Anda di halaman 1dari 19

ILMU EKONOMI

“ANALISIS BIAYA PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA DAN


RRT”

Dosen Pengampu :

Siti Nurkomariyah, S.S.T.,M.M.

Disusun oleh:

Agung Wijayanto (200203161)

Ari Pirmansah (200203182)

Raihan Mubarraq (200203233)

Salma Putri Nurfaizah (200203274)

Salsabila Widyasmara Djidan (200203240)

PIWAR 3A

PERDAGANGAN INTERNASIONAL WILAYAH ASEAN RRT

POLITEKNIK NEGERI APP JAKARTA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri dalam arti luas adalah suatu bidang yang bersifat komersial yang
menggunakan keterampilan kerja serta teknologi untuk menghasilkan suatu produk
dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Diketahui bahwa industri terbagi menjadi tiga
sektor yakni Industri Penghasil Bahan Baku, Industri Manufaktur, dan Industri Jasa.
Ketiga faktor ini berpengaruh untuk kelangsungan ekonomi di suatu negara.

Dari ketiga Industri tersebut, industri manufaktur untuk perekonomian suatu


negara memiliki kontribusi yang cukup besar dimana dapat menciptakan lapangan
pekerjaan dan menghasilkan produk untuk dijual belikan. Contohnya di negara China
dan Indonesia.

Di China pada tahun 2020, PDB negara ini mengalami peningkatan salah satu
faktornya dikarenakan sektor manufaktur yang terus mengalami peningkatan.
Dilaporkan bahwa sektor ini mengalami peningkatan aktivitas yang cukup signifikan.
(Sebayang, 2018)Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur Caixin/ Markit yang
meningkat. Sama hal nya dengan Indonesia, pemerintah menyebutkan bahwa industri
manufaktur memberikan kontribusi terbesar untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada tahun ini.

Jika berbicara mengenai industri ini, tentu saja kita tidak lepas dengan biaya
produksi pada sektor manufaktur yang diketahui harus melakukan perhitungan dan
analisis yang matang agar tidak menimbulkan kerugian dikarenakan biaya produksi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besar kecilnya laba. Biaya produksi
nantinya akan menjadi penentu untuk besarnya harga jual produk tersebut. Sehingga
terkadang biaya produksi menjadi sedikit lebih tinggi daripada biasanya.

Berbeda halnya dengan negara China. Di negara ini biaya produksi justru
cenderung rendah yang mana hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap harga jual
barang dari negara tersebut.
1.2 Rumusan Masalah

Seperti yang sudah dibahas diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
pada kajian ini yaitu:

1. Apa saja yang menjadi struktur biaya produksi?

2. Apa faktor penyebab biaya produksi di China rendah?

3. Bagaimanakah kebijakan pemerintah China sendiri?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari kajian ini adalah:

1. Untuk Mengetahui mengenai struktur biaya produksi.

2. Untuk menganalisa dan mengetahui struktur dari biaya produksi lalu


penyebab dari biaya produksi di China rendah

3. Untuk mengetahui mengenai kebijakan yang diterapkan untuk Industri


manufaktur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Industri Manufaktur

Industri adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dengan bahan baku atau
bahan mentah melalui proses produksi penggarapan dalam jumlah besar sehingga
barang tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi dengan mutu
setinggi-tingginya (I Made Sandi, 1985:148).

Menurut Encyclopedia Indonesia, Industri merupakan bagian dari proses produksi


yang tidak mengambil bahan-bahan tersebut langsung dari alam untuk konsumsi, tetapi
bahan-bahan diproses dan akhirnya menjadi komoditas yang berharga kepada
masyarakat.

(Schey, 2009) Manufaktur secara khusus merupakan sebagai serangkaian operasi


yang saling berhubungan yang melibatkan perancangan, pemeliharaan bahan,
perencanaan, produksi, jaminan kualitas, manajemen serta pemasaran konsumen yang
berbeda-beda dan barang yang tahan lama.

Manufaktur terbentuk dari dua kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu manus
(tangan) dan factus (membuat) yang bisa diartikan dibuat dengan tangan.

Industri Manufaktur adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan


mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga
menjadi barang jadi/setengah jadi, dan barang yang kurang nilainya menjadi barang
yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. (bps.go.id,
2020)

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa industri manufaktur


adalah kegiatan memproduksi barang dari bahan yang mentah menjadi barang yang
jadi/setengah jadi.
2.2 Pengertian Biaya Produksi

(Mulyadi 2015:14) mendefinisikan biaya produksi adalah sebagai berikut:

“Biaya produksi didefinisikan sebagai biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah


bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual…”

(Harnanto 2017:28) mendefinisikan biaya produksi sebagai:

”Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dianggap melekat pada produk


meliputi biaya, baik langsung maupun tidak langsung dapat diidentifikasikan
dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.”

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan biaya produksi sebagai biaya
yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan memproduksi suatu bahan baku agar bahan
tersebut dapat menjadi barang jadi dan siap dijual.
BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Metode Penelitian

Kajian tulisan ini, Penulis melakukan pendekatan analisis kualitatif deskriptif.


Karena metode ini menekankan pada pengamatan yang berhubungan dengan
permasalahan manusia. Metode kualitatif-deskriptif ini merupakan sebuah analisa yang
berusaha mengungkapkan keadaan sesungguhnya yang terjadi pada sektor industri
manufaktur di China.

(Moleong 2007:5) Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar
ilmiah, dengan menggunakan metode ilmiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti
yang tertarik secara alamiah. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran
seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti.

3.2 Pengumpulan Data

Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan melakukan


penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan pencarian data melalui
internet. ini dilakukan dengan mengungkapkan fakta dan keadaan yang terjadi saat
penulisan ini dilakukan.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Struktur Biaya Produksi

Elemen-elemen untuk struktur biaya produksi mencakup biaya bahan langsung,


tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.(Hermawan Sigit et al., n.d.)

a) Biaya bahan Langsung

Biaya bahan langsung adalah biaya bahan yang digunakan dan menjadi
bagian dari produk jadi. Biaya bahan langsung ini akan sangat mudah ditelusuri
ke setiap unit barang yang telah dihasilkan karena secara fisik bahan langsung
ini bahan langsung ini akan menjadi barang jadi. Misalnya bahan langsung
dalam pembuatan pakaian jadi atau baju adalah kain,benang, kancing,dan
aksesoris. Oleh karena itu bahan langsung harus dibebankan secara langsung ke
satuan hasil yang diproduksi atau ke proses produksi tertentu, tanpa melalui
alokasi biaya terlebih dahulu.

b) Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang terlibat
langsung dalam proses mengubah bahan langsung menjadi barang jadi.

c) Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya yang tidak termasuk biaya bahan
langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya Overhead dibagi menjadi
Biaya Bahan Penunjang, Biaya Tenaga Kerja penunjang dan Biaya pabrikasi
yang lain-lain.

Ketiga elemen-elemen ini merupakan bagian yang sangat untuk bisa menetapkan biaya
produksi.
4.2 Faktor Penyebab dari Biaya Produksi di RRT Rendah

Perekonomian China telah diakui dunia menjadi perekonomian yang sangat kuat.
China berhasil menjadi salah satu negara yang mengekspor banyak barang ke seluruh
dunia. Bahkan beberapa perusahaan ternama dunia, seperti Apple dan Samsung juga
telah menggunakan beberapa komponen yang berasal dari China.

Terdapat satu hal yang unik dari China, yakni barang yang ditawarkan memiliki
harga yang murah. Padahal umumnya, negara dengan ekonomi yang maju identik
dengan barang yang mahal, oleh sebab itu, China bisa dikatakan berhasil menguasai
pasar dunia berkat inovasi.

(Wang, 2021)Berikut beberapa faktor yang menyebabkan China mampu


memproduksi barang dengan harga murah:

1) Biaya pekerja yang murah

Jumlah SDM mereka yang sangat melimpah membuat banyak orang rela
melakukan apa saja untuk mendapatkan pekerjaan, meskipun pekerjaan tersebut
sebenarnya tidak memberikan bayaran yang pantas. Jumlah keluarga miskin di China
yang semakin meningkat membuat peningkatan pada tersedianya pekerja pabrik yang
rela dibayar murah.

Selain itu, China juga mulai menggeser pekerja manusia dengan mesin. Misalnya
pada pembuatan sebuah mainan Frisbee yang hanya menghabiskan biaya pekerja sekitar
20% dari total biaya produksi. Dengan tergantikannya peran manusia oleh mesin, maka
semakin rendah pula biaya yang perlu dikeluarkan perusahaan untuk para pekerja.

2) Monopoli

Seluruh pekerja yang ada di China berada dalam naungan All-China Federation of
Trade Unions atau ACFTU. ACFTU adalah serikat pekerja China yang dibuat oleh
pemerintah. Ini adalah satu-satunya serikat pekerja yang ada di China. Meskipun
tampak seperti sebuah serikat pekerja, namun ACFTU justru menimbulkan persaingan
yang tidak sehat dalam dunia bisnis dan juga membuat pekerja sering kehilangan hak-
hak mereka akibat tekanan pihak perusahaan yang lebih diutamakan ACFTU.
Meskipun telah sering diadakan demonstrasi sebagai bentuk penolakan terhadap
ACFTU sejak beberapa tahun terakhir, namun pada kenyataannya pemerintah China
tetap mempertahankan lembaga ini.

3) Tidak ada asuransi bagi pekerja

Perusahaan di China terbilang kejam. Meskipun tidak seluruhnya, namun


kebanyakan perusahaan di China tidak memberikan hak-hak para pekerja dengan baik.
Salah satu hak pekerja yang tidak diberikan oleh banyak perusahaan China adalah
asuransi diri. Selain dibayar dengan sangat murah, para pekerja ini juga tidak
mendapatkan perlindungan dari perusahaan selama bekerja.

Pihak perusahaan menganggap asuransi adalah beban bagi perusahaan sehingga


banyak dari mereka tidak menjalankan kewajibannya yang satu ini. Padahal beberapa
pekerjaan para pekerja mengandung resiko yang tinggi, seperti operator mesin yang
sering berhadapan dengan mesin gilingan.

Daripada harus menyewa tenaga asing, mereka lebih memilih memanfaatkan


SDM dalam negeri. Ditambah lagi tidak ada asuransi yang harus dibayarkan perusahaan
kepada perusahaan asuransi milik pemerintah. Meskipun tidak ada asuransi dan juga
SDM murah, tapi setiap perusahaan memperhatikan hak pekerja dengan baik. Baik itu
soal perhitungan upah dan juga bonus.

4) Mengabaikan lingkungan

Setiap perusahaan seharusnya mengawasi jalannya perusahaan terhadap dampak


lingkungan sekitar. Namun hal ini sepertinya tidak berlaku di China. Banyak
perusahaan yang menghapuskan biaya pengendalian dampak lingkungan dari anggaran
mereka hanya untuk menghemat biaya. Hal ini tentu saja berdampak pada lingkungan
sekitar.
Sekilas tidak berhubungan dengan harga produk, tapi nyatanya sebuah perusahaan
yang beroperasi membutuhkan biaya untuk pengendalian dampak limbah. Saat ini sudah
banyak perusahaan yang tidak memperhatikan bahkan menghapus soal ini.

Dampaknya tentu sangat besar terhadap biaya produksi yang jauh lebih murah.
Namun efek buruk yang didapatkan tentu sangat cepat, buktinya tingkat polusi di China
adalah yang terburuk di dunia. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan terdapat 750.000 orang meninggal dunia di China akibat pencemaran
lingkungan.

5) Pajak

Faktor lain yang membuat barang-barang China menjadi lebih murah adalah tarif
pajak penambahan nilai atau Value Added Tax (VAT). Setiap perusahaan di China yang
berhasil mengekspor barangnya keluar negeri akan mendapatkan kembali pajak
tersebut.

Misalnya saja ketika Amerika mengimpor barang dari China, maka Amerika harus
membayar VAT. Namun Amerika tidak memiliki VAT untuk membebankan impor
China. Pengembalian pajak ini biasanya dilakukan oleh pemerintah.

6) Dumping

Dumping adalah salah satu trik dalam perdagangan internasional untuk menambah
kuota eskpor China. Metode ini sebenarnya sangat tidak sehat dan mendapat banyak
protes dari beberapa negara pengimpor. Dumping adalah kondisi dimana China
melakukan ekspor dengan harga murah bahkan meskipun biaya produksi barang
tersebut lebih mahal.

Dengan mengirim barang yang murah, maka produsen barang sejenis di negara
impor tentu akan mengalami kerusakan akibat kalah bersaing dari barang murah China.
Jika sudah begini, maka permintaan impor akan lebih banyak sehingga China
mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan kerugian yang mereka
tanggung sebelumnya
7) Mengkopi

Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa China adalah negara pengkopi terbesar di
dunia. China melakukan begitu banyak penjiplakan produk pada produk-produk
ternama. Mereka akan mengambil desain produk tersebut, kemudian membuat produk
yang hampir sama dengan mengubah nama produk tersebut sesuai dengan
keinginan.Ketika perusahaan dari negara lain menciptakan produk, mereka dengan
cepat melakukan penjiplakan.

Hemat waktu dan produk yang dibuat menggunakan bahan murah agar nantinya
bisa dijangkau oleh kalangan kelas menengah ke bawah. Dengan menjiplak produk lain,
maka perusahaan akan mengurangi biaya pengembangan dan penelitian (Research and
Development). Biaya produksi pun akan menjadi lebih murah lagi.

8) Kebijakan pemerintah

Faktor lain adalah kebijakan dari pemerintah yang sangat berpihak pada
perusahaan China namun merugikan perusahaan pendatang. Misalnya saja ketika
sebuah perusahaan asing ingin memasukkan produknya ke China, maka perusahaan
tersebut harus memiliki beberapa pekerja asal China di dalam perusahaannya. Tak
hanya sebagai pekerja, namun harus menempatkan pekerja tersebut pada posisi yang
penting dan berpengaruh di perusahaan.

Itulah beberapa faktor mengapa barang dari China sangat murah. Meskipun
barang tersebut murah, namun ternyata ada banyak sisi gelap di balik itu semua. Pihak
pemerintah yang mengabaikan hak para pekerja hingga penyimpangan dalam jalannya
perdagangan ternyata merupakan rahasia kelam dari kesuksesan ekonomi mereka.
4.3 Kebijakan Pemerintah China

(Li et al., 2001)Sejak dahulu, China memang dikenal sebagai negara produsen
yang mampu memproduksi barang-barang dengan harga murah. Karena itu, China
mampu menguasai pasar Dunia dan mengekspor berbagai barang ke berbagai negara,
termasuk Indonesia. Harga produk dari China yang bisa jauh lebih murah dari pasaran
Indonesia ini akhirnya membuat banyak UMKM kesulitan untuk bersaing.

Hal ini tidak jauh juga karena kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah China
terhadap industri ini. Berikut beberapa kebijakan pemerintah China:

1) Kemudahan dalam Perizinan

Ada sebagian daerah tertentu di China yang mempunyai potensi produksi yang
bagus maka pemerintah akan membuat kebijakan dan kemudahan dalam perizinan,
bahkan untuk jangka tahun pertama produksi suatu pabrik pemerintah membebaskan
pajak dan malah kadang dengan mensubsidi setiap jumlah barang yang diproduksi
pabrik itu sekitar 10 persen, misal biaya membuat sebuah gelas yang harga modal bahan
dan biaya produksi Rp 1000 maka setiap produksi gelas itu mereka akan disubsidi oleh
pemerintah Rp100 ,hingga akhirnya mereka bisa menjual produk mereka di awal
dengan harga Rp 1000 saja dan sudah untung.

2) PEG Mata Uang

Salah satu penyebab/faktor terpenting produk China murah adalah kebijakan


pemerintah China sendiri melakukan PEG mata uangnya sehingga jauh di bawah nilai
wajarnya (dibanding mata uang negara lain). Akibatnya, produk-produk China bisa
lebih murah secara artificial. Bilamana mata uang China dilepas ke mekanisme pasar,
harga barang China akan naik signifikan.

Notes : PEG

Mem-peg atau mengaitkan mata uang suatu negara ke mata uang negara lain,
seperti terhadap dolar. Alasan mengaitkan ke dollar adalah untuk membuat uang stabil
(ekonomi stabil) karena mata uang tetap nilainya kalau dilihat dari perdagangan
internasional.Karena itu mata uang yang dikait harus mata uang yang diakui
internasional, dengan sendirinya saat ini adalah dolar US, karena setengah dari nilai
perdagangan dunia ada ditangan US. Banyak negara menggunakan mata uangnya
kepada mata uang beberapanegara yang kuat dalam perdagangan internasional, dengan
demikian bila salah satu dari mata uang yang dikait jatuh, misalnya US dollar jatuh,
sedangkan yang lain tidak, maka mata uang yang dikaitkan itu akan jatuh tapi sedikit,
sehingga tidak mengganggu ekonomi negara.

3) CAFTA

Banjirnya produk China ke pasar lokal dikarenakan adanya CAFTA (China


ASEAN Free Trade Area) yang mulai diberlakukan pada Januari 2010. Sejak Januari
2010 telah berlaku perdagangan bebas antara ASEAN dan China sehingga produk-
produk China menjadi sangat mudah untuk masuk ke Indonesia. Apalagi sebagian besar
produk China dikenai tarif nol persen untuk masuk ke Indonesia.

Untuk diketahui FTA akan melibatkan enam negara di kawasan ASEAN. Brunei,
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Pada tahun 2015 negara
Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam juga akan terlibat dalam perdagangan bebas
tersebut.

Hal ini merupakan berkah yang sangat besar bagi produsen China. Mereka dapat
memasukkan produknya dengan sangat mudah untuk memasuki industri dalam negeri.
Biaya masuk 0 persen tersebut yang membuat ketertarikan produsen China untuk
mengekspansi pasar lokal dengan barang yang mereka produksi.

Penerapan CAFTA merupakan mimpi buruk bagi produsen lokal. Walaupun


pemerintah telah menyatakan siap terhadap dampak negatif dari CAFTA namun tidak
demikian terhadap produsen lokal. Mereka was-was terhadap ekspansi produk China
besar-besaran pasca diberlakukannya CAFTA.

Selain harganya yang relatif murah produk China yang dijualnya pun memiliki
kualitas yang lebih baik dibanding produk lokal.
4) Pemerintah Meningkatkan Ekspor Produk

Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar di berbagai daerah berbagai produk


seperti pakaian jadi hingga mainan produk China mulai membanjiri pasar dalam negeri.

Meningkatnya ekspor produk China ke dalam negeri merupakan usaha


pemerintahan China untuk meningkatkan perekonomian negara tersebut. Para importir
asal Indonesia melihat adanya permintaan (demand) dalam negeri di sejumlah sektor
dalam negeri, seperti tekstil, baja, dan elektronik. Maka importir pun dengan antusias
mendatangkan produk dari China yang memiliki kualitas dan harga yang lebih unggul
ditambah lagi dengan berlakunya CAFTA maka importir akan semakin antusias dalam
mendatangkan produk China ke dalam negeri.

5) Skala Industri

Produk yang dibuat di China kebanyakan adalah produk yang diproduksi secara
massal dan besar-besaran. Semakin besar skala produksi yang kamu miliki, maka
semakin rendah pula biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah produk.

6) Infrastruktur yang Mendukung

Negara China diketahui gencar melakukan pembangunan infrastruktur strategis


untuk mendukung industrinya, seperti jalan, pelabuhan, serta jalur kereta api. Hal ini
menyebabkan biaya transportasi dan produksi bisa ditekan serendah-rendahnya.

Selain itu, negara China banyak dibangun wilayah industri beserta kota
pendukungnya. Pembangunan infrastruktur ini juga mendukung kehidupan warganya
selain menguntungkan industri dalam negeri. Sistem ini menghubungkan tidak hanya
kota besar, namun juga kota-kota kecil yang menjadi zona manufaktur industri.

7) Kebijakan Hak Cipta Produk

Kebijakan hak cipta produk atau hak kekayaan intelektual di negara China yang
tidak konvensional membuat para produsen di sana dengan sangat cepat mengadopsi
teknologi, desain, atau produk terbaru.Hal ini membuat proses riset, produksi, dan
distribusi produk sangat cepat ke pasar. Kebijakan berbagi teknologi ini memang
mendapatkan kritik, tapi dengan kecepatan perkembangan teknologi yang tidak
terbendung, membuat kebijakan ini diterima dan dipromosikan ke seluruh dunia.

8) Kebijakan Pajak Ekspor

Salah satu yang membuat barang-barang dari China bisa berharga murah karena
adanya kebijakan pajak ekspor yang rendah ditetapkan oleh pemerintahnya. Perlu
diketahui, pemerintah China menghapus semua pajak berganda sampai PPN sampai 0%
untuk produk yang akan diekspor.

9) Subsidi Biaya Produksi

Pada kawasan industri China, banyak biaya produk diberikan subsidi secara besar-
besaran. Sebagai contoh, listrik dan air disubsidi oleh pemerintah di China hingga 30%
bagi kebutuhan industri. Subsidi ini membuat biaya produksi di China menjadi lebih
murah.

10) Kepatuhan Lebih Rendah

Pabrik China dikenal tidak mengikuti sebagian besar hukum dan pedoman ini.
Secara historis, pabrik-pabrik China telah mempekerjakan pekerja anak, memiliki jam
kerja yang panjang, dan tidak menyediakan asuransi kompensasi bagi para pekerja.

Beberapa pabrik bahkan memiliki kebijakan di mana para pekerja dibayar setahun
sekali, sebuah strategi untuk mencegah mereka berhenti sebelum tahun sudah habis.

Dihadapkan dengan kritik yang memuncak, pemerintah Tiongkok telah


mengklaim melakukan reformasi yang melindungi hak-hak pekerja dan memberikan
kompensasi yang lebih adil. Namun, kepatuhan terhadap aturan di banyak industri
rendah dan perubahannya lambat.
11) Pajak

Kebijakan pajak ekspor dimulai pada tahun 1985 oleh China sebagai cara untuk
meningkatkan daya saing ekspornya dengan menghapus pajak berganda atas barang
ekspor.Barang ekspor dikenai pajak pertambahan nilai (PPN) nol persen, yang berarti
mereka menikmati pembebasan PPN atau kebijakan rabat.

Selain itu, produk konsumen dari China dibebaskan dari pajak impor. Tarif pajak
yang lebih rendah ini membantu menjaga biaya produksi tetap rendah, memungkinkan
negara menarik investor dan perusahaan yang ingin memproduksi barang-barang
berbiaya rendah.

12) Label Made in China

Ekonomi China berkembang pesat sebagai kekuatan manufaktur dan produk-


produk bangsa yang tampaknya ada di mana-mana. Mayoritas tag, label, dan stiker pada
berbagai barang menyatakan bahwa barang-barang itu 'Made in China' atau yang berarti
buatan China.

Karena itu, dapat dipertanyakan mengapa ada begitu banyak barang dengan label
buatan China? Beberapa orang mungkin berpikir bahwa produk China ada di mana-
mana karena melimpahnya tenaga kerja dengan gaji murah sehingga menurunkan biaya
produksi, tetapi ada lebih dari itu.

Selain biaya tenaga kerja yang rendah, China telah dikenal sebagai "pabrik dunia"
karena ekosistem bisnisnya yang kuat, kurangnya kepatuhan terhadap peraturan, pajak
dan bea yang rendah, dan praktik mata uang yang kompetitif.

13) Penghitungan Modal Awal dengan Sistem Container

China menghitung modal bukan berdasarkan biaya produksi suatu barang, akan
tetapi berdasarkan jumlah keseluruhan container. Karena itulah, ketika borongan barang
dari China dibeli, para importir dapat memperoleh keuntungan yang sangat signifikan.
Namun memang, modal awal yang perlu dikeluarkan juga cukup besar karena
pembelian impor barang China juga harus dilakukan dalam jumlah besar.

14) Perusahaan China Memproduksi Barang dengan Berbagai Grade

Perusahaan China pandai memainkan harga. Barang – barang China yang


diproduksi dihadirkan dalam berbagai grade. Ada grade A, grade B dan grade C.
Masing – masing grade tersebut dibanderol dengan harga yang berbeda karena kualitas
yang ditawarkan juga memiliki perbedaan.

Grade A dibanderol dengan harga yang tinggi sementara grade B dan C


dibanderol dengan harga di bawah grade A. Ada kelompok produk berkualitas tinggi
untuk target market kelas atas, ada produk berkualitas menengah untuk target market
kelas menengah, dan ada produk dengan kualitas biasa untuk target market terbawah.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sudah menjadi hal yang biasa bahwa China sangat mendominasi produk khusus
nya pada industri manufaktur di seluruh dunia. Penjelasan di atas membuat kita dapat
melihat sisi baik dan buruk. Bahwa rendah nya biaya produksi didorong dari banyak
faktor internal maupun eksternal yang ada. Sangat disayangkan jika lingkungan,
masyarakat dan ide kreatif yang sangat mudah sekali di plagiat. Namun kita tidak boleh
hanya melihat dari segi buruk nya saja, terkadang hal itu tercipta karena faktor tekanan.
Dikarenakan produk sejenis mahal maka diciptakan produk sejenis yang biaya
produksinya murah. Negara China sudah terkenal dengan julukan negara plagiat seperti
itu. Solusi itu tentu saja memiliki banyak peminat di pasaran. Terlebih lagi di industri
manufaktur yang banyak menghasilkan limbah produksi.

Tetap saja harus ada yang dikorbankan seperti asuransi dari pada pekerja di
perusahaan yang menciptakan barang tersebut tidak ada. Limbah yang dihasilkan tidak
dikelola dengan baik karena mengurangi biaya produksi nya agar tetap rendah. Sistem
pemerintahan atau kebijakan – kebijakan nya juda mendukung para produsen seperti
pajak, perijinan jika perusahaan tersebut berpotensi baik kedepan maka ijin akan sangat
mudah. Organisasi perdagangan internasional yang dibentuk juga selaras dan sangat
mendukung akan rendah nya biaya produksi. CAFTA, yang membuat produk – produk
China masuk dengan mudah ke seluruh negara di Asia.

5.2 Saran

Masyarakat dunia sebagai konsumen, nantinya juga akan memikirkan dampak


negatif yang terjadi. Kualitas yang rendah karena biaya produksi yang rendah tidak
selama nya menjadi pilihan yang tepat. Dengan begitu harus ada inovasi lagi terhadap
kualitas dan dampak yang diberikan terhadap lingkungan maupun masyarakat. Ide – ide
yang murni tanpa meniru dan menurunkan kualitas tentunya jauh lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

bps.go.id. (2020). industri mikro dan kecil. Bps.Go.Id.


Hermawan Sigit, Biduri Sarwenda, Hariyanto Wiwit, & Rahayu Ruci. (n.d.). Akuntansi
Perusahaan Jasa, Dagang, Dan Manufaktur (2019th ed.). Indomedia Pustaka.
www.indomediapustaka.com
Li, X., Liu, X., & Parker, D. (2001). Foreign direct investment and productivity spillovers in
the Chinese manufacturing sector. In Economic Systems (Vol. 25).
Schey, J. A. (2009). Proses manufaktur: introduction to manufacturing processes. 1(1).
Sebayang, R. (2018, October 1). Sektor Manufaktur China Terpukul Perang Dagang.
CNBCIndonesia.Com.
Wang, J. (2021). Research on sustainable evolution of China’s cloud manufacturing policies.
Technology in Society, 66. https://doi.org/10.1016/j.techsoc.2021.101639

Anda mungkin juga menyukai