Tinjauan tentang Media Pembelajaran


a. Definisi Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Gagne
(1970) dalam Arif dkk (2007:7) mengatakan bahwa media adalah berbagai
jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk
belajar.Briggs (1970) menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang
dapat menyajikan pesan serta merangsang untuk belajar.

Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association / NEA)


dalam Arif dkk (2007:7) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta
peralatannya. AECT (Association of Education and Communication
Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan
saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi.
Hamidjojo dalam Arsyad (2004: 4) memberi batasan media sebagai semua
bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

menyebar ide, gagasan, atau pendapat ide, gagasan, atau pendapat yang
dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.

Bertolak dari beberapa pernyataan di atas, disimpulkan bahwa media


adalah segala komponen yang digunakan sebagai perantara untuk
menyampaikan informasi kepada penerima yang dituju dalam lingkungan
siswa sehingga dapat merangsang untuk belajar.

b. Macam-Macam Media Pembelajaran

Anitah dan Noorhadi dalam Sumantri dan Permana (2001:157)


mengklasifikasikan media pembelajaran sebagai berikut:
1) Media visual yaitu media yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan.
Jenis media ini terdiri dari:
a) Media gambar diam (still pictures) dan grafis
Media ini adalah hasil potretan dari berbagai peristiwa/ kejadian, objek
yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar,garis, kata-kata, simbol-
simbol maupun gambaran.
Contoh: grafik, chart/ bagan, peta, diagram, poster.
b) Media papan
Media papan adalah media pelajaran dengan papan sebagai bahan baku
utamanya yang dapat dirancang secara memanjang maupun secara
melebar.
Contoh: papan tulis, papan flanel.
c) Media dengan proyeksi
Media ini adalah penggunaan media dengan menggunakan proyektor
sehingga gambar nampak pada layar. Misalnya slide yaitu gambar
transparan dalam bentuk kecil yang bersifat individual
2) Media audio yaitu jenis media yang didengar. Media ini memiliki
karakteristik pemanipulasian pesan hanya dilakukan melalui bunyi atau
suara-suara, mislanya tape recorder dan radio.
3) Media audio visual yaitu media yang tidak hanya dapat dipandang atau
diamati tetapi juga dapat didengar, misalnya televisi.

Hal senada juga diungkapkan Wibawa dan Mukti (2001:35) yang


mengklasifikasikan jenis media,antara lain:
1) Media audio.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber ke


penerima pesan. Beberapa jenis media audio, antara lain radio, tape
recorder, telepon, laboratorium bahasa dan lain-lain
2) Media visual.
Media visual dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Media visual diam, antara lain: foto, ilustrasi, flashcards, proyektor
serta grafik.
b) Media visual bergerak meliputi: gambar-gambar proyeksi bergerak
seperti film bisu dan sebagainya.
3) Media audiovisual.
Media ini menjadi lebih efektif penggunaannya bila dibandingkan dengan
media visual saja. Kemampuannya akan meningkat lagi apabila media
pesan visual dilengkapi dengan karakteristik gerak. Media ini tidak dapat
menyampaikan pesan-pesan yang rumit, tetapi juga lebih realistis.
4) Media serbaneka.
Realita atau benda yang sebenarnya, misalnya mempunyai karakteristik
yang sangat berbeda dengan ketiga media sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan jenis-jenis


media diantaranya media audio yaitu jenis media yang didengar, media visual
yaitu media yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan, media audio
visual yaitu media yang tidak hanya dapat dipandang atau diamati tetapi juga
dapat didengar dan lain-lain yang dapat digunakan pada proses pembelajaran.

c. Fungsi Media Pembelajaran


Menurut Arif S. dkk (2007:17), secara umum media pebelajaran mempunyai
fungsi sebagai berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalis (dalam
bentuk kata-kata tertulis maupun lisan belaka).
2) Mengatasi keterbatasa ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:
a) Objek yang kecil -- dibantu dengan proyektor mikro, film, atau
gambar.
b) Objek yang terlalu besar -- bisa digatikan dengan realita, gambar, film,
atau model.
c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan
timelapse atau high-speed photography.
d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan
lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

e) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan


dengan model, diagram, dan lain-lain.
f) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-
lain.
3) Pengguna media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif anak didik. Hal ini media pendidikan berguna untuk:
a) Menimbukan kegairahan belajar.
b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik
dengan lingkungan dan kenyataan.
c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
4) Sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan
pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan meteri pendidikan
ditentukan sama untuk semua siswa, maka guru banyak mengalami
kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih
sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda.
Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan
kemampuannya dalam:
a) Memberikan perangsang yang sama.
b) Mempersamakan pengalaman.
c) Menimbulkan persepsi yang sama.

Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar


yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata
dan diciptakan oleh guru. Hamalik (1986) dalam Arsyad (2004: 15)
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Menurut Levi dan Lerntz (1982) dalam Arsyad (2004:16) mengemukakan empat
fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:
1) Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan
dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswaketika
belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

dapat menggugah emosi dansikap siswa, misalnya informasi yang


menyangkut masalah sosial atau ras.
3) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatori media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa
media visual yang memberikan konteks untuk mengorganisasikan informasi
dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran
berfungsi g untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat
menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau
disajikan secara verbal.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi media


pembelajaran sebagai alat bantu mengajar dalam proses belajar mengajar
sehingga dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar. Fungsi khusus
pada media visual yaitu dapat mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi pada materi pelajaran sehingga memperlancar pencapaian
tujuan untuk memahami dan mengingat informasi.

5. Tinjauan tentang AutoCAD

a. Hakekat AutoCAD
AutoCAD merupakan akronim dari automatic Computer Aided
Design. AutoCAD adalah aplikasi untuk pemodelan berbasis vektor. Dengan
teknik ini setiap pemodelan yang dibuat dapat diperbesar atau diperkecil
skalanya tanpa mengalami perubahan kualitas. (Wahana Komputer, 2008:1).
Menurut Nursanti (2005: 1) AutoCAD merupakan program yang mampu
mengotomatiskan komputer sehingga komputer tersebut dapat berfungsi
sebagai alat bantu dalam rancang bangun. Apllikasi AutoCAD ini merupakan
salah satu piranti lunak grafis 3D terbaik yang dapat menghasilkan desain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

obyek 3D dengan kualitas dan kemampuan professional. AutoCAD


merupakan perpaduan antara grafis vektor dengan gambar raster sehingga
obyek yang dihasilkan dapat mendekati kondisi nyata (Wahana Komputer,
2011:2). AutoCAD merupakan paket menggambar berbantu computer yang
sangat tangguh. Sistem menggambar berbantu computer adalah menggambar
apa yang dilakukan pengolah kata (word processor) untuk menghasilkan kata-
kata dan tulisan. Gambar akan ditampilkan pada monitor grafik. Monitor ini
menggantikan kertas pada teknik menggambar tradisional. Menggambar yang
dikomputerisasikan terdiri atas elemen-elemen terpisah seperti garis, busur,
lingkaran, teks, dan lain-lain yang disediakan untuk digunakan. Elemen
tersebut disebut besaran (entities) (Fuller, 1991: 1).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa AutoCAD
merupakan piranti lunak grafis perpaduan antara grafis vektor dengan gambar
raster yang mampu menghasilkan gambar obyek 3D yang hampir mendekati
kondisi nyata.

b. Keunggulan, Kelemahan dan Langkah- langkah Pemanfaatan AutoCAD


dalam Pembelajaran Matematika untuk Anak Tunarungu
1) Keunggulan AutoCAD
Menggambar berbantu computer (CAD) adalah suatu metode yang
lebih efisien dan sepada teknik serba guna dari pada teknik tradisional.
Adapun Beberapa keunggulan menurut Fuller (1991: 2) adalah sebagai
berikut:
a. Ketelitian (Accuracy)
Gambar yang dibangun computer dapat dilakukan/diganbar dan diplot
dengan ketelitian sampai 13 desimal yang digunakan.Perekaman numerik
dimensi yang kritis dan toleransinya lebih handal ketimbang metode
tradisional pembuatan skala secara manual.
b. Kecepatan (Speed)
Kemampuan operator CAD untuk menyalin (copy), membuat array
dan mengedit (menyunting) pekerjaan pada layar mempercepat proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

menggambar. Kalau perator menyeragamkan sistemnya bagi suatu tugas


khusus, kecepatan bekerja dapat ditingkatkan lebih besar lagi.
c. Kerapian dan kejelasan (neatness and legibility)
Kemampuan plotter(alat untuk memplot) untuk menghasilkan gambar
yang tepat dan mudah dibacamerupakan keuntungan yang jelas melebihi
metode kerja tradisional dengan menggunakan tangan.Keseragaman
gambar CAD yang menghasilkan gambar dengan ketebalan seragam, huruf
dengan kualitas cetak tanpa noda.
d. Konsistensi ( Consistency)
Karena system ini bersifat dalam metodologinya, maka masalah gaya
individualdapat dihilangkan.

Beberapa keunggulan lain AutoCAD menurut Nursanti (2005:1) meliputi:


a. Ketepatan
Dengan menggunakan AutoCAD dapat menyajikan gambar yang sama
dalam waktu yang lebih cepat karena tidak perlu menggambar ulang
melainkan hanya mengkopi dari gambar yang telah ada.
b. Kerapian
Penggambaran AutoCAD akan memberi hasl yang rapi karena harus
mencetak gambar tersebut setelah gambar selesai. Jadi gambar tersebut
tidak tersentuh oleh tangan secara terus menerus.
c. Efisiensi
Disebut efisien karena gambar yang telah dikerjakan dapat disimpan dalam
harddisk ataupun alat penyimpanan lain sehingga jika sewaktu-waktu data
gambar tersebut dibutuhkan dapat dilanjutkan atau dicetak ulang.
d. Ketepatan
Dengan menggunakan CAD, gambar dapat dibuat setepat-tepatnya karena
CAD dapat membuat gambar hingga ukuran yang terkecil.

2) Kelemahan AutoCAD
Beberapa kelemahan masih terdapat dalam software canggih tersebut.
Disamping besarnya biaya investasi untuk pengadaan hardware dan software
yang harus dikeluarkan, beberapa kelemahan lainjuga harus dipertimbangkan
yang dikutip dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jmel. yaitu :
a) Struktur file hasil penggambaran, definisi databasedan file database dari
software tersebut rumit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

b) Alur dari proses pekerjaaan desain rumit karena software tersebut terbagi
atas beberapa software lagi menurut bagian konstruksi mana yang akan
dibuat.
c) Software tersebut kurang familiar diantara para ‘drafter’.

Kelemahan lain pada aplikasi AutoCAD ini yaitu terdapat pada ukuran
byte yang cukup besar, sehingga pengoperasian aplikasi ini dirasa berat.
Kelemahan lainnya yaitu pengguna perlu mendapat sedikit latian khusus.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan tentang kemampuan yang dimiliki


aplikasi tersebut dapat meningkatkan efisiensi dalam pekerjaan di bidang
menggambar. Hal tersebut dimungkinkan juga dapat berpengaruh untuk proses
pembelajaran matematika khususnya pada materi bangun ruang bagi siwa
Tunarungu sebagai media yang efektif.

3) Langkah- langkah Pemanfaatan AutoCAD dalam Pembelajaran


Matematika untuk Anak Tunarungu
Desain materi pembelajaran yang sudah disiapkan di dalam aplikasi
yang digunakan oleh peneliti dalam pembelajaran matematika ini hanya dapat
disajikan melalui aplikasi tersebut. Peneliti berperan sebagai operator untuk
menyajikan materi yang sudah disiapkan. Pemanfaatan aplikasi ini dalam
pembelajaran matematika tidak berbeda dengan penerapan pada siswa yang
bukan tunarungu, hanya saja perlu penekanan pada pengucapan guru dengan
menggunakan prinsip keterarahan wajah. Berikut ini merupakan langkah-
langkah penyajian materi bangun ruang yang sudah dipersiapkan oleh peneliti
pada pembelajaran matematika melalui aplikasi AutoCAD:
1. Menyambungkan proyektor dengan laptop sebagai alat pembelajaran.
2. Buka Aplikasi AutoCAD, menu Start ->Programs ->Autodesk -> pilih
AutoCAD.
3. Untuk membuka file pada AutoCAD, bisa langsung dengan icon Open.
4. Select File, pilih file lalu klik Open.Data berupa dwg (format .dwg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

5. File desain bangun ruang yang telah disiapkan akan langsung tampil.
6. Blockobjek yang akan dioperasikan, misal bangun ruang kubus
7. Klikcopy, kemudian geser objek ke layer yang jauh dari tempat objek
semula dengan drag.
8. Klik ESC untuk menghentikan operasi menyalin objek.
9. Block seluruh objek yang telah disalin tadi, kemudian klik Rotate untuk
menampilkan rotasi seluruh dimensi.
10. Gunakan scroll dengan mouse untuk memainkan obyek yang dipilih yaitu
balok dan kubus. Obyek pada pembelajaran ini di desain dapat berputar,
sehingga seluruh tampilan obyek 3D dapat terlihat dengan jelas.

B. Penelitian yang relevan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Zaenal Alimin, Yuyus


Suherman, Asep Saripudin (2007) yang berjudul.Penggunaan Media Aplikasi
Komputer Dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (Studi pada
siswa Tunagrahita di SLB Bandung). Penelitian ini bertujuan mengetahui
efektifitas penggunaan aplikasi powerpoint terhadap peningkatan atensi
pembelajaran geometri dan efektivitas penggunaan animasi computer dalam
meningkatkan pemahaman huruf vokal, serta mengetahui hubungan kesadaran
linguistik dan keterampilan membaca permulaan anak tunagrahita. Penelitian
ini disimpulkan bahwa pemberian intervensi pembelajaran geometri dengan
media aplikasi powerpointdapat memberikan pengaruh positif terhadap
peningkatkan atensi anak tunagrahita. Sementara intervensi pengenalan huruf
vokal melalui animasi computer, dapat meningkatkan pemahaman huruf vokal

Penelitian lain dilakukan oleh Arif Ganda Nugroho pada tahun 2009
yang berjudul Eksperimental Pembelajaran Matematika Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan Pemanfaatan Software Macromedia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

Flash 8 Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa SMP Kelas VII pada Pokok
Bahasan Garis dan Sudut menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang
menggunakan media pembelajaran matematika berbasis teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) dengan pemanfaatan Software Macromedia Flash 8
dapat meningkat dibandingkan siswa yang menggunakan media konvensional.
Penerapan media ini memberi pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap
prestasi belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh M. Ardiyansyah, Muhammad


Khumaedi, Budiarso Eko (2013) dalam jurnal yang berjudul Penggunaan
Bahan Ajar CD Interaktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi
Menggambar 2 Dimensi dengan Program AutoCAD. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kompetensi menggambar 2
dimensi dengan program AutoCADyang menggunakan bahan ajar CD
interaktif dibandingkan dengan yang tidak menggunakan bahan ajar CD
interaktif.Hasil penelitian diperoleh bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
kompetensi menggambar 2 dimensi dengan program autoCAD yang
menggunakan bahan ajar CD interaktif dibandingkan yang menggunakan
modul.

Hasil penelitian Akhid Kurniawan (2010) tentang Penggunaan Media


Pembelajaran Berbasis Macromedia Flash MX Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Mata Diklat Meliharaan/Servis Injeksi Bahan Bakar Bensin
Pada Siswa Kelas XII SMK Taman Siswa Jetis Yogyakarta, hasil penelitian
ini menunjukan peningkatan aktivitas belajar siswa di kelas.

Slamet (2007) tentang Penggunaan Media Pembelajaran Powerpoint


untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah di SMA Al-Ashar 3 Bandar
Lampung menunjukkan bahwa terdapat peningkatan terhadap prestasi belajar
siswa pada pembelajaran sejarah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

Hasil penelitian oleh Winarsih (2006) yang berjudul Efektifitas Media


Kotak Abjad Baba dan Media Powerpoint dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Permulaan pada Anak Tunarungu menunjukkan hasil yang berbeda
antara penggunaan media Kotak Abjad Baba dengan Media Powerpoint.
Peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak Tunarungu dengan
pembelajaran menggunakan media Powerpoint lebih tinggi dibandingkan
siswa membaca dengan media abjad baba.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan di atas memiliki


persamaan di bidang teknologi dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas
pembelajaran yang menghasilkan inovasi di dunia pendidikan. Penelitian di
atas dapat dijadikan tolok ukur dan pembanding dengan penelitian yang
akandilakukan. Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan pada pengaruh
penggunaan aplikasi AutoCAD pada pembelajaran matematika materi bangun
ruang terhadap prestasi belajar anak Tunarungu kelas IV di SLB-BYRTRW
Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir pada dasarnya merupakan arah pemikiran untuk


bisa sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah
dirumuskan.Berdasarkan kajian teori di atas dan sejalan dengan permasalahan
yang diajukan dalam penelitian ini, maka dengan penggunaanaplikasi
AutoCAD diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada
anak tuna rungu.Penelitian ini diadakan pembuktian hubungan yang
signifikan diantara variabel-variabel tersebut.
Bagan kerangka berfikir adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

Anak Tunarungu

Hambatan
komunikasi
dan interaksi

Kesulitan Pembelajaran Prestasi


belajar matematika belajar
(prestasi menggunakan meningkat
belajar aplikasi
rendah) AutoCAD

Pretest Posttest

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang


dikemukakan, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
“Penggunaan aplikasi AutoCAD berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan prestasi belajar matematika pada siswa tunarungu kelas
IVsemester II di SLD-B YRTRW SurakartaTahun 2013/2014”.

Anda mungkin juga menyukai