E-mail : suliyati.titiek@gmail.com
Abstrak
Pada zaman modern, yaitu zaman setelah Restorasi Meiji, seppuku secara bertahap
menghilang seiring dihapuskannya golongan samurai. Walaupun demikian di Jepang masih
ada orang yang melakukan seppuku dan harakiri, tetapi motivasi, metode pelaksanaan dan
tujuannya berbeda dari seppuku dan harakiri di zaman sebelum restorasi Meiji. Perubahan
dan dinamika masyarakat Jepang dalam melakukan seppuku dan harakiri sangat menarik
untuk dikaji. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara tradisi seppuku dengan jumlah bunuh diri yang besar di Jepang saat ini. Untuk
mengkaji korelasi tersebut penulisan artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan sejarah. Tahapan-tahapan penelitian sejarah dimulai dari pengumpulan data
(heuristik), kritik sumber, interpretasi dan penulisan hasil penelitian dalam bentuk artikel.
Analisa dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang mencakup reduksi data,
penyajian data, dan penarikan simpulan.Hasil penelitian menyimpulkan, bahwa tidak ada
korelasi yang tegas antara tradisi seppuku di masa lalu dengan bunuh diri (jisatsu) yang
banyak dilakukan masyarakat Jepang saat ini. Ada perbedaan tujuan, motivasi dan latar
belakang dalam tindakan bunuh diri mereka.
Abstract
In modern times, the era after the Meiji Restoration, seppuku gradually disappeared when the
samurai group was abolished. Although in Japan there are still people who commit seppuku
and harakiri but the motivation, implementation methods and objectives are different from
seppuku and harakiri in the era before the Meiji restoration. The changes and dynamics of
Japanese society in conducting seppuku and harakiri are very interesting to study. The
purpose of writing this article is to find out whether there is a correlation between seppuku
tradition and the number of suicides in Japan at this time. To explore this correlation, the
writing of this article uses a qualitative method with a historical approach. The stages of
historical research begin with data collection (heuristics), source criticism, interpretation and
writing of research results in the form of articles. The analysis was performed using
qualitative methods which include data reduction, data presentation, and concluding. The
results of the study concluded that there is no strong correlation between seppuku traditions
in the past with suicide (jisatsu) that many Japanese do today. There is a difference in
purpose, motivation and background in their suicide.
sukacita, ada dukacita, semangat dan rasa mengakhiri hidupnya dengan cara
putus asa. Di Jepang tradisi seppuku dan menyakiti diri sendiri. Durkheim (1979)
hara-kiri yang oleh masyarakat di luar juga menyebutkan bahwa ada 3 ciri dari
masyarakat Jepang dipandang sebagai tindakan bunuh diri, yaitu egoistik,
ekspresi putus asa, sesungguhnya bukan altrustik dan anomik. Bunuh diri yang
bermakna sebagai keputusasaan. sifatnya egoistik adalah orang yang tidak
Banyaknya kasus bunuh diri di banyak memiliki ikatan kuat dengan kelompok
negara, menyebabkan banyak penelitian sosialnya, seperti dikucilkan dari keluarga,
dilakukan oleh para ahli unuk mengungkap teman, tidak menikah, bercerai dan
apa yang menjadi latar belakang dan sebagainya. Ciri lain dari orang yang
penyebab bunuh diri. melakukan bunuh diri dengan kategori ini
Beberapa kajian tentang seppuku adalah sifatnya skeptis dan apatis, tidak
telah dilakukan oleh beberapa penulis, memiliki daya juang. Bunuh diri yang
yaitu antara lain Seward (1995), yang sifatnya altrusistik adalah bunuh diri yang
menulis buku Hara- Kiri Bunuh Diri Ala didorong oleh kesetiaan, pengabdian dan
Jepang (terjemahan). Buku ini mengulas rasa hormat pada kelompok di mana
tentang tradisi harakiri yang lasim individu tersebut berada, seperti agama,
dilakukan oleh golongan samurai sejak dari pendidikan, norma yang berlaku dan lain
zaman awal keberadaannya sampai zaman sebagainya. Individu dengan sifat seperti
Meiji. Seward menguraikan, bahwa ini biasanya lebih mementingkan
harakiri menjadi bagian dalam bushido, kepentingan orang lain atau kelompoknya
yang menuntut tanggungjawab, kesetiaan, daripada dirinya sendiri.Bunuh diri yang
pengabdian yang tinggi, termasuk sifatnya anomik, yaitu dorongan untuk
pengorbanan jiwa. Sikap patriotisme dan melakukan bunuh diri karena tidak bisa
kepahlawanan samurai dihargai dan menghadapi perubahan-perubahan dalam
dihormati ketika ia melakukan seppuku masyarakat terkait dengan perubahan nilai
yang tujuannya untuk membela dan norma serta perubahan taraf hidup dan
kepentingan orang banyak, seperti ketika status hidup.
seorang samurai dalam peperangan Seppuku dan harakiri di Jepang ada
menyelamatkan pasukannya dengan kesamaannya dengan salah satu kategori
seppuku. yang dikemukakan Durkheim, yaitu bunuh
Kajian yang lain adalah skripsi diri yang sifatnya altruistik. Menurut
yang ditulis oleh Batubara (2008), yang Bellah (1992 : 79) seppuku dan harakiri
berjudul Seppuku : Telaah Religiositas terkait erat dengan kehidupan keagamaan
dalam Upacara Bunuh Diri Ala Jepang. masyarakat Jepang. Agama dalam
Skripsi ini mengkaji tentang pengaruh lingkungan masyarakat Jepang menjadi
agama dan kepercayan dalam seppuku. dasar moral dan etika yang mendorong
Agama dan kepercayaan yang untuk setia dan mendahulukan kepentingan
mempengaruhi seppuku adalah Budha dari masyarakat daripada kepentingan pribadi.
aliran zen, Shinto, Konfusius dan Tao. Secara etimologis seppuku berasal
Pengaruh agama dan kepercayaan ini dari kata setsu dan fuku. Setsu artinya perut
tampak pada etika, falsafah yang dan fuku artinya merobek atau memotong.
mendasari seppuku. dan juga pada simbol- Jadi pengertian seppuku adalah
simbol perlengkapan seppuku. merobek/memotong perut. Selain seppuku
Menurut Durkheim (1979: 44), ada hara-kiri yang merupakan tindakan
bunuh diri adalah upaya seseorang untuk bunuh diri juga. Hara-kiri berasal dari
Copyright @2019, KIRYOKU, e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497 203
Kiryoku, Volume 3 No 4 2019
e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku
kata hara yang artinya perut dan kiru yang Di Jepang seppuku merupakan
artinya memotong atau merobek. Seppuku tindakan yang legal yang dilakukan oleh
merupakan sebutan resmi yang lebih halus para samurai untuk menebus kesalahannya,
untuk menyebut bunuh diri. Harakiri untuk permintaan maaf atas
merupakan sebutan bunuh diri dalam ketidakmampuannya, untuk
keseharian (Seward, 1995 : 1-2) . mempertahankan harga diri,
Seppuku dan harakiri memiliki menyelamatkan nama baik keluarga
keterkaitan yang erat dengan terbentuknya maupun kelompoknya dan sebagainya.
golongan samurai dan bushido. Seperti Seppuku merupakan inti dan dasar dari
makna yang tersirat pada kata samurai bushido (Nitobe, 2001 : 4).
yaitu pelayan, maka kita memahami bahwa Pada zaman modern Jepang, yaitu
samurai dituntut untuk mengabdi zaman setelah Restorasi Meiji, seppuku
sepanjang hayat kepada berangsung-angsur mulai menghilang
majikannya/atasannya, termasuk sejalan dengan dihapuskannya golongan
mengorbankan jiwanya (Suliyati, 2013). samurai. Walaupun tidak dipungkiri,
Pada perkembangannya kemudian bahwa di Jepang masih ada seppuku dan
samurai semakin menunjukkan otoritasnya harakiri, tetapi motivasi, cara pelaksanaan
sebagai kelas prajurit. Pada masa dan tujuannya berbeda dari seppuku dan
kekuasaan Tokugawa di zaman Edo harakiri di era sebelum kaisar Meiji
samurai disebut sebagai bushi. Dalam berkuasa.
menjalankan tugasnya para bushi ini terikat Tujuan dari penulisan artikel ini
dengan etika yang disebut bushido. Etika adalah untuk mengetahui perubahan dan
Bushido telah mendasari seppuku sebagai dinamika masyarakat Jepang dalam
ekspresi yang kuat terhadap kesetiaan, melakukan seppuku. Selain itu juga untuk
kehormatan dan harga diri. mengetahui korelasi antara seppuku yang
Seppuku atau harakiri dilakukan dilakukan di masa sebelum terjadinya
oleh samurai didasari oleh on dan giri. On Restorasi Meiji, yang menjadi tonggak
dapat diartikan sebagai pengabdian yang modernisasi Jepang, dengan bunuh diri
besar dan tanpa batas kepada penguasa, biasa atau jisatsu yang marak dilakukan
yang dalam hal ini adalah kaisar. Giri oleh orang-orang jepang di zaman modern
bermakna kesetiaan dan pengabdian ini.
mendalam seorang bawahan atau pengikut
METODE
kepada atasan atau penguasa, yang
diekpresikan dalam kematian (Benedict, Penelitian ini dilakukan untuk
1982: 122-125). memecahkan masalah yang berkaitan
Di dalam konsep agama secara dengan korelasi antara tradisi seppuku di
umum tindakan bunuh diri adalah tindakan masa lalu dengan jumlah angka bunuh diri
yang tidak dibenarkan dan dianggap masyarakat jepang yang saat ini yang
sebagai tindakan rendah, yang merupakan semakin banyak.
dosa besar. Hal ini berbeda dengan konsep Artikel ini disusun sebagai hasil
beragama masyarakat Jepang, yang penelitian pustaka yang menggunakan
memandang kematian dengan cara seppuku metode kualitatif dengan pendekatan
sebagai bentuk penghormatan, kesetiaan, sejarah. Pendekatan sejarah digunakan
pengabdian kepada negara, pimpinan, untuk menguraikan tahapan-tahapan mulai
majikan, orang yang dihormati atau dari pengumpulan data (heuristik), kritik
dicintai. sumber, intrepretasi dan penulisan hasil
samurai yang melakukan kanshi berbagai jenis pedang yaitu tachi (pedang
bukan berarti tidak setia kepada panjang), wakizashi (pedang pendek) atau
atasannya, tetapi ia berusaha tanto (pisau). Pedang-pedang ini
mengekspresikan kesetiaannya dengan digunakan untuk merobek perut secara
cara mengingatkan atasan atau horizontal dan memotong ususnya.
majikannya, bahwa apa yang Dalam praktiknya seppuku
dilakukan membawa dampak buruk dilakukan atas 2 hal, yaitu seppuku yang
pada nasib seseorang dan diharapkan direncanakan dan seppuku sebagai
tidak terulang lagi. hukuman. Seppuku yang direncanakan
c. Sukotsu shi, yaitu seppuku yang biasanya dilakukan di depan penonton.
dilakukan untuk menebus kesalahan Seppuku yang direncanakan dilakukan
atau kesewenang-wenangan yang telah dengan persiapan-persiapan, yang
dilakukan. Seorang panglima perang tahapannya sebagai berikut :
yang menyesal terhadap prajurit - Seppuku diawali dengan ritual mandi
(militer bawahannya) yang kalah dan oleh samurai. Ia kemudian berpakaian
gugur dalam perang dan terhadap kimono putih dan kemudian makan
keluarga yang ditinggalkan. Sukotsu dengan menu kegemarannya. Setelah
shi juga dilakukan setika seorang makan, samurai duduk di tempat yang
samurai membela nama keluarga dan telah disiapkan dengan
ketika ia akan ditangkap oleh musuh. posisi seiza (posisi duduk di atas tumit)
d. Munen-bara, yaitu seppuku yang - Sebuah gelas sake, setumpuk kertas
dilakukan karena kemarahan. Munen- washi (kertas dari kulit kayu), alat tulis,
bara dilakukan seorang samurai untuk wakizashi (pedang pendek untuk
membuktikan kesungguhan, kebenaran merobek perut) dan tanto (pisau untuk
dan kejujuran terhadap ketidakbenaran mengeluarkan isi perut) diletakkan di
sesuatu yang dituduhkan kepadanya, meja kayu di depan samurai
seperti tuduhan penghianatan, pelaku seppuku.
ketidakjujuran, ketidaksetiaan dan - Kemudian samurai pelaku seppuku
sebagainya. akan meminum sake dua kali, masing-
e. Jigai, yaitu seppuku yang dilakukan masing dua tegukan. Satu tegukan untuk
oleh wanita karena tidak mampu keserakahan, tiga tegukan lainnya untuk
menanggung malu atau aib. Selain itu keraguan. Total empat tegukan, atau
bisa juga dilakukan oleh istri samurai ‘shi’(empat dalam bahasa Jepang),
sebagai ungkapan cinta kepada melambangkan kematian. Setelah itu
suaminya yang telah melakukan dia akan menulis wasiat terakhir atau
seppuku. Jigai juga sering dilakukan menulis puisi kematian dengan tenang
istri dari para samurai yang kalah dan tanpa peduli bahwa dia akan mati.
perang. - Tahap berikutnya adalah pelaksanaan
seppuku oleh samurai. Ia didampingi
Teknik seppuku dilakukan dengan oleh Kaishakunin, yang bertugas
dua cara yaitu ichimonji dan jumonji. memenggal kepalanya
Ichimonji adalah merobek perut dengan (kaishaku) setelah ia selesai memotong
jalan menusukkan pedang ke perut bagian perutnya. Untuk mempercepat kematian
kiri, lalu menariknya ke sisi kanan. dan supaya samurai pelaku seppuku
Jumonji yaitu menusukkan pedang ke ulu tidak terlalu lama menderita kesakitan,
hati, kemudian menariknya ke bawah Kaishakunin dengan menggunakan
sampai ke pusar. katana (pedang panjang) memenggal
Senjata yang digunakan oleh kepala samurai tanpa memutuskannya,
samurai ketika melakukan seppuku adalah agar kepala samurai tidak lepas dan
secara fisik dan mental, tetapi juga cm. Menurut tradisi, tanto digunakan
mematikan kesadaran tertinggi seorang sebagai senjata untuk menikam, dan
manusia (King, 1993 : 11-12). biasanya berbentuk lurus, bukan
melengkung (https://
b. Senjata Katana, Wakisashi, Tanto japanesestation.com/mengenal-7-jenis-
Katana adalah pedang panjang yang pedang-jepang-yang-sering-digunakan-
digunakan para samurai dalam peperangan para ksatria). Tanto dalam seppuku
maupun seppuku. Menurut sejarah Jepang digunakan oleh samurai untuk memotong
yang terekan dalam Kojiki dan Nihongi, dan mengeluarkan ususnya sebagai tanda
pada masa awal sejarah Jepang, Jepang keberanian dan tanggunggung jawab moral
diperintah oleh keturunan Amaterasu O atas kesalahan dalam tugas, kesetiaan dn
Mikami (Dewi Matahari), yaitu Ninigi-No- rasa hormat kepada atasan.
Mikoto. Sebagai lambang kekuasaannya
Ninigi-No-Mikoto dibekali dengan tiga c. Warna Putih
benda suci, yaitu kalung, kaca (cermin) Dalam seppuku ada beberapa perlengkapan
dan pedang (Suryohadiprojo,1981 : 10). yang berwarna putih seperti kimono yang
Pedang panjang sebagai benda suci disebut digunakan oleh samurai pelaku seppuku
sebagai katana. dan Kaishakunin, pasir, tirai dan
Katana menjadi simbol kekuatan sebagainya. Warna putih dalam budaya
dalam menegakkan keadilan dan Jepang dianggap sebagai warna yang
kebenaran serta menjamin kedamaian. melambangkan kedewaan, ketuhanan,
Katana yang digunakan oleh Kaishakunin kesucian, sakral.
dalam seppuku menunjukkan makna yang Samurai pelaku seppuku
sama yaitu menegakkan keadilan dan mengenakan kimono warna putih, yang
lambang keberanian. Selain itu katana melambangkan kesederhanaan, kesucian ,
melambangkan kekuatan kami, yang dapat kemurnian jiwa dalam menghadapi
mengantar samurai pelaku seppuku kematian.
menuju kematian terhormat dan diberkati,
dan menghindarkan samurai dari kematian d. Shugyo-mon dan Nehan-mon
yang dipengaruhi oleh kekuatan jahat. Shugyo-mon dan Nehan-mon adalah dua
gerbang yang dibuat di tempat upacara
Wakizashi adalah pedang pendek seppuku. Shugyo-mon dan Nehan-mon
yang menyerupai katana dengan panjang terbuat dari 2 batang kayu yang
antara 30 sampai 60 sentimeter. Wakizashi dihubungkan dengan kayu lain di atasnya.
sering dikenakan bersama katana. Apabila Bentuknya seperti torii, yaitu gerbang khas
dikenakan bersama, pasangan pedang ini kuil Shinto. Kedua nama gerbang ini erat
disebut daisho. "Dai" artinya besar untuk kaitannya dengan budaya Budha.
menyebut katana, dan "sho" artinya kecil Shugyo-mon ada di sebelah utara,
untuk menyebut wakizashi yaitu arah masuk samurai pelaku seppuku.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Wakizashi). Shugyo-mon memiliki makna sebagai
Wakizashi lebih tipis dan tajam gerbang pertapa. Samurai duduk di atas
dibandingkan dengan katana. Dengan tatami menghadap arah utara (menghadap
demikian penggunaan wakizashi lebih Shugyo-mon). Penamaan gerbang Shugyo-
efektif daripada katana. Dalam seppuku mon ini memiliki makna, bahwa samurai
wakizashi digunakan oleh samurai untuk pelaku seppuku sama derajatnya dengan
memotong perutnya. pertapa yang tinggi derajat moralitasnya.
Tanto adalah sejenis belati, yang Seppuku dalam tradisi Budhis adalah
bermata tunggal atau ganda dan bentuk latihan jiwa untuk mencapai tingkat
panjangnya berkisar antara 15 hingga 30 moralitas dan derajat kebatinan yang
tinggi. Seppuku dalam tradisi Budha Zen diselesaikan ketika ia akan melakukan
bukan dianggap sebagai karma buruk, seppuku. Dalam upacara seppuku,
tetapi dianggap sebagai upaya membuat puisi merupakan salah satu
pengendalian diri. Samurai pelaku seppuku tahapan yang harus dilakukan seorang
dan Kaishakunin memainkan peran penting samurai pelaku seppuku.
karena memiliki kesadaran spiritual yang Puisi-puisi yang dibuat samurai
tinggi dan mampu mengendalikan emosi pada masa awal mengungkapkan kematian
dalam ritual seppuku. secara tegas. Pada masa-masa kemudian
Nehan-mon terletak di sebelah puisi tidak lagi mengungkapkan kematian
selatan, yang merupakan jalan masuk secara tegas, tetapi diungkapkan secara
Kaishakunin. Makna nehan-mon adalah simbolik, seperti ungkapan tentang bunga
gerbang nirwana, yang menunjukkan sakura yang layu, langit mendung, musim
bahwa Kaishakunin juga telah melakukan gugur, senja, matahari meredup, angin
karma yang baik, yaitu membantu samurai bertiup di malam hari dan sebagainya,
pelaku seppuku segera mengakhiri yang menyiratkan kesedihan dan
penderitaannya. Kaishakunin biasanya kepedihan.
duduk di samping samurai pelaku seppuku. Selain dengan puisi ungkapan
Penempatan Shugyo-mon dan perasaan samurai pelaku seppuku
Nehan-mon juga ada kaitannya dengan disampaikan pada sahabat atau kerabat
konsep feng shui. Arah utara dalam feng dekatnya tentang kerisauannya mengambil
shui dianggap sebagai arah yang keputusan melakukan seppuku, tanggung
mengandung unsur-unsur yin yaitu arah jawab, rasa bersalah, alasan dan pandangan
yang negatif, pasif, dingin, penerima dan mereka terhadap seppuku. Karena seppuku
arah kematian. Arah selatan dipandang adalah tanggung jawab dan otoritas yang
sebagai arah yang mengandung unsur- sifatnya pribadi, maka teman atau kerabat
unsur yang yaitu arah yang dinamis aktif, tidak memiliki otoritas untuk melarang
hangat, bergairah, kreatif. atau menghalangi seorang samurai
Dapat dikatakan bahwa ritual melakukan seppuku.
seppuku mengandung unsur-unsur yang
kompleks. Bentuk shugyo-mon dan Nehan- 4) Bunuh Diri (Jisatsu) di Zaman
mon dipengaruhi oleh budaya Shinto, Modern
penamaannya mengandung unsur-unsur
budaya Budha dan peletakannya Setelah Restorasi Meiji
mengandung unsur budaya Tao dan berlangsung dan Jepang bertransformasi
Konfusius. menjadi negara modern. Lambat laun
tradisi seppuku mulai dihapus seiring
e. Puisi dengan dihapuskannya golongan samurai.
Membuat puisi merupakan salah satu Walaupun seppuku sudah dihapus, dan
kebiasaan yang dilakukan seorang samurai eksistensi golongan samurai lenyap, tidak
sebelum melakukan seppuku, baik seppuku membuat pelaku bunuh diri menghilang.
spontan atau seppuku yang direncanakan. Bunuh diri di luar seppuku yang terjadi di
Di Jepang sejak dari awal terbentuknya masa Perang Dunia I dan Perang Dunia II
golongan samurai, sudah ada kebiasaan dapat kita lihat dalam bentuk kamikaze.
membuat puisi. Membuat puisi merupakan Kamikaze, yang artinya “Angin Dewa”
suatu kondisi untuk meperlihatkan tingkat adalah tindakan para pilot pesawat tempur
intelektual dan kepekaan seorang samurai Jepang dalam Perang Dunia I dan perang
terhadap kondisi sosial masyarakat. Dunia II, yang ketika terdesak musuh
Puisi-puisi kematian biasanya kemudian menjatuhkan atau menabrakkan
merupakan kelanjutan dari puisi-puisi yang pesawatnya pada obyek strategis militer
sudah dibuat semasa hidup samurai dan musuh. Kamikaze merupakan bentuk