Anda di halaman 1dari 8

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN KASUS-KASUS TENAGA

KERJA PEREMPUAN DI JAWA TIMUR BERBASIS STAKE HOLDERS

Disusun oleh :
Nama : Muhammad Iqbal
Npm : B1A019298
Kelas : H
Mata Kuliah : Metode Penulisan Hukum

Fakultas Hukum Universitas Bengkulu


2020/2021

LATAR BELAKANG MASALAH


Masalah Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri mulai mengemuka lagi ketika
pembangunan di pedesaan Indonesia dengan revolusi hijau yang menyenangkan yang
menyebabkan perempuan, terdorong ke luar ( push-factor) dari pedesaan, terutama di
pedesaan di Jawa. Di sisi lain, perkembangan relokasi industri di negara-negara tempat
tenaga Kerja Indonesia merupakan penariknya (pull-factor). Pada awalnya mereka
bermigrasi terjadi tanpa ada pihak yang menjadi pengerahnya, informasi dari teman, saudara
dan tetangga, merupakan jalan mereka. Tapi ketika jumlah Tenaga Kerja Indonesia yang
bekerja ke luar negeri menjadi semakin banyak, maka pada pertengahan 1980-an mulai
muncul-perusahaan pengerah yang memberikan jasa (perantara) antara buruh yang mencari
pekerjaan ke luar negeri dan majikan yang memerlukan buruh. Perusahaan Jasa Tenaga
Kerja Indonesia (PJTKI) yang demikian ini, semakin banyak dan semakin banyak pada
dekade itu, mulai dari mengatur proses pengerahannya, walaupun dalam peraturan-peraturan
yang terkait dengan kebanyakan masalah perusahaan jasanya (PJTKI-nya), tentang masalah-
masalah perlindungan terhadap Tenaga Kerja Indonesianya yang lagi mendapatkan
penghasilan ke luar negeri.

Ketika jumlah PJTKI menjadi seperti jamur di musim hujan, persaingan antar mereka
menjadi semakin ketat, penyimpangan terhadap proses pengerahan menjadi semakin tinggi
dan mulai bermunculan. "Jual beli" tenaga kerja dan jual beli job order antar PJTKI
merupakan salah satu modus operandi yang menyebabkan terjadinya "kehilangan kontak"
antara buruh migran dengan keluarganya; kekerasan saat proses rekrutmen dan saat bekerja
di negara tujuan juga banyak dialami Tenaga Kerja Indonesia tersebut, demikian pula pada
saat pemulangan mereka. Belum lagi penipuan jenis pekerjaan yang ditawarkan dengan yang
benar-benar dilakukan (tawarannya bekerja di restoran, ternyata bekerja di mempermainkan).
Kasus-kasus yang terjadi tersebut paling banyak dialami oleh perempuan karena dia
perempuan (LBH, 2002), jadi kasus-kasus tersebut merupakan kasus yang berbasis gender
(gender based violence). Kasus-kasus tersebut yang dapat diselesaikan hanya bisa dihitung
dengan jari (Tina, 2003); baik karena kurang berpihaknya hukum yang ada kepada korban,
maupun karena hukum yang tidak ditegakkan.
Selama ini ada beberapa lembaga swadaya masyarakat yang memiliki program bantuan
hukum untuk para Tenaga Kerja Indonesia yang menghadapi masalah. Lembaga Bantuan
Hukum (LBH) di Surabaya dan Pos Malang, Konsorsium Pembela Buruh Migran Region
(Kopbumi) Jawa Timur, Women's Crisis Center di Jombang, Pusat Pengembangan Hukum
Perburuhan dan Ketenagakerjaan, merupakan beberapa lembaga yang "membantu" para
Tenaga Kerja Indonesia yang menghadapi masalah tersebut.
Padahal catatan kasus yang ada di Kopbumi Jatim hanya 19 kasus dan yang terselesaikan
sampai tuntas hanya 11 kasus (Tiná, 2004), sedangkan di Pusat Pengembangan Hukum
Perburuhan dan Ketenagakerjaan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, hanya 2 kasus
yang dilaporkan dan hanya satu kasus yang dapat diselesaikan (Susanto, 2004), demikian
pula kasus yang ada di LBH Surabaya dan Malang, ada 8 kasus yang dilaporkan hanya 5
kasus yang dapat diselesaikan (Kanti, 2004), Women's Crisis entere hanya ada 3 kasus yang
dilaporkan dan 2 terselesaikan. Data ini menunjukkan bahwa beberapa lembaga telah
memiliki pengalaman dalam menyelesaikan kasus-kasus yang dihadapi oleh Tenaga Kerja
Indonesia di luar negeri, namun jumlah kasus yang diselesaikan tidak banyak, apalagi kasus-
kasus yang dicatat dan dilaporkan jauh dari memadai. Hal ini terjadi karena Tenaga Kerja
yang menghadapi masalah tidak mengetahui bahwa ada lembaga yang dapat membantu
mereka untuk menyelesaikan kasusnya. Oleh karena itu penting untuk diteliti tentang jenis-
jenis kasus, upaya korban dalam menyelesaikan masalah, hambatan dan kendala yang
dihadapi oleh Tenaga Kerja Indonesia khususnya perempuan.
Sementara itu di beberapa kecamatan di Kabupaten Blitar telah dibentuk kelembagaan yang
beranggotakan mantan dan calon Tenaga Kerja Indonesia dan anggota keluarga yang telah
digunakan untuk menyediakan dan melayani informasi tentang bekerja di luar negeri dan
perdagangan (perdagangan orang). Namun demikian, ada lembaga yang dibentuk untuk
memberikan pemahaman tentang hak-hak Tenaga Kerja Perempuan, sehingga menyadari
bahwa ada pihak yang melakukan pelanggaran (perdata maupun pidana), melaporkan dan
menyelesaikan kasusnya. Apalagi lembaga yang khusus menyelesaikan kasus-kasus yang
dialami oleh Tenaga Kerja Perempuan.
Dengan demikian penting untuk meneliti jenis kasus yang sering dialami, pelaporannya,
proses penyelesaian, hambatan dan kendala dalam proses tersebut.
PERUMUSAN MASALAH
1. Jenis-jenis kasus apa saja yang terjadi pada Tenaga Kerja Indonesia Perempuan selama
dua tahun terakhir?
2. Bagaimana proses penyelesaian-kasus Tenaga Kerja Indonesia Perempuan yang terjadi
selama dua tahun terakhir oleh stake holders?
3. Bagaimana hambatan dan kendala yang dihadapi oleh pemangku kepentingan maupun
para korban dalam penyelesaian kasusnya?
4. Bagaimana upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemangku kepentingan maupun para
korban dalam proses penyelesaian kasus-kasus tersebut.

TUJUAN PENELITIAN

1. Menentukan dan mendeskripsikan jenis-jenis kasus yang terjadi pada Tenaga Kerja
Indonesia Perempuan selama dua tahun terakhir.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis proses penyelesaian kasus-kasus Tenaga Kerja
Indonesia Perempuan yang terjadi selama dua tahun terakhir oleh stake holders.
3. Mendeskripsikan dan menganalisis hambatan dan kendala yang dihadapi oleh pemangku
kepentingan maupun para korban dalam penyelesaian kasusnya.
4. Mendeskripsikan dan menganalisis upaya-upaya yang telah dilakukan oleh para
pemangku kepentingan maupun para korban dalam proses penyelesaian kasus-kasus
tersebut.

KEGUNAAN PENELITIAN
1. Bagi korban (Tenaga Kerja Perempuan) dan anggota keluarganya dapat dikuatkan,
sehingga mampu melaporkan, mengawasi aparat pemerintah dan penegak hukum
melaksanakan penegakan hukum dalam menyelesaikan kasus-kasus yang dihadapi, dan
kasus-kasus yang menimpa teman, tetangga, anak saudara beserta anggota keluarganya.
2. Bagi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia merupakan informasi penting untuk
memberikan masukan, agar lebih berhati-hati dalam proses penempatan.
3. Bagi aparat pemerintah dan penegak hukum juga sebagai masukan, agar dapat
melaksanakan menyelesaikan kasus-kasus secara adil dan pasti.

TINJAUAN PUSTAKA
1. Globalisasi dan dampaknya bagi negara-negara berkembang
2. Strategi pembangunan dan implikasinya terhadap Ketenagakerjaan di Indonesia
3. Tenaga Kerja Perempuan yang bekerja di luar negeri
4. Kualitas sumber daya perempuan yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia yang
bekerja di luar negeri
5. Penegakan hukum

METODE PENELITIAN

1. PENDEKATAN
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan empiris, karena
 hendak meneliti tentang proses penyelesaian kasus-kasus yang dialami oleh
Tenaga Kerja Perempuan oleh korban dan stake holder
 hendak meneliti tentang hambatan. kendala yang dialami dan upaya yang telah
dilakukan oleh para korban maupun stake holders

2. LOKASI
Penelitian ini akan dilaksanakan:
 di Ponorogo karena merupakan kabupaten yang paling banyak menempatkan TKP
di luar negeri dari daerah kulonan.
 Di Jember karena merupakan kabupaten yang banyak menempatkan TKP di luar
negeri dari daerah wetanan
3..1. VARIABEL
Bagi perempuan korban:
Umur lama bekerja
Pendidikan negara tujuan
3.2. Aspek yang hendak diteliti
Posisi kasus
Hambatan
Kendala

4.JENIS DATA

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah:


 Data primer: (deskripsikan data seperti 3.1 dan 3.2. pada variabel upaya dan aspek
yang hendak diteliti
 Data sekunder:
Berkas kasus
Berita acara pemeriksaan
Data dari hasil penelitian orang lain,dll

5. SUMBER DATA
 Data primer: TKP dan anggota keluarganya, calo, pendamping dari LSM atau
lembaga-lembaga lain, PJTKI , dinas
 Data sekunder: dari Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, LSM pendamping,
disnaker

5.a Sumber data primer


Untuk subyek penelitiannya (responden) > Populasi > harus ada kriteria yang jelas,
bisa kasus, bisa orang ,dll
* Kasus tentang insest; kasus kekerasan fisik,
* Hakim yang telah disimpan selama 10 tahun dan pernah menangani kasus-kasus
kekerasan terhadap perempuan dan anak

5.a. Sumber data primer (lanjutan) Informan adalah orang yang mengetahui tentang
perilaku subyek penelitian.
Jadi dalam proposal dengan jelas jabatan dan lembaga/institusinya!!
6. Teknik pengambilan data
 Wawancara bebas dengan menggunakan pedoman wawancara (panduan
wawancara) kepada korban, dan pemegang saham lainnya
 Untuk data-data yang sensitif, digunakan teknik pengambilan data melalui
FGD yang diadakan 3 kali: (a) FGD bagi korban; (b) FGD bagi PJTKI; (c)
FGD bagi aparat penegak hukum dan LSM pendamping. e Studi dokumen
pada berkas-berkas perkara.

7. Teknik analisis data


 Menggunakan analisis isi (content-analysis) untuk berkas perkara
 Deskriptif analitis bagi hasil wawancara bebas
 Menggunakan triangulasi sumber dan teknik pengambilan data untuk
menunjukkan validitas datanya
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Abdulkadir; 2003; Hukum dan Penelitian Hukum; PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung
Stookey; Yohanes A.; 1977; "Perspektif Korban tentang Peradilan Pidana
Amerika"; dalam Joe Hudson Criminal Justice, a Critical of Assesment of Sanction;
Lexington Books

Anda mungkin juga menyukai