Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN MAGANG AKADEMIK

DI BALAI PENELITIAN TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI MALANG

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN

DIZA NURDIASARI
07.1.2.15.1896

SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MALANG


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2016

1 | Page
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG AKADEMIK
BALAI PENELITIAN TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI MALANG

DIZA NURDIASARI
07.1.2.15.1896

Malang, 31 Agustus 2016

Ketua Program Studi Pembimbing Ekstern

Dr. Tatang Suryadi, SP, MP Apri, S., SP., M.Si


NIP. 19690721 199303 1 001 NIP.19800415 200901 1 006

Mengetahui,

Wakil Ketua Bidang Akademik


Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang

Dr. Ir. Abdul Farid, MP


NIP.19610102 198603 1 026

2 | Page
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas
laporan kegiatan ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran
yang diridhoi Allah SWT.
Penulis membuat laporan ini adalah untuk memenuhi tugas magang
akademik yang diamanatkan oleh dosen. Dengan selesainya laporan kegiatan ini
tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-
masukan kepada penulis. Untuk itu saya selaku penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. STPP Malang yang telah memberikan kesempatan magang
2. Apri S, SP., M.Si selaku pembimbing magang di Balitkabi
3. Seluruh karyawan Balitkabi
4. Teman-teman Universitas Muhammadiyah Malang yang telah bekerja
sama selama magang akademik Balitkabi Malang
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak
kekurangan baik dalam cara penulisan maupun dalam isi. Mudah-mudahan
laporan ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan
umumnya bagi yang membaca laporan ini, untuk menambah pengetahuan
materi penyuluhan pertanian.

Malang, 31 Agustus 2016

Penulis

3 | Page
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................ii
PRAKATA............................................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL....................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1

1.2 Tujuan............................................................................................ 1

1.3 Manfaat........................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Balitkabi................................................................................ 2

2.2 Kedelai........................................................................................ 10

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Kedelai.......................................13

2.4 Hama dan Penyakit........................................................................14

2.5 Panen dan Pasca Panen...............................................................18

BAB III METODE PELAKSANAAN


3.1 Lokasi dan Waktu..........................................................................21

3.2 Metode Magang.............................................................................21

3.3 Jadwal Kegiatan............................................................................22

BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG


4.1 Kegiatan Magang..........................................................................24

4.2 Materi Magang..............................................................................25

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................... 35

5.2 Saran............................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA................................................................................36

4 | Page
DAFTAR TABEL

1. Struktur Organisasi...4
2. Pendidikan Pegawai Balitkabi...........5
3. Jabatan Fungsional...6
4. Kebun Percobaan.................8
5. Jadwal Kegiatan....22
6. Jenis Hama..28
7. Lingkungan..33
8. Macam-macam ZPT34

DAFTAR GAMBAR

5 | Page
1. Dokumentasi Balitkabi.37

6 | Page
DAFTAR LAMPIRAN

1. Dokumentasi Kegiatan.............39
2. Scan Sertifikat..41

7 | Page
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan memiliki peran yang
sangat besar dalam upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM)
dan peningkatan daya saing bangsa. Agar peran yang strategis dan besar
tersebut dapat dijalankan dengan baik maka lulusan perguruan tinggi
haruslah memiliki kualitas yang unggul. Dalam masa ini seorang
mahasiswa bukan hanya dituntut berkompeten dalam bidang kajian
ilmunya tetapi juga dituntut untuk memiliki kompetensi yang bagus seperti
mandiri, mampu berkomunikasi memiliki jejaring yang luas, mampu
mengambil keputusan, peka terhadap perubahan dan perkembangan
yang terjadi di dunia luar. Fakta yang terjadi menunjukkan bahwa
mahasiswa dengan kualifikasi tersebut sulit ditemukan untuk hal tersebut
maka dibutuhkan sebuah program praktik yaitu magang sebagai sarana
pembelajaran bagi mahasiswa untuk memperoleh berbagai kompetensi
dan tindakan nyata dalam menerapkan teori yang diberikan.

1.2 Tujuan
1. Menerapkan pengetahuan teoritis ke dalam dunia praktik sehingga
mampu menumbuhkan pengetahuan kerja sesuai dengan latar
belakang bidang ilmu mahasiswa.
2. Melatih kemampuan mahasiswa untuk menjadi pribadi yang mandiri ,
mampu bersikap, memecahkan masalah dan mengambil keputusan
dalam bekerja.
3. Menumbuhkan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang lain di
dalam dunia kerja.

1.3 Manfaat
Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang luas tentang
pengelolaan pasca panen tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill) di
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi kota Malang, Jawa
Timur, serta meningkatkan kemampuan berpikir secara komprehensif dari
berbagai sudut pandang keilmuan khususnya yang berkaitan dengan
pengelolaan pasca panen dan budidaya kedelai.

1 | Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Balitkabi


1.1.1 Sejarah BALITKABI

Sejarah BALITKABI (Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan


Umbi) berawal dari keberadaan enam kebun percobaan (KP) di wilayah
Jawa Timur yang telah berdiri sejak zaman Belanda, yakni KP Kendalpayak
dan KP Jambegede (Malang), KP Muneng (Probolinggo), KP Genteng
(Banyuwangi), KP Mojosari (Mojokerto) dan KP Ngale (Ngawi). Pada tahun
1968 keenam KP tersebut diintegrasikan dan menjadi bagian dari Lembaga
Pusat Penelitian Pertanian (LP3) yang berpusat di Bogor dengan nama LP3
Perwakilan Jawa Timur dan berkedudukan di Malang. Mandat utama yang
diemban adalah penelitian padi dan palawija untuk wilayah Jawa Timur dan
Indonesia Bagian Timur.

Tahun 1974 seluruh lembaga penelitian pertanian bernaung di bawah


Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, maka lembaga ini pun turut
bergabung. Tahun 1980, LP3 yang berpusat di Bogor berganti nama menjadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan),
sehingga LP3 perwakilan Jawa Timur juga berganti nama menjadi Balai
Penelitian Tanaman Pangan (Balittan) Malang. Awal tahun 1995, dengan SK
Mentan No.789/Kpts/OT.210/12/94, Balittan Malang resmi menjadi balai
penelitian yang mengemban mandat nasional untuk penelitian kacang-
kacangan dan umbi-umbian dengan nama Balai Penelitian Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi, disingkat Balitkabi. Berdasarkan SK tersebut pula, kebun
percobaan Mojosari yang ada di Mojokerto dilepas dari Balitkabi dan
bergabung dengan BPTP Jawa Timur, sehingga sampai dengan sekarang
Balitkabi memiliki lima kebun percobaan.

1.1.2 Tugas dan Fungsi BALITKABI


Berdasarkan Permentan Nomor: 23/Permentan/OT.140/3/2013
maka tugas pokok Balitkabi adalah Melaksanakan penelitian tanaman
aneka kacang dan umbi. Sedangkan fungsi Balitkabi antara lain :

2 | Page
1. Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi,
dan laporan penelitian tanaman aneka kacang dan umbi

2. Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan dan


pemanfaatan plasma nutfah tanaman aneka kacang dan umbi

3. Pelaksanaan penelitian morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi dan


fitopatologi tanaman aneka kacang dan umbi

4. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis


tanaman aneka kacang dan umbi

5. Pelaksanaan penelitian penanganan hasil tanaman aneka kacang dan


umbi

6. Pemberian pelayanan teknis penelitian tanarnan aneka kacang dan umbi

7. Penyiapan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan


dan pendayagunaan hasil penelitian tanarnan aneka kacang dan umbi

8. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan


perlengkapan Balitkabi

1.1.3 Program Penelitian


1. Mendukung Visi dan Misi Presiden RI maka program penelitian Balitkabi
periode tahun 2015-2019 diarahkan pada program penciptaan teknologi
dan inovasi pertanian bio-industri berkelanjutan.

2. Program penciptaan teknologi dan Inovasi pertanian bio-industri


berkelanjutan diimplementasikan dalam bentuk kegiatan penelitian
peningkatan potensi komoditas secara integratif mencakup: peningkatan
potensi genetik, teknik produksi, pasca-panen primer dan analisis
komoditas untuk agroekosistem target.

1.1.4 Visi dan Misi


Mendukung visi dan misi pemerintah Republik Indonesia yakni
menjadi lembaga rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sumber

3 | Page
inovasi teknologi tanaman aneka kacang dan ubi yang bermanfaat sesuai
kebutuhan pengguna.
1. Menghasilkan dan menyediakan iptek tinggi, strategis, dan unggul
tanaman aneka kacang dan ubi sesuai kebutuhan pengguna.
2. Melaksanakan diseminasi inovasi teknologi secara cepat dan efektif
kepada pengguna.
3. Mengembangkan kerjasama nasional dan internasional dalam rangka
peningkatan profesionalisme dalam penguasaan iptek, serta peran
Balitkabi dalam pengembangan teknologi dan pembangunan pertanian.
4. Memperbaiki sumberdaya penelitian guna meningkatkan kapasitas Balai
agar semakin profesional dalam melakukan penelitian, serta
meningkatkan kemampuannya dalam menghasilkan dan mendiseminasi
inovasi teknologi.
5. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya untuk penelitian dan
pengembangan, serta mendorong keterkaitan fungsional antar pemangku
kepentingan dan pengguna teknologi.

1.1.5 Struktur Organisasi


Tabel 1.
Struktur Organisasi Balitkabi

Kepalai Balai : Dr. Ir. Didik Harnowo, M.S.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha : Wisnu Unjoyo, S.P.

Kepala Seksi Pelayanan Teknik : Dr. Yusmani Prayogo, M.Si.

Kepala Seksi Jasa Penelitian : Ir. Arif Musaddad

Tim Program

Koordinator : Dr. Gatut Wahyu Anggoro

Sekretaris : Dr. Yusmani Prayogo, M.Si.

Anggota : - Ir. Arif Musaddad

- Wisnu Unjoyo, S.P.

- Prof. Dr. Marwoto

- Ir. Trustinah, M.P.

- Prof. Dr. Astanto Kasno

4 | Page
- Prof. Dr. Nasir Saleh

- Ir. Abdullah Taufiq, M.P.

Kelompok Peneliti (Kelti)

Ketua Kelti Plasma Nutfah Pemuliaan : Dr. Rudi Iswanto

Ketua Kelti Ekofisiologi : Dr. Andy Wijanarko

Ketua Kelti Hama Penyakit Tanaman : Ir. Sri Wahyuni Indiati, M.S.

Koordinator Kebun Percobaan Balitkabi

KP Kendalpayak (Malang) : Cipto Prahoro, S.P.

KP Jambegede (Malang) : Ir. Margono Rahmad, M.S.

KP Muneng (Probolinggo) : Suyamto, S.P.

KP Genteng (Banyuwangi) : Sumarno, S.P.

KP Ngale (Ngawi) : Slamet Ariadi, S.P.

1.1.6 Sumber Daya Alam


Balitkabi didukung karyawan sejumlah 226 orang terdiri dari 23
orang doktor, 31 orang master, 57 orang sarjana, 8 orang diploma, 65
orang SLTA, 18 orang SLTP dan orang 19 SD. Termasuk didalamnya
terdapat tenaga peneliti fungsional, yaitu 6 profesor riset, 20 orang
peneliti utama, 16 orang peneliti madya, 12 peneliti muda, 8 rang peneliti
pertama dan 18 orang non kelas. Selain tenaga fungsional peneliti juga
terdapat tenaga fungsional non peneliti yaitu 5 orang teknisi litkayasa dan
2 orang pustakawan.
Tabel 2.
Pendidikan, dan golongan pegawai Balitkabi tahun 2015

Pendidikan Golongan IV Golongan III Golongan II Golongan I Total

S3 15 3 - - 18

S2 19 12 - - 31

S1 1 58 - - 59

SM/D3 - 5 2 - 7

D2 - 1 - - 1

5 | Page
D1 - - - -

SLTA - 24 43 1 68

<SLTA - - 10 32 42

Total 35 103 55 33 226

1.1.7 SDM Peneliti

SDM fungsional Balitkabi terdiri dari Fungsional Peneliti, Teknisi


Litkayasa, Pustakawan, dan SDM non kelas. SDM peneliti Balitkabi pada
bulan September tahun 2013 tercatat sebanyak 69 orang peneliti dengan
status pendidikan S3 (23 orang), S2 (31 orang) dan S1 (20 orang).

Tabel 3.

Jabatan Fungsional dan Pendidikan Pegawai Balitkabi

Peneliti Teknisi/Pustakawan Total


Fungsional
S3 S2 S1 SM D3 SLTA

Peneliti Utama 10 6 - - - - 16

Peneliti Madya 6 12 1 - - - 19

Peneliti Muda 2 6 2 - - - 10

Peneliti Pertama - 3 2 - - - 5

Peneliti Non Klas - 4 15 - - - 19

Pustakawan Muda - - 1 - - - 1

Pustakawan Non Klas - - - 1 - 1

Tek. Lit Penyelia - - 1 - - - 1

Tek. Lit Pelaksana LA - - 2 - 1 - 3

Tek. Lit Non Klas - - 13 1 - 20 34

Jumlah 18 31 37 1 2 20 109

6 | Page
1.1.8 Fasilitas dan Pelayanan
Keberadaan laboratorium sangat penting dan strategis dalam
rangka meningkatkan dan menunjang kegiatan penelitian baik untuk
mendukung penelitian lapang maupun untuk penelitian skala
Laboratorium. Laboratorium harus mampu memberikan jaminan mutu
terhadap hasil-hasil penelitian dan pengembangannya, serta
mendapatkan pengakuan secara nasional dan internasional melalui
proses akreditasi/sertifikasi.
Jaminan mutu dan pengakuan akreditasi/sertifikasi tersebut hanya
dapat dicapai apabila laboratorium dapat menerapkan Good Laboratory
Practices (GLP) dan Quality Management System (QMS) dalam
melaksanakan semua kegiatannya. GLP dan QMS tersebut dapat
dilaksanakan melalui implementasi sistem akreditasi/sertifikasi dengan
dasar acuan ISO/IEC 17025:2005 (GLP) dan ISO 9001: 2008 (QMS).
Balitkabi memiliki 7 laboratorium dan didukung oleh tenaga Lab yang
handal, yaitu:
1. Laboratorium Tanah dan Tanaman

2. Laboratorium Kimia Pangan

3. Laboratorium Pemuliaan

4. Laboratorium Agronomi

5. Laboratorium Entomologi

6. Laboratorium Fitopatologi

7. Laboratorium Biopestisida

Tiga laboratorium yang dimiliki Balitkabi telah terakreditasi KAN (LP-


518-IDN, 25 Mei 2011), yaitu Laboratorium Tanah dan Tanaman,
Laboratorium Kimia Pangan dan Laboratorium Pemuliaan. Peran yang
sangat strategis laboratorium dapat mendukung kegiatan penelitian untuk
menghasilkan inovasi teknologi tinggi sistem produksi & agroindustri aneka
kacang dan umbi.

7 | Page
1.1.9 Kebun Percobaan
Kebun Percobaan (KP) mempunyai peran penting dalam
penyelenggaraan kegiatan penelitian. Kebun Percobaan dapat digunakan
sebagai tempat untuk konservasi plasma nutfah dan sebagai bank
sumber daya genetic (SDG). Penyediaan materi genetik menunjang
kegiatan penelitian pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul baru
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Selain itu kebun percobaan juga
dapat digunakan untuk perbanyakan kegiatan UPBS.

8 | Page
Tabel 4.

Kebun Percobaan Kendalpayak (Malang)


Kepala Kebun : Cipto Prahoro, S.P.
Lokasi : Kendalpayak, Pakisaji Malang
Luas Lahan : 28,6 ha
Luas bangunan : 1124 m2
Tipe iklim : C2
Jenis tanah : Entisol Berat
Kebun Percobaan Jambegede (Malang)
Kepala kebun : Ir. Margono Rahmad, M.S.
Lokasi : Desa Kemiri, Kepanjen, Malang
Luas lahan : 11 ha
Luas bangunan : 651 m2
Tipe iklim : C3
Jenis tanah : Asosiasi Alfisol dan Inceptisol
Kebun Percobaan Muneng (Probolinggo)
Kepala kebun : Ir. Suyamto
Lokasi : Muneng Kidul, Sumberasih, Probolinggo
Luas lahan : 28,6 ha
Luas bangunan : 1257 m2
Tipe iklim : E1
Jenis tanah : Alfisol
Kebun Percobaan Ngale (Ngawi)
Kepala kebun : Slamet Ariadi, S.P.
Lokasi : Desa Ngale, Paron, Ngawi
Luas lahan : 48 ha
Luas bangunan : 770 m2
Tipe iklim : C3
Jenis tanah : Vertisol
Kebun Percobaan Genteng (Banyuwangi)
Kepala kebun : Sumarno, SP
Lokasi : Jl. Gambiran, Genteng, Bayuwangi
Luas lahan : 31 ha
Luas bangunan : 1074 m2
Tipe iklim : C2
Jenis tanah : Entisol ringan

2.1.10 Perpustakaan

9 | Page
Perpustakaan Balitkabi saat ini memiliki koleksi sebanyak 3.484
buku, artikel aneka tanaman kacang dan umbi sebanyak 13.903 judul,
dan jurnal 360 jenis. Selain itu perpustakaan Balitkabi memiliki bibliografi
tahunan, seperti prosiding hasil penelitian tanaman aneka kacang dan
umbi dan abstrak hasil penelitian tanaman aneka tanaman kacang dan
umbi. Ruangan ber AC yang cukup nyaman sangat mendukung bagi
para peneliti untuk mendapatkan referensi dengan koleksi buku dan
jurnal bidang pertanian yang cukup banyak. Perpustakaan Balitkabi
menyediakan tiga personal komputer untuk umum yang sudah
terkoneksi dengan internet atau WIFI yang dapat digunakan untuk
menelusuran referensi. Perpustakaan Balitkabi juga terbuka untuk
umum baik petani pelajar, mahasiswa, dan penyuluh yang berkeinginan
mendapatkan informasi berkaitan dengan hasil penelitian aneka kacang
dan umbi. Mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi informasi,
perpustakaan Balitkabi juga mengembangkan perpustakaan digital,
namun hingga kini pemanfaatannya masih belum maksimal.
Koleksi perpustakaan dihimpun sejak era Lembaga Pusat
Penelitian Pertanian Perwakilan Jawa Timur di Malang (1977),
BALITTAN Malang, hingga era BALITKABI. Pengadaan bahan pustaka
dilakukan melalui pembelian, hibah/hadiah, dan pertukaran publikasi.
Untuk memudahkan penelusuran informasi, Perpustakaan
Balitkabi menyediakan 3 (tiga) pangkalan data, yaitu :
Pangkalan data Buku, memuat informasi bahan pustaka yang berupa
buku (textbook), monograf, prosiding, skripsi, tesis, dan disertasi yang
dimiliki oleh perpustakaan.
Pangkalan data Majalah, memuat informasi mengenai judul
majalah/jurnal, volume, nomor majalah yang dimiliki perpustakaan.
Pangkalan data Hasil Penelitian, memuat informasi artikel bidang
tanaman pangan, khususnya tanaman kacang-kacangan dan umbi-
umbian yang diterbitkan pada majalah ilmiah/jurnal, monograf, dan
prosiding (seminar, lokakarya, kongres).
Di samping melayani kalangan dalam (intern), perpustakaan juga
melayani masyarakat umum (publik) terutama mahasiswa. Sistem
layanan yang diterapkan adalah sistem terbuka (Open Access) dengan
pertimbangan pemakai akan lebih leluasa dalam mendayagunakan
informasi yang tersedia di perpustakaan.

10 | P a g e
Layanan perpustakaan dilakukan jam dinas, yaitu hari Senin s.d.
Kamis, pukul 8.30 - 15.30, istirahat pukul 12.00 - 13.00, sedangkan untuk
hari Jum'at, pukul 8.30 s/d. 15.30, istirahat pukul 11.30 - 12.30. Pada
dasarnya semua koleksi perpustakaan hanya dapat dipinjam oleh
anggota (intern balai), sedangkan anggota luar (ekstern) tidak
diperkenankan untuk pinjam koleksi (hanya boleh fotokopi). Pinjam antar
perpustakaan diberlakukan untuk perpustakaan lingkup Kementan
wilayah Malang Raya.

2.1.11 Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS)


Dukungan kegiatan penelitian yang tidak kalah penting adalah
tersedianya benih atau bibit yang berkualitas tinggi dengan mutu terjamin.
UPBS sebagai basis pengelola dan penyedia benih berkualitas terus
memacu produksi dalam pengelolaan benih sumber. Pada lima tahun
terakhir, permintaan terhadap benih aneka kacang dan umbi terus
mengalami peningkatan ditengarai dengan peningkatan distribusi benih.
Untuk mengakomodasi laju permintaan benih yang terus membanjir maka
UPBS Balitkabi berupaya untuk meningkatkan kapasitas produksi dan
tahun ke tahun tentu tidak lepas dari dukungan anggaran yang
dialokasikan ke UPBS. Dibawah komando Dr. Didik Harnowo sebagai
direktur dan Dr. M.Muchlish Adie, MS sebagai wakil direktur UPBS dipacu
untuk meningkatkan kapasitas produksi.
2.2 Kedelai
Kedelai merupakan salah satu tanaman C3 yang berarti tidak
banyak membutuhkan sinar matahari yang cukup dalam setiap
pertumbuhan tanaman tersebut dan peka terhadap pencahayaan.
Tanaman C3 merupakan tanaman yang memerlukan intensitas cahaya
matahari yang lebih rendah sehingga tanaman ini dapat membentuk
rantai carbon sebanyak 3 buah dalam menambat carbon dioksida (CO2)
dalam melangsungkan fotosintesis (Salisburi dan Ross, 1995). Untuk
tanaman kedelai tidak perlu diadakan naungan karena salah satu
tanaman C3 sehingga tanaman kedelai lebih efektif pada suhu antara 23-
270 C dan ketinggian antara 0,5-500 m dari permukaan laut. Tanaman
kedelai termasuk tanaman dikotil yang berarti memiliki kayu pada bagian
batangnya dan termasuk dalam famili polog-polongan.

11 | P a g e
Dalam ilmu tumbuhan, tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai
berikut.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Family : Leguminoseae
Genus : Glycine
Spessies : Glycine max. L
Kedelai yang tergolong genus Glycine mempunyai banyak spesies
yang merupakan susunan genom diploid (2n) dengan 20 pasang
kromosom antara lain spesies Glycine clandestina, Glycine falcata,
Glycine tabacina (Suhaeni. 2008). Morfologi Tanaman Kacang Kedelai
(Glycine max L. )
Akar
Salah satu kekhasan dari sistem perakaran tanaman kedelai
adalah adanya interaksi simbiosis antara bakteri nodul akar (Rhizobium
japanicum) dengan akar tanaman kedelai yang menyebabkan
terbentuknya bintil akar. Bintil akar sangat berperan dalam proses fiksasi
Nitrogen yang sangat dibutuhkan tanaman kedelai untuk kelanjutan
pertumbuhannya (Sarwanto. 2008).
Batang
Batang tanaman kedelai tidak berkayu, berbatang jenis perdu
(semak), berambut atau berbulu dengan struktur bulu yang beragam,
berbentuk bulat, bewarna hijau, dan panjangnya bervariasi antara 30-100
cm. Batang tanaman kedelai dapat membentuk cabang 3-6 cabang.
Percabangan mulai terbentuk atau tumbuh ketika tinggi tanaman sudah
mencapai 20 cm. Banyaknya jumlah cabang setiap tanaman bergantung
pada varietas dan kepadatan populasi tanaman. Jika kepadatan tanaman
rapat, maka cabang yang tumbuh berkurang atau bahkan tidak tumbuh
cabang sama sekali (Cahyono. 2007).
Daun
Jarak daun kedelai selang-seling, memiliki 3 buah daun
(triofoliate), jarang memiliki 5 lembar daun, petiola berbentuk panjang
menyempit dan slinder stipulanya terbentuk panjang menyempit dan
slinder, stipulanya terbentuk lanseotlat kecil, dan stipel kecil lembaran

12 | P a g e
daun berbentuk oval menyirip, biasanya palea bewarna hijau dan pangkal
berbentuk bulat. Ujung daun biasanya tajam atau tumpul, lembaran daun
samping sering agak miring, dan sebagian besar kultivar menjatuhkan
daunnya ketika buah polong mulai matang (Septiatin. 2008).
Bunga
Bunga kedelai disebut bunga kupu-kupu dan merupakan bunga
sempurna. Bunga kedelai memiliki 5 helai daun mahkota, 1 helai bendera,
2 helai sayap, dan 2 helai tunas. Benang sarinya ada 10 buah, 9 buah
diantaranya bersatu pada bagian pangkal membentuk seludang yang
mengelilingi putik. Benang sari kesepuluh terpisah pada bagian
pangkalnya, seolah-olah penutup seludang. Bunga tumbuh diketiak
daun membentuk rangkaian bunga terdiri atas 3 sampai 15 buah bunga
pada tiap tangkainya (Suhaeni. 2008).
Buah
Buah kedelai disebut buah polong seperti buah kacang-kacangan
lainnya. Setelah tua, warna polong ada yang cokelat, cokelat tua, cokelat
muda, kuning jerami, cokelat kekuning-kuningan, cokelat keputihan-
putihan, dan putih kehitam-hitaman. Jumlah biji setiap polong antara 1
sampai 5 buah. Permukaan ada yang berbulu rapat, ada yang berbulu
agak jarang. Setelah polong masak, sifatnya ada yang mudah pecah, ada
yang tidak mudah pecah,tergantung varietasnya (Darman. 2008).
Biji
Biji kedelai memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang beragam,
bergantung pada varietasnya. Bentuknya ada yang bulat lonjong, bulat,
dan bulat agak pipih. Warnanya ada yang putih, krem, kuning, hijau,
cokelat, hitam, dan sebagainya. Warna-warna tersebut adalah warna dari
kulit bijinya. Ukuran biji ada yang berukuran kecil, sedang, dan besar.
Namun, di luar negeri, misalnya di Amerika dan Jepang biji yang memiliki
bobot 25 g/100 biji dikategorikan berukuran besar (Prabowo. 2013).

Kacang kedelai kaya akan mineral seperti kalsium, magnesium,


zat besi, kalium, fosfor, selenium dan seng. Kalsium adalah mineral yang
sangat penting karena dapat membantu meningkatkan kepadatan tulang,
kekuatan tulang dan juga dapat mencegah osteoporosis. Ada berbagai
macam makanan yang mengandung kalsium, tetapi kacang kedelai

13 | P a g e
mengandung lebih sedikit methione dibanding dengan makanan lain.
Methione adalah sejenis asam amino yang dapat memperbaiki jaringan
(Budi. 2011).
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Kedelai
Iklim
Kedelai sebagian besar tumbuh didaerah yang beriklim tropis dan
subtropis. Kedelai dapat tumbuh baik ditempat yang berhawa panas,
ditempat tempat yang terbuka dan bercurah hujan 100 400 mm per
bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil yang optimal, tanaman
kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan (Septiatin.
2008).

Ketinggian Tempat
Kedelai cocok ditanam didaerah dengan ketinggian 100 500
meter di atas permukaan laut. Lazimnya, kedelai ditanam pada musim
kemarau, yakni setelah panen padi pada musim hujan. Pada saat itu,
kelembapan tanah masih bisa dipertahankan. Kedelai memerlukan
pengairan yang cukup, tetapi volume air yang terlalu banyak tidak
menguntungkan bagi kedelai, karena akarnya bisa membusuk. Tanaman
kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian 0,5-300 m dpl.
Sedangkan varietas kedelai berbiji besar cocok ditanam dilahan dengan
ketinggian 300-500 m dpl (Suhaeni. 2007). Kacang kedelai dengan
ukuran kecil sangat baik ditanam dilahan pada ketinggian 0,5 sampai 300
meter diatas permukaan laut. Sementara itu, kacang kedelai dengan
ukuran biji lebih besar jauh lebih baik ditanam diketinggian mulai dari 300
sampai 500 meter diatas permukaan laut (Prabowo. 2011).
Curah Hujan
Selama pertumbuhan tanaman, kebutuhan air untuk tanaman
kedelai sekitar 350 550 mm. Kekurangan atau kelebihan air akan
berpengaruh terhadap produksi kedelai. Untuk mengurangi pengaruh
terhadap produksi kedelai. Oleh karena itu, untuk mengurangi pengaruh
negatif dari kelebihan air, dianjurkan untuk membuat saluran drainase
sehingga jumlah air lebih dapat diatur dan dapat terbagi secara merata.
Ketersediaan air tersebut bisa berasal dari saluran irigasi atau dari curah
hujan yang turun. Tumbuhan kedelai yang memerlukan curahan air yang
banyak atau kelembapan tanah yang cukup tinggi (Sarwanto, A. 2008).

14 | P a g e
15 | P a g e
Temperatur
Temperatur yang dibutuhkan tanaman kedelai sangat sesuai untuk
pertumbuhan tanaman kedelai berkisar antara 25C - 28C. Akan tetapi,
tanaman kedelai masih bisa tumbuh baik dan produksinya masih tinggi
pada suhu udara diatas, dan tanaman masih toleran pada suhu 35C
hingga 38C (Cahyono, B. 2007).
Intensitas Matahari
Meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan.
Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan
menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih
cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna
pucat ( tidak hijau ). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya
cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap. Cahaya matahari
merupakan sumber energi yang diperlukan tanaman untuk proses
fotosintesis. Fotosintesis tanaman dapat berjalan dengan baik apa bila
tanaman mendapat kan penyinaran cahaya matahari yang cukup. Bibit
kedelai dapat tumbuh dengan baik, cepat dan sehat, pada cuaca yang
hangat dimana cahaya matahari terang dan penuh.
Tanah
Untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang
optimal kedelai harus di tanam pada jenis tanah yang bersetruktur
lempung berpasir atau liat berpasir Hal ini tidak hanya terkait dengan
ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan, tetapi juga terkait
dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain (Septiatin, A. 2008).
2.4 Hama dan Penyakit
Hama
a) Aphis SPP (Aphis Glycine)
Kutu dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada yang bersayap
dan tidak. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik
Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan
bunga
dan polong.
Gejala : layu, pertumbuhannya terhambat.
Pengendalian:

16 | P a g e
(1) menanam kedelai pada waktunya, mengolah tanah dengan baik,
bersih, memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman inang seperti:
terung-terungan, kapas-kapasan atau kacangkacangan;
(2) membuang bagian tanaman yang terserang hama dan membakarnya;
(3)menggunakan musuh alami (predator maupun parasit);
(4) penyemprotan insektisida dilakukan pada permukaan daun bagian
atas
dan bawah.
b) Melano Agromyza Phaseoli, kecil sekali (1,5 mm)
Lalat bertelur pada leher akar, larva masuk ke dalam batang memakan isi
batang, kemudian menjadi lalat dan bertelur. Lebih berbahaya bagi
kedelai yang ditanam di ladang.
Pengendalian:
(1) waktu tanam pada saat tanah masih lembab dan subur (tidak pada
bulan-bulan kering);
(2) penyemprotan Agrothion 50 EC, Azodrin 15 WSC, Sumithoin 50 EC,
Surecide 25 EC
c) Kumbang daun tembukur (Phaedonia Inclusa)
Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun.
Gejala: larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong muda,
bahkan seluruh tanaman.
Pengendalian: penyemprotan Agrothion 50 EC, Basudin 50 EC, Diazinon
60 EC, dan Agrothion 50 EC.
d) Cantalan (Epilachana Soyae)
Kumbang berwarna merah dan larvanya yang berbulu duri, pemakan
daun dan merusak bunga. Pengendalian: sama dengan terhadap
kumbang daun tembukur.
e) Ulat polong (Etiela Zinchenella)
Ulat yang berasal dari kupu-kupu ini bertelur di bawah daun buah, setelah
menetas, ulat masuk ke dalam buah sampai besar, memakan buah muda.
Gejala: pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong
bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau
dan kotorannya.
Pengendalian:

17 | P a g e
(1) kedelai ditanam tepat pada waktunya (setelah panen padi), sebelum
ulat berkembang biak;
(2) penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15 hari sebelum panen.
f) Kepala polong (Riptortis Lincearis)
Gejala: polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.
Pengendalian: penyemprotan Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC.
g) Lalat kacang (Ophiomyia Phaseoli)
Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh. Pengendalian: Saat benih
ditanam, tanah diberi Furadan 36, kemudian setelah benih ditanam, tanah
ditutup dengan jerami. Satu minggu setelah benih menjadi kecambah
dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan
dosis 2 cc/liter air, volume larutan 1000 liter/ha. Penyemprotan diulangi
pada waktu kedelai berumur 1 bulan.
h) Kepik hijau (Nezara Viridula)
Panjang 16 mm, telur di bawah permukaan daun, berkelompok. Setelah 6
hari telur menetas menjadi nimfa (kepik muda), yang berwarna hitam
bintik putih. Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke
polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga
dewasa antara 1 sampai 6 bulan.
Gejala: polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau
kulit
polong berbintik coklat.
Pengendalian: Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC, Fomodol 50 EC.
i) Ulat grayak (Prodenia Litura)
Serangan: mendadak dan dalam jumlah besar, bermula dari kupu-kupu
berwarna keabu-abuan, panjang 2 cm dan sayapnya 3-5 cm, bertelur di
permukaan daun. Tiap kelompok telur terdiri dari 350 butir.
Gejala: kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun,
dan berpencar mencari rumpun lain.
Pengendalian: (1) dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada
sore/malam hari (saat ulat menyerang tanaman) beberapa insektisida
yang efektif seperti Dursban 20 EC, Azodrin 15 WSC dan Basudin 50 EC.
Penyakit
a) Penyakit layu lakteri (Pseudomonas solanacearum)
Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada saat
tanaman berumur 2-3 minggu. Penularan melalui tanah dan irigasi.

18 | P a g e
Gejala: layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam
rapat.
Pengendalian: (1) biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan
layu dan kebersihan sekitar tanaman dijaga, pergiliran tanaman dilakukan
dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang penyakit
tersebut. Pemberantasan: belum ada.
c) Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii)
Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab,
dan tanaman berjarak tanam pendek.
Gejala: daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui
tanah dan irigasi.
Pengendalian:
(1) varietas yang ditanam sebaiknya yang tahan terhadap penyakit layu;
(2) menyemprotkan Dithane M 45, dengan dosis 2 gram/liter air.
d) Penyakit lapu (Witches Broom: Virus)
Penyakit ini menyerang polong menjelang berisi. Penularan melalui
singgungan tanam karena jarak tanam terlalu dekat.
Gejala: bunga, buah dan daun mengecil.
Pengendalian: menyemprotkan Tetracycline atau Tokuthion 500 EC.
e) Penyakit anthracnose (Cendawan Colletotrichum Glycine Mori)
Penyakit ini menyerang daun dan polong yang telah tua. Penularan
dengan perantaraan biji-biji yang telah kena penyakit, lebih parah jika
cuaca cukup lembab.
Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang
paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi kosong
dan isi polong tua menjadi kerdil.
Pengendalian:
(1) perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat;
(2) penyemprotan Antracol 70 WP, Dithane M 45, Copper Sandoz.
f) Penyaklit karat (Cendawan phakospora Phachyrizi)
Penyakit ini menyerang daun. Penularan dengan perantaraan angin yang
menerbangkan dan menyebarkan spora.
Gejala: daun tampak bercak dan bintik coklat.
Pengendalian:
(1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit;

19 | P a g e
(2) menyemprotkan Dithane M 45.
g) Penyakit bercak daun bakteri (Xanthomonas phaseoli).
Penyakit ini menyerang daun.
Gejala: permukaan daun bercak-bercak menembus ke bawah.
Pengendalian: menyemprotkan Dithane M 45.
h) Penyakit busuk batang (Cendawan Phytium Sp)
Penyakit ini menyerang batang. Penularan melalui tanah dan irigasi.
Gejala: batang menguning kecokllat-coklatan dan basah, kemudian
membusuk dan mati.
Pengendalian: (1) memperbaiki drainase lahan; (2) menyemprotkan
Dithane M 45.
i) Virus mosaik (virus)
Penyakit ini menyerang Yang diserang daun dan tunas. Penularan vektor
penyebar virus ini adalah Aphis Glycine (sejenis kutu daun).
Gejala: perkembangan dan pertumbuhan lambat, tanaman menjadi kerdil.
Pengendalian:
(1) penanaman varietas yang tahan terhadap virus; (2) menyemprotkan
Tokuthion 500 EC.
2.5 Panen dan Pasca Panen
2.5.1 Ciri dan Umur Panen
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning,
tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai
berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau
polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan
gundul. Panen yang terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang
sudah tua dan kering, sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan
biji lepas berhamburan. Disamping itu, buah akan gugur akibat tangkai
buah mengering dan lepas dari cabangnya. Perlu diperhatikan umur
kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari, tergantung pada
varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai yang akan
digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari,
sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar
kemasakan biji betulbetul sempurna dan merata.
2.5.2 Cara Panen

20 | P a g e
Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya
segera dapat dijemur.
a) Pemungutan dengan cara mencabut.
Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih
dulu. Pada tanah ringan dan berpasir, proses pencabutan akan lebih
mudah. Cara pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang
poko, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang
berbuah. Pencabutan harus dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai
yang sudah tua mudah sekali rontok bila tersentuh tangan.
b) Pemungutan dengan cara memotong
Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup
tajam, sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di
samping itu dengan alat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan
dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa
ditekan. Pemungutan dengan cara memotong bisa meningkatkan
kesuburan tanah, karena akar dengan bintilbintilnya yang menyimpan
banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam tanah.
Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara mencabut sukar
dilakukan, maka dengan memotong akan lebih cepat.
2.5.3 Pengumpulan dan Pengeringan
Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera
dijemur. Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman
bambu, atau di lantai semen selama 3 hari. Sesudah kering sempurna
dan merata, polong kedelai akan mudah pecah sehingga bijinya mudah
dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna, pada saat penjemuran
hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali. Pembalikan juga
menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan
banyak biji lepas dari polongnya. Sedangkan biji-biji masih terbungkus
polong dengan mudah bisa dikeluarkan dari polong, asalkan polong
sudah cukup kering. Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih,
dijemur secara terpisah. Biji tersebut sebenarnya telah dipilih dari
tanaman-tanaman yang sehat dan dipanen tersendiri, kemudian dijemur
sampai betul-betul kering dengan kadar air 10-15 %. Penjemuran benih
sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dari pukul 10.00 hingga 12.00 siang.
2.5.4 Penyortiran dan Penggolongan

21 | P a g e
Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan.
Diantaranya dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai
secara langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukul-
pukul dimasukkan ke dalam karung, atau dirontokkan dengan alat
pemotong padi. Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan. Biji yang
terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji
yang luka dan keriput dipisahkan. Biji yang bersih ini selanjutnya dijemur
kembali sampai kadar airnya 9-11 %. Biji yang sudah kering lalu
dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan. Sebagai
perkiraan dari batang dan daun basah hasil panen akan diperoleh biji
kedelai sekitar 18,2 %.
2.5.5 Penyimpanan dan pengemasan
Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu
cukup lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung.
Karung-karung kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu
agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai
disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan sekali harus dijemur
lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 %.

22 | P a g e
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Lokasi dan Waktu


Pelaksanaan magang akademik mahasiswa semester II STPP Malang
dilaksanakan dan dimulai pada :

Tempat : Balitkabi Malang KP Kendalpayak

Tanggal : 1 Agustus 2016 s/d 31 Agustus 2016

Waktu : 07.30-16.00 WIB

3.2 Metode Magang


Terdapat dua metode dalam pengumpulan data dalam kegiatan ini yaitu
metode langsung dan tidak langsung.
Metode Praktik
Penanaman benih kedelai
Pencarian kutu kebul
Pensortiran benih kedelai
Penimbangan benih kedelai
Pengamatan trikoma daun kedelai
Metode Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh refrensi yang terkait dengan
kegiatan teknik penanaman tanaman kedelai untuk mendapatkan hasil
produksi tinggi, yang diperlukan dalam penulisan Laporan Kegiatan
Magang. Refrensi diperoleh melalui media elektronik (internet), buku,
laporan magang sebelumnya, dan hasil penelitian yang terkait dengan
judul laporan magang.

23 | P a g e
JADWAL KEGIATAN MAGANG
HARI/TGL WAKTU KEGIATAN
Senin, 1 Agustus 2016 07.30 - 08.00 Apel pagi
08.00 - 09.00 Materi Balitkabi
09.00 - 10.30 Pembacaan ketentuan peserta
magang dan pembagian
pembimbing
10.30 - 12.00 Pengenalan ruangan Balitkabi
12.00 - 13.00 Ishoma (Selesai)
Membaca buku budidaya
Selasa, 2 Agustus 2016 07.30 - 12.00 kedelai
12.00 - 13.00 Ishoma
13.00 - 16.00 Mensortir benih kedelai
Rabu, 3 Agustus 2016 07.30 - 09.00 Mensortir benih kedelai
09.00 - 12.00 Mencari kutu kebul kedelai
12.00 - 13.00 Ishoma
13.00 - 16.00 Menimbang benih kedelai
Kamis, 4 Agustus 2016 07.30 - 12.00 Menimbang benih kedelai
12.00 - 13.00 Ishoma
13.00 - 16.00 Menimbang benih kedelai
Jumat, 5 Agustus 2016 07.30 - 11.00 Menimbang benih kedelai
11.00 - 13.00 Ishoma
13.00 - 16.00 Menimbang benih kedelai
3.3 Jadwal Kegiatan

Senin, 8 Agustus 2016 07.30 - 12.00 Mensortir benih kedelai


12.00 - 13.00 Ishoma
13.00 - 16.00 Mensortir benih kedelai
Selasa, 9 Agustus 2016 07.30 - 12.00 Mensortir benih kedelai
12.00 - 13.00 Ishoma
13.00 - 16.00 Mensortir benih kedelai
Materi penelitian mahasiswa
Rabu, 10 Agustus 2016 07.30 - 09.00 NTT
Menanam benih kedelai di
09.00 - 12.00 rumah kaca
12.00 - 13.00 Ishoma
13.00 - 16.00 Latihan padus untuk 17 Agustus
Kamis, 11 Agustus 2016 07.30 - 12.00 Mensortir benih kedelai
12.00 - 13.00 Ishoma
13.00 - 16.00 Latihan padus untuk 17 Agustus
Jumat, 12 Agustus 2016 07.30 - 11.00 Lomba 17 Agustus
13.00 - 16.00 Latihan padus untuk 17 Agustus

24 | P a g e
07.30 -
Senin, 15 Agustus 2016 08.00 Apel pagi
Senin, 22 Agustus 2016 07.30
08.00- 12.00
- Mensortir benih kedelai
12.00
16.00- 13.00 Lomba
Ishoma 17 Agustus
Selasa, 16 Agustus 2016 13.00 - 16.00 Mensortir benih kedelai
Selasa,1723Agustus
Rabu, Agustus2016
2016 07.30Upacara
- 12.00 17Pemilihan
Agustusdan
di Kampus
penomoranSTPP
benih
Malang
Kamis, 18 Agustus 2016 12.00 - 13.00 Ishoma
13.00
07.30- 16.00
- Pemilihan dan penomoran benih
Jumat, 19Agustus
Rabu, 24 Agustus2016
2016 12.00- 12.00 Mensortir
07.30 benih
Mencari kutu kedelai
kebul
12.00 -
12.00 - 13.00 Ishoma
13.00 Ishoma
13.00 - 16.00 Mengerjakan laporan magang
13.00 -
Kamis, 25 Agustus 2016 07.30
16.00- 12.00 Mensortir
Mengerjakan laporan
benih magang
kedelai
12.00 - 13.00 Ishoma
13.00 - 16.00 Mengerjakan laporan magang
Jumat, 26 Agustus 2016
Izin

Senin, 29 Agustus 07.30 -


2016 08.00 Apel pagi
08.00 - Mengamati trikoma daun
12.00 kedelai
12.00 -
13.00 Ishoma
13.00 - Mengamati trikoma daun
16.00 kedelai
Selasa, 30 Agustus 07.30 - Mengukur tumbuh rata-rata
2016 12.00 kedelai
12.00 -
13.00 Ishoma
13.00 - Mengukur tumbuh rata-rata
16.00 kedelai
Rabu, 31 Agustus
2016 Pengesahan Laporan Magang

BAB IV
HASIL KEGIATAN MAGANG
4.1 Kegiatan Magang
Selama satu bulan magang di Balitkabi KP Kendalpayak kota
Malang banyak mengikuti berbagai kegiatan praktik maupun non
praktik. Kegiatan praktik meliputi penanaman benih kedelai,
pengurutan nomor kedelai, penimbangan benih kedelai, pencarian
kutu kebul dan pensortiran benih kedelai. Setelah pemanenan, benih
kedelai disimpan di mesin pendingin sesuai pengurutan nomor.

25 | P a g e
Sebelum penanaman benih kedelai terlebih dulu melewati pensortiran
yang merupakan tahap paling penting dan paling lama dalam
pemrosesan benih. Sortasi benih yaitu memilah dan memilih biji
berkualitas bagus yang dilakukan dengan sangat teliti agar
menghasilkan benih yang berkualitas tinggi dan menghindari varietas
berbeda yang tercampur.
Setelah pensortiran benih kedelai dimasukkan dalam plastik
sesuai dengan nomornya, kurang lebih 100 benih. Kemudian
menanam kedelai pada polibek yang ada dirumah kaca Balitkabi
Malang, dengan cara membuat dua lubang kemudian masukkan 3-4
benih kedelai dan tutup lubang tersebut tetapi tidak boleh terlalu rapat
karena dapat menghambat pertumbuhan kedelai. Setelah seminggu
dapat melakukan pengukuran tinggi pertumbuhan kedelai dan
menangkap kutu kebul yang menempel pada daun kedelai yang
dimasukkan dalam tabung reaksi untuk dijadikan penelitian oleh
peneliti Balitkabi Malang. Hasil kedelai akan berpengaruh pada
pensortiran, jika hasil pensortiran hanya terdapat benih yang
berkualitas maka hasil panen kedelai akan berkualitas. Selain itu, juga
berlatih mengamati jumlah trikoma pada setiap helai daun kedelai
dengan menggunakan mikroskop.

26 | P a g e
4.2 Materi Magang
Pengendalian hama terpadu (PHT) pada tanaman kedelai di
Indonesia
1. Kedelai Kebutuhan komoditas kedelai yang terus
meningkat
Produksi kedelai di Indonesia akan terus berlanjut dan menjurus pada
pola pertanian dengan masukan teknologi tinggi dengan pola tanam
monokultur. Hama merupakan faktor kendala dan pembatas utama bagi
produktivitas kedelai. Sementara masih minimnya paket :
Departemen Pertanian
Setjen Badan Litbang Pertanian Badan 2 Ditjen2
Sekretariat Puslitbang Tanaman PanganPuslitbang 2
Balai Besar
Balitpa Lolit Tungro BalitkabiBalitsereal
1.Kelti Pemuliaan dan Plasma Nutfah 2. Kelti Ekofisiologi Tanamn 3.Kelti
Hama dan Penyakit Tanaman 4. Kelti Fisiologi Hasil teknologi yang
mendasarkan pada pendekatan multilateral, penggunaan insektisida masih
menjadi andalan pengendalian hama, karena itu ancaman terhadap
stabilitas hasil dan kepastian hasil masih menjadi kendala peningkatan
produksi. Untuk mensukseskan dan menjamin keberhasilan produksi, sistem
produksi perlu didukung dengan strategi pengendalian hama yang handal,
layak biaya, mudah diterapkan, memberi keuntungan optimal serta dapat
membantu terpeliharanya kualitas lingkungan. Strategi pengendalian yang
sesuai adalah PHT.
2. Hama Kedelai dan Musuh Alami
Tanaman kedelai secara alami dapat terinfestasi oleh serangga hama
selama pertumbuhan dan penyimpanan (Tengkano dan Soehardjan, 1993;
Jackai et al. 1990). Secara umum diketahui bahwa serangga arthopoda
yang berasosiasi dengan tanaman kedelai di Indonesia tercatat 266 jenis,
111 diantaranya sebagai hama, 53 serangga non target, 61 predator, 41
serangga parasitoid (Okada et al.,1988). Lebih lanjut, Tengkano dan
Soehardjan (1993) menginformasikan ada sekitar 28 spesies serangga
hama yang menggunakan tanaman kedelai sebagai inang utama.
Sedangkan Jackai et al. (1990) melaporkan ada 56 spesies hama tanaman
kedelai. Namun hanya sekitar 12-14 spesies yang memiliki nilai ekonomis
tinggi, yaitu O. paseoli, M. sojae, C. chacites, P. inclusa, B. tabaci, S. litura,
A. glycines, Melanagromyza dolichostigma, E. zinckenella, N. viridula, P.
hybneri, R. linearis, dan Helicoverpa armigera (Okada et al., 1980; Tengkano

27 | P a g e
et al., 1988; Ditlintan 1997). Selain itu, serangga vektor virus, A. glycines dan
B. tabaci, perlu mendapat perhatian lebih karena fungsinya sebagai vektor
virusvirus utama kedelai. A. glycines menularkan soybean mosaic virus
(SMV), soybean stunt virus (SSV), peanut stripe virus (PStV), peanut mottle
virus (PMoV), bean yellow mosaic virus ( BYMV), indonesian soybean dwaef
virus (ISDV), blakaye cowpea mosaic virus (BICMV), sedangkan B. tabaci
menularkan cowpea mild mottle virus (CMMV) (Baliadi, 2006).
Musuh alami beberapa hama utama kedelai sudah banyak yang
diidentifikasi, namun pada saat ini penerapan pengendalian secara biologi
dengan memanfaatkan musuh alami terhadap hama tanaman kedelai masih
belum diterapkan secara operasional di tingkat lapang. Upaya untuk
menjaga kelestarian musuh alami di lapang perlu dilakukan antara lain
menggunakan pestisida secara bijaksana dan terencana yaitu tepat dosis,
tepat cara, dan waktu aplikasi pada saat populasi organisme penggangu
tanaman (OPT) mencapai ambang kendali. Pemantauan populasi musuh
alami meliputi tingkat parasitasi terhadap hama utama dan predator hama
utama yang dijumpai. Populasi musuh alami kerapkali cukup tinggi dan
cukup berperan dalam penekanan populasi, sehingga dalam menentukan
ambang kendali keberadaannya perlu dipertimbangkan. Tiap umur tanaman
mempunyai perbedaan hama dan musuh alami. Musuh alami, predator
Coccinella, Chrysopogon sp., Andrallus spinidens, Vespidae, semut,
Odonata, Mantidae,, Oxyopes sp., Conocephalus longipennis, Trigoniidae,
Asilidae, Reduviidae, Rhynochoris sp., Paedorus serta 9 parasitoid yaitu,:
Antrocephalus sp., Sympiesis sp., Anastatus sp., Telenomous sp.,
Gonatecurus sp., Brachymeria sp., dan Tachinidae Tetrastichus sp., Isotima
sp. berfungsi lebih tinggi pada pertanaman yang menerapkan PHT
dibandingkan dengan pertanaman yang disemprot insektisida setiap minggu.
Hal lain yang diperoleh adalah semakin tersedianya refugia bagi tempat
perlindungan dan pembiakan musuh-musuh alami, khususnya gulma-gulma
berdaun lebar.
3. Kegiatan dan Pengetahuan Dasar PHT
Pengetahuan Dasar PHT
Bioekologi hama dan musuh alami Informasi biologi tanaman, hama,
serta musuh alami diperlukan antara lain untuk mempelajari tahapan
pertumbuhan dan perkembangan serangga hama, preferensi hama terhadap
tanaman dan hubungan timbal balik inang (tanaman) dan hama, dan juga
mengetahui siklus hidup dan kebiasaan musuh alami sehingga musuh alami

28 | P a g e
tersebut dapat digunakan secara efektif dalam pengendalian hama. Ekologi
hama antara lain untuk mengetahui dinamika populasi hama kaitannya
dengan inang dan faktor pembatas alamiah pertumbuhan populasinya,
utamanya musuh alaminya dan lingkungan abiotik, serta faktor yang
mendukung kelimpahan hama misalnya kemampuan mengatasi kondisi
buruk akibat faktor iklim dan tersedianya tanaman inang pengganti.
Informasi tersebut diperlukan untuk menentukan taktik pengendalian hama,
yaitu teknik bercocok tanam, sanitasi, pengendalian mekanis, atau
pengendalian hayati. Perilaku hama selain untuk menghindari koinsidensi
hama dengan waktu tanam, juga untuk mengidentifikasi cara pengendalian
dengan seks feromon, atau teknik jantan mandul. Identifikasi (Taksonomi)
Dapat mengidentifikasi dengan baik dan benar juga merupakan salah satu
strategi pengelolaan hama terpadu. Dalam suatu ekosistem pertanian selalu
terdapat rantai makanan antara tingkat produsen primer (tanaman budidaya,
gulma, dan vegetasi lain), tingkat konsumen primer, dan tingkat konsumen
sekunder. Dalam ekosistem tanaman pangan komunitas serangga
menempati tingkatan ke tiga dalam rantai makanan, terdiri dari musuh alami
serangga fitofag yang berpotensi hama. Status komunitas serangga
berpotensi hama dalam PHT perlu ditetapkan secara jelas, mana hama
utama, mana hama potensial, dan mana yang bukan hama. Demikian pula
halnya dengan dominasi spesies di dalam komunitas hama. Selain itu perlu
dikaji pula bagian tanaman yang menjadi sasaran hama untuk menetapkan
metode pemantauan, penarikan contoh, dan taktik pengendalian yang tepat.
Fluktuasi dan dinamika populasi hama dan musuh alaminya Berikut
disajikan Fluktuasi dan dinamika populasi hama dan musuh alaminya. Tabel
1. Jenis serangga hama yang berasosiasi selama fase pertumbuhan kedelai
di Indonesia.
Tabel 5.

29 | P a g e
Keterangan: +++ = kehadirannya sangat membahayakan, ++ =
kehadirannya membahayakan, + = kehadirannya kurang membahayakan, -
= kemungkinan kehadirannya kecil, ? = belum ada data. Sumber: Tengkano
dan Soehardjan
(1985; 1993).

30 | P a g e
Keterangan: l = larva, n = nimfa, i = imago
Tanaman Inang Pada umumnya serangga tidak menggantungkan hidupnya
pada satu jenis tanaman inang tetapi juga mempunyai beberapa inang lain.
Hal ini akan lebih mendukung keberhasilannya hidup di alam. Tanaman
inang tempat ditemukan berbagai jenis serangga hama kedelai dan vektor
virus di Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2005 adalah sebagai berikut:
Tanaman inang R. linearis antara lain: kacang panjang, kedelai, kacang
hijau, Crotalaria sp., Legumenoceae, dan kacang gude. Pada Lamprosema
indicata tanaman inangnya adalah kacang panjang, kedelai, kacang hijau,
buncis, dan kacang tunggak. Tanaman inang N. viridula antara lain; kacang
panjang, kedelai, Crotalaria sp., buncis, dan kacang tunggak. Sedangkan E.
zinckenella dapat ditemukan pada tanaman inang kedelai, Crotalaria sp.,
dan kacang tanah. Lyriomyza dapat ditemukan pada tanaman inang kacang
panjang, kedelai, kacang hijau, ketimun, dan buncis.
Daerah penyebaran hama Daerah penyebaran (kumbang daun kedelai)
Phaedonia inclusa meliputi Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan Sulawesi utara. Rerata luas serangan kumbang daun selama kurun
waktu 10 tahun (1978- 1987) adalah 3.309
h/tahun dengan serangan utamanya adalah Lampung, Jawa timur, dan
Sulawesi utara. Ketiga propinsi tersebut merupakan daerah penghasil utama
kedelai sehingga memungkinkan terjadinya serangan yang lebih luas
daripada propinsi lain. Ulat Penggulung daun, Lamprosema (Omuodes)
indicata F. (Omyodes indicata) (Lepidoptera; Pyralidae) memiliki sebaran
hampir di seluruh Indonesia. Hama ini dijumpai di 13 propinsi dengan rerata
luas serangan 3563 h/tahun. Daerah serangan utama adalah Jawa Tengah,
Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Utara. Ulat grayak sebaran populasinya
dijumpai di 22 propinsi dengan rerata luas serangan 11,163 h/tahun. Daerah
serangan utamanya adalah Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, dan Sulawesi Utara. Demikian pula masih banyak hama-
hama lain yang mempunyai daerah sebaran yang berbedabeda pula.

31 | P a g e
Sebagai contoh pada hama (penghisap polong) R. linearis, memiliki daerah
penyebaran yang luas dan serangannya menyebabkan kwalitas dan
kuantitas hasil panen kedelai menurun. Di Lampung pada tahun 2003 R.
linearis dijumpai di 42 lokasi pengamatan, sedangkan di Sumatera Selatan
R. linearis memiliki daerah penyebaran yang paling luas, karena ditemukan
di 31 lokasi pengamatan (52%).
Ambang Ekonomi Ambang ekonomi atau ambang kendali merupakan dasar
tindakan pengendalian kimiawi. Ambang kendali dapat berdasar tingkat
kerusakan tanaman akibat serangan hama, yang disetarakan dengan
populasi hama yang menimbulkan kerusakan. Oleh karena itu, tingkat
kerusakan atau serangan yang perlu diperhatikan adalah gejala serangan
baru, bukan gejala yang sudah lanjut. Di Indonesia, untuk mengurangi
penggunaan insektisida terutama di sentra produksi kedelai yang cukup
modal, insektisida merupakan senjata yang paling ampuh untuk
mengendalikan hama dan digunakan dengan interval waktu pemberian yang
kerap. Oleh karena itu, perlu adanya anjuran insektisida digunakan apabila
diperlukan dan apabila populasi atau kerusakan sudah mencapai ambang
kendali. Tentunya pengalaman pahit penggunaan insektisida terhadap
wereng cokelat pada padi yang menyebabkan populasi wereng semakin
banyak dan resisten terhadap insektisida, tidak akan terulang lagi pada
komoditi kedelai yang akhir-akhir ini nampak penggunaan insektisida
semakin banyak.
Teknik Budidaya Kedelai
Tanaman kedelai dapat tumbuh di berbagai agroekosistem dengan jenis
tanah, kesuburan tanah, iklim, dan pola tanam yang berbeda sehingga
kendala satu agroekosistem akan berbeda dengan agroekosistem yang lain.
Hal ini akan mengindikasikan adanya spesifikasi cara bertanam kedelai.
Oleh karena itu, langkah-langkah utama yang 20 harus diperhatikan dalam
bertanam kedelai yaitu pemilihan benih, persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan.
1. Pemilihan Benih
Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usaha tani
kedelai. Pada penanaman kedelai, biji atau benih ditanam secara
langsung, sehingga apabila kemampuan tumbuhnya rendah, jumlah
populasi per satuan luas akan berkurang. Di samping itu, kedelai tidak
dapat membentuk anakan sehingga apabila benih tidak tumbuh, tidak
dapat ditutup oleh tanaman yang ada. Oleh karena itu, agar dapat

32 | P a g e
memberikan hasil yang memuaskan, harus dipilih varietas kedelai yang
sesuai dengan kebutuhan, mampu beradaptasi dengan kondisi lapang,
dan memenuhi standar mutu benih yang baik. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan varietas yaitu umur panen, ukuran dan
warna biji, serta tingkat adaptasi terhadap lingkungan tumbuh yang
tinggi. a. Umur panen Varietas yang akan ditanam harus mempunyai
umur panen yang cocok dalam pola tanam pada agroekosistem yang
ada. Hal ini menjadi penting untuk menghindari terjadinya pergeseran
waktu tanam setelah kedelai dipanen. b. Ukuran dan warna biji Ukuran
dan warna biji varietas yang ditanam harus sesuai dengan permintaan
pasar di daerah sekitar sehingga setelah panen tidak sulit dalam menjual
hasilnya. c. Bersifat aditif Untuk daerah sentra pertanaman tertentu,
misalnya di tanah masam, hendaknya memilih varietas kedelai unggul
yang mempunyai tingkat adaptasi tinggi terhadap tanah masam
sehingga akan diperoleh hasil optimal, contohnya varietas Tanggamus.
Demikian pula bila kedelai ditanam di daerah banyak terdapat ham ulat
grayak maka pemilihan varietas tahan ulat grayak amat menguntungkan,
contohnya varietas Ijen. Selain itu, varietas yang ditanam tersebut harus
sudah bersifat aditif dengan kondisi lahan 21 yang akan ditanami
sehingga tidak mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. 2.
Persiapan Lahan Tanaman kedelai biasanya ditanam pada tanah kering
(tegalan) atau tanah persawahan. Pengolahan tanah bagi pertanaman
kedelai di lahan kering sebaiknya dilakukan pada akhir musim kemarau,
sedangkan pada lahan sawah, umumnya dilakukan pada musim
kemarau. Persiapan lahan penanaman kedelai di areal persawahan
dapat dilakukan secara sederhana. Mula-mula jerami padi yang tersisa
dibersihkan, kemudian dikumpulkan, dan dibiarkan mengering.
Selanjutnya, dibuat petak-petak penanaman dengan lebar 3 m - 10 m,
yang panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Diantara petak
penanaman dibuat saluran drainase selebar 25 cm - 30 cm, dengan
kedalaman 30 cm. Setelah didiamkan selama 7-10 hari, tanah siap
ditanami. Jika areal penanaman kedelai yang digunakan berupa lahan
kering atau tegalan, sebaiknya dilakukan pengolahan tanah terlebih
dahulu. Tanah dicangkul atau dibajak sedalam 15 cm 20 cm. Di
sekeliling lahan dibuat parit selebar 40 cm dengan kedalaman 30 cm.

33 | P a g e
Selanjutnya, dibuat petakan-petakan dengan panjang antara 10 cm 15
cm, lebar antara 3 cm 10 cm, dan tinggi 20 cm 30 cm. Antara
petakan yang satu dengan yang lain (kanan dan kiri) dibuat parit selebar
dan sedalam 25 cm. Antara petakan satu dengan petakan di
belakangnya dibuat parit selebar 30 cm dengan kedalaman 25 cm.
Selanjutnya, lahan siap ditanami benih. Apabila lahan yang digunakan
termasuk tanah asam.
Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dulu diberi
pupuk dasar. Pupuk yang digunakan berupa TSP sebanyak 75 kg 200
kg/ha, KCl 50 kg 100 kg/ha, dan Urea 50 kg/ha. Dosis pupuk dapat
pula disesuaikan dengan anjuran petugas Wilayah Kerja Penyuluh
Pertanian (WKPP) setempat. Pupuk disebar secara merata di lahan,
atau dimasukkan ke dalam lubang di sisi kanan dan kiri lubang tanam
sedalam 5 cm. Untuk jenis kedelai manis (edamame), jarak tanam 40 cm
x 40 cm. Tanaman kedelai edamame dan koratame diberi pupuk dasar
berupa Urea sebanyak 600 kg 800 kg, TSP 600 kg 800 kg, dan KCl
400 kg per hektar. Pupuk disebar merata pada lahan tanam. Untuk
menghindari hama lalat bibit, sebaiknya pada saat penanaman benih
diberikan pula Furadan, Curater, atau Indofuran ke dalam lubang tanam.
2. Penanaman
Cara tanam yang terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi
yaitu dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman
antara 1,5 2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 3 4 biji dan
diupayakan 2 biji yang bisa tumbuh. Observasi di lapangan dijumpai
bahwa setiap lubang tanam diisi 5 biji, bahkan ada yang sampai 7 9 biji
sehingga terjadi pemborosan benih yang cukup banyak. Di sisi lain,
pertumbuhan tanaman mengalami etiolisasi sehingga dapat
mengakibatkan tanaman menjadi mudah roboh. Kebutuhan benih yang
optimal dengan daya tumbuh lebih dari 90% yaitu 50 60 kg/ha.
Penanaman ini dilakukan dengan jarak tanam 40 cm x 10 15 cm. Pada
lahan subur, jarak dalam barisan dapat diperjarang menjadi 15 20 cm.
Populasi tanaman yang optimal berkisar 400.000 500.000 tanaman per
hektar. Penempatan arah tanam di daerah tropik tidak menunjukkan
perbedaan antara ditanam arah timur-barat dengan utara-selatan. Hal
yang terpenting yaitu arah tanam harus sejajar dengan arah saluran
irigasi atau pematusan sehingga air tidak menggenang dalam petakan.

34 | P a g e
Tabel 6.

3. Pemeliharaan
Untuk mengurangi penguapan tanah pada lahan, dapat digunakan
mulsa berupa jerami kering. Mulsa ditebarkan di antara barisan tempat
penanaman benih dengan ketebalan antara 3 cm 5 cm. Satu minggu
setelah penanaman, dilakukan kegiatan penyulaman. Penyulaman
bertujuan untuk mengganti benih kedelai yang mati atau tidak tumbuh.
Keterlambatan penyulaman akan mengakibatkan tingkat pertumbuhan
tanaman yang jauh berbeda. Tanaman kedelai sangat memerlukan air
saat perkecambahan (0 5 hari setelah tanam), stadium awal vegetatif
(15 20 hari), masa pembungaan dan pembentukan biji (35 65 hari).
Pengairan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.
Pengairan dilakukan dengan menggenangi saluran drainase
selama 15 30 menit. Kelebihan air 24 dibuang melalui saluran
pembuangan. Jangan sampai terjadi tanah terlalu becek atau bahkan
kekeringan. Pada saat tanaman berumur 20 30 hari setelah tanam,
dilakukan kegiatan penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pemupukan susulan. Penyiangan kedua
dilakukan setelah tanaman kedelai selesai berbunga. Penyiangan
dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh menggunakan tangan
atau kored. Selain itu, dilakukan pula penggemburan tanah.
Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran
tanaman. Pemberian pupuk susulan dilakukan saat tanaman berumur 20
30 hari setelah tanam. Pemberian pupuk susulan hanya dilakukan
pada tanah yang kurang subur saja. Pupuk yang digunakan berupa Urea
sebanyak 50 kg/ha.

35 | P a g e
Pupuk diberikan dalam larikan di antara barisan tanaman kedelai,
selanjutnya ditutup dengan tanah. Bagi kedelai Jepang, pupuk susulan
yang digunakan adalah Urea, TSP, dan KCl masingmasing sebanyak
200 kg/ha. Untuk meningkatkan hasil produksi kedelai, dapat digunakan
pula ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dan PPC (Pupuk Pelengkap Cair).
Dosis yang digunakan disesuaikan dengan dosis anjuran.
Tabel 7.

36 | P a g e
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kedelai merupakan salah satu tanaman C3 yang berarti tidak
banyak membutuhkan sinar matahari yang cukup dalam setiap
pertumbuhan tanaman tersebut dan peka terhadap pencahayaan.
Dalam budidaya kedelai terdapat syarat tumbuh yang perlu
diperhatikan meliputi iklim, ketinggian tempat, curah bhujan,
temperatur, intensitas matahari, dan tanah.
Dalam pemrosesan benih kedelai terdapat salah satu cara yang
terpenting adalah sortasi benih. Karena jika hasil sortasi baik
maka hasil panen benih kedelai yang ditanam akan baik pula.
Pengendalian hama tanaman kedelai juga perlu dilakukan seperti
pengumpulan kutu kebul agar tanaman kedelai dapat bertumbuh
dengan baik.
Magang kerja selama satu bulan yang dilaksanakan di balitkabi
adalah mengenai rujukan ilmu pengetahuan dan sumber inovasi
teknologi tanaman aneka kacang dan umbi yang bermanfaat
sesuai kebutuhan pengguna dan menghasilkan benih kedelai
yang berkualitas.

5.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan kegiatan praktik dilahan
penanaman ataupun praktik non lahan seperti pensortiran,
penimbangan lebih baik dijelaskan terlebih dulu materi agar dapat
diterapkan dalam kegiatan praktik. Dan sebaiknya adanya
efisiensi waktu untuk semua kegiatan di Balitkabi Malang agar
tidak ada waktu yang terbuang sia-sia.

37 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Panduan Teknis Budidaya Kedelai di Berbagai Kawasan Agroekosistem.


2015. Malang : Balitkabi

Hama, Penyakit dan Masalah Hara pada Tanaman Kedelai. 2013. Bogor :
Puslitbangtan

Teknologi Produksi Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu, dan
Ubi Jalar. 2013 Malang : Balitkabi

Hilman, Y. A. 2004. Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Kontribusi


Terhadap Ketahanan Pangan dan Perkembangan Teknologinya. Dalam
Makarim, et al. (penyunting). Inovasi Pertanian Tanaman Pangan.
Puslitbangtan Bogor; 95-132 hlm.
Hidayat, O., 1985. Morfologi Tanaman Kedelai pada Lahan Kering. Badan
Penelitian dan Perkembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan
Perkembangan Tanaman Pangan. Bogor.

38 | P a g e
Dokumentasi Balitkabi

Halaman Depan Balitkabi

Kebun Percobaan Kendalpayak

39 | P a g e
Peta Balitkabi

Perpustakaan Balitkabi

UPBS Balitkabi

40 | P a g e
LAMPIRAN
Dokumentasi Kegiatan

Pensortiran Benih Kedelai

Penanaman Benih kedelai

Penimbangan Benih Kedelai

41 | P a g e
Lomba dalam rangka 17 Agustus

Pengambilan Sampel Daun Kedelai

42 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai