Anda di halaman 1dari 14

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Lintas Budaya

Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Lintas Budaya

Dosen Pengampu:
Ahmad Basuni, S.Ag, M.Si

Disusun oleh:
Denny Nugraha E1A190013

KELAS A
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SUBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
limpahan anugerah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Lintas Budaya dengan tepat
waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi
Lintas Budaya yang diberi oleh Ahmad Basuni, S.Ag, M.Si . Penyusun menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun sistematikanya.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan penyusun. Oleh karena
itu, penyusun mengaharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Penyusun
mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Subang, 5 March 2021

Penyusun

i|P ag e
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 1
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2
2.1 Faktor-faktor Psikologis.............................................................................. 2
2.1.1 Konsep Diri dan Persepsi Diri ..................................................................... 2
2.1.2 Dimensi-dimensi dari Persepsi .................................................................... 2
2.2 Faktor Personal sebagai Identitas Diri ......................................................... 3
2.2.1 Identitas merujuk pada Asal Usul ................................................................ 3
2.2.2 Faktor Hubungan Antarpribadi yang mempengaruhi KAB .......................... 5
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 9
3.2 Saran .......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 10

ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi satu sama lain, baik itu
dengan sesama, adat istiadat, norma, pengetahuan ataupun budaya di
sekitarnya. Pada kenyataanya seringkali kita tidak bisa menerima atau merasa
kesulitan menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang terjadi akibat
interaksi tersebut, seperti masalah perkembangan teknologi, kebiasan yang
berbeda dari seorang teman yang berbeda asal daerah atau cara-cara yang
menjadi kebiasaan (bahasa, tradisi atau norma) dari suatu daerah sementara kita
berasal dari daerah lain. Dalam hubungannya dengan proses budaya,
komunikasi yang ditujukan kepada orang atau kelompok lain adalah sebuah
pertukaran budaya. Dalam proses tersebut terkandung unsur-unsur kebudayaan,
salah satunya adalah bahasa, sedangkan bahasa adalah alat komunikasi. Untuk
mempelajari komunikasi sebagai proses budaya kita terlebih dahulu harus
memahami apa yang dimaksud dengan istilah budaya atau kebudayaan dan apa
yang dimaksud dengan istilah komunikasi, karena dengan memahami kedua
istilah tersebut akan memudahkan bagi kita untuk membahas komunikasi
sebagai proses budaya
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Apa saja Faktor-faktor Psikologis?
b) Apa Faktor Personal sebagai Identitas Diri?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui Faktor-faktor Psikologis
b) Untuk mengetahui Faktor Personal sebagai Identitas Diri
1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah untuk menambah wawasan atau
pengetahuan dalam Berkomunikasi mengenai Faktor-faktor yang
mempengaruhi Komunikasi Litas Budaya, dan dapat dijadikan sebagai bahan
referensi tambahan dalam pembelajaran khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi pembaca.

1|P ag e
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor-faktor Psikologis
2.1.1 Konsep Diri dan Persepsi Diri
Faktor- faktor psikologis itu bisa muncul dari dalam diri (disposisi)
atau ditampilkan sebagai respons terhadap stimulus yang datang dari
luar diri. Perbedaan keberhasilan komunikasi itu ditentukan oleh
faktor-faktor yang bersifat personal. Para ahli komunikasi
mengemukakan sekurang-kurangnya dalam komunikasi antar-pribadi
(dyad) ada enam pertanyaan di antara kedua orang itu, yakni:
1) Bagaimana saya melihat diri saya?
2) Bagaimana saya melihat anda?
3) Bagaimana saya berpikir ketika anda melihat saya?
4) Bagaimana anda melihat diri anda?
5) Bagaimana anda melihat saya?
6) Bagaimana anda berpikir ketika saya melihat anda?
2.1.2 Dimensi-dimensi dari Persepsi
Ada beberapa konsep yang selalu dkaitkan dengan dimensi-dimensi
psikologis dari persepsi antara lain:
1) Attention atau perhatian merupakan kemampuan untuk
berkonsentrasi, kemampuan ini merupakan salah satu variable
psikologis yang penting yang mempengaruhi komunikasi. Jadi
secara psikologis, atensi dapat menentukan manakah pesan
yang menarik perhatian dan relevan, artinya pesan itu
sebenarnya “familiar” dengan kita.
2) Selective Processes yakni proses untuk memilih pesan dari
luar. Ada beberapa bentuk proses selektif itu, yakni :
a) Selective Perpection adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan sebuah fakta bahwa segala
sesuatu tidak selalu diterima dengan cara yang sama
oleh individu-indidivu yang berbeda-beda pada
kesempatan yang berbeda-berbeda pula. Di sini yang
terjadi adalah persepsi selektif, di mana individu hanya
akan memilih sesuatu yang menarik untuk dipersepsi.
b) Selective Attention atau atensi selektif terjadi ketika
berlangsungnya proses persepsi. Contoh, setiap
individu memiliki struktur kognitif yang berbeda,

2|P ag e
akibatnya pola perhatian dia pada sebuah stimulus
berbeda-beda pula.
c) Selective Exposure merupakan kecenderungan setiap
individu untuk menyatakan dirinya (menerima atau
menolak) pesan yang kongruens dengan variable
psikologis yang mendorongnya untuk mendekati atau
menjauhi pesan itu.

2.2 Faktor Personal sebagai Identitas Diri


2. 2.1 Identitas Merujuk Pada Asal Usul
Identitas sering memberikan tidak saja makna tentang pribadi seorang
tetapi juga ciri khas sebuah kebudayaan yang melatar belakanginya,
dari ciri itulah kita mungkin dapat mengungkapkan keberadaan orang
itu.
Pengertian identitas pada tataran hubungan antar manusia akan
mengantar kita untuk memahami sesuatu yang lebih konseptual yakni
tentang bagaimana meletakkan seorang ke dalam tempat orang lain
(komunikasi yang empati), atau sekurang-kurangnya meletakkan atau
membagi (to share) pikiran, perasaan, masalah, rasa simpatik (empati)
dan lain-lain dalam sebuah proses komunikasi (antarbudaya).
Struktur budaya adalah pola-pola persepsi, berpikir dan perasaan,
sedangkan struktur sosial adalah pola-pola perilaku sosial.Dengan
demikian secara sosiologis, kalau posisi sosial seseorang berkaitan erat
dengan peranya dalam struktur budaya maupun struktur sosial, maka
yang muncul adalah identitas peran (McCall & Simmons). Dalam
pandangan psikologi sosial, ketika posisi sosial telah terintegrasi,
maka kita akan berbicara tentang identitas itu sendiri (Stryker, 1996).
Penting untuk kita ketahui bahwa identitas itu ditentukan oleh struktur
budaya dan struktur sosial.
1) Memahami Identitas Budaya Keseharian

Identitas budaya adalah rincian karakteristik atau ciri-ciri sebuah


kebudayaan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang kita ketahui
batas-batasnya (bonded) tatkala dibandingkan dengan karakteristik
atau ciri-ciri kebudayaan orang lain.
Kenneth Burke mengatakan bahwa untuk menentukan identitas
budaya sangat tergantung pada ‘bahasa’, yaitu bagaimana representasi
bahasa menjelaskan sebuah kenyataan atas semua identitas yang

3|P ag e
dirinci dan dibandingkan. Dalam perpektif komunikasi, identitas yang
menekankan sifat dari interaksi self/group merupakan suatu yang
bersifat komunikatif. Identitas dibangun melalui interaksi sosial dan
komunikasi. Identitas dihasilkan oleh negisasi melalui media, yakni
media bahasa. Jadi identitas seseorang dapat ditentukan oleh tampilan
diri-pribadi anda sendiri (avowel). Faktor penentu berikut tergantung
dari bagaimana orang lain memberikan atribusi atas tampilan anda
(atribusi askripsi).
Dengan demikian kita akan menemukan tiga bentuk identitas:
a) Identitas Budaya; Merupakan ciri yang ditunjukkan seseorang
karena orang itu merupakan anggota dari sebuah kelompok etnik
tertentu. Itu meliputi pembelajaran tentang dan penerimaan
tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama, keturunan dari suatu
kebudayaan. Contoh kita selalu mengidentifikasi orang Flores
sebagai orang Katolik, orang Rote dan Sabu sebagai orang
protestan, dan orang Lamahala di Adonara sebagai orang Islam.
Kita juga mengidentifikasi sekelompok orang keturunan (meztiso)
di Timor Timur sebaga sekelompok orang yang mempunyai
kebudayaan tersendiri.
b) Identitas Sosial; Identitas sosial terbentuk sebagai akibat dari
keanggotaan dalam suatu kelompok kebudayaan. Tipe kelompok
itu antara lain umur, gender, kerja, agama, kelas soial, tempat dan
seterusnya. Identitas sosial meruakan identitas yang diperoleh
melalui proses pencarian dan pendidikan dalam jangka waktu
yang lama.
c) Identitas Pribadi; Identitas personal didasarkan pada keunikan
karakteristik pribadi seseorang. Perilaku budaya, suara gerak-
gerik anggota tubuh, nada suara, cara berpidato, warna pakaian,
guntingan rambut, menunjukkan ciri khas seseorang pribadi
tertentu yang rata-rata tidak dimiliki oleh orang lain.
Paling penting dalam faktor-faktor personal adalah bagaimana
persepsi kita diletakkan dalam struktur kebudayaan kita, hal ini
karena setiap kebudayaan mengajarkan nilai-nilai dan harga diri
bagi para anggotanya. Kebudayaan – dalam hal ini – bertindak
sebagai identitas sosial yang mempengaruhi konsep diri, dan
untuk mempertahankan konsep diri sebagai identitas sosial maka
kita akan sering bersikap tertentu terhadap kelompok lain; dan
bentuk-bentuknya adalah prasangka, rasisme dan etnisitas.

4|P ag e
2. 2.2 Faktor Hubungan Antarpribadi yang Mempengaruhi Komunikasi
Antar Budaya.
1) Sifat antar Budaya yang Berpengaruh terhadap Inteaksi Semua
manusia mempunyai mental, kemauan dan kemampuan untuk
berkomunikasi sehingga dapat mengenal dan mengavaluasi siapa
yang berkomunikasi dengan dia. Namun persepsi manusia
terhadap manusia yang lain hanya jatuh pada seseorang atau
kelompok orang tertentu.
Bagi banyak ahli, warna atribusi atau penampilan pribadi
membarikan warna motivasi untuk apa kita berkomunikasi.
Karena itu maka setiap perisiwa memiliki dua aspek penting,
yakni: (1) isi komunikasi; dan (2) relasi komunikasi, yang dengan
tampilan beratribusi rendah maka formula tersebut tampaknya
tidak berlaku.
Kata Paul Watzlawick, Janet Beavin dan Jacson (1997) ada
perbadaan antara isi dan relasi komunikasi. Isi Kumunikasi
meliputi informasi yang terkandung dalam pesan, misalnya
tentang apa yang diucapkan secara lisan atau tertulis di atas
kertas. Sedangkan relasi komunikasi berkaitan dengan bagaimana
pesan itu dialihkan, bagaimana pesan itu disimpulkan sehingga
meningkatakan kualitas relasi hubungan antarpribadi.
2) Masalah Kredibilitas
Berbagai penelitian yang berkaitan dengan kredibilitas
komunikator selalu membahas ulang dua tema pokok yakni: (1)
kredibilitas komunikator; dan (2) derajat kesamaan
komuniktor.Para ahli berpendapat, ada pula tiga faktor yang
mempengaruhi pengiriman dari seseorang komuniktor agar
diterima oleh seseorang komunikan yaitu; (a) Kredibilitas; (b)
Objektivitas; (c) Keahlian. Ketiga aspek dari pengiriman ini
berkaitan dengan erat dengan dampaknya terhadap penerima.
Penerima akan percaya kepada pesan atau merspon pesan yang
diinginkan, kalau pengirimnya itu kredibel, objektif, dan ahli
dalam satu bidang tetentu.
Kepentingan unsur-unsur tersebut sangat tergantung atas faktor-
faktor manakah dari kebudayaan kita itu diapresiasikan. Sebagai
contoh, nilai sebuah kebudayaan sangat kita yakni bagaiman kita
mengukur keberadaan orang itu, bagaimana orang itu bertindak
dengan jujur dan benar, atau nilai tentang persahabtan. Karena

5|P ag e
dalam situasi tertentu mungkin satu unsur tersebut sangat
dominan dari pada unsur yang lain.
Kredibilas tidak hanya meliputi faktor kepercayaan kita pada
seorang pembicara, tetapi juga meliputi sifat-sifat asli kredibilitas
itu sendiri. Berdasarkan peertimbangan itu maka komunikasi
antar budaya selalu meliputi hubungan tatap muka antara dua
oarang atau lebih yang mempunyai latar belakang bidaya yng
berbeda yang mana pengaruh budaya sangatlah dominan.Berbagai
penelitaian yang berkaitan dengan kredibilitas komunikator
menunjukkan bahwa kredibilitas itu antara lain ditentukan oleh
beberapa faktor: (a) Kewenangan dan kompetensi; (b) Karekter;
(c) Koorientasi; (d) Karisma; dan (e) Dinamisme.
3) Derajat Kesamaan Komunikator dengan Komunikan Homofili
mengacu pada kesamaan antara individu yang berinteraksi.
Kesamaan itu merefleksikan kesamaan area atau wilayah sikap
atau nilai, tampilan status sosial, kepribadian dan keragaman
aspek demografis.Sedangkan herofili adalah kebalikan dari
homofili, mengacu pada derajat penampilan ketidaksamaan
antara dua orang yang berkomunikasi. Komunikasi
antarbudaya yang dilandasi oleh heterofili akan berbeda
dengan mereka yang hemofili.
4) Kemampuan Menyampaikan Pesan Verbal Antarbudaya.
Dalam berkomunikasi antarbudaya maka ada beberapa
perbedaan yang perlu diperhatikan. Menurut Ohowutun (1997:
99-107) anda harus memperhatikan:
a) Kapan orang berbicara. Dalam berkomunikasi
antarbudaya perlu diperhatikan bahwa ada kebiasaan
(habits) budaya yang mengajarkan kepatutan kapan
seseorang harus atau boleh berbicara.
b) Apa yang dikatakan. Laporan studi Eabes (1982)
mengungkapkan bahwa orang-orang Aborigin Australia
tidak pernah mengajukan pertanyaan ‘mengapa’ ,
Suzanu Scolon (1982) mendapti orang indian
Athabaska jarang bertanya. Terdapat bahwa pertanyaan
dianggap terlau keras, karena menuntut jawaban.
c) Kecepatan dan jeda berbicara. Yang dimaksud dengan
kecepatan dan jeda berbicara disini adalah pengaturan
kendali berbicara menyangkut tingkat kecepatan dan

6|P ag e
‘istirahat sejenak’ dalam berkomunikasi antara dua
pihak.
d) Hal memperhatikan. Konsep ini berkaitana erat dengan
gaze atau pandangan mata yang di perkenankan waktu
berbicara bersama-sama. Orang-orang kulit hitam
biasanya beerbicara sambil menatap mata dan wajah
orag lain, hal sama terjadi bagi orang batak dan timor.
e) Masalah intonasi cukup berpengaruh dalam berbagai
bahsasa yang berbeda budaya. Orang kadang di
Lembata/Flores memakai kata bua bearti melahirkan
namun kata yang sama kalau ditekan pada huruf akhir
‘a’ – bua’ (buaq), bearti berlayar.
f) Gaya kaku atau puitis. Ohoiwutun (1997: 105) menulis
bahwa jika anda membandingkan bahsa Indonesia yang
digunakan pada awal berdirinya negara ini dengan gaya
yang dipakai dewasa ini, dekade 90-an maka anda akan
dapati bahwa bahasa Indonesia tahun 1950-an lebih
kaku.
g) Bahasa tidak langsung. Setiap bahsasa mengajarkan
kepada para penuturnya mekanisme untiuk menyatakan
sesuatu secara langsung atau tidak langsung.
h) Kemampuan Menyampapikan Pesan Non Verbal
Antarpribadi.

Ketika berhubungan antarpribadi maka ada dua faktor dari peasan non verbal
yang mempengaruhi komunikasi antar budaya. Ada beberapa bentuk perilaku
non verbal yakni:
a) Kinesik adalah studi yang berkaitan dengan bahsa tubuh, yang terdiri
dari posi tubuh, orientasi tubuh, tampilan wajah, gambaran tubuh, dll.
b) Okulesik adalah studi tentang gerkan mata dan posisi mata.
c) Haptik adalah studi tentang perabaan atau memperkenankan sejauh
mana seseorang memegang dan merangkul orang lain.
d) Proksemik adalah studi tentang hubungan antar ruang, antar jarak, dan
waktu berkomunikasi, sebagaimana dikategorikan oleh Hall pada
tahun 1973, kecenderungan manusia menunjukkan bahwa waktu
berkomunikasi itu harus ada jarak antarpribadi, terlalu dekat atau
terlalu jauh.
e) Kronemik adalah studi tentang konsep waktu, sama seperti pesan non
verbal yang lain maka konsep tentang waktu yang menganggap kalau

7|P ag e
suatu kebudayaan taat pada waktu maka kebudayaan itu tinggi atau
peradaban maju.
f) Tampilan, appearance yaitu cara bagaiman seseorang menapilkan diri
telah cukup menunjukkan berkolerasi sangat tinggi dengan evaluasi
tentang pribadi.
g) Posture adalah tampilan tubuh waktu sedang berdiri dan duduk.
h) Pesan-pesan paralinguistik antarpribadi adalah pesan komunikasi yang
merupakan gabungan antara perilaku verbal dan non verbal.
i) Simbolisme dan komunikasi non verbal yang pasif yakni beberapa di
antaranya adalah simbolisme warna dan nomor.

8|P ag e
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi antarbudaya diantaranya adalah factor
psikologis dan hubungan antarpribadi. Dua factor ini berperan dalam pembentukan
atau kebeerlangsungan komunikasi antarbudaya
3.2 Saran
Dengan Penulisan makalah yang berkaitan dengan Komunikasi Antarbudaya
ini merupakan hasil dari proses pembelajaran salah satu mata kuliah Pendidikan
Multibudaya. Dalam penyusunan makalah ini, Kami mengakui bahwa masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah Kami selanjutnya.

9|P ag e
DAFTAR PUSTAKA

Liliweri, Alo. 2011. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka


Pelaja

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai