Kb 2 Wilayah Kepesisiran
A. Zona Kepesisiran
Wilayah kepesisiran adalah daerah pertemuan antara
daratan dan laut, ke arah daratan meliputi bagian
daratan baik kering maupun terendam air yang masih
terpengaruh sifat-sifat laut, seperti pasang surut serta
perembesan air asin; sedangkan ke arah laut
mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi di daratan, seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang
disebabkan oleh kegiatan manusia seperti
penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto,
1976).
B. Tipe Pesisir
Tipe pesisir dibagi menjadi 2, yaitu pesisir primer
dan sekunder. Pesisir primer dapat dibedakan menjadi
pesisir akibat erosi daratan, deposisi daratan,
pembentukan gunungapi, dan pengangkatan atau
pelipatan akibat tektonisme. Proses erosi di daratan
bersumber dari lahan sepanjang pesisir.
Pesisir sekunder dapat dibedakan menjadi pesisir
deposisi marin, pesisir erosi gelombang, dan pesisir
organisme karang. Pesisir deposisi marin terbentuk
karena adanya endapan sedimen di bagian depan garis
pantai ke arah laut. Hal ini terjadi karena penurunan
energi arus yang membawa sedimen.
C. Proses Kepesisiran
Karakteristik dan perubahan yang terjadi di wilayah
kepesisiran disebabkan adanya proses yang ditentukan
oleh tenaga kepesisiran. Proses kepesisiran dikenal
ada lima macam yang saling berinteraksi (Sunarto,
2004).
1. Proses aerodinamik, seperti interaksi udara dan air
laut.
2. Proses hidrodinamik, seperti gelombang, arus,
pasang surut, dan tsunami.
3. Proses morfodinamik, seperti transport sedimen,
perubahan batimetri, perubahan garis pantai.
4. Proses geodinamik seperti gempabumi, subsiden,
pelongsoran.
5. Proses ekodinamik seperti perubahan ekosistem
pantai karena pembangunan.
D. Aerodinamik dan Hidrodinamik di Kepesisiran
Proses aerodinamik dikendalikan oleh angin yang
berinteraksi dengan air laut. Kedua proses tersebut
berlangsung terus menerus mempengaruhi dinamika
wilayah pesisir.
1) Angin
2) Gelombang
3) Arus
4) Pasang surut
E. Bentuk Lahan Marine
Bentuk lahan marin adalah kenampakan hasil proses
dan perubahan akibat tenaga kepesisiran pada wilayah
antara daratan dan lautan. Proses aerodinamik,
hidrodinamik, morfodinamik, dan geodinamik yang
belangsung jutaan tahun telah membentuk
bentuklahan saat ini. Bentuk lahan hasil proses marin
dapat dibagi dalam bentuk lahan kelompok gisik,
delta, dan residual. Proses utama pembentukan bentuk
lahan tersebut adalah deposisional dan erosional.
F. Ekosistem Kepesisiran
Berdasarkan material permukaannya, pantai dapat
dibedakan menjadi pantai lumpur dan pasir. Pada
umumnya pantai berlumpur didominasi oleh substrat
yang seringkali tergenag dikenal dengan estuari.
Estuari merupakan suatu bentukan masa air di
lingkungan pesisir, yang berhubungan langsung
dengan laut lepas, sangat dipengaruhi oleh efek
pasang-surut, dan masa airnya merupakan campuran
dari air laut dan air tawar.
Daerah perairan yang termasuk dalam estuaria ini
adalah muara sungai, teluk dan rawa pasang surut.
Karakteristik dari pantai berlumpur berupa estuari
diantaranya sebagai berikut.
1. Kemiringan dasar laut atau pantai sangat kecil.
2. Terdapat banyak muara sungai yang membawa
sedimen suspensi dalam jumlah besar ke laut.
3. Gelombang di pantai relatif tenang sehingga tidak
mampu membawa sedimen ke perairan dalam di
laut lepas.
Di daerah estuari biasanya terdapat ekosistem
kepesisiran yang meliputi :
1. Mangrove
2. Padang lamun
3. Terumbu karang
G. Pesisir untuk Ruang Kehidupan Manusia
Model penataan ruang pesisir yang terpadu
(integrated areal planning) tidak berdasarkan batas
administrasi tetapi lebih ke batas ekologis. Dalam
tatanan ekologi, DAS merupakan daerah yang
menghubungkan antara hulu, hilir dan kawasan
pesisir, dimana aktivitas manusia di daerah hulu dan
hilir mempengaruhi kondisi di kawasan pesisir.
Karena keterkaitan inilah, maka pengelolaan suatu
kawasan pesisir harus diintegrasikan dengan
pengelolaan DAS. Pengelolaan air dalam konteks
interaksi wilayah dalam ruang DAS adalah dengan
menahan air supaya lebih lama tersimpan di DAS
ketika musim hujan. Pembangunan sistem hidrologi
sebagai bagian dari proses urbanisasi yang harus
memperhatikan sistem hidrologi alamiah berdasarkan
bentuk lahan.
A. Geomaritim
Pilar utama dalam membangun paradigma geomaritim
adalah budaya maritim, sumberdaya laut, infrastruktur
dan konektivitas maritim, diplomasi maritim, dan
pertahanan maritim (Kardono, dkk., 2015)
B. Deklarasi Djuanda Dan Unclos
Deklarasi itu menyatakan bahwa semua perairan di
sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-
pulau atau bagian pulau- pulau yang termasuk daratan
Negara Republik Indonesia, dengan tidak memandang
luas atau lebarnya, adalah bagian dari wilayah Negara
Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan
bagian dari perairan nasional yang berada di bawah
kedaulatan mutlak Negara Republik Indonesia. Batas
laut teritorial Indonesia yang sebelumnya 3 mil
diperlebar menjadi 12 mil. Deklarasi Djuanda itu
kemudian disahkan melalui UU No. 4/PRP/Tahun
1960 tentang Perairan Indonesia. Di situ 5 ditetapkan
laut teritorial negara kepulauan adalah :
- Selebar 12 mil dari garis dasar terluar pulau-pulau
- Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) selebar 200 mil
dari dari garis dasar. UNCLOS 1982 ini
kemudian diratifikasi oleh Indonesia melalui UU
No. 17 tahun 1983.
C. Batas Maritim
Berdasarkan UNCLOS, sebuah negara kepulauan
berhak atas laut territorial hingga 12 mil laut, zona
tambahan hingga 24 mil laut, ZEE hingga 200 mil
laut, dan landas kontinen atau dasar laut yang lebarnya
bisa lebih dari 200 mil laut. Luasan wilayah perairan
tersebut diukur dari garis pangkal.
D. Konektivitas Maritim
Konektivitas maritim dapat dilakukan melalui :
1. Alur laut kepulauan yaitu alur laut yang dilalui
oleh kapal atau pesawat udara asing di atas alur
laut tersebut.
Alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) :
a) ALKI I : Laut China Selatan, Selat Karimata,
Laut Jawa, dan Selat Sunda.
b) ALKI II : Laut Sulawesi, Selat Makassar,
Laut Flores, dan Selat Lombok.
c) ALKI III : Samudera Pasifik, Laut Maluku,
Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, dan
Laut Sawu.
ALKI III di bagian selatan bercabang berikut :
a) ALKI III A (Selat Maluku dan Selat Seram
(bagian timur Pulau Magole), Laut Banda
(bagian barat Pulau Buru), Selat Ombai, Laut
Sawu ).
b) ALKI III B (Selat Torres, Laut Arafuru, Laut
Banda, Laut Maluku).
c) ALKI III C (Laut Maluku, Laut Seram, Laut
Banda, Selat Ombai, Laut Sawu).
E. Pertahanan Maritim
Konsep pertahanan negara di laut meliputi segala
upaya pertahanan yang bersifat semesta dengan
mengikut sertakan seluruh warga negara dalam usaha
pertahanan negara di dan atau lewat laut.
Strategi Pertahanan Nusantara. Prinsip SPLN ditata di
atas tiga pilar yang saling terkait, yaitu sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta, pertahanan
mendalam, dan penangkalan (Mabesal,2003).
F. Budaya Maritim
Para nelayan di wilayah pesisir masih minim fasilitas
dan infrastruktur untuk melakukan eksplorasi kawasan
laut dalam melaksanakan aktivitas perikanan tangkap.
Masyarakat pesisir umumnya adalah masyarakat yang
pluraristik (Wahyudin, 2015). masyarakat yang plurar
mampu membentuk sistem dan nilai budaya yang
merupakan akulturasi
G. Bajau : Suku Maritim Di Indonesia
Masyarakat pesisir umumnya adalah masyarakat yang
pluraristik (Wahyudin, 2015). masyarakat yang plurar
mampu membentuk sistem dan nilai budaya yang
merupakan akulturasi
2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Perbedaan Batas-batas teritorial
di modul ini 2. Alur Laut Kepulauan indonesia