Anda di halaman 1dari 12

Kiryoku, Volume 3 No 4 2019

e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497


Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

Seppuku: Kematian Terhormat Dalam Tradisi Jepang


Titiek Suliyati
Program Studi S1 Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

E-mail : suliyati.titiek@gmail.com

Abstrak
Pada zaman modern, yaitu zaman setelah Restorasi Meiji, seppuku secara bertahap
menghilang seiring dihapuskannya golongan samurai. Walaupun demikian di Jepang masih
ada orang yang melakukan seppuku dan harakiri, tetapi motivasi, metode pelaksanaan dan
tujuannya berbeda dari seppuku dan harakiri di zaman sebelum restorasi Meiji. Perubahan
dan dinamika masyarakat Jepang dalam melakukan seppuku dan harakiri sangat menarik
untuk dikaji. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara tradisi seppuku dengan jumlah bunuh diri yang besar di Jepang saat ini. Untuk
mengkaji korelasi tersebut penulisan artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan sejarah. Tahapan-tahapan penelitian sejarah dimulai dari pengumpulan data
(heuristik), kritik sumber, interpretasi dan penulisan hasil penelitian dalam bentuk artikel.
Analisa dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang mencakup reduksi data,
penyajian data, dan penarikan simpulan.Hasil penelitian menyimpulkan, bahwa tidak ada
korelasi yang tegas antara tradisi seppuku di masa lalu dengan bunuh diri (jisatsu) yang
banyak dilakukan masyarakat Jepang saat ini. Ada perbedaan tujuan, motivasi dan latar
belakang dalam tindakan bunuh diri mereka.

Kata kunci : Seppuku, kematian, samurai, tradisi, Jepang

Abstract
In modern times, the era after the Meiji Restoration, seppuku gradually disappeared when the
samurai group was abolished. Although in Japan there are still people who commit seppuku
and harakiri but the motivation, implementation methods and objectives are different from
seppuku and harakiri in the era before the Meiji restoration. The changes and dynamics of
Japanese society in conducting seppuku and harakiri are very interesting to study. The
purpose of writing this article is to find out whether there is a correlation between seppuku
tradition and the number of suicides in Japan at this time. To explore this correlation, the
writing of this article uses a qualitative method with a historical approach. The stages of
historical research begin with data collection (heuristics), source criticism, interpretation and
writing of research results in the form of articles. The analysis was performed using
qualitative methods which include data reduction, data presentation, and concluding. The
results of the study concluded that there is no strong correlation between seppuku traditions
in the past with suicide (jisatsu) that many Japanese do today. There is a difference in
purpose, motivation and background in their suicide.

Keywords : Seppuku, dead, samurai, tradition , Japan

PENDAHULUAN budaya yang beraneka ragam. Aneka


ragam budaya dan tradisi meliputi seluruh
Masyarakat Jepang adalah masyarakat
aspek dalam kehidupan manusia. Ada
yang unik, karena menjalankan tradisi dan
tradisi/ budaya yang menunjukkan rasa

202 Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497


Kiryoku, Volume 3 No 4 2019
e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

sukacita, ada dukacita, semangat dan rasa mengakhiri hidupnya dengan cara
putus asa. Di Jepang tradisi seppuku dan menyakiti diri sendiri. Durkheim (1979)
hara-kiri yang oleh masyarakat di luar juga menyebutkan bahwa ada 3 ciri dari
masyarakat Jepang dipandang sebagai tindakan bunuh diri, yaitu egoistik,
ekspresi putus asa, sesungguhnya bukan altrustik dan anomik. Bunuh diri yang
bermakna sebagai keputusasaan. sifatnya egoistik adalah orang yang tidak
Banyaknya kasus bunuh diri di banyak memiliki ikatan kuat dengan kelompok
negara, menyebabkan banyak penelitian sosialnya, seperti dikucilkan dari keluarga,
dilakukan oleh para ahli unuk mengungkap teman, tidak menikah, bercerai dan
apa yang menjadi latar belakang dan sebagainya. Ciri lain dari orang yang
penyebab bunuh diri. melakukan bunuh diri dengan kategori ini
Beberapa kajian tentang seppuku adalah sifatnya skeptis dan apatis, tidak
telah dilakukan oleh beberapa penulis, memiliki daya juang. Bunuh diri yang
yaitu antara lain Seward (1995), yang sifatnya altrusistik adalah bunuh diri yang
menulis buku Hara- Kiri Bunuh Diri Ala didorong oleh kesetiaan, pengabdian dan
Jepang (terjemahan). Buku ini mengulas rasa hormat pada kelompok di mana
tentang tradisi harakiri yang lasim individu tersebut berada, seperti agama,
dilakukan oleh golongan samurai sejak dari pendidikan, norma yang berlaku dan lain
zaman awal keberadaannya sampai zaman sebagainya. Individu dengan sifat seperti
Meiji. Seward menguraikan, bahwa ini biasanya lebih mementingkan
harakiri menjadi bagian dalam bushido, kepentingan orang lain atau kelompoknya
yang menuntut tanggungjawab, kesetiaan, daripada dirinya sendiri.Bunuh diri yang
pengabdian yang tinggi, termasuk sifatnya anomik, yaitu dorongan untuk
pengorbanan jiwa. Sikap patriotisme dan melakukan bunuh diri karena tidak bisa
kepahlawanan samurai dihargai dan menghadapi perubahan-perubahan dalam
dihormati ketika ia melakukan seppuku masyarakat terkait dengan perubahan nilai
yang tujuannya untuk membela dan norma serta perubahan taraf hidup dan
kepentingan orang banyak, seperti ketika status hidup.
seorang samurai dalam peperangan Seppuku dan harakiri di Jepang ada
menyelamatkan pasukannya dengan kesamaannya dengan salah satu kategori
seppuku. yang dikemukakan Durkheim, yaitu bunuh
Kajian yang lain adalah skripsi diri yang sifatnya altruistik. Menurut
yang ditulis oleh Batubara (2008), yang Bellah (1992 : 79) seppuku dan harakiri
berjudul Seppuku : Telaah Religiositas terkait erat dengan kehidupan keagamaan
dalam Upacara Bunuh Diri Ala Jepang. masyarakat Jepang. Agama dalam
Skripsi ini mengkaji tentang pengaruh lingkungan masyarakat Jepang menjadi
agama dan kepercayan dalam seppuku. dasar moral dan etika yang mendorong
Agama dan kepercayaan yang untuk setia dan mendahulukan kepentingan
mempengaruhi seppuku adalah Budha dari masyarakat daripada kepentingan pribadi.
aliran zen, Shinto, Konfusius dan Tao. Secara etimologis seppuku berasal
Pengaruh agama dan kepercayaan ini dari kata setsu dan fuku. Setsu artinya perut
tampak pada etika, falsafah yang dan fuku artinya merobek atau memotong.
mendasari seppuku. dan juga pada simbol- Jadi pengertian seppuku adalah
simbol perlengkapan seppuku. merobek/memotong perut. Selain seppuku
Menurut Durkheim (1979: 44), ada hara-kiri yang merupakan tindakan
bunuh diri adalah upaya seseorang untuk bunuh diri juga. Hara-kiri berasal dari
Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497 203
Kiryoku, Volume 3 No 4 2019
e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

kata hara yang artinya perut dan kiru yang Di Jepang seppuku merupakan
artinya memotong atau merobek. Seppuku tindakan yang legal yang dilakukan oleh
merupakan sebutan resmi yang lebih halus para samurai untuk menebus kesalahannya,
untuk menyebut bunuh diri. Harakiri untuk permintaan maaf atas
merupakan sebutan bunuh diri dalam ketidakmampuannya, untuk
keseharian (Seward, 1995 : 1-2) . mempertahankan harga diri,
Seppuku dan harakiri memiliki menyelamatkan nama baik keluarga
keterkaitan yang erat dengan terbentuknya maupun kelompoknya dan sebagainya.
golongan samurai dan bushido. Seperti Seppuku merupakan inti dan dasar dari
makna yang tersirat pada kata samurai bushido (Nitobe, 2001 : 4).
yaitu pelayan, maka kita memahami bahwa Pada zaman modern Jepang, yaitu
samurai dituntut untuk mengabdi zaman setelah Restorasi Meiji, seppuku
sepanjang hayat kepada berangsung-angsur mulai menghilang
majikannya/atasannya, termasuk sejalan dengan dihapuskannya golongan
mengorbankan jiwanya (Suliyati, 2013). samurai. Walaupun tidak dipungkiri,
Pada perkembangannya kemudian bahwa di Jepang masih ada seppuku dan
samurai semakin menunjukkan otoritasnya harakiri, tetapi motivasi, cara pelaksanaan
sebagai kelas prajurit. Pada masa dan tujuannya berbeda dari seppuku dan
kekuasaan Tokugawa di zaman Edo harakiri di era sebelum kaisar Meiji
samurai disebut sebagai bushi. Dalam berkuasa.
menjalankan tugasnya para bushi ini terikat Tujuan dari penulisan artikel ini
dengan etika yang disebut bushido. Etika adalah untuk mengetahui perubahan dan
Bushido telah mendasari seppuku sebagai dinamika masyarakat Jepang dalam
ekspresi yang kuat terhadap kesetiaan, melakukan seppuku. Selain itu juga untuk
kehormatan dan harga diri. mengetahui korelasi antara seppuku yang
Seppuku atau harakiri dilakukan dilakukan di masa sebelum terjadinya
oleh samurai didasari oleh on dan giri. On Restorasi Meiji, yang menjadi tonggak
dapat diartikan sebagai pengabdian yang modernisasi Jepang, dengan bunuh diri
besar dan tanpa batas kepada penguasa, biasa atau jisatsu yang marak dilakukan
yang dalam hal ini adalah kaisar. Giri oleh orang-orang jepang di zaman modern
bermakna kesetiaan dan pengabdian ini.
mendalam seorang bawahan atau pengikut
METODE
kepada atasan atau penguasa, yang
diekpresikan dalam kematian (Benedict, Penelitian ini dilakukan untuk
1982: 122-125). memecahkan masalah yang berkaitan
Di dalam konsep agama secara dengan korelasi antara tradisi seppuku di
umum tindakan bunuh diri adalah tindakan masa lalu dengan jumlah angka bunuh diri
yang tidak dibenarkan dan dianggap masyarakat jepang yang saat ini yang
sebagai tindakan rendah, yang merupakan semakin banyak.
dosa besar. Hal ini berbeda dengan konsep Artikel ini disusun sebagai hasil
beragama masyarakat Jepang, yang penelitian pustaka yang menggunakan
memandang kematian dengan cara seppuku metode kualitatif dengan pendekatan
sebagai bentuk penghormatan, kesetiaan, sejarah. Pendekatan sejarah digunakan
pengabdian kepada negara, pimpinan, untuk menguraikan tahapan-tahapan mulai
majikan, orang yang dihormati atau dari pengumpulan data (heuristik), kritik
dicintai. sumber, intrepretasi dan penulisan hasil

204 Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497


Kiryoku, Volume 3 No 4 2019
e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

penelitian dalam bentuk artikel (Gottschalk, melemah karena pengendali pemerintahan


2008 ). adalah golongan Fujiwara yang sangat kuat
Penelusuran data atau (heuristik) pengaruhnya dan otoriter, sehingga para
dilakukan dengan studi pustaka, yaitu aristokrat (keluarga kekaisaran) yang tidak
pustaka-pustaka yang terkait dengan mendapatkan jabatan dalam pemerintahan
sejarah Jepang, masyarakat Jepang, menyingkir ke daerah-daerah di luar kota,
kebudayaan Jepang, seppuku dan harakiri, menjadi tuan-tuan tanah. Zaman Kamakura
kepercayaan masyarakat Jepang dan merupakan zaman kekacauan, karena
sebagainya. Penelusuran data juga terjadi perebutan pengaruh dan wilayah
dilakukan melalui internet untuk mencari kekuasaan antara kelompok keluarga
artikel-artikel yang terkait dengan topik Fujiwara, Taira dan Minamoto. Untuk
dan masalah yang diteliti. Penulis tidak mengamankan wilayah dan daerah
melakukan pencarian data melalui kekuasaannya, kelompok-kelompok
wawancara karena jarak geografis yang keluarga ini merekrut pasukan
jauh serta pihak-pihak terkait yang tidak pengamanan yang berasal dari masyarakat
memungkinkan untuk diwawancarai. setempat, baik dari kalangan petani,
Data dan informasi yang diperoleh masyarakat biasa dan bangsawan feodal.
dari literatur kemudian dibandingkan Perebutan pengaruh dan kekuasaan antara
untuk mencari kredibilitasnya. Selanjutnya golongan keluarga Taira dan Minamoto
informasi-informasi tersebut sudah diawali sejak zaman sebelumnya,
diinterpretasikan dan dianalisa, dicari yaitu zaman Heian dalam pertempuran
relevansinya. Hogen yang terjadi pada tahun 1156 dan
Analisa dilakukan dengan Heiji terjadi pada tahun 1159
menggunakan metode kualitatif yang (Mattulada.1979 : 80).
mencakup reduksi data, penyajian data, Dua kelompok keluarga ini silih
dan penarikan simpulan (Miles dan berganti memenangkan pertempuran.
Huberman, 1992: 16- 19). Reduksi data Kelompok keluarga yang dapat
yaitu menyeleksi data yang diperlukan dan memenangkan pertempuran mendapat
sesuai dengan materi kajian. Data yang imbalan menjadi pembantu Kaisar dalam
telah tersusun secara krononogis dalam menjalankan pemerintahan. Pada tahun
hubungan sebab-akibat didiskripsikan dan 1192 Kaisar Go-Toba mengangkat
disajikan dalam bentuk narasi (Louis Minamoto-No Yoritomo menjadi shogun,
Gottschalk, 2008). Kesimpulan dan yaitu panglima tertinggi militer/ tentara
verifikasi yaitu melakukan koreksi dan dan membangun pemerintahan keshogunan
memeriksa data dari hasil-hasil studi di Kamakura (Mattulada.1979 : 81). Pada
pustaka dengan sumber-sumber data dasarnya pemerintahan keshogunan
lainnya yang sejenis. merupakan pemerintahan yang dijalankan
oleh golongan militer yang bersifat sangat
HASIL DAN PEMBAHASAN keras dan otoriter. Dengan terbentuknya
keshogunan, maka golongan militer atau
1) Awal Mula Tradisi Seppuku samurai, berada pada strata sosial tertinggi.
Sebagai pelaksana dalam pemerintahan
Sebelum zaman Kamakura, seppuku dan kekaisaran Jepang, golongan samurai
harakiri belum lazim dilakukan oleh mendapat hak-hak istimewa dan status
masyarakat Jepang. Tradisi seppuku ada sosial yang tinggi.
kaitan erat dengan tradisi samurai, yang Untuk menunjang tugas sebagai
mulai muncul pada zaman Kamakura samurai diperlukan alat dan aturan-aturan
(tahun 1192 – tahun 1333). Pada zaman yang terangkum dalam etika bushido, yang
Kamakura pemerintahan kekaisaran mulai harus ditaati dan dijalankan. Etika bushido

Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497 205


Kiryoku, Volume 3 No 4 2019
e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

adalah dasar pembentukan karakter para seppuku setelah pertempuran antara


samurai yang berkaitan dengan keluarga Minamooto dengan keluarga
kehormatan, tanggungjawab, kesetiaan, Taira. Dalam pertempuran ini Minamoto
kesungguhan, kedisiplinan, rasa malu, tata No Yorimasa sudah memperkirakan,
krama, kemurnian, kesederhanaan dan bahwa kelompoknya akan kalah. Untuk
semangat juang yang tinggi (Bryant, menghindari musuh menangkap dan
2004 :9-10). Watak satria yang menyiksanya, ia memilih melakukan
dikembangkan dalam aktivitas samurai, seppuku. Setelah peristiwa tersebut,
yang dalam kesehariannya dituntut setia, seppuku menjadi bagian dari etika bushido
hormat, patuh, jujur, sopan, rendah hati, (http://jcul. com/tradisi-bunuh-diri-di-
adil dan berani membela majikan atau jepang/).
atasannya, memerlukan aturan ketat agar Seppuku mencerminkan
mereka terarah dalam menjalankan peran kepribadian bangsa Jepang yang memiliki
dan tugasnya. Kehormatan menjadi hal keberanian menghadapi resiko dan berani
utama yang selalu dijaga dan mempertanggungjawabkan kesalahan,
diperjuangkan dalam kehidupan maupun kekurangan dan kelemahan diri
kematian. Dalam tradisi bushido, kematian (Benedict,1982: 172). Untuk menghindari
terhormat adalah melalui seppuku. Dalam kondisi yang akan mempermalukan diri
melakukan seppuku diperlukan keberanian sendiri maupun dipermalukan orang lain
yang tinggi dan tekat yang kuat, agar maka seorang samurai memilih jalan
tujuan dari seppuku sesuai dengan yang kehormatan dengan seppuku. Keberanian
diharapkan. dan kesetiaan membuat kehormatan dan
Ajaran bushido seringkali kualitas nilai seorang samurai mencapai
diekspresikan oleh samurai dalam seppuku, taraf kesempurnaan.
yaitu tindakan menusuk atau merobek Karena prinsip utama dari seppuku
perut dengan pedang dengan tujuan untuk adalah untuk mengembalikan atau
mempertahankan kehormatan atau harga melindungi kehormatan samurai, maka
diri. Seppuku bukan sekedar tindakan mereka yang tidak termasuk dalam
bunuh diri (hara-kiri) tanpa makna, tetapi golongan samurai tidak diharapkan
merupakan tindakan mulia dan terhormat. melakukan seppuku. Secara umum jika
Ketika seorang samurai tidak dapat
seorang Samurai akan melakukan seppuku,
mencapai tujuannya semasa hidup, maka ia
maka harus seijin atasannya yaitu daimyo
akan memilih kematian untuk mencapai
kehormatan (Suryohadiprojo, 1982 : 49). atau shogun.
Kematian terhormat bagi para
samurai adalah kematian dalam 2) Macam dan Kategori Seppuku
mempertahankan diri, membela majikan, Seward (1995 : 21) menyebutkan, bahwa
menegakkan keadilan, dan penebusan rasa ada beberapa jenis dan macam seppuku
malu atau rasa bersalah (Wulandari, 2006: yang dilakukan oleh samurai serta makna
15). Seppuku adalah ekspresi kematian yang melatarbelakanginya, yaitu:
yang menyiratkan watak samurai. Dengan a. Junshi atau ada yang menyebut chugi-
demikian tradisi seppuku juga diperkirakan bara dan oibara, yaitu seppuku yang
sudah ada sejak zaman Kamakura dan dilakukan sebagai bentuk kesetiaan
terus berkembang hingga zaman Edo bawahan atau anggota keluarga
(tahun 1603 sampai dengan tahun1867). terhadap atasan (majikan) atau tokoh
Seppuku yang paling awal panutannya yang meninggal dunia.
dilakukan oleh salah seorang samurai dari b. Kanshi, yaitu seppuku yang dilakukan
keluarga Minamoto, yaitu Minamoto No sebagai protes terhadap atasan yang
Yorimasa pada sekitar tahun 1180. melakukan kesalahan atau
Minamoto No Yorimasa melakukan kesewenang-wenangan. Sebenarnya
206 Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Kiryoku, Volume 3 No 4 2019
e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

samurai yang melakukan kanshi berbagai jenis pedang yaitu tachi (pedang
bukan berarti tidak setia kepada panjang), wakizashi (pedang pendek) atau
atasannya, tetapi ia berusaha tanto (pisau). Pedang-pedang ini
mengekspresikan kesetiaannya dengan digunakan untuk merobek perut secara
cara mengingatkan atasan atau horizontal dan memotong ususnya.
majikannya, bahwa apa yang Dalam praktiknya seppuku
dilakukan membawa dampak buruk dilakukan atas 2 hal, yaitu seppuku yang
pada nasib seseorang dan diharapkan direncanakan dan seppuku sebagai
tidak terulang lagi. hukuman. Seppuku yang direncanakan
c. Sukotsu shi, yaitu seppuku yang biasanya dilakukan di depan penonton.
dilakukan untuk menebus kesalahan Seppuku yang direncanakan dilakukan
atau kesewenang-wenangan yang telah dengan persiapan-persiapan, yang
dilakukan. Seorang panglima perang tahapannya sebagai berikut :
yang menyesal terhadap prajurit - Seppuku diawali dengan ritual mandi
(militer bawahannya) yang kalah dan oleh samurai. Ia kemudian berpakaian
gugur dalam perang dan terhadap kimono putih dan kemudian makan
keluarga yang ditinggalkan. Sukotsu dengan menu kegemarannya. Setelah
shi juga dilakukan setika seorang makan, samurai duduk di tempat yang
samurai membela nama keluarga dan telah disiapkan dengan
ketika ia akan ditangkap oleh musuh. posisi seiza (posisi duduk di atas tumit)
d. Munen-bara, yaitu seppuku yang - Sebuah gelas sake, setumpuk kertas
dilakukan karena kemarahan. Munen- washi (kertas dari kulit kayu), alat tulis,
bara dilakukan seorang samurai untuk wakizashi (pedang pendek untuk
membuktikan kesungguhan, kebenaran merobek perut) dan tanto (pisau untuk
dan kejujuran terhadap ketidakbenaran mengeluarkan isi perut) diletakkan di
sesuatu yang dituduhkan kepadanya, meja kayu di depan samurai
seperti tuduhan penghianatan, pelaku seppuku.
ketidakjujuran, ketidaksetiaan dan - Kemudian samurai pelaku seppuku
sebagainya. akan meminum sake dua kali, masing-
e. Jigai, yaitu seppuku yang dilakukan masing dua tegukan. Satu tegukan untuk
oleh wanita karena tidak mampu keserakahan, tiga tegukan lainnya untuk
menanggung malu atau aib. Selain itu keraguan. Total empat tegukan, atau
bisa juga dilakukan oleh istri samurai ‘shi’(empat dalam bahasa Jepang),
sebagai ungkapan cinta kepada melambangkan kematian. Setelah itu
suaminya yang telah melakukan dia akan menulis wasiat terakhir atau
seppuku. Jigai juga sering dilakukan menulis puisi kematian dengan tenang
istri dari para samurai yang kalah dan tanpa peduli bahwa dia akan mati.
perang. - Tahap berikutnya adalah pelaksanaan
seppuku oleh samurai. Ia didampingi
Teknik seppuku dilakukan dengan oleh Kaishakunin, yang bertugas
dua cara yaitu ichimonji dan jumonji. memenggal kepalanya
Ichimonji adalah merobek perut dengan (kaishaku) setelah ia selesai memotong
jalan menusukkan pedang ke perut bagian perutnya. Untuk mempercepat kematian
kiri, lalu menariknya ke sisi kanan. dan supaya samurai pelaku seppuku
Jumonji yaitu menusukkan pedang ke ulu tidak terlalu lama menderita kesakitan,
hati, kemudian menariknya ke bawah Kaishakunin dengan menggunakan
sampai ke pusar. katana (pedang panjang) memenggal
Senjata yang digunakan oleh kepala samurai tanpa memutuskannya,
samurai ketika melakukan seppuku adalah agar kepala samurai tidak lepas dan

Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497 207


Kiryoku, Volume 3 No 4 2019
e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

jatuh. Yang bertindak sebagai samurai yang dijatuhi hukuman diampuni


Kaishakunin dapat ditunjuk oleh dan dimaafkan oleh keluarga pihak yang
pemerintah Shogun atau teman dekat dirugikan.
samurai pelaku seppuku. Hukuman mati dalam bentuk
- Tahap akhir dari seppuku adalah seppuku dihapus pada tahun 1873 melalui
pembersihan tempat seppuku. Peralatan peraturan yang dibuat kaisar Jepang,
yang dipakai dalam seppuku seperti karena hukuman mati dengan seppuku
meja dan pedang akan dibuang karena tidak mengurangi jumlah kriminakitas
dianggap telah tercemar oleh kematian. yang dilakukan oleh samurai. Selain itu di
- Setelah seppuku selesai maka jenasah era Meiji golongan samurai telah
samurai dikembalikan kepada keluarga dihapuskan.
atau dimakamkan di lingkungan kuil
Budha atau Shinto. 3) Simbolisme dalam Seppuku

Seppuku yang dilakukan atas Sebagai tradisi seppuku penuh makna


kehendak sendiri dengan kesadaran dan simbolik yang perlu dipahami, sehingga
sukarela dianggap sebagai sikap yang seppuku bukan hanya bunuh diri biasa.
terpuji seorang samurai terhadap Ada nilai-nilai luhur yang terkandung di
majikan/pimpinannya dan pihak yang dalamnya.
dirugikan. Seppuku yang dilakukan secara a. Perut
sukarela dianggap sebagai kematian Dalam seppuku ada bagian-bagian tubuh
terhormat bagi keluarga pelaku seppuku yang dilukai, yaitu perut. Perut dalam
dan memungkinkan pelaku seppuku tradisi Jepang dianggap penting karena
mendapat penghargaan atas jasanya selama sebagai pusat segala emosi dan kejiwaan.
hidup. Perut merupakan simpul energi fisik dan
Seppuku sebagai hukuman aktivitas pada tubuh manusia, mulai dari
mati dilakukan untuk mempermalukan seksualitas, pernafasan, kesadaran,
samurai yang telah melakukan tindakan semangat dan otak (Batubara, Y.A, 2008 :
kriminal seperti pemerkosaan, 71)
perampokan, korupsi dan Perkembangan pemaknaan perut
pengkhianatan. Hukuman mendapat pengaruh dari budaya di luar
seppuku dianggap sebagai hukuman yang
Jepang, yaitu Tao dari Cina. Dalam ajaran
lebih baik bagi samurai pelaku kriminal
dibandingkan dengan hukuman lain. Tao kemampuan beradaptasi dan
Samurai yang melakukan tindak kriminal menyeimbangkan kehidupam dengan alam
diberi kesempatan untuk mengakhiri semesta adalah melalui “ kekosongan”.
hidupnya dan mati dengan cara terhormat “ Kekosongan” dapat dicapai melalui
melalui Seppuku. meditasi, yaitu memusatkan pikiran untuk
Seppuku untuk hukuman mati, tidak mencapai harmoni dengan kekuatan alam
dengan sendirinya bisa membebaskan dan semesta dan mengabaikan rangsangan-
memaafkan samurai pelaku kriminal rangsangan indrawi. Dalam melakukan
beserta keluarganya dari sanksi sosial meditasi, seseorang memfokuskan
masyarakat. Sanksi soaial ini tergantung kekuatannya pada perut untuk mencapai
dari berat atau tidaknya kejahatan yang kedalaman kesadaran dan eksistensinya. Ia
dilakukan oleh samurai. Harta benda hasil
harus mengabaikan rangsangan pada indra
kejahatan dapat disita dan keluarga
lainnya.
mendapatkan sanksi sosial berupa
pencabutan posisi atau jabatannya atau Dalam pandangan Tao, seppuku
dapat juga ia dijual sebagai budak sampai dengan menusuk dan memotong perut,
dieksekusi. Ada perkecualian, yaitu bila bermakna bukan hanya menghabisi nyawa

208 Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497


Kiryoku, Volume 3 No 4 2019
e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

secara fisik dan mental, tetapi juga cm. Menurut tradisi, tanto digunakan
mematikan kesadaran tertinggi seorang sebagai senjata untuk menikam, dan
manusia (King, 1993 : 11-12). biasanya berbentuk lurus, bukan
melengkung (https://
b. Senjata Katana, Wakisashi, Tanto japanesestation.com/mengenal-7-jenis-
Katana adalah pedang panjang yang pedang-jepang-yang-sering-digunakan-
digunakan para samurai dalam peperangan para ksatria). Tanto dalam seppuku
maupun seppuku. Menurut sejarah Jepang digunakan oleh samurai untuk memotong
yang terekan dalam Kojiki dan Nihongi, dan mengeluarkan ususnya sebagai tanda
pada masa awal sejarah Jepang, Jepang keberanian dan tanggunggung jawab moral
diperintah oleh keturunan Amaterasu O atas kesalahan dalam tugas, kesetiaan dn
Mikami (Dewi Matahari), yaitu Ninigi-No- rasa hormat kepada atasan.
Mikoto. Sebagai lambang kekuasaannya
Ninigi-No-Mikoto dibekali dengan tiga c. Warna Putih
benda suci, yaitu kalung, kaca (cermin) Dalam seppuku ada beberapa perlengkapan
dan pedang (Suryohadiprojo,1981 : 10). yang berwarna putih seperti kimono yang
Pedang panjang sebagai benda suci disebut digunakan oleh samurai pelaku seppuku
sebagai katana. dan Kaishakunin, pasir, tirai dan
Katana menjadi simbol kekuatan sebagainya. Warna putih dalam budaya
dalam menegakkan keadilan dan Jepang dianggap sebagai warna yang
kebenaran serta menjamin kedamaian. melambangkan kedewaan, ketuhanan,
Katana yang digunakan oleh Kaishakunin kesucian, sakral.
dalam seppuku menunjukkan makna yang Samurai pelaku seppuku
sama yaitu menegakkan keadilan dan mengenakan kimono warna putih, yang
lambang keberanian. Selain itu katana melambangkan kesederhanaan, kesucian ,
melambangkan kekuatan kami, yang dapat kemurnian jiwa dalam menghadapi
mengantar samurai pelaku seppuku kematian.
menuju kematian terhormat dan diberkati,
dan menghindarkan samurai dari kematian d. Shugyo-mon dan Nehan-mon
yang dipengaruhi oleh kekuatan jahat. Shugyo-mon dan Nehan-mon adalah dua
gerbang yang dibuat di tempat upacara
Wakizashi adalah pedang pendek seppuku. Shugyo-mon dan Nehan-mon
yang menyerupai katana dengan panjang terbuat dari 2 batang kayu yang
antara 30 sampai 60 sentimeter. Wakizashi dihubungkan dengan kayu lain di atasnya.
sering dikenakan bersama katana. Apabila Bentuknya seperti torii, yaitu gerbang khas
dikenakan bersama, pasangan pedang ini kuil Shinto. Kedua nama gerbang ini erat
disebut daisho. "Dai" artinya besar untuk kaitannya dengan budaya Budha.
menyebut katana, dan "sho" artinya kecil Shugyo-mon ada di sebelah utara,
untuk menyebut wakizashi yaitu arah masuk samurai pelaku seppuku.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Wakizashi). Shugyo-mon memiliki makna sebagai
Wakizashi lebih tipis dan tajam gerbang pertapa. Samurai duduk di atas
dibandingkan dengan katana. Dengan tatami menghadap arah utara (menghadap
demikian penggunaan wakizashi lebih Shugyo-mon). Penamaan gerbang Shugyo-
efektif daripada katana. Dalam seppuku mon ini memiliki makna, bahwa samurai
wakizashi digunakan oleh samurai untuk pelaku seppuku sama derajatnya dengan
memotong perutnya. pertapa yang tinggi derajat moralitasnya.
Tanto adalah sejenis belati, yang Seppuku dalam tradisi Budhis adalah
bermata tunggal atau ganda dan bentuk latihan jiwa untuk mencapai tingkat
panjangnya berkisar antara 15 hingga 30 moralitas dan derajat kebatinan yang

Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497 209


Kiryoku, Volume 3 No 4 2019
e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

tinggi. Seppuku dalam tradisi Budha Zen diselesaikan ketika ia akan melakukan
bukan dianggap sebagai karma buruk, seppuku. Dalam upacara seppuku,
tetapi dianggap sebagai upaya membuat puisi merupakan salah satu
pengendalian diri. Samurai pelaku seppuku tahapan yang harus dilakukan seorang
dan Kaishakunin memainkan peran penting samurai pelaku seppuku.
karena memiliki kesadaran spiritual yang Puisi-puisi yang dibuat samurai
tinggi dan mampu mengendalikan emosi pada masa awal mengungkapkan kematian
dalam ritual seppuku. secara tegas. Pada masa-masa kemudian
Nehan-mon terletak di sebelah puisi tidak lagi mengungkapkan kematian
selatan, yang merupakan jalan masuk secara tegas, tetapi diungkapkan secara
Kaishakunin. Makna nehan-mon adalah simbolik, seperti ungkapan tentang bunga
gerbang nirwana, yang menunjukkan sakura yang layu, langit mendung, musim
bahwa Kaishakunin juga telah melakukan gugur, senja, matahari meredup, angin
karma yang baik, yaitu membantu samurai bertiup di malam hari dan sebagainya,
pelaku seppuku segera mengakhiri yang menyiratkan kesedihan dan
penderitaannya. Kaishakunin biasanya kepedihan.
duduk di samping samurai pelaku seppuku. Selain dengan puisi ungkapan
Penempatan Shugyo-mon dan perasaan samurai pelaku seppuku
Nehan-mon juga ada kaitannya dengan disampaikan pada sahabat atau kerabat
konsep feng shui. Arah utara dalam feng dekatnya tentang kerisauannya mengambil
shui dianggap sebagai arah yang keputusan melakukan seppuku, tanggung
mengandung unsur-unsur yin yaitu arah jawab, rasa bersalah, alasan dan pandangan
yang negatif, pasif, dingin, penerima dan mereka terhadap seppuku. Karena seppuku
arah kematian. Arah selatan dipandang adalah tanggung jawab dan otoritas yang
sebagai arah yang mengandung unsur- sifatnya pribadi, maka teman atau kerabat
unsur yang yaitu arah yang dinamis aktif, tidak memiliki otoritas untuk melarang
hangat, bergairah, kreatif. atau menghalangi seorang samurai
Dapat dikatakan bahwa ritual melakukan seppuku.
seppuku mengandung unsur-unsur yang
kompleks. Bentuk shugyo-mon dan Nehan- 4) Bunuh Diri (Jisatsu) di Zaman
mon dipengaruhi oleh budaya Shinto, Modern
penamaannya mengandung unsur-unsur
budaya Budha dan peletakannya Setelah Restorasi Meiji
mengandung unsur budaya Tao dan berlangsung dan Jepang bertransformasi
Konfusius. menjadi negara modern. Lambat laun
tradisi seppuku mulai dihapus seiring
e. Puisi dengan dihapuskannya golongan samurai.
Membuat puisi merupakan salah satu Walaupun seppuku sudah dihapus, dan
kebiasaan yang dilakukan seorang samurai eksistensi golongan samurai lenyap, tidak
sebelum melakukan seppuku, baik seppuku membuat pelaku bunuh diri menghilang.
spontan atau seppuku yang direncanakan. Bunuh diri di luar seppuku yang terjadi di
Di Jepang sejak dari awal terbentuknya masa Perang Dunia I dan Perang Dunia II
golongan samurai, sudah ada kebiasaan dapat kita lihat dalam bentuk kamikaze.
membuat puisi. Membuat puisi merupakan Kamikaze, yang artinya “Angin Dewa”
suatu kondisi untuk meperlihatkan tingkat adalah tindakan para pilot pesawat tempur
intelektual dan kepekaan seorang samurai Jepang dalam Perang Dunia I dan perang
terhadap kondisi sosial masyarakat. Dunia II, yang ketika terdesak musuh
Puisi-puisi kematian biasanya kemudian menjatuhkan atau menabrakkan
merupakan kelanjutan dari puisi-puisi yang pesawatnya pada obyek strategis militer
sudah dibuat semasa hidup samurai dan musuh. Kamikaze merupakan bentuk

210 Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497


Kiryoku, Volume 3 No 4 2019
e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

pengorbanan dan kesetiaan para anggota semua kebutuhannya dan penyebab


militer Jepang terhadap negara dan lainnya.
kaisarnya (Wibawarta, 2006 : 60).
Bunuh diri yang terjadi di zaman Dari kasus-kasus bunuh diri yang
modern sekarang ini tidak dapat disebut dilakukan oleh orang-orang dewasa sampai
sebagai seppuku, karena nilai religius dan orang tua, penyebabnya adalah :
moralitasnya sudah hilang. Bunuh diri - Pekerjaan yang tidak memberikan
yang dilakukan oleh orang-orang Jepang di kenyamanan. Banyak orang yang
era modern ini adalah bunuh diri biasa, kurang cocok dengan pekerjaannya
yang disebut jisatsu. sehingga mengalami tekanan batin dan
Jumlah pelaku bunuh diri di Jepang stres yang tinggi. Ketidakmampuan
yang semakin banyak dilaporkan oleh mengatasi dan memecahkan masalah di
CNN yaitu bahwa antara tahun 2016 tempat kerja, menyebabkan depresi dan
sampai dengan tahun 2018, telah terjadi mereka mudah mengambil keputusan
250 kasus bunuh diri yang dilakukan oleh bunuh diri.
anak-anak usia Sekolah Dasar sampai - Masalah ekonomi, termasuk pemutusan
dengan remaja murid Sekolah Menengah hubungan kerja juga menjadi pemicu
Atas. Badan Kebijakan Nasional Jepang bunuh diri. Pemutusan hubungan kerja
menyatakan, bahwa total kasus bunuh diri menyebabkan stres, karena ada orang
di Jepang mencapai 21.321 pada 2017 yang sulit menemukan pekerjaan
(https: // internasional . kompas. com/read/ pengganti. Ada juga yang karena usia
2018/ 11/06/12440551/angka-bunuh-diri- sudah lanjut, bila berganti pekerjaan
anak-di-jepang-tertinggi-dalam-30-tahun- sulit menyesuaikan diri dengan
terakhir? Page = all). Pihak-pihak yang pekerjaan yang baru.
berkepentingan menangani masalah - Kesalahan dalam melakukan
tersebut belum menemukan alasan anak- manajemen pekerjaan sering kali juga
anak ini melakukan bunuh diri. memicu stres, sehingga orang putus asa
Dari penyelidikan yang dilakukan karena tidak dapat memperbaiki
terhadap remaja dan anak-anak yang bunuh kesalahanya. Kadang juga dipicu rasa
diri, diperkirakan penyebab bunuh diri di malu atas ketidakmampuannya
antaranya adalah : melakukan pekerjaannnya.
- Masalah yang dihadapi anak atau - Kasus korupsi menjadi salah satu
remaja di sekolah. Biasanya mereka penyebab bunuh diri, karena pelaku
mengalami bullying and harassment korupsi tidak sanggup menanggung
(intimidasi dan pelecehan) atau mereka malu dan aib serta tuntutan tanggung
tidak dapat mengikuti pelajaran dengan jawab yang berat. Untuk menghidari
baik masalah-masalah ini biasanya orang
- Masalah dalam rumah atau keluarga, mengambil jalan pintas bunuh diri.
yang tidak dapat mereka selesaikan, - Masalah kesehatan dan penyakit juga
seperti pertengkaran antara ayah dan menjadi beban yang berat, terutama
ibu atau antaranggota keluarga yang bagi orang usia lanjut. Masalah
lain. kesehatan semakin berat ketika tidak
- Masalah asmara yang menyebabkan ada keluarga yang merawat atau tidak
mereka patah hati. ada yang menemani. Beban ini
- Merasa sendiri, tidak ada teman untuk seringkali memicu keinginan bunuh
berbagi dan mencurahkan perasaan diri.
sedih maupun gembira. - Kesepian menjadi salah satu sebab
- Masalah keuangan keluarga yang tekanan dan stres. Di zaman modern
minim sehingga tidak dapat memenuhi yang serba cepat membuat orang tidak

Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497 211


Kiryoku, Volume 3 No 4 2019
e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

mempunyai banyak waktu untuk tidak harus diekspresikan dalam bentuk


memberikan perhatian kepada keluarga. pengorbanan nyawa, tetapi pengabdian
Masing-masing anggota keluarga sibuk penuh makna dalam bentuk kerja keras,
melakukan aktivitasnya masing-masing, membina solidaritas dan kepedulian sosial,
yang menyebabkan orang tua (ayah dan menciptakan persaudaraan dan ikatan
ibu) kesepian. Hidup sendiri yang nasionalisme yang kuat.
menimbulkan perasaan tidak berguna
Nilai-nilai bushido yang masih
menjadi salah satu penyebab
relevan dengan zaman modern sekarang ini
munculnya niat untuk bunuh diri.
patut dijaga, dipelihara dan diamalkan,
seperti gi ( integritas), yu (keberanian), jin
Dari beberapa penyebab bunuh diri
(murah hati), rei (hormat dan santun kepada
yang dapat ketahui, ada perbedaan antara orang lain), makoto-shin (kejujuran dan
seppuku dengan bunuh diri (jisatsu) di ketulusan), meiyo (menjaga nama baik dan
zaman sekarang, yaitu pada bentuk dan kehormatan), chugo (kesetiaan pada
alasan serta tujuan bunuh diri. Pada zaman pemimpin), tei (peduli). Bila nilai-nilai
feodal seppuku dilakukan dengan alasan bushido ini dikembangkan, dapat menjadi
dan sebagai bentuk loyalitas terhadap sarana pendidikan yang dapat mengurangi
majikan atau atasan. Alasan dan tujuan jumlah pelaku bunuh diri, baik pelaku bunuh
jisatsu di zaman modern ini bergeser diri anak-anak, remaja, orang dewasa
menjadi bentuk penyelesaian masalah dan maupun orang tua.
pelarian dari perasaan depresi. Selain itu Antara seppuku di masa lalu
seppuku dilakukan dengan tahapan-tahapan dengan jisatsu di masa kini tidak ada
upacara dan ritual, sedangkan jisatsu korelasi yang jelas, karena para pelaku
zaman sekarang dilakukan mandiri dan jisatsu tidak memahami nilai-nilai moral
kadang tanpa persiapan. Perbedaan yang yang terkandung dalam seppuku. Mereka
lain yaitu unsur-unsur religius dalam hanya memahami, bahwa masyarakat
seppuku masih sangat kental dibandingkan Jepang memiliki tradisi bunuh diri, tanpa
dengan jisatsu, yang nilai individualnya melihat latar belakang budaya yang
tinggi. mendasarinya.
Kondisi ini tentu sangat Banyak penyebab yang menjadikan
memprihatinkan bagi pemerintah Jepang. orang berniat dan melakukan bunuh diri.
Di satu sisi Jepang sebagai negara maju Untuk mengurangi jumlah pelaku jisatsu,
sudah mencapai tingkat ekonomi yang pemerintah Jepang harus berupaya mencari
tinggi, tetapi mengalami masalah sosial metode yang tepat. Upaya yang telah
yang cukup drastis, yaitu masalah bunuh dirintis pemerintah Jepang yaitu pada
diri yang sangat memprihatinkan. tahun 2002 membentuk organisasi yang
bergerak di bidang kesehatan (fisik dan
SIMPULAN non fisik atau kesehatan jiwa) patut
mendapat apresiasi. Selain itu juga
Nilai-nilai luhur bangsa Jepang yang lahir
dilakukan pendampingan dan konsultan
di zaman feodal di era Kamakura, yaitu untuk orang-orang yang rentan terhadap
nilai-nilai bushido yang menjadi acuan depresi.
para samurai, saat ini mulai terkikis, Program pemerintah Jepang ini
terutama nilai-nilai yang terkandung dalam mendapat sambutan yang baik dari
seppuku. Pada zaman modern ini semangat masyarakat, sebab masalah jisatsu bukan
seppuku hendaknya dipupuk dalam bentuk lagi menjadi masalah individu tetapi sudah
lain, yaitu berupa tanggung jawab, disiplim, menjadi masalah nasional yang perlu
solidaritas dan penghormatan yang tinggi penanganan serius.
kepada atasan, kepada kaisar dan negara
dan bangsa. Penghormatan dan kesetiaan
212 Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Kiryoku, Volume 3 No 4 2019
e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku

REFERENSI Perjoangan Hidup. Jakarta :


UI-Pres.
Batubara, Y.A (2008). Seppuku : Telaah
Wibawarta, B. (2006). Bushido dalam
Religiositas dalam Upacara
Masyarakat Jepang Modern.
Bunuh Diri Ala Jepang.
Wacana Vol. 8 no. 1, April
Skripsi . Jakarta : Fakultas
2006 (54-66)
Ushuluddin dan Filsafat
Wulandari, G. (2006) .Analisa Kesetiaan
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Pada Tokoh-Tokoh Samurai
Bellah, R.N. (1992). Religi Tokugawa – dalam Komik Samurai X Karya
Akar-akar Budaya Jepang. Nobihiro Watsuki.Skripsi .
Jakarta : PT Gramedia Pusaka Medan: Fakultas Sastra USU
Utama.
Benedict, R. (1982). Pedang Samurai dan Sumber-sumber dari internet :
Bunga Seruni : Pola-pola
Kebudayaan Jepang. Jakarta: Hendara, Adrian. 2018. Mengenal 7 Jenis
Pedang Jepang Yang Sering
Sinar Harapan.
Digunakan Para Ksatria diakses
Bryant, A.J. (2008). Samurai 1550-1600.
melalui :
Great Britain: Osprey https://japanesestation.com/men
Publishing. genal-7-jenis-pedang-jepang-
Durkheim, E (1979). Suicide: A Study in yang-sering-digunakan-para-
Sociology.London ; Routledge ksatria/ tanggal 26 November
Kegan & Paul 2019.
Goottschalk, L (1975). Mengerti Sejarah: Rinaldo, 2017.Tradisi Bunuh Diri Jepang,
Pengantar Metode Sejarah . dari Seppuku hingga Ningen
Jakarta: Yayasan Penerbit Gyorai diakses
Universitas Indonesia. melalui :http://jcul. com/tradisi-
King, W. L. (1993). Zen and The way of bunuh-diri-di-jepang/), tanggal
the Sword. New York : Oxford 12 November 2019
University Press. Utomo, Ardi Priyatno (editor
Mattulada (1979). Pedang dan Kompas.com), 2018. Angka
Sempoa.Tanpa penerbit Bunuh Diri Anak di Jepang
Miles, M. B & Huberman, A. M. (1992). Tertinggi dalam 30 Tahun
Analisis Data Terakhir diakses melalui: https:
Kualitatif. .Jakarta: UI-Press // internasional . kompas.
Nitobe, I.(2001). Bushido : The Soul of com/read/ 2018/
Japan. Boston : Turtle 11/06/12440551/angka-bunuh-
diri-anak-di-jepang-tertinggi-
Puplishing.
dalam-30-tahun-terakhir? Page =
Seward, J. (1995). Hara Kiri Bunuh Diri
all), tanggal 25 November 2019
Ala Jepang. Jakarta : Penerbit Wikipedia. Wakizashi diakses melalui
Ghalia Indonesia. https://id.wikipedia.org/wiki/W
Suliyati, T. "Bushido Pada Masyarakat akizashi pada tanggal 30
Jepang : Masa Lalu dan Masa Oktober 2019
Kini," IZUMI, vol. 1, no. 1, Jan.
2013.
Suryohadiprojo, S. (1982). Manusia dan
Masyarakat Jepang dalam

Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497 213

Anda mungkin juga menyukai