Anda di halaman 1dari 2

KEADAAN SISTEM PENDIDIKAN

Di dalam sejarah Islam tercatat bahwa bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang
berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak
mengherankan apabila pada masa Kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut.

Terdapat sejumlah ilmuwan yang selalu hadir di majelis istana yaitu :

1. Baha al-Din al-Syaerazi yaitu seorang generalis ilmu pengetahuan.


2. Sadar al-Din al-Syaerazi yaitu seorang filsuf.
3. Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad yaitu seorang filsuf, ahli sejarah, teolog, dan
seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah.

Puncak kejayaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan kerajaan Safawi ini terjadi
pada zaman Syah Abbas I. Sikap Syah Abbas I terhadap pengembangan keilmuan dan
pendidikan dapat dilihat dari segi fisik material. Sedangkan keberhasilannya dalam bidang
keagamaan dan pendidikan dapat dilihat dari keberhasilannya membangun 162 masjid dan 48
pusat pendidikan.

Sumber lain menyebutkan bahwa sekolah dan lembaga pendidikan tersebut, sebagian besar
didirikan atas inisiatif (perintah) para kerabat kerajaaan. Beberapa diantaranya adalah Dilaram
Khanum (1645-1648 M), Maryam Begum (1703-1704 M), dan Shahr Banu (1694-1722 M). Selain
dibangun oleh kerabat kerajaan, madrasah dan berbagai fasilitas lainnya didirikan oleh
hartawan dinasti Safawi, yaitu Zinat Begum dan Izzat al-Nisa Khanun. Zinat Begum mendirikan
madrasah yg bernama Nim Avard pada tahun 1705 – 1706 M. Sedangkan Izzat mendirikan
madrasah yg bernama Mirza Husin pada tahun 1687 – 1688 M.

Selain dengan mendirikan madrasah sebagaimana tersebut diatas, dinasti Safawi ini juga
membangun kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang termasuk di dalamnya pembangunan
dalam bidang filsafat yang terus berlanjut hingga zaman modern. Sisa-sisa ilmu pengetahuan
dan peradaban dinasti Safawi masih dapat dijumpai di berbagai kota di Iran.
Selanjutnya sumber informasi lain menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan yang
berkembang pada masa ini banyak berkaitan dengan pemikiran teosofi dan filsafat, dan bukan
ilmu pengetahuan secara umum. Pemikiran teosofi dan filsafat tersebut lebih ditujukan dengan
penyatuan antara sufisme Gnostik dan beberapa kepercayaan Syi’i. Untuk melengkapi sistem
pendidikan Syi’ah Dua Belas ini, maka buku-buku referensi yang digunakan sebagai acuan
dalam melaksanakan kurikulum juga diimpor dari berbagai daerah kekuasaannya. Adapun pada
masa ini juga berkembang aliran filsafat Peripatetic yang dekat dengan mazhab Aristoteles dan
Al-Farabi, serta filsafat Ishraqi yang dekat dengan filsafat Sahrawardi.

Sejalan dengan banyaknya para ilmuwan yang lahir pada zaman ini, terdapat pula karya
intelektual terkenal. Diantaranya adalah 12 karya Sadr yang mencakup komentar atau saran
terhadap Al-Qur’an yang disertai dengan uraian mengenai kehidupan tradisi, cerita-cerita
polemik dalam bidang teologi dan metafisika, serta catatan perjalanannya.

Anda mungkin juga menyukai