Anda di halaman 1dari 3

Tantangan utama dalam mendiagnosis delirium adalah untuk membedakan

delirium dari demensia. Hal ini terutama berlaku ketika merawat orang dengan
penyakit HIV lanjut (AIDS) karena HIV Associated Dementia sangat umum
terjadi. Delirium memiliki onset mendadak, dalam hitungan jam, sedangkan
demensia harus memiliki masalah memori dengan penurunan berfungsi untuk
setidaknya satu bulan. Seorang dokter harus membedakan delirium dari demensia
dan juga menentukan apakah pasien memiliki delirium saja, atau keduanya. Hal
ini juga penting untuk membedakan delirium kondisi kejiwaan lainnya, termasuk
depresi, hypomania, dan bahkan psikosis. (10)

Tabel 4. Perbedaan
Delirium dan Dementia

B. Gangguan
Fungsional
Saat seseorang diberitahu bahwa dia terinfeksi HIV maka responnya
beragam. Pada umumnya dia akan mengalami lima tahap yang digambarkan oleh
Kubler Ross yaitu penolakan, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan. (11)
Respon permulaan ini biasanya akan dilanjutkan dengan respons lain sampai pada
akhirnya dapat menerima. Penerimaan seseorang tentang keadaan dirinya yang
terinfeksi HIV belum tentu juga akan diterima dan didukung oleh lingkungannya.
Beban yang diderita Odha baik karena gejala penyakit yang bersifat organik
maupun beban psikososial dapat menimbulkan rasa cemas. Depresi berat bahkan
sampai keinginan bunuh diri.
1. Depresi
Depresi adalah sindrom kejiwaan yang paling umum dilaporkan dalam
studi antara orang yang terinfeksi HIV. Depresi besar pada populasi HIV-positif
meningkat sekitar dua kali lipat di atas mereka dalam sampel masyarakat yang
sehat. Tingkat depresi telah berkisar dari 5 sampai 25 persen atau bahkan lebih
tinggi(12). Di antara pasien depresi, 20 persen menyatakan keinginan kematian, 12
persen melaporkan ideations bunuh diri sesekali, dan 6 persen melaporkan
ideations bunuh diri terus-menerus sedangkan 8 persen telah membuat upaya
untuk melakukan bunuh diri. Terutama semua orang yang telah mencoba bunuh
diri, memiliki sejarah masa lalu dari penyakit jiwa. Semua upaya bunuh diri yang
dilakukan selama minggu pertama setelah diketahuinya status seropositif.
Ada beberapa hambatan diagnosis depresi pada orang yang terinfeksi
HIV. Pertama, pasien sering tidak membahas suasana hati atau emosi dengan
profesional perawatan kesehatan mereka karena takut akan stigma. Kedua,
profesional perawatan kesehatan dapat melihat depresi sebagai reaksi normal
terhadap infeksi daripada memperlakukannya sebagai kondisi yang perlu
penilaian, rujukan dan pengobatan. Akhirnya, kesulitan dalam mendiagnosis
depresi karena gejala somatik seperti kelelahan, kehilangan nafsu makan,
konsentrasi yang buruk dapat mempersulit diagnosis pada orang yang terinfeksi
HIV sakit secara fisik. Untuk mengatasi hal ini, gejala psikologis kardinal depresi
harus dicari untuk konfirmasi diagnosis. Ini termasuk suasana hati sedih,
kehilangan minat atau kesenangan, merasa tidak berharga, bunuh diri, perasaan
gagal atau dosa. Profesional kesehatan harus mendorong ekspresi emosi di klinik
dan membutuhkan pelatihan dalam penilaian sindrom kejiwaan
Gejala dari depresi terbagi menjadi 2 kategori yakni gejala afektif dan
gejala somatik. Gejala afektif meliputi afek depresif, perasaan bersalah, putus asa
bahkan terdapat ide untuk bunuh diri. Sedangkan gejala somatik meliputi
penurunan berat badan, gangguan tidur, agitasi, mudah lelah, dan penurunan
konsentrasi. (12,14)
Terdapat beberapa obat HIV yang memiliki efek samping yang dapat
menjadi pemicu terjadinya depresi, dan gejala psikologi yang lain yaitu:

Tabel 5. Efek Samping Pengobatan HIV(13)

Anda mungkin juga menyukai