AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PEMERINTAH
Disusun oleh :
Nama Npm
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
PEMBAHASAN..................................................................................................................................1
KESIMPULAN ....................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................................28
ii
PEMBAHASAN
Dalam konteks lain, PABU membatu para akuntan dalam menerapkan prinsip
yang konsisten pada organisasi yang berbeda. PABU merupakan standar akuntansi yang
harus diikuti dimana pun profesi akuntansi berbeda, kecuali jika keadaan membenarkan
adanya pengecualian terhadap standar yang ada. Jika manajemen merasa bahwa keadaan
yang dihadapi tidak memungkinkan adanya ketaatan terhadap standar yang ada,
pengecualian dapat dilakukan, tentu saja disertai dengan pengungkapan yang memadai.
Bentuk dari PABU mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan
untuk merumuskan praktik akuntansi yang berlaku umum pada saat terteta. Dengan
1
2
pengertian yang hampir sama Miller (1985) menyatakan prinsip akuntansi berlaku
umum (GAAP) merupakan rajutan dari berbagai aturan konsep Aturan dan konsep in
awalnya dikembangkan dan praktik tetapi telah ditambahi dan dikurangi oleh badan
yang memiliki otoritas. Metode akuntansi harus dapat memenuhi paling sedikit satu dan
biasanya beberapa kondisi berikut, untuk dapat dikualifikasikan sebagat metode yang
berlaku umum. Kondisi tersebut antara lain:
3. Metode tersebut mendapat dukungan secara tertulis dari sejumlah pengajar dan
pemikir akuntansi terkemuka.
Prinsip Akuntansi Berlaku Umum mengacu pada berbagai sumber Sumber acuan
prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
adalah
1. Prinsip akuntansi yang diterapkan dan / atau dinyatakan berlaku oleh badan
pengatur standar dari IAI
2. Pernyataan dari badan, yang terdiri atas pakar pelaporan keuangan, yang
mempertimbangkan isa akuntansi dalam forum publik dengan tujuan menetapkan
prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik akuntansi yang ada dan berlaku umum,
dengan syarat dalam prosesnya penerbitan tersebut terbuka untuk dikomentari oleh
publik dan badan pengatur standar dari IAI tidak menyatakan keberatan atas
penerbitan pernyataan tersebut
3. Pernyataan dari badan, yang terdiri atas pakar pelaporan keuangan, yang
mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan
menginterpretasi yang ada berlaku umum, atau pernyataan yang tersebut pada butir
3
(2) yang menerbitkannya tidak pernah dinyatakan keberatan dari badan pengatur
standar dari IAI, tetapi belum pernah secara terbuka dikomentari oleh publik.
4. Praktik atau pernyataan resmi yang secara luas diakui sebagai berlaku umam karena
mencerminkan praktik yang lazim dalam industri tertentu, atau penerapan dalam
keadaan khusus dari pernyataan yang diakui sebagai berlaku umum, atau penerapan
standar akuntansi internasional atau standar akuntansi yang berlaku umum di
wilayah lain yang menghasilkan penyajian subtansi transaksi secara lebih baik.
Praktik akuntansi yang sangat dinamis sering kali akan menemui kondisi dan atau
situasi yang belum diatur dalam PABU. Dalam situasi baru, sudah pasti tidak ada
prinsip-prinsip yang berlaku umum. Jika entitas-entitas yang berbeda menerapkan
kebijakan yang berbeda beda, maka tidak terdapat mekanisme untuk menilai prinsip
mana yang berlaku umum (pada praktiknya, bukanlah suatu hal yang tidak mungkin
bahwa semuanya akan dianggap sebagat prinsip-prinsip yang berlaku umum). Di
sisi lain, sebuah rekomendasi dari badan yang menetapkan standar secara otomatis
akan dianggap menjadi berlaku umum tanpa melihat praktik-praktik lainnya, tidak
peduli seberapa tidak populernya rekomendasi yang diberikan tersebut.
Saat ini, banyak entitas yang termasuk dalam kategori organisasi sektor publik yang
telah mengimplemasikan akuntansi dalam sistem keuangannya. Akan tetapi, praktik
akuntansi yang telah dilakukan oleh entitas-entitas tersebut memiliki banyak perbedaan
khususnya dalam proses pelaporan keuangan. Hal tersebut sangat dimungkinkan oleh
belum banyaknya pemerintah suatu negara yang menerbitkan standar baku akuntansi untuk
mengatur praktik akuntansi bagi organisasi sektor publik.
berlaku secara internasional, yang kemudian disebut organisasi sektor publik yang berlaku
secara internasional, yang kemudian disebut standar Internasional Akuntansi Sektor Publik
(internasional public Sector Accounting Standards - IPSAS). Dalam pelaksanaannya,
komite tersebut tidak hanya menyusun standar tetapi juga membuat program sistematis
yang mendorong aplikasi IPSAS oleh entitas-entitas publik di seluruh dunia.
Jika dalam suatu negara sudah terdapat arahan dan peraturan hukum yang menuntut
pelaporan keuangan organisasi sektor publik, yang dibuat oleh pemerintahnya maupun oleh
badan pengatur atau organisasi profesi akuntan, maka IPSAS tidak dimaksudkan sebagai
pengganti peraturan yang telah ditetapkan dinegara bersangkutan. Dalam hal ini, IPSAS
dapat digunakan oleh para pembuat standar dinegara bersangkutan untuk pengembangan
standar baru atau untuk merevisi standar yang ada, guna meningkatkan komparabilitas
laporan keuangan organisasi sektor publik secara internasional. Sedangkan bagi negara
yang belum mengembangkan standar akuntansi untuk pemerintahan dan organisasi sektor
publik, IPSAS dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun dalam menyusun
standar dimaksud.
demikian, maka organisasi sektor publik yang telah memutuskan untuk mengadopsi basis
akrual menurut IPSAS harus mengikuti ketentuan waktu mengenai mass transisi dari hasis
kar ke basis akrual yang diatur oleh IPSAS.
Pada akhirnya cakupan yang diatur dalam IPSAS meliputi seluruh organisasi sektor
publik, termasuk juga lembaga pemerintahan, baik pemerintah pusat, pemerintah ragional
(provisi), pemda (kabupaten/kota), maupun komponen-komponen kerjanya (dinas-dinas).
Komite SAP merupakan sebuah cerita panjang seiring dengan perjalanan reformasi
keuangan di Indonesia. Kebutuhan standar dan pembentukan komite penyusutannya mulai
muncul ketika desakan untuk penerapan IPSAS semakin kuat.
Dari proses tersebut dihasilkan Exposure Draft Standar Akuntansi Sektor publik
yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Sektor Publik IAI.
5. Kas pinjaman
KSAP terdiri atas komite Konsultatif dan Komite Kerja. Komite Konsultatif
bertugas memberi Konsultasi dan / atau pendapat dalam rangka perumusan konsep
Rancangan peraturan pemerintah tentang SAP Komite kerja bertugas mempersiapkan,
merumuskan, dan menyusun konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang SAP dan
dalam melaksanakan tugasnya dapat membentuk Kelompok Kerja. Dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari, KSAP melaporkan kegiatannya secara berkala kepada Menteri Keuangan,
7
4. IAI
1. Identifikasi topik
11. Pembahasan tanggapan dan masukan atas Draf Publikasian dari dengar
pendapat.
D. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual SAP berfungsi sebagai pedoman jika terdapat masalah akuntansi
yang belum dinyatakan dalam SAP. Namun jika terjadi pertengkaran antara kerangka
konseptual dan standar akuntansi, maka ketentuan standar akuntansi diunggulkan relatif
terhadap kerangka konseptualini.
c. Entitas pelaporan
Dalam bentuk NKRI yang berasas demokrasi, kekuasaan ada di tangan rakyat.
Rakyat mendelegasikan kekuasaan kepada pejabat publik melalui proses
pemilihan. Sejalan dengan pendelegasian kekuasaan ini adalah pemisahan
wewenang di antara eksekutif.legislatif, dan yudikatif. Sebagaimana berlaku
dalam lingkungan keuangan pemerintahan, pihak eksekutif menyusun anggaran
dan menyampaikannya kepada pihak legislatif untuk mendapatkan persetujuan.
Setelah mendapat persetujuan, pihak eksekutif melaksanakannya dalam batas-
batas apropriasi tersebut. Pihak eksekutif bertanggung jawab atas
penyelenggaraan keuangan tersebut kepada pihak legislatif dan rakyat.
Entitas Pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang undangan wajib
menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan
umum, yang terdiri atas :
a. Pemerintah pusat,
b. Pemerintah daerah.
1. Masyarakat
3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman: dan
1. Akuntabilitas
2. Manajemen
3. Transparsi
keuangan.
b. Neraca;
Asumsi Dasar
pelaporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya
kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan
tanggung jawab penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan
sumber daya di luar neracauntuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk
atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud, utang piutang yang
terjadi akibat keputusan entitas, serta terlaksana atau tidak terlaksananya program
yang telah ditetapkan
c. Asumsi Keterukuran
a. Relevan
3. Tepat waktu. Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
berguna dalam pengambilan keputusan
b. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan
kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi Informasi
mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka
penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal
memenuhi karakteristik:
jauh.
3. Netralitas. Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
c. Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan
keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan
secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila
suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah
menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang
sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya
perubahan.
d. Dapat Dipahami
Prinsip Akuntansi
b. Nilai Historis (Historical Cost) Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara
kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk
memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar
jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban di masa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah.
Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih
obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat
digunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.
c. Realisasi Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang tersedia yang telah
diotorisasikan melalui anggaran pemerintah suatu periode akuntansi akan
digunakan untuk membayarutang dan belanja dalam periode tersebut.
f. Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari
periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal).
Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode
akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipaka dapat
diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan
informasi yang lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh ata perubahan
penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan:
a. Materialitas.
24
1. Pendekatan Evolusioner
4. Strategi Situasional
KESIMPULAN
27
Achmad Fauzi & Nurmaliah Hasanah. 2017. Akuntansi Pemerintahan. Bogor : in media
28