Anda di halaman 1dari 3

Nama :

Nim :

10 oktober 2022

PEMELIHARAAN, PELESTARIAN, DAN PENGELOLAHAN


LINGKUNGAN HIDUP ALA RASULULLAH SAW

Kaum Muslimin jama’ah shalat Jum’ah Masjid Istiqlal rahima-kumullah. Allah SWT
berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 208 yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan
(paripurna), dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata
bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 208)
Pertanyaannya bagaimanakah kita bisa menjadi muslim yang paripurna?
Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 208 dapat diimplementasikan dalam kehidupan
praktis sehari-hari. Termasuk konsep kelestarian lingkungan dengan menunjuk di antara
makna dalam ayat di atas yang diartikan sebagai Kelestarian, Pemeliharaan, dan Pengelolaan
Lingkungan dalam arti luas sebagaiman juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Menurut Dr. Robert Frager seorang mualaf yang kemudian menjadi alim di
California, serta menulis banyak buku, meninjau cara memahami menjadi muslim paripurna
dengan pendekatan sosiologi atau kehidupan orang-orang di sekitar masjid, mulai dari masuk
sampai keluar dari masjid.

Ada empat model yang ditawarkan untuk terwujudnya lingkungan hidup lestari,
terpelihara, dan terkelola dengan baik

1. Lepas Sandal

Lepas sandal/sepatu jelang masuk masjid dengan state of conscience: this mine and that is
yours.

Sejak awal ketika melepas sandal, kita telah menjaga diri dari kecerobohan
perbuatan, dan ini menjadi penting. Dr. Robert menyebutkan fenomena praktik Islami
pertama ini, untuk memudahkan ingatan, diistilahkan dengan Islam Syari’ah/Islam
Syari’iy.

2. Saling Berbagi Ketika di Serambi Masjid


Ketika memasuki serambi masjid, sebelum masuk masjid, kebiasaan masyarakat
(jamaah) duduk bersama bahkan makan-minum bersama seperti satu keluarga. Ini duhulu
menjadi kebiasaan kaum mutashawwifin. Jika Islam Syar’iy menyemangati tertib sosial
dan hukum, maka yang kedua ini, untuk memudahkan Dr. Robert menyebutkan bahwa
hal tersebut, Semangat yang terbangun ialah semangat ukhuwah yang terasa.

3. Memasuki Masjid

Tahap ketika memasuki masjid, di mana tak satupun memerlupakan ijin atau
tidak perlu meminta ijin ke siapaun. tahap ketiga ini dalam hati setiap pribadi harus ada
kesadaran hakiki sehingga,  tidak ada milikku-tidak ada milikku, Dengan ini maka semua
bertanggung jawab atas semua dan kesadaran ini mampu melahirkan terkelolanya alam
dengan baik.

4. Pelaksanaan Shalat

Tahap ketika seseorang melaksanakan shalat dalam masjid. Berbeda dengan


pertama, kedua, dan ketiga, maka ketika shalat itu setiap diri harus mencapai fana’ suatu
kesadaran yang hanya mengakui wujud Allah dan hanya Allah.

Untuk memudahkan, Dr. Robert menyebutnya sebagai Islam Ma’rifat. Jika


kesadaran ini dapat dicapai maka insya Allah ketika shalat bukan hanya sah akan tetapi
juga khusu’ dan terima Allah subhanahu wata'ala.

Dengan kesadan Islam Ma’rifah ini jika terkait dengan keberadaan kehidupan
lingkungan, maka pastilah akan terwujud lingkungan yang memberi kehidupan yang terus
membawa barakah baik dari langit, bumi, dan di antara keduanya dan ini mendekatkan
pemahaman maka kita setiap kali harus memuji dengan mengucap: Alhamdulillahi Rabb
al-‘Alamin (Segala puji bagi Allah yang melestarikan alam semesta).

Kemudian, selesai menunaikan shalat dan ketika keluar dari masjid, setiap diri,
setiap pribadi harus kembali ke tahap awal lagi yaitu ke tempat di mana sandal atau
sepatunya diletakkan, dalam pemaknaannya kita kembali pada Islam Syar'iy, yaitu jangan
sampai kita mengambil barang yang bukan milik kita.

Dalam kesadaran pada sebuah bangsa, maka bangsa itu tidak akan ada yang
korupsi. Adapun jika kesadaran itu diimplementasikan pada kehidupan sosial budaya,
insyaAllah alam akan dikelola dengan baik sehingga dapat menjadi lestari.

Jangankan Ma’rifat, Hakekat pun harus ditempatkan dipahami dan diamalkan


secara benar, begitu juga Islam Thariqat, maka ketika kembali ke sandalnya maka
seseorang tadi kembali ke Muslim Syariat. Sehingga terbentuklah kehidupan yang terus

2
menjaga ketertiban sosial, tertib masyarakat, tegaknya hukum dan keadilan akan terjadi
dengan budaya.

Begitulah pemaknaan dari Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 208. Sekarang kita
pertanyakan kepada diri kita sendiri, sudah di tahap mana kita mulai kesadaran-kesadaran
ini dalam kehidupan sehari-hari, dan ini insyaAllah menjadi modal besar bagi
kelangsungan alam Indonesia yang lestari dan

Anda mungkin juga menyukai