Anda di halaman 1dari 10

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul MODUL 5 : Dinamika Hidrosfer dan Hubungannya


dengan Kehidupan
Judul Kegiatan Belajar (KB) KB 1 Perairan Darat dan Daerah Aliran Sungai
KB 2 Wilayah Kepesisiran
KB 3 Wilayah Kelautan
KB 4 Posisi Strategis Indonesia sebagai Poros Maritim
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari KB 1 Perairan Darat dan Daerah Aliran Sungai
A. Hidrologi
Hidrologi adalah cabang ilmu geografi fisik yang
berurusan dengan air dimuka bumi yang sebatas pada
lapisan kehidupan dengan sorotan khusus pada sifat,
fenomena, dan distribusi air di daratan (Linsley et al.,
1975). Di dalam materi hidrologi, terdapat
pembahasan mengenai siklus air. Siklus air
menjelaskan peredaran air di muka bumi.

Berikut penjelasan dari proses siklus air.


1. Evaporasi/penguapan
2. Kondensasi
3. Presipitasi
4. Transpirasi
5. Evapotranspirasi
6. Run off
7. Infiltrasi
Siklus air dibagi menjadi 3 macam, yaitu siklus
pendek, siklus sedang, dan siklus panjang
1. Siklus pendek, merupakan sebuah proses
perpindahan awan yang terjadi ketika air yang
menguap akan berubah menjadi hujan di sekitar
laut. Siklus ini disebut sebagai siklus air pendek
karena siklus ini hanya meliputi tahap evaporasi
dan presipitasi
2. Siklus sedang, iklus ini terjadi lebih penjang dan
biasanya terjadi di permukaan bumi yang berupa
daratan.
3. Siklus panjang, siklus ini terjadi dalam tahapan
yang cukup panjang dimulai dari tahap evaporasi,
hingga air yang turun ke bumi bisa berupa hujan
air atau salju. Salju yang diturunkan akan berada
di daerah pegunungan atau dataran tinggi dan
membutuhkan waktu yang lama untuk menguap.
Umumnya siklus ini memang terjadi di daerah
dataran tinggi seperti gunung.
B. Danau
Danau adalah tubuh perairan daratan yang tergenang
menempati suatu ledokan yang terpisah dari laut.
Berdasarkan proses terjadinya, danau dibagi menjadi:
1. Danau vulkanik
2. Danau tektonik
3. Danau karst
4. Danau hasil genangan sungai
5. Danau buatan
C. Air tanah
Air tanah (groundwater) adalah air yang bergerak dan
berada di bawah permukaan tanah di dalam zona
jenuh (saturation zone) dimana tekanan hidrostatiknya
sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.
D. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah
kesatuan ekosistem yang dibatasi oleh pemisah
topografi, berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan,
dan penyalur air, sedimen, serta unsur hara dalam
sistem sungai yang keluar melalui outlet tunggal
(Sudjarwadi,1985).
E. Alur sungai
Untuk memahami sungai, dikenal dengan ilmu
potamologi. Potamologi adalah bagian dari ilmu
hidrologi yang khusus mempelajari tentang aliran
permukaan (runoff). Faktor yang mempengaruhi total
volume runoff.
1) Faktor iklim
2) Presipitasi
3) Evapotranspirasi
Berdasarkan kontinuitas aliran, sungai dibedakan
menjadi:
1) Tipe perennial, mengalirkan air sepanjang tahun
2) Tipe intermitten, mengalirkan air hanya pada
waktu musim hujan
3) Tipe ephemeral, mengalirkan air saat hujan, tidak
mendapat suplai dari air bawah tanah
F. Bentuk Lahan Fluvial
Pola aliran merupakan hubungan jaringan
pengaliran yang menoreh permukaan bumi baik yang
ada aliran permukaannya maupun kering. Ada kalanya
lembah kering ini terdapat aliran airnya pada saat
musim hujan atau sesaat ketika hujan yang dikenal
sebagai sungai periodik. Dengan memahami pola
aliran dapat mengenali karakteristik topografi
wilayah. Identifikasi lebih lanjut dari pola aliran
sungai bisa untuk mengidentifikasi kondisi struktur
geologi beserta litologinya. Berdasarkan arah
alirannya, sungai dapat dibagi menjadi:
1. Sungai konsekuen
2. Sungai subsekuen
3. Sungai obsekuen
4. Sungai resekuen
5. Sungai insekuen
Berdasarkan struktur geologinya, sungai dibagi
menjadi:
1. Sungai antiseden
2. Sungai reverse
3. Sungai superposed
4. Sungai anaklinal
5. Sungai kompoun
6. Sungai komposit
7. Sungai epigenesis
Bentuk lahan asal proses fluvial terbentuk oleh
proses air mengalir memusat (sungai) maupun oleh
aliran permukaan bebas (overland flow). Bentuklahan
tersebut memiliki ciri yang dapat diidentifikasi dari
pola keruangan khas berupa aliran memanjang serta
material yang terendapkan sepanjang sisi-sisinya.
G. Perairan Darat untuk Kehidupan Manusia
Sejak masa lampau, sungai telah menjadi urat
nadi kehidupan masyarakat. Sungai difungsikan antara
lain sebagai tempat pemenuhan hidup sehari-hari
(mencari ikan, mencuci, mandi), sebagai tempat
tinggal, sebagai sarana transportasi, sebagai tempat
usaha, tempat pertukaran kebutuhan perdagangan,
sebagai penghubung hasil produksi pertanian daerah
pedalaman, dan pusat kebudayaan (Karnowihardjo et
al, 2004).
Kronologi pembangunan sungai diawali pada
abad 17 di negara-negara Eropa dengan program
utama pelurusan sungai (Maryono, 2005). Program
pelurusan sungai memiliki tujuan sebagai berikut : (1)
mengurangi banjir di tempat tersebut, (2) perluasan
areal pertanian, (3) kebersihan kawasan, (4) navigasi
transportasi sungai, dan (5) pembangunan hydropower
plan.
H. Kualitas Air
Kualitas air (water quality) diperlukan dalam
kajian hidrologi, karena menyangkut aspek yang
menentukan peruntukan untuk keperluan tertentu.
Berikut merupakan beberapa parameter untuk
mengukur kualitas air alami:
1. Kadar keasinan
2. pH
3. Eh
4. DO
5. Ion Mayor dan Minor
Secara umum persyaratan kualitas air yang baik
adalah sebagai berikut.
1. Persyaratan fisik meliputi :
a. Jernih atau tidak keruh.
b. Tidak berwarna.
c. Rasanya tawar.
d. Tidak berbau.
e. Temperaturnya normal.
f. Tidak mengandung zat padatan.
2. Persyaratan Kimia meliputi :
a. pH normal.
b. Tidak mengandung bahan kimia beracun.
c. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam.
d. Kesadahan rendah.
e. Tidak mengandung bahan organik.
Persyaratan Mikrobiologis meliputi :
a. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya
bakteri golongan coli, salmonellatyphi, vibrio
cholera, dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah
tersebar melalui air (transmitted by water).
b. Tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti
actinomycetes, phytoplankton coliform, cladocera,
dan lain-lain.

Kb 2 Wilayah Kepesisiran
A. Zona Kepesisiran
Wilayah kepesisiran adalah daerah pertemuan antara
daratan dan laut, ke arah daratan meliputi bagian
daratan baik kering maupun terendam air yang masih
terpengaruh sifat-sifat laut, seperti pasang surut serta
perembesan air asin; sedangkan ke arah laut
mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi di daratan, seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang
disebabkan oleh kegiatan manusia seperti
penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto,
1976).
B. Tipe Pesisir
Tipe pesisir dibagi menjadi 2, yaitu pesisir primer
dan sekunder. Pesisir primer dapat dibedakan menjadi
pesisir akibat erosi daratan, deposisi daratan,
pembentukan gunungapi, dan pengangkatan atau
pelipatan akibat tektonisme. Proses erosi di daratan
bersumber dari lahan sepanjang pesisir.
Pesisir sekunder dapat dibedakan menjadi pesisir
deposisi marin, pesisir erosi gelombang, dan pesisir
organisme karang. Pesisir deposisi marin terbentuk
karena adanya endapan sedimen di bagian depan garis
pantai ke arah laut. Hal ini terjadi karena penurunan
energi arus yang membawa sedimen.
C. Proses Kepesisiran
Karakteristik dan perubahan yang terjadi di wilayah
kepesisiran disebabkan adanya proses yang ditentukan
oleh tenaga kepesisiran. Proses kepesisiran dikenal
ada lima macam yang saling berinteraksi (Sunarto,
2004).
1. Proses aerodinamik, seperti interaksi udara dan air
laut.
2. Proses hidrodinamik, seperti gelombang, arus,
pasang surut, dan tsunami.
3. Proses morfodinamik, seperti transport sedimen,
perubahan batimetri, perubahan garis pantai.
4. Proses geodinamik seperti gempabumi, subsiden,
pelongsoran.
5. Proses ekodinamik seperti perubahan ekosistem
pantai karena pembangunan.
D. Aerodinamik dan Hidrodinamik di Kepesisiran
Proses aerodinamik dikendalikan oleh angin yang
berinteraksi dengan air laut. Kedua proses tersebut
berlangsung terus menerus mempengaruhi dinamika
wilayah pesisir.
1) Angin
2) Gelombang
3) Arus
4) Pasang surut
E. Bentuk Lahan Marine
Bentuk lahan marin adalah kenampakan hasil proses
dan perubahan akibat tenaga kepesisiran pada wilayah
antara daratan dan lautan. Proses aerodinamik,
hidrodinamik, morfodinamik, dan geodinamik yang
belangsung jutaan tahun telah membentuk
bentuklahan saat ini. Bentuk lahan hasil proses marin
dapat dibagi dalam bentuk lahan kelompok gisik,
delta, dan residual. Proses utama pembentukan bentuk
lahan tersebut adalah deposisional dan erosional.
F. Ekosistem Kepesisiran
Berdasarkan material permukaannya, pantai dapat
dibedakan menjadi pantai lumpur dan pasir. Pada
umumnya pantai berlumpur didominasi oleh substrat
yang seringkali tergenag dikenal dengan estuari.
Estuari merupakan suatu bentukan masa air di
lingkungan pesisir, yang berhubungan langsung
dengan laut lepas, sangat dipengaruhi oleh efek
pasang-surut, dan masa airnya merupakan campuran
dari air laut dan air tawar.
Daerah perairan yang termasuk dalam estuaria ini
adalah muara sungai, teluk dan rawa pasang surut.
Karakteristik dari pantai berlumpur berupa estuari
diantaranya sebagai berikut.
1. Kemiringan dasar laut atau pantai sangat kecil.
2. Terdapat banyak muara sungai yang membawa
sedimen suspensi dalam jumlah besar ke laut.
3. Gelombang di pantai relatif tenang sehingga tidak
mampu membawa sedimen ke perairan dalam di
laut lepas.
Di daerah estuari biasanya terdapat ekosistem
kepesisiran yang meliputi :
1. Mangrove
2. Padang lamun
3. Terumbu karang
G. Pesisir untuk Ruang Kehidupan Manusia
Model penataan ruang pesisir yang terpadu
(integrated areal planning) tidak berdasarkan batas
administrasi tetapi lebih ke batas ekologis. Dalam
tatanan ekologi, DAS merupakan daerah yang
menghubungkan antara hulu, hilir dan kawasan
pesisir, dimana aktivitas manusia di daerah hulu dan
hilir mempengaruhi kondisi di kawasan pesisir.
Karena keterkaitan inilah, maka pengelolaan suatu
kawasan pesisir harus diintegrasikan dengan
pengelolaan DAS. Pengelolaan air dalam konteks
interaksi wilayah dalam ruang DAS adalah dengan
menahan air supaya lebih lama tersimpan di DAS
ketika musim hujan. Pembangunan sistem hidrologi
sebagai bagian dari proses urbanisasi yang harus
memperhatikan sistem hidrologi alamiah berdasarkan
bentuk lahan.

KB 3 Wilayah Kelautan Dan Potensinya


A. Pembentukan dan Morfologi Laut
Pembentukan laut tidak lepas dari proses
pembentukan bumi. Teori lempeng tektonik dapat
diterima sebagai pembentuk cekungan-cekungan di
permukaan bumi. Pergerakan lempeng tektonik
memicu pemekaran kerak bumi dan timbulnya proses
gunungapi.
B. Lingkungan Laut
Sifat-sifat air laut yang penting secara biologis adalah
sebagai berikut.
1. Kemampuan melarutkan zat.
2. Densitas air sebagai pendukung kehidupan.
3. Sebagai larutan penyangga (buffer).
4. Transparansi.
5. Kapasitas panas dan panas laten penguapan yang
tinggi.
6. Mengandung banyak unsur kimia.
C. Arus laut
Arus laut merupakan salah satu parameter oseanografi
yang juga mendapat perhatian yang besar dalam
masalah atmosfer khususnya yang berkaitan dengan
cuaca dan iklim (Surinati, 2013). Arus berperan
penting dalam menentukan cuaca dan iklim di bumi
(Duxbury et al. 2002). Arus laut adalah gerakan massa
air dari suatu tempat (posisi) ke tempat yang lain.
Arus laut terjadi dimana saja di laut. Arus laut
terutama di lapisan permukaan mempunyai peranan
yang besar dalam sistem interaksi laut dan atmosfer.
Faktor pembentukan angin :
a. Angin
b. Perbedaan salinitas
c. Gelombang laut
d. Perbedaan tekanan
D. Gelombang Laut
Gelombang adalah gerakan berayun tubuh air laut
yang diwujudkan oleh naik turunnya permukaan laut
secara bergantian (Snead, 1982).
Ada tiga faktor yang mempengaruhi tinggi gelombang
laut (Duxbury et al., 2002).
1. Kecepatan angin.
2. Lamanya angin bertiup.
3. Fetch yaitu jarak tanpa rintangan dimana angin
sedang bertiup
E. Arus Lintas Indonesia
Arus Lintas Indonesia adalah aliran massa air antar
samudera yang melewari Perairan Indonesia. Perairan
di Kepulauan Indonesia menjadi saluran penghubung
antara Samudera Pasifik di bagian utara dan timur laut
dengan Samudera Hindia di bagian selatan dan barat
daya Indonesia.
Dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan
selama ini dapat diketahui bahwa ada 3 pintu masuk
utama massa air Pasifik ke Perairan Indonesia:
1. Jalur pertama berada antara Pulau Alor dan Pulau
Timor atau lebih dikenal dengan Selat Ombai. Dari
selat Ombai massa air ini masuk ke Laut Sawu,
untuk kemudian mengalir keluar ke Samudera
Hindia melalui Selat Sumba, Selat Sawu dan Selat
Roti.
2. jalur kedua adalah jalur yang berada di sebelah 13
selatan Pulau Timor, yang melewati Cekungan
Timor dan Celah Timor yang merupakan celah
antara Roti dengan paparan Benua Australia.
3. Jalur ketiga adalah Laut Halmahera. Massa air dari
Pasifik Selatan yang dibawa oleh New Guinea
Coastal Current langsung masuk Laut Halmahera.
kemudian menuju ke Laut Seram dan Cekungan
Aru
F. Potensi Sumberdaya Laut
1. Sumberdaya perikanan tangkap di laut di
Indonesia disusun dalam kelompok pelagis besar,
pelagis kecil, demersal, udang/ krustasea lainnya,
ikan karang, ikan hias, rumput laut, moluska
teripang/ ubur-ubur, benih alami, reptilia dan
mamalia laut (Darsono, 1999).
2. Budi daya laut antara lain budidaya ikan
konsumsi pada keramba jaring apung
(kerapu,kakap, nila) maupun tambak payau
(bandeng, udang), ikan hias, krustasea (udang,
lobster, kepiting), kerang konsumsi, kerang
mutiara, teripang, dan rumput laut.
3. Mineral pesisir dari Laut Indonesia memiliki
cadangan minyak dan gas, mineral dan bahan
tambang yang besar.
4. Air Laut dalam. Menurut Shandy (2015), air laut
dalam adalah air laut yang berada pada kedalaman
lebih dari 200 meter. Air ini memiliki kadar
garam yang lebih rendah dibandingkan air laut di
permukaan.
5. Energi laut. Potensi energi laut dapat bersumber
dari gelombang, arus, dan panas laut.
6. Pariwisata. Kekayaan sumber daya kelautan di
Indonesia, menjadi modal yang sangat besar bagi
pengembangan wisata bahari Indonesia meliputi
aktivitas untuk menikmati atraksi seperti bentang
pantai, di bawah laut, di atas laut, di permukaan
laut, fishing, boating, cruising, yachting, marine
resort, dan marina.

G. Potensi Kebencanaan Alam Laut


Posisi wilyah Indonesia teletak pada tepian dan
pertemuan tiga lempeng utama benua yaitu Eurasia,
Pasifik, dan Hindia Australia. Zona penunjaman antar
lempeng tektonik tersebut akan memunculkan zona
magmatik dengan kemunculan rangkaian gunungapi.

KB 4 Posisi Strategis Indonesia Sebagai Poros Maritim

A. Geomaritim
Pilar utama dalam membangun paradigma geomaritim
adalah budaya maritim, sumberdaya laut, infrastruktur
dan konektivitas maritim, diplomasi maritim, dan
pertahanan maritim (Kardono, dkk., 2015)
B. Deklarasi Djuanda Dan Unclos
Deklarasi itu menyatakan bahwa semua perairan di
sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-
pulau atau bagian pulau- pulau yang termasuk daratan
Negara Republik Indonesia, dengan tidak memandang
luas atau lebarnya, adalah bagian dari wilayah Negara
Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan
bagian dari perairan nasional yang berada di bawah
kedaulatan mutlak Negara Republik Indonesia. Batas
laut teritorial Indonesia yang sebelumnya 3 mil
diperlebar menjadi 12 mil. Deklarasi Djuanda itu
kemudian disahkan melalui UU No. 4/PRP/Tahun
1960 tentang Perairan Indonesia. Di situ 5 ditetapkan
laut teritorial negara kepulauan adalah :
- Selebar 12 mil dari garis dasar terluar pulau-pulau
- Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) selebar 200 mil
dari dari garis dasar. UNCLOS 1982 ini
kemudian diratifikasi oleh Indonesia melalui UU
No. 17 tahun 1983.
C. Batas Maritim
Berdasarkan UNCLOS, sebuah negara kepulauan
berhak atas laut territorial hingga 12 mil laut, zona
tambahan hingga 24 mil laut, ZEE hingga 200 mil
laut, dan landas kontinen atau dasar laut yang lebarnya
bisa lebih dari 200 mil laut. Luasan wilayah perairan
tersebut diukur dari garis pangkal.
D. Konektivitas Maritim
Konektivitas maritim dapat dilakukan melalui :
1. Alur laut kepulauan yaitu alur laut yang dilalui
oleh kapal atau pesawat udara asing di atas alur
laut tersebut.
Alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) :
a) ALKI I : Laut China Selatan, Selat Karimata,
Laut Jawa, dan Selat Sunda.
b) ALKI II : Laut Sulawesi, Selat Makassar,
Laut Flores, dan Selat Lombok.
c) ALKI III : Samudera Pasifik, Laut Maluku,
Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, dan
Laut Sawu.
ALKI III di bagian selatan bercabang berikut :
a) ALKI III A (Selat Maluku dan Selat Seram
(bagian timur Pulau Magole), Laut Banda
(bagian barat Pulau Buru), Selat Ombai, Laut
Sawu ).
b) ALKI III B (Selat Torres, Laut Arafuru, Laut
Banda, Laut Maluku).
c) ALKI III C (Laut Maluku, Laut Seram, Laut
Banda, Selat Ombai, Laut Sawu).
E. Pertahanan Maritim
Konsep pertahanan negara di laut meliputi segala
upaya pertahanan yang bersifat semesta dengan
mengikut sertakan seluruh warga negara dalam usaha
pertahanan negara di dan atau lewat laut.
Strategi Pertahanan Nusantara. Prinsip SPLN ditata di
atas tiga pilar yang saling terkait, yaitu sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta, pertahanan
mendalam, dan penangkalan (Mabesal,2003).
F. Budaya Maritim
Para nelayan di wilayah pesisir masih minim fasilitas
dan infrastruktur untuk melakukan eksplorasi kawasan
laut dalam melaksanakan aktivitas perikanan tangkap.
Masyarakat pesisir umumnya adalah masyarakat yang
pluraristik (Wahyudin, 2015). masyarakat yang plurar
mampu membentuk sistem dan nilai budaya yang
merupakan akulturasi
G. Bajau : Suku Maritim Di Indonesia
Masyarakat pesisir umumnya adalah masyarakat yang
pluraristik (Wahyudin, 2015). masyarakat yang plurar
mampu membentuk sistem dan nilai budaya yang
merupakan akulturasi
2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Perbedaan Batas-batas teritorial
di modul ini 2. Alur Laut Kepulauan indonesia

3 Daftar materi yang sering 1. Perbedaan Batas-batas teritorial


mengalami miskonsepsi 2. Alur Laut Kepulauan indonesia

Anda mungkin juga menyukai