Anda di halaman 1dari 48

STRATEGI PERBAIKAN KINERJA MUTU PRODUK

KOPI ROBUSTA JARAN GOYANG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Tugas Akhir Ini Dibuat dan Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Kelulusan Program Studi Diploma IV Agribisnis dan Mencapai
Gelar Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P.)

Oleh:
TRI AISYAH
NIM. 361441311034

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV AGRIBISNIS


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2019

i
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

ii
PERSEMBAHAN

Penyelesaian Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk:


1. Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini
dengan baik dan lancar.
2. Bapak, ibu, kakak, serta keluarga besar tercinta yang telah memberikan
kasih sayang, motivasi, semangat, serta doa kepada penulis selama
menempuh pendidikan.
3. Bapak Son Kuswadi, Dr. Eng selaku Direktur Politeknik Negeri
Banyuwangi.
4. Bapak Danang Sudarso Widya Prakoso Joyo Widakdo, S.P., M.M selaku
Koordinator Program Studi D-IV Agribisnis Politeknik Negeri Banyuwangi
dan dosen penguji 1 yang selalu memberikan arahan, kritikan, dan saran
sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Halil, S.Pd., M.ST selaku Koordinator Tugas Akhir Program Studi
D-IV Agribisnis Politeknik Negeri Banyuwangi dan dosen pembimbing
saya yang telah dengan penuh pengertian dan ikhlas membimbing dan
mengarahkan penulis dalam pembuatan laporan Tugas Akhir.
6. Ibu Sari Wiji Utami, S.P., M.M. selaku dosen pembimbing saya yang telah
dengan penuh pengertian dan ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis
dalam pembuatan laporan Tugas Akhir.
7. Bapak Kurniawan Muhammad Nur, S.ST., M.M selaku dosen penguji 2
yang selalu memberikan arahan, kritikan, dan saran, sehingga Tugas Akhir
ini dapat terselesaikan.
8. Teman-teman program studi D4 Agribisnis khususnya Angkatan 2014.
9. Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Banyuwangi, Agustus 2019

Penulis

iii
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

iv
MOTTO

“Aku tidak gagal, aku hanya menemukan 10 ribu cara yang tidak bekerja”
(Thomas Edison)

“Waktu bagaikan pedang. Jika engkau tidak memanfaatkannya dengan baik


(untuk memotong), maka ia akan memanfaatkanmu (dipotong)”
(HR. Muslim)

v
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

vi
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Tri Aisyah
NIM : 361441311034
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir yang berjudul “Strategi
Perbaikan Kinerja Mutu Produk Kopi Robusta Jaran Goyang” adalah benar-benar
hasil karya sendiri, kecuali disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan
pada instansi manapun, serta bukan karya jiplakan/plagiat. Saya bertanggung
jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus
dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi
akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Banyuwangi, Agustus 2019


Yang menyatakan,

Tri Aisyah
NIM. 361441311034

vii
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

viii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR

STRATEGI PERBAIKAN KINERJA MUTU PRODUK


KOPI ROBUSTA JARAN GOYANG

Tugas Akhir Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P.)
Politeknik Negeri Banyuwangi

Oleh:

Tri Aisyah
NIM. 361441311034

Tanggal Ujian: .............................

Menyetujui,

Pembimbing 1 : Sari Wiji Utami, S.P., M.M (.........................)

Pembimbing 2 : Halil, S.Pd., M.ST (.........................)

Penguji 1 : Danang SWPJ Widakdo, S.P., M.M (.........................)

Penguji 2 : Kurniawan Muhammad Nur, S.ST., M.M (.........................)

Mengesahkan, Mengetahui,
Wakil Direktur I Koordinator Program Studi
Bidang Akademik Agribisnis

Dedy Hidayat Kusuma, ST., M.Cs Danang SWPJ Widakdo, S.P., M.M
NIK. 2011. 36. 079 NIK. 2013. 36. 111

ix
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

x
STRATEGI PERBAIKAN KINERJA MUTU PRODUK
KOPI ROBUSTA JARAN GOYANG

Nama Mahasiswa : Tri Aisyah


NIM : 361441311034
Pembimbing : 1. Sari Wiji Utami, S.P., M.M
2. Halil, S.Pd., M.ST

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis faktor-faktor penyebab


permasalahan kinerja mutu produk kopi Robusta Jaran Goyang dan (2)
merumuskan prioritas alternatif strategi perbaikan kinerja mutu produk kopi
Robusta Jaran Goyang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan metode analisis data diagram tulang ikan (Fishbone), diagram Pareto, dan
Analitycal Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor
penyebab penurunan kinerja mutu produk kopi Robusta Jaran Goyang adalah Man
Power (SDM), Methods (metode), Materials (bahan baku), dan Machines (mesin).
Penyebab utama permasalahan terdapat pada kualitas SDM yang rendah. Strategi
alternatif untuk meningkatkan kinerja mutu produk kopi Robusta Jaran Goyang
dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas SDM. Rekomendasi untuk
perusahaan yaitu perlu adanya pengembangan potensi SDM yang lebih intensif
terhadap seluruh kegiatan produksi untuk mengurangi adanya kelalaian dan
kesalahan yang dilakukan oleh karyawan pada saat produksi berlangsung.

Kata kunci: AHP, diagram Fishbone, diagram Pareto, kinerja mutu, kopi Robusta
Jaran Goyang

xi
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

xii
THE STRATEGY OF IMPROVING THE QUALITY
PERFORMANCE OF JARAN GOYANG ROBUSTA
COFFEE PRODUCT

Author : Tri Aisyah


Student Identity Number : 361441311034
Supervisors : 1. Sari Wiji Utami, S.P., M.M
2. Halil, S.Pd., M.ST

ABSTRACT

The research aimed to (1) analyze the factors causing quality performance
problems in Jaran Goyang Robusta coffee product and (2) to formulate
alternative priorities of quality performance improvement strategy of Jaran
Goyang Robusta coffee products. This research used qualitative research methods
with the analysis method of Fishbone diagrams, Pareto diagram, and Analitycal
Hierarchy Process (AHP). The results showed the factors that cause deterioration
in the quality performance of Jaran Goyang Robusta coffee product were man
power, methods, materials, and machines. The main cause of the problems lied in
the low quality of human resources. Alternative strategies for improving the
quality performance of Jaran Goyang Robusta coffee product can be done by
enhancing the quality of human resources. Recommendations for the company
that was necessary to develop more intensive the potential of human resources to
all production activities to reduce the existence of negligence and mistakes that
made by employees at the time of production.

Keywords: AHP, Fishbone diagrams, Jaran Goyang Robusta coffee, Pareto


diagrams, quality performance

xiii
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

xiv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Tugas Akhir dengan judul “Strategi Perbaikan Kinerja Mutu Produk Kopi
Robusta Jaran Goyang”. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P), Program Studi Agribisnis,
Politeknik Negeri Banyuwangi.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada Paguyuban
Tholik Kemiren (Pathok) dalam meningkatkan perbaikan kinerja mutu produk
kopi Robusta Jaran Goyang. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh
dari kata sempurna. Penulis mengharapkan saran maupun kritik yang membangun
untuk perbaikan upaya penyusunan Tugas Akhir ini. Akhir kata penulis berharap
semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Banyuwangi, Agustus 2019

Penulis

xv
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

xvi
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL LUAR ..............................................................................................
HALAMAN JUDUL........................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... vii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ix
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
ABSTRACT ....................................................................................................... xiii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xv
DAFTAR ISI .................................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xxi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxiii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................... 3
1.4 Manfaat ............................................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5
2.1 Landasan Teori ................................................................................. 5
2.1.1 Kopi ........................................................................................ 5
2.1.2 Kopi Robusta .......................................................................... 6
2.1.3 Konsep Kinerja Mutu ............................................................. 7
2.1.4 Konsep Keunggulan Daya Saing ............................................ 8
2.1.5 Diagram Fishbone atau Diagram Sebab Akibat ..................... 8
2.1.6 Diagram Pareto ....................................................................... 9
2.1.7 Analytical Hierarchy Process (AHP) ..................................... 9
2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 11
BAB 3 METODE PENELITIAN..................................................................... 15
3.1 Waktu, Lokasi dan Objek Penelitian ................................................ 15
3.2 Pendekatan Penelitian ....................................................................... 15
3.3 Jenis Penelitian ................................................................................. 15
3.4 Teknik Pengambilan Data................................................................. 16
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................ 19
3.5.1 Metode Fishbone .................................................................... 19
3.5.2 Penentuan Urutan Prioritas Permasalahan dengan Analisis
Pareto ...................................................................................... 20

xvii
3.5.3 Desain Strategis Perbaikan Kinerja Mutu Melalui AHP ........ 21
3.6 Pengujian Keabsahan Data ................................................................ 23
3.7 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 25
BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN ............................................................... 27
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ........................................................... 27
4.1.1 Sejarah Home Industry Kopi Kemiren Jaran Goyang............. 27
4.1.2 Visi dan Misi Home Industry Kopi Kemiren Jaran Goyang ... 29
4.1.3 Alur Proses Produksi Kopi Kemiren Jaran Goyang................ 29
4.2 Standar Mutu Kopi Robusta Jaran Goyang ....................................... 33
4.3 Identifikasi Sebab Terjadinya Penurunan Mutu Menggunakan
Diagram Tulang Ikan (Fishbone) ...................................................... 34
4.4 Identifikasi Prioritas Masalah Menggunakan Diagram Pareto ......... 43
4.5 Pairwise Comparison Hierarki Perbaikan Kinerja Mutu
Menggunakan AHP ........................................................................... 45
4.6 Rekomendasi Prioritas Alternatif Strategi Perbaikan Kinerja Mutu
Produk Kopi Robusta Jaran Goyang ................................................. 48
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................ 51
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 51
5.2 Saran .................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 53
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 57
LAMPIRAN 1 Panduan Wawancara Penelitian ............................................... 57
LAMPIRAN 2 Kuesioner Penelitian ................................................................ 59
LAMPIRAN 3 Panduan Dokumentasi ............................................................. 63
LAMPIRAN 4 Kuisioner AHP ........................................................................ 65
LAMPIRAN 5 Hasil Rekapitulasi Analytical Hierarchy Process (AHP)........ 73
LAMPIRAN 6 Hasil AHP dengan Aplikasi Expert Choice 11 ........................ 79
LAMPIRAN 7 Dokumentasi ............................................................................ 83
BIODATA PENULIS ....................................................................................... 85

xviii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Jumlah produksi rata-rata pertahun produk kopi Robusta Jaran
Goyang mulai tahun 2014-2017 ........................................................... 2
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu .............................................................................. 11
Tabel 3.1 Langkah 3 pembuatan diagram Pareto data bulanan ........................... 21
Tabel 3.2 Langkah 4 dan 5 pembuatan diagram Pareto data bulanan ................. 21
Tabel 3.3 Skala perbandingan kriteria dan alternatif............................................ 22
Tabel 4.1 Syarat mutu kopi Robusta Jaran Goyang ............................................. 33
Tabel 4.2 Standar mutu kopi bubuk (SNI-01-3542-1994) ................................... 34
Tabel 4.3 Data karyawan Pathok .......................................................................... 36
Tabel 4.4 Masalah penurunan mutu produk kopi Robusta Jaran Goyang mulai
tahun 2014-2017 .................................................................................. 44
Tabel 4.5 Masalah penurunan mutu produk kopi Robusta Jaran Goyang mulai
tahun 2014-2017 ................................................................................... 44

xix
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

xx
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Ilustrasi Diagram Fishbone ...................................................... 20
Gambar 3.2 Ilustrasi Diagram Pareto ........................................................... 21
Gambar 3.3 Ilustrasi Struktur Hierarki AHP ................................................ 23
Gambar 3.4 Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................ 25
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pathok ....................................................... 28
Gambar 4.2 Alur Proses Produksi Kopi Robusta Jaran Goyang .................. 29
Gambar 4.3 Biji kopi setelah dan sebelum disortasi .................................... 30
Gambar 4.4 Proses Penjemuran Sun Drying ................................................ 31
Gambar 4.5 Mesin Roasting Modern ........................................................... 31
Gambar 4.6 Mesin Grinder .......................................................................... 32
Gambar 4.7 Penyimpanan Kopi Bubuk 1x24 Jam ....................................... 32
Gambar 4.8 Alat Press Kemasan Produk Kopi Robusta Jaran Goyang ....... 33
Gambar 4.9 Diagram Tulang Ikan (Fishbone) Penurunan Mutu Produk
Kopi Robusta Jaran Goyang ..................................................... 35
Gambar 4.10 Kopi Sangrai Tingkat Medium to Dark .................................... 39
Gambar 4.11 Diagram Pareto Permasalahan Kinerja Mutu Produk Kopi
Robusta Jaran Goyang .............................................................. 45
Gambar 4.12 Struktur Hierarki AHP Alternatif Strategi Perbaikan Kinerja
Mutu Produk Kopi Robusta Jaran Goyang ............................... 46
Gambar 4.13 Grafik Prioritas Alternatif Strategi Perbaikan Kinerja Mutu
Produk Kopi Robusta Jaran Goyang ........................................ 47

xxi
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

xxii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kopi merupakan komoditas ekspor terpenting kedua dalam perdagangan
internasional. Potensi perkebunan kabupaten Banyuwangi dengan luas areal
82.143,63 Ha, dengan rincian alokasi untuk perkebunan negara seluas 48.449,63
Ha, perkebunan swasta 12.567,53 Ha dan perkebunan rakyat seluas 21.126,67 Ha.
Luas areal tersebut diantaranya komoditi perkebunan kopi yang menjadi
primadona. Jenis kopi di Indonesia pada umumnya yaitu kopi Robusta dan
Arabika. Mayoritas perkebunan kopi di Indonesia menanam kopi jenis Robusta.
Komoditi kopi ini tersebar di beberapa wilayah kecamatan kabupaten
Banyuwangi yaitu Wongsorejo, Kalipuro, Glagah, Licin, Songgon, Glenmore,
Kalibaru, Pesanggaran (Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi, 2015).
Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan yang tidak kalah saing di
kabupaten Banyuwangi. Kopi banyak dimaksimalkan dalam bentuk produk kopi
bubuk salah satunya adalah kopi Kemiren Jaran Goyang dengan berbagai jenis
kopi yang diolah yaitu kopi Robusta, kopi Arabika dan kopi Lanang dari jenis
kopi Robusta. Kopi olahan banyak dimaksimalkan karena konsumsi masyarakat
terhadap kopi olahan semakin meningkat setiap tahunnya. Banyuwangi sendiri
dipilih oleh Desperindag Provinsi Jawa Timur sebagai Kota Kopi, hal ini
dikarenakan kekayaan budaya masyarakat Banyuwangi berupa kebiasaan minum
kopi bersama seperti acara yang diadakan setiap tahun yaitu Festival Ngopi
Sepuluh Ewu. Kopi Banyuwangi lebih dikenal dan disukai masyarakat baik
nasional maupun dunia dan juga luasan lahan di Banyuwangi stabil sejak 5 tahun
terakhir.
Konsumsi kopi cenderung terus meningkat 6-8% per tahun, terutama
disebabkan tren minum kopi original dan espresso di kafe maupun kedai terus
berkembang, serta pertumbuhan industri kopi bubuk dan instan yang terus
meningkat, sehingga konsumsi kopi di Indonesia melonjak luar biasa
(Rahmaddiansyah dkk, 2015). Jumlah permintaan produk kopi yang cukup tinggi
di pasaran dipengaruhi oleh minat, selera dan kebiasaan dari konsumen terhadap
produk kopi. Kopi Robusta Jaran Goyang ini belum mengekspor produknya akan

23
tetapi wisatawan asing yang berkunjung ke desa Kemiren banyak yang membeli
produk ini sebagai oleh-oleh umtuk dibawa pulang ke negaranya.
Biji kopi yang digunakan adalah kopi yang berasal dari perkebunan kopi di
Banyuwangi seperti di kebun Telemung Kalipuro dan Ijen. Bahan baku yang
digunakan dipasok dengan melihat kondisi kebun, rata-rata pembelian bahan baku
yaitu 200-500 kg. Jumlah produksi rata-rata pertahun kopi Robusta Jaran Goyang
mulai tahun 2014-2017 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Jumlah produksi rata-rata pertahun kopi Robusta Jaran Goyang mulai
tahun 2014-2017
Tahun Jumlah produksi (kg)
2014 900
2015 1.200
2016 1.440
2017 1.800
Jumlah 5.340
Sumber: Data primer diolah, 2018
Kopi Robusta Jaran Goyang masih kalah saing dengan kopi khas
Banyuwangi lainnya walaupun produksi terus meningkat. Produk kopi Robusta
Jaran Goyang harus memiliki daya saing yang baik, untuk dapat bersaing dengan
kompetitor sejenis. Biji kopi merupakan bahan baku minuman sehingga aspek
mutu (fisik, kimia, kontaminasi dan kebersihan) harus diawasi dengan baik karena
menyangkut citarasa, kesehatan konsumen, daya hasil, dan efisiensi produksi.
Tahun pertama hingga tahun ke dua kafe yang mengambil bahan baku dari kopi
Jaran Goyang ini banyak yang mengeluhkan kualitas dari kopi Robusta Jaran
Goyang ini karena rasa yang dihasilkan berbeda yang disebabkan oleh ukuran
bubuk kopi yang kurang tepat dan tingkat kematangan hasil penyangraian biji
kopi. Budiman (2012) menyatakan bahwa proses gesekan yang sangat sensitif
pada mesin grinder akan menyebabkan timbulnya panas di bagian silindernya dan
akan menyebabkan aroma kopi berkurang. Suhu dan lama penyangraian
merupakan tahapan pembentukan aroma dan citarasa dengan perlakuan panas dan
kunci dari proses produksi.
Persaingan produk olahan kopi untuk memasuki pasar sangat ditentukan
oleh produk yang berkualitas. Mutu produk yang dihasilkan sangat berpengaruh
terhadap persaingan dengan produk yang lainnya. Produk yang berkualitas
diperlukan adanya perbaikan kinerja mutu produk yang tepat. Analisis rumusan

24
strategi perbaikan kinerja mutu kopi Robusta Jaran Goyang perlu dilakukan yang
dapat dijadikan referensi untuk diterapkan pada produk tersebut.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah uraian diatas sebagai berikut:
1. Apa faktor-faktor penyebab permasalahan kinerja mutu produk kopi Robusta
Jaran Goyang?
2. Bagaimana prioritas alternatif strategi perbaikan kinerja mutu produk kopi
Robusta Jaran Goyang?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Menganalisis faktor-faktor penyebab permasalahan kinerja mutu produk kopi
Robusta Jaran Goyang.
2. Merumuskan prioritas alternatif strategi perbaikan kinerja mutu produk kopi
Robusta Jaran Goyang.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, Tugas Akhir ini menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman serta diharapkan dapat dijadikan referensi oleh orang lain untuk
penelitian yang sama.
2. Bagi pembaca, diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan menjadi
bahan pustaka dan informasi untuk masalah yang sama di masa yang akan
datang.
3. Bagi pemilik usaha, diharapkan dapat meningkatkan kualitas mutu produk
untuk meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan.

25
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

26
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Kopi
Outlook Kopi (2016) menyatakan bahwa tanaman kopi (Coffea spp.)
termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan genus coffea. Sari dkk (2016)
juga menyatakan bahwa kopi adalah suatu jenis tanaman tropis yang dapat
tumbuh dimana saja, terkecuali tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan
temperatur yang sangat tinggi atau daerah-daerah tandus yang memang tidak
cocok bagi kehidupan tanaman. Klasifikasi tanaman kopi menurut Anshori (2014)
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceace
Genus : Coffea
Spesies : Coffea robusta
Budiman (2012) menyatakan bahwa kopi merupakan tanaman yang
berasal dari Afrika dan Asia Selatan, termasuk Family Rubiaceace dengan tinggi
mencapai 5 meter, daunnya sekitar 5-10 cm panjang dan 5 cm lebar. Bunga kopi
yang berwarna putih berbunga bersamaan, buah kopi sendiri berbentuk oval
panjangnya sekitar 1.5 cm, berwarna hijau kemudian kekuningan lalu hitam bila
sudah disangrai. Buah kopi biasanya berisikan 2 buah biji, tetapi sekitar 5-10%
mempunyai hanya 1 biji saja yang dinamakan “Peaberries”. Biji kopi siap dipetik
saat berumur 7-9 bulan. Penyebaran tanaman kopi di Indonesia khususnya di
pulau Jawa terjadi pada tahun 1700-an. Seseorang berkebangsaan Belanda
membawa tanaman kopi jenis Arabika ke Botanic Garden di Amsterdam Belanda.
Ekspor kopi pertama dilakukan tahun 1711 oleh VOC, dalam tempo 10 tahun,

27
ekspor meningkat sampai 60 ton/tahun. Indonesia adalah tempat perkebunan
pertama di luar Arabia dan Ethiopia.
Zaman penjajahan Belanda di Indonesia, berbagai percobaan penanaman
kopi jenis Arabika dilakukan di pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Percobaan
pertama dilakukan di daerah Pondok Kopi, Jakarta. Tanaman kopi telah tumbuh
dengan baik di sana, setelah itu tanaman kopi diaplikasikan di Jawa Barat (Bogor,
Sukabumi, Banten dan Priangan Timur) dengan sistem tanam paksa. Tanaman
kopi telah menyebar ke pulau Jawa, kemudian disebar ke beberapa provinsi di
pulau Sumatera dan Sulawesi. Belanda lalu mendatangkan kopi jenis Liberika,
namun setelah ditanam dan dipanen produktivitasnya rendah. Pemerintah Belanda
lalu mendatangkan jenis kopi Robusta yang berasal dari Kongo, Afrika pada tahun
1900-an. Jenis kopi ini lebih tahan terhadap penyakit karat daun dan memiliki
produksi yang lebih baik dibandingkan dengan kopi jenis Liberika. Sekian banyak
jenis biji kopi yang dijual di pasaran, hanya terdapat 2 jenis varietas utama, yaitu
kopi Arabika dan Robusta, masing-masing jenis kopi ini memiliki keunikannya
masing-masing dan pasarnya sendiri.

2.1.2 Kopi Robusta


Budiman (2012) menyatakan bahwa kopi Robusta pertama kali ditemukan
di Kongo pada tahun 1898. Kopi Robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2,
karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam, dan mengandung kafein dalam
kadar yang jauh lebih banyak. Cakupan daerah tumbuh kopi Robusta lebih luas
daripada kopi Arabika yang harus ditumbuhkan pada ketinggian tertentu. Kopi
Robusta dapat ditumbuhkan dengan ketinggian 800 m di atas permukaan laut.
Kopi jenis ini lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit, hal ini
menjadikan kopi Robusta lebih murah dibandingkan dengan kopi Arabika. Kopi
Robusta banyak ditumbuhkan di Afrika Barat, Afrika Tengah, Asia Tenggara, dan
Amerika Selatan.
Praswoto et al. (2010) menyatakan bahwa kopi Robusta masuk ke
Indonesia pada tahun 1900-an. Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun, dan
memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedang produksinya
jauh lebih tinggi. Kopi Robusta cepat berkembang dan mendesak kopi-kopi

28
lainnya, saat ini lebih dari 90% dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri atas
kopi Robusta. Kopi Robusta (Coffea robusta) adalah tanaman budidaya berbentu
pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Daunnya
berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daunnya tumbuh berhadapan
dengan batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Permukaan atas daun mengkilat,
tepi rata, pangkal tumpul, panjang 5-15 cm, lebar 4,0-6,5 cm, pertulangan
menyirip, tangkai panjang 0,5-1,0 cm, dan berdaun hijau. Kopi Robusta baik
ditanam pada ketinggian di atas 700 m dpl.
Kopi Robusta merupakan jenis kopi yang melakukan perkawinan secara
silang dengan jenis klon yang berbeda agar hasil yang didapatkan maksimal.
Widodo dkk (2015) menyatakan bahwa kopi Robusta merupakan jenis kopi yang
mendominasi perkebunan kopi di Indonesia. Budidaya kopi Robusta dilakukan
oleh perkebunan, swasta, maupun rakyat.

2.1.3 Konsep Kinerja Mutu


Secara umum kinerja mutu merupakan prestasi dari mutu atau kualitas
produk dan manajemen yang dapat dicapai oleh suatu perusahaan selama suatu
jangka waktu tertentu. Prestasi yang dimaksud adalah efektivitas dan efisiensi
operasional perusahaan yang dilihat dari segi ekonomi (laporan keuangan),
manajemen dan tingkat kepuasan konsumen. Kinerja mutu dapat didefinisikan
sebagai kepuasan pelanggan atau pemakai produk atas prestasi dari mutu atau
kualitas produk dan manajemen yang dapat dicapai oleh suatu perusahaan selama
suatu jangka waktu tertentu (Usni, 2017).
Tujuan dari pengukuran kinerja mutu adalah untuk menentukan beban
kerja dalam operasi dan jumlah pekerja yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan secara efisien. Pengertian di atas dilandasi oleh pernyataan bahwa
organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka penilaian kinerja mutu
sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan
peran mereka.

29
2.1.4 Konsep Keunggulan Daya Saing
Konsep daya saing berkaitan dengan aktivitas perekonomian dan itupun
biasanya dipahami dalam kerangka pikir ekonomik. Konsep ini biasanya
menjelaskan upaya peningkatan bargaining position dalam rangka
memaksimalkan pencapaian tujuan kita berhadapan dengan posisi dan tujuan
pihak lain (Imawan, 2002). Arlan (2012) menyatakan bahwa keunggulan bersaing
(competitive advantage) merupakan proses dinamis, karenanya harus dilakukan
berkesinambungan. Competitive advantage menggambarkan bahwa suatu
perusahaan dapat bertindak lebih baik dibandingkan perusahaan lain walaupun
mereka bergerak di lingkungan industri yang sama.
Keunggulan kompetitif terkait erat dengan faktor penentu daya saing di
tingkat perusahaan, khususnya perusahaan yang beroperasi di negara maju.
Keunggulan kompetitif suatu negara ditentukan oleh empat faktor, yaitu keadaan
faktor-faktor produksi, permintaan dan tuntutan mutu, industri terkait, dan
pendukung yang kompetitif dan strategi, struktur serta sistem penguasaan antar
perusahaan (Lumintang, 2015).

2.1.5 Diagram Fishbone atau Diagram Sebab Akibat


Diagram sebab akibat atau Fishbone pertama kali diperkenalkan oleh
seorang profesor, yaitu Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo, oleh karena
itu diagram sebab akibat disebut juga dengan diagram Ishikawa atau diagram
tulang ikan (Fishbone). Diagram ini digunakan untuk menyelidiki suatu akibat
buruk dan mengambil tindakan untuk memperbaiki penyebabnya. Pembuatan
diagram ini bertujuan agar dapat memperlihatkan faktor-faktor penyebab (root
cause) dan karakteristik kualitas (effect) yang disebakan oleh faktor-faktor
penyebabnya. Aluwi (2014) menyatakan bahwa diagram sebab akibat pada
dasarnya dapat digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut:
a) Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah produktivitas.
b) Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah produktivitas.
c) Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut yang
berkaitan dengan maslah produktivitas itu.

30
Kelebihan Fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah
yang terjadi dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan
saran yang mungkin menjadi penyebab masalah tersebut. Kekurangan Fishbone
diagram sendiri adalah didesain membatasi kemampuan tim/pengguna secara
visual dalam menjelaskan masalah, kecuali bila kertas yang digunakan benar-
benar besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan, serta biasanya voting
digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin yang terdaftar pada
diagram tersebut (Murnawan dan Mustofa, 2014).

2.1.6 Diagram Pareto


Prawira (2014) menyatakan bahwa diagram Pareto adalah alat yang
digunakan untuk mencari sumber atau penyebab masalah-masalah atau kerusakan
produk untuk membantu memfokuskan diri pada pemecahannya. Diagram Pareto
adalah diagram yang berbentuk batang yang disusun secara menurun dari besar ke
kecil, biasanya digunakan untuk melihat atau mengidentifikasi masalah, tipe cacat
atau penyebab paling dominan, sehingga dapat memprioritaskan penyelesaian
masalah. Diagram Pareto merupakan grafik batang yang menunjukkan masalah
berdasarkan urutan banyaknya jumlah kejadian, urutannya dimulai dari jumlah
permasalahan yang paling banyak terjadi sampai yang paling sedikit terjadi.
Diagram Pareto ditunjukkan dengan batang grafik paling tinggi (grafik
paling kiri) hingga grafik yang paling rendah (grafik paling kanan). Data yang
berhubungan dengan masalah atau kejadian yang akan dianalisis harus
dikumpulkan terlebih dahulu, sebelum membuat diagram. Alat yang sering
digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan menggunakan check sheet atau
lembaran periksa.

2.1.7 Analytical Hierarchy Process (AHP)


Analytical Hierarchy Process (AHP) menyelesaikan persoalan dalam
suatu kerangka pemikiran yang terorganisir sehingga dapat diekspresikan untuk
mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Prinsip kerja AHP
adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategic,
dan dinamik menjadi sebuah bagian-bagian dan tertata dalam suatu hierarki

31
(Kurniasanti dkk, 2014). AHP merupakan salah satu metode untuk membantu
menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa
kriteria (multi criteria), karena sifatnya AHP cukup banyak digunakan dalam
penyusunan prioritas. AHP juga didasarkan pada suatu proses yang terstruktur dan
logis, di samping bersifat multi kriteria (Susila dan Ernawati, 2007).
Falatehan (2016) menyatakan bahwa model AHP menggunakan persepsi
manusia yang dianggap pakar atau ahli sebagai input utamanya. Model-model
yang sudah ada pada umumnya menggunakan input yang kuantitatif atau data
skunder. Kriteria pakar atau ahli yang digunakan dalam analisis AHP ini bukan
berarti orang tersebut harus pintar, jenius, bergelar doktor dan sebagainya tetapi
lebih mengacu pada orang yang mengerti benar permasalahan yang diajukan,
merasakan akibat suatu masalah atau memiliki kepentingan terhadap masalah
tersebut. Input yang digunakan dalam AHP yaitu kualitatif atau persepsi, maka
model ini pun dapat mengolah hal-hal kualitatif, selain kuantitatif.
AHP sering digunakan sebagi metode pemecahan masalah dibandingkan
dengan metode yang lain karena alasan-alasan berikut:
1. Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,
sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambilan keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.

32
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para
peneliti lain yang menggunakan metode yang sama dengan perbedaan penelitian
ini dilakukan pada produk kopi Robusta Jaran Goyang. Penelitian-penelitian
terdahulu yang telah dilakukan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
No Nama/ Judul penelitian Hasil penelitian Relevansi
Tahun
1 Puryantoro Strategi peningkatan Tujuan prioritas dari ultimate Daya saing
(2017) daya saing mangga goal dan alternatif prioritas dan AHP
manalagi dengan sebagai rekomendasi strategi
pendekatan supply chain rantai pasok untuk
management pada pelaku meningkatkan daya saing
rantai pasok (studi pada mangga pada pedagang
pedagang pengumpul pengumpul.
mangga di Situbondo)

2 Armanto Aplikasi Analytical Terdapat 10 urutan komoditi Metode


(2017) Hierarchy Process unggulan lintas subjenis, dan analisis AHP
(AHP) pada model buah-buahan mendapatkan
penentuan komoditi nilai tertinggi yaitu buah
hortikultura unggulan semangka. Buah-buahan
lahan kering di seperti semangka dan melon
kabupaten Sumbawa mampu berdaya saing dengan
Barat daerah lain seperti Sumbawa
dan Lombok. Petani buah juga
mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi
mereka.

3 Nisa Strategi peningkatan Faktor yang mempengaruhi Metode


(2017) mutu tembakau Besuki mutu tembakau mengalami analisis
Na-Oogst di PTPN X penurunan sehingga tidak diagram
kebun Kertosari Jember memenuhi target disebabkan tulang ikan,
oleh SDM, metode, bahan diagram
baku, mesin dan lingkugan. Pareto dan
Strategi alternatif yang AHP
diprioritaskan yaitu
peningkatan kualitas SDM.

33
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu (Lanjutan)
No Nama/Tahun Judul penelitian Hasil penelitian Relevansi
4 Januar Analisis pengendalian Proses pengeringan serbuk Metode analisis
(2014) kualitas pada proses teh hitam memiliki tingkat diagram Pareto,
pengeringan teh hitam six sigma kapabilitas jangka Fishbone/sebab
dengan metode SIX pendek sebesar 2,28 dan akibat
SIGMA: studi kasus di kapabilitas jangka panjang
PTPN XII (PERSERO) sebesar 2,41. Faktor
Wonosari, Lawang. penyebab penyimpangan
adalah metode, mesin dan
lingkungan. Prioritas usulan
perbaikan dilakukan dengan
melakukan perawatan
mesin. Penyebab kegagalan
dikarenakan perawatan
mesin yang kurang baik
seperti pengecekan mesin
yang jarang dilakukan.

5 Kurniawan, Analisis Dimensi Perbaikan yang perlu Metode Pareto


(2014) Kualitas Pelayanan dilakukan adalah pada dimensi dan Fishbone
Karyawan dengan pelayanan karyawan Emphaty,
Menggunakan Fishbone Assurance, Responsiviness,
Analysis Reliability, Tangiables.

6 Kurniasanti Analisis dan Model Prioritas alternatif strategi Metode


, (2014) Strategi Peningkatan peningkatan daya saing analisis AHP
Daya Saing Produk produk edamame beku PT MT dalam
Edamame beku 27 Jember secara berurutan. peningkatan
Produk edamame beku layak daya saing
untuk dikembangkan baik di
pasar domestik maupun pasar
ekspor.

7 Murnawan Perencanaan Penurunan produktivitas yang Metode


(2014) produktivitas kerja dari terjadi di PT. X terdapat 2 Fishbone/
hasil evaluasi permasalahan, yaitu diagram sebab
produktivitas dengan permasalahan statis dan akibat/
metode Fishbone di permasalahan dinamis Ishikawa
perusahaan percetakan (material dan man power).
kemasan PT. X

8 Utami Strategi peningkatan Faktor penyebab utama Pengertian


(2014) daya saing tembakau permasalahan kinerja mutu daya saing,
Besuki Na-Oogst adalah SDM, bahan baku dan kinerja mutu,
berbasis perbaikan permesinan. Strategi dan metode
kinerja mutu peningkatan kualitas SDM, analisis yang
Sistem proses terintegrasi, digunakan.
sarana proses produksi,
kegiatan research and
development.

34
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu (Lanjutan)
No Nama/Tahun Judul penelitian Hasil penelitian Relevansi
9 Baga (2013) Analisis daya saing dan Setiap komponen memiliki Analisis daya
strategi pengembangan keterkaitan satu sama lain saing
agribisnis gandum yang saling mendukung dan
lokal di Indonesia tidak saling mendukung dan
dapat menentukan strategi
apa yang digunakan untuk
mengembangkan dan
meningkatkan daya saing
agribisnis gandum lokal.

10 Sonalia Pengendalian mutu Faktor yang mempengaruhi Pengendalian


(2013) pada proses produksi di kerusakan tahu di ketiga mutu, diagram
tiga Usaha Kecil UKM Tahu, yaitu tenaga tulang ikan
Menengah tahu kerja, bahan baku, mesin dan dan diaram
kabupaten Bogor peralatan, metode dan Pareto
lingkungan dengan
penyebab utama adalah
salah potong. Pengendalian
mutu menggunakan grafik
kendali p menunjukkan
terkendali.

35
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

36
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu, Lokasi dan Objek Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember
2018. Penelitian ini dilakukan di desa Kemiren kecamatan Glagah kabupaten
Banyuwangi. Objek dalam penelitian ini adalah kopi Robusta Jaran Goyang yang
diproduksi oleh Paguyuban Tholik Kemiren (Pathok).

3.2 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, metode penelitian
kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan observasi, wawancara, dokumentasi), data yang
diperoleh cenderung data kualitatif, analisis data bersifat induktif/kualitatif dan
hasil penelitian kualitatif bersifat untuk memahami makna, keunikan,
mengonstruksi fenomena dan menemukan hipotesis (Sugiyono, 2017). Analisis
kualitatif digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
kopi Robusta Jaran Goyang untuk memilih strategi perbaikan kinerja mutu yang
digunakan.
Moleong (2009) menyatakan bahwa metode kualitatif yaitu pengamatan,
wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena
beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan
secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode
ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman
pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

3.3 Jenis Penelitian


Pengumpulan data jika dilihat dari sumbernya maka dapat menggunakan
data primer. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dari sumber asli
(langsung dari informan) yang memiliki informasi atau data tersebut yaitu:
1. Bapak Mastuki selaku ketua Pathok.

37
2. Bapak Suhem Rudi selaku koordinator bagian produksi.
3. Bapak Ir. Kusdi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten
Banyuwangi.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif
kualitatif.

3.4 Teknik Pengambilan Data


Perolehan data yang diperlukan baik data kualitatif yang relevan dan
bertujuan yang sesuai dengan penelitian ini teknik pengambilan data menurut
Sugiyono (2017), maka yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a) Observasi
Pengambilan data dengan observasi, peneliti mengamati, merekam atau
mencatat hal-hal yang perlu dicatat dalam proses kegiatan yang ada di tempat
penelitian atau aktivitas yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Obyek
penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi dinamakan situasi sosial
yang terdiri dari tiga komponen yaitu:
1. Place, atau tempat di mana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung.
2. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu.
3. Activity atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang
sedang berlangsung.
Observasi diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
1. Observasi Partisipatif
Observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan pengamatan, peneliti ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka
dukanya. Observasi partisipasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap,
tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang
nampak. Oberservasi ini dapat digolongkan menjadi 4, yaitu partisipasi pasif,
partisipasi moderat, observasi aktif dan observasi yang lengkap.

38
2. Observasi Terus Terang atau Tersamar
Peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang
kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian, namun terkadang
dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi,
hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang
masih rahasia. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti
tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
3. Observasi tak Berstruktur
Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur,
karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama
kegiatan observasi berlangsung. Observasi tidak terstruktur adalah observasi
yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi, hal
ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan
diamati. Peneliti dalam melakukan pengamatan tidak menggunakan instrumen
yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

b) Wawancara atau Interview


Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan pada laporan tentang
diri sendiri atau self-report atau setidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan
pribadi. Penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif
dengan wawancara mendalam. Observasi dilakukan dengan interview kepada
orang-orang yang ada di dalamnya. Macam-macam observasi dibagi menjadi
berikut:
1. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Peneliti dalam melakukan wawancara telah menyiapkan instrumen

39
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun
telah disiapkan. Wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan
yang sama dan pengumpul data mencatatnya. Wawancara terstruktur ini juga
pengumpul data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul
data, supaya setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka
diperlukan training kepada calon pewawancara.
2. Wawancara Semiterstruktur (Semistructured Interview)
Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, dimana fisik yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-
idenya. Peneliti dalam melakukan wawancara ini, perlu mendengarkan secara
teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
3. Wawancara Tidak Terstruktur (Unstructured Interview)
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Wawancara ini, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan
diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan
oleh responden. Peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan yang lebih terarah
pada suatu tujuan berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden.

c) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya menumental dari seseorang. Hasil
penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya
kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di
tempat kerja, di masyarakat dan autobiografi, akan tetapi perlu dicermati bahwa
tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Contoh banyak foto yang
tidak mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan
tertentu, demikian juga autobiografi yang tertulis untuk dirinya sendiri, sering
subyektif.

40
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, mana yang penting dan yang
akan dipelajari, membuat kesimpulan, sehingga dapat mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain
(Sugiyono, 2017). Analisis data diarahkan untuk menjawab rumusan masalah
yang telah dirumuskan dalam proposal, maka teknik analisis data yang digunakan
sebagai berikut.

3.5.1 Analisis Masalah dengan Metode Fishbone


Analisis tulang ikan (Fishbone analysis) secara umum dapat menganalisis
faktor-faktor pemicu terjadinya suatu akibat yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu manajemen, manusia, perawatan, mesin, metode, pengukuran, dan
material (Fauziah, 2009). Diagram sebab akibat adalah suatu pendekatan
terstruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisa lebih terperinci dalam
menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian dan kesenjangan
yang terjadi. Langkah-langkah penggunaan diagram Fishbone menurut Nasution
(2015) yaitu:
1. Menyepakati masalah dan menyatakan dalam bentuk pertanyaan masalah.
2. Mengidentifikasi penyebab-penyebab yang mungkin dari setiap kategori atau
faktor utama.
3. Menggambar diagram sebab-akibat, membentuk kepala sebagai masalah yang
terjadi, menetapkan penyebab-penyebab pada cabang utama membentuk
tulang ikan.
4. Menetapkan faktor penyebab utama, dengan menempatkan pada cabang
utama.
5. Menemukan akar penyebab, kemudian menulis pada cabang-cabang yang
sesuai dengan kategori utama (membentuk tulang-tulang kecil dari ikan).
6. Menginterpretasikan diagram sebab-akibat.
7. Menerapkan hasil analisis dengan menggunakan diagram sebab-akibat.

41
Ilustrasi diagram Fishbone dapat dilihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut:

Kategori Kategori Masalah Kategori Masalah


Masalah

Akibat
Kategori Masalah Kategori Masalah

Gambar 3.1 Ilustrasi Diagram Fishbone


(Sumber: Nasution, 2015)

3.5.2 Penentuan Urutan Prioritas Permasalahan dengan Analisis Pareto


Diagram Pareto dapat membantu semua bagian produksi untuk dapat
meningkatkan kualitas mutu dari kopi Robusta Jaran Goyang yang cukup baik,
mulai dari persiapan, proses, dan hasil yang baik. Marimin (2004) menyatakan
bahwa diagram Pareto dapat dipergunakan sebagai alat interpretasi untuk:
a. Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah-masalah atau
penyebab dari masalah yang ada.
b. Memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui pembuatan
ranking terhadap masalah-masalah atau penyebab dari masalah itu dalam
bentuk yang signifikan. Langkah-langkah pembuatan diagram Pareto akan
dijelaskan dalam beberapa langkah seperti di bawah ini:
1. Memutuskan masalah yang dianalisis dan penyebab-penyebabnya, serta
menentukan data yang diperlukan.
2. Menentukan periode waktu yang diperlukan untuk analisis (misalkan
perbulan, mingguan, atau perharian).
3. Membuat catatan frekuensi kejadian pada lembaran periksa (check sheet).
4. Membuat daftar masalah sesuai dengan urutan frekuensi kejadian (dari yang
tertinggi ke yang rendah).
5. Menghitung frekuensi kumulatif dan persentase kumulatif.

42
6. Menggambarkan frekuensi dalam bentuk grafik batang dan menggambarkan
kumulatif persentase dalam bentuk grafik garis.
7. Mengintrepresentasikan (menerjemahkan) diagram yang telah dibuat dan
mengambil tindakan berdasarkan prioritas kejadian atau permasalahan.
Contoh pengaplikasian pembuatan diagram Pareto dapat dilihat pada Tabel
3.1, 3.2 dan Gambar 3.3 sebagai berikut.
Tabel 3.1 Langkah 3 pembuatan diagram Pareto
Kategori Jumlah Persentase (%)
A 70 28
B 55 22
C 50 20
D 45 18
E 30 12
Total 250 100

Tabel 3.2 Langkah 4 dan 5 pembuatan diagram Pareto


Akumulasi Persentase Akumulasi
Kategori Jumlah
jumlah (%) persentase (%)
A 70 70 28 28
B 55 125 22 50
C 50 175 20 70
D 45 220 18 88
E 30 250 12 100
Total 250 100

Gambar 3.2 Langkah 6 ilustrasi Diagram Pareto

3.5.3 Desain Strategi Perbaikan Kinerja Mutu melalui AHP


Pengambilan keputusan strategi perbaikan kinerja mutu dapat dilakukan
dengan menggunakan analisis AHP karena dapat digambarkan secara grafis
sehingga mudah dipahami oleh semua pihak untuk pengambilan keputusan.
Persoalan yang akan diselesaikan, kemudian diuraikan menjadi unsur-unsurnya,

43
yaitu kriteria dan alternatif dan disusun menjadi struktur hierarki. Ide dasar prinsip
kerja AHP menurut Marimin dan Maghfiroh (2010) adalah:
1. Penyusunan hierarki. Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi
unsur-unsurnya yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi
struktur hierarki.
2. Penilaian kriteria dan alternatif. Kriteria dan alternatif dinilai melauli
perbandingan berpasangan. Berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala
terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat
kualitatif dari skala perbandingan dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Skala perbandingan kriteria dan alternatif
Nilai Keterangan
1 Kriteria/Alternatif A sama penting dengan kriteria/alternatif B
3 A sedikit lebih penting dari B
5 A jelas lebih penting dari B
7 A sangat jelas lebih penting dari B
9 Mutlak lebih penting dari B
2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
Sumber: Marimin dan Maghfiroh, 2010
3. Penentuan prioritas. Kriteria dan alternatif perlu dilakukan perbandingan
berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif
kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif.
4. Konsistensi logis. Semua elemen dikelompokkan secara logis dan
diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
Struktur hirarki AHP dapat terlihat pada Gambar 3.4 sebagai berikut:

44
Tujuan (Goal)

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4

Gambar 3.3 Ilustrasi Struktur Hierarki AHP


(Sumber: Marimin dan Maghfiroh, 2010)

3.6 Pengujian Keabsahan Data


Sugiyono (2017) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, temuan
atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang
dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang
diteliti. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas
(validasi internal), uji transferability (validasi eksternal), dependability
(reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas), namun yang paling utama adalah
uji kredibilitas data. Uji kredibilitas data dilakukan dengan cara:
a. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini,
difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh apakah setelah
kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Setelah kembali, dicek
kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan
pengamatan dapat diakhiri.

45
b. Peningkatan ketekunan
Peningkatan ketekunan dapat dilakukan dengan cara membaca berbagai
referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang
terkait dengan temuan yang diteliti. Wawasan peneliti akan semakin luas dan
tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa daya yang ditemukan itu
benar/dipercaya atau tidak.
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Terdapat 3
bentuk triangulasi sebagai berikut:
1) Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, seperti atasan, teman dan
bawahan. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan
suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (Member Check)
dengan tiga sumber tersebut.
2) Triangulasi teknik pengumpulan data untuk menguji kredibilitas data dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda,
seperti data diperoleh dengan cara wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi atau kuesioner.
3) Triangulasi waktu pengumpulan data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak
masalah, akan memberikan data yang lebih valid, sehingga lebih kredibel.
d. Diskusi dengan teman dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari
tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.
e. Analisis kasus negatif dengan cara peneliti mencari data yang berbeda atau
bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan, bila tidak ada lagi
data yang bertentangan dengan temuan berati data yang ditemukan sudah
dapat dipercaya.
f. Member Check, apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi
data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi
apabila data yang ditemukan oleh peneliti dengan berbagai penafsirannya

46
tidak disepakati oleh pemberi data maka peneliti perlu melakukan diskusi
dengan pemberi data.

3.7 Kerangka Pemikiran


Desa Kemiren kabupaten Banyuwangi

Kopi robusta Jaran Goyang

Penurunan kinerja mutu produk

Faktor penyebab permasalahan kinerja


mutu

Diagram sebab akibat atau Fishbone

Diagram Pareto

Analytical Hierarchy Process (AHP)

Prioritas alternatif strategi perbaikan kinerja mutu kopi robusta


Jaran Goyang

Gambar 3.4 Kerangka pemikiran penelitian

47
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

48

Anda mungkin juga menyukai