Sastra Jepang
Surabaya
2022/2023
Kata Pengantar
Segala puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul OMAIRI (お参り)
dengan Bushido ‘Rei’ ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pranata Masyarakat Jepang. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang pranata atau kebiasaan masyarakat Jepang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang
saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
Daftar Pustaka
Kata Pengatar....................................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan............................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II Isi.............................................................................................................................................2
2.1 Bushido........................................................................................................................................2
2.2 Omairi..........................................................................................................................................2
Daftar Pustaka...................................................................................................................................5
iii
BAB 1
Pendahuluan
iv
BAB 2
Isi
1.4 Bushido
Bushido berasal dari kata ‘bu’ yang artinya bela diri, ‘shi’ adalah samurai (orang), dan
‘do’ artinya jalan. Secara sederhana bushido berarti jalan terhormat yang harus ditempuh
seorang samurai dalam pengabdiannya (Benedict, 1982:335).
Tidak hanya sekedar aturan dan tatacara berperang mengalahkan musuh, bushido juga
memiliki makna mendalam tentang perilaku kesempurnaan dan kehormatan dari seorang
Samurai. Dalam etika bushido terdapat ajaran moral tinggi seperti tanggungjawab, kesetiaan,
sopan santun, tata krama, disiplin, kerelaan berkorban, pengabdian, kerja keras, kebersihan,
hemat, kesabaran, ketajaman berpikir, kesederhanaan, pengendanlian diri (Tsunenari dan
Nakamura, 2007:53-56).
Bushido pada dasarnya merupakan etika yang dipengaruhi oleh ajaran Budha Zen.
Tetapi, selain didasari oleh ajaran Zen dan Confusius, bushido juga dipengaruhi oleh ajaran
Shinto yang mengajarkan tentang kesetiaan kepada Kaisar (Tenno) dan negara
(Suryohadiprojo, t.t. : 49).
Etika Bushido yang masa Tokugawa semakin mantap diterapkan Samurai yang kemudian
menjadi etika dasar kemasyarakatan. Etika Bushido yang semakin kuat ini berkembang dan
meluas menjadi etika dasar bangsa Jepang sampai ke masa modern (Bellah, 1985:90).
Semangat bushido ditampilkan tidak dalam bentuk perang atau pertempuran fisik,
melainkan dalam bentuk kerja keras dan disiplin yang tinggi menjalankan aturan-aturan yang
ditetapkan oleh Tenno (Rosidi, 1981 : 67)
1.5 Omairi
Omairi adalah sebutan untuk sebuah kunjungan ke kuil Shinto atau Vihara. Layaknya
agama lain, kunjungan ini ke kuil-kuil ini, selain sebagai untuk beribadah atau menenangkan
hati juga untuk menyenangkan dewa-dewi atau Buddha yang berada didalamnya.
Sebenarnya, tidak ada aturan khusus jika ingin mengunjungi kuil, setiap orang
mempunyai cara mereka untuk mengekspresikan rasa hormat kepada dewa-dewi atau
buddha, tetapi ada langkah-langkah tertentu yang perlu diikuti dan dilakukan ketika
seseorang ingin mengunjungai kuil atau vihara dan berkomunikasi dengan Tuhan yang ada
didalamnya dan tergantung dengan kuil atau vihara yang akan dikunjungi.
Dalam ajaran Shinto, ketika mengunjungi sebuah kuil, hal pertama yang dilihat adalah
sebuah gerbang yang biasa disebut ‘torii’, sebuah gerbang tunggal dengan cat berwarna
merah. Dari gerbang inilah seseorang yang akan berdoa masuk, gerbang ini juga sebagai
v
pemisah dunia manusia. Sedangkan dalam ajaran Buddha juga memiliki gerbang yang
disebut ‘Sanmon’.
Pada dasarnya, orang-orang Jepang mengunjungi kuil hanya pada hari-hari besar saja
untuk berdoa bersama atau berdoa untuk diri sendiri. Tetapi, diluar itu terkadang mereka
akan menyempatkan diri untuk mengunjungai kuil (jinja) sejenak untuk berdoa. Biasanya
mereka meminta hari yang baik atau saat akan mengerjakan sesuatu diberi kelancaran saat
akan mengerjakan hal tersebut, sehingga mengunjungi kuil bukan hanya pada hari-hari besar
tetapi pada hari-hari biasapun juga dilakukan.
vi
BAB 3
Kesimpulan
Masyarakat Jepang masih sangat terikat dengan tatanan masyarakat jaman dahulu
terutama yang berasal dari para Bushi yang melahirkan Bushido. Dari bushido itulah menciptakan
pranata masyarakat Jepang sekarang yang sangat menjunjung tinggi rasa hormat dan sopan
kepada sesamanya, tidak hanya kepada sesama tetapi kepada benda-benda disekitarnya yang
memiliki keterikatan dengan hal-hal magis atau berhubungan dengan kami.
vii
Daftar Pustaka
2016. Omairi: Menyembah di Kuil dan Wihara. Diakses pada 14 Maret 2022 jam 23.03, dari
https://livejapan.com/id/article-a0000269/
Yamada, Mikita. 2022. Cara beribadah yang benar di tempat pemujaan. Ringkasan "perilaku
dasar" dan "trivia" yang harus Anda ketahui sebelum berkunjung (神社の正しい参拝方法。お
参り前に知っておきたい「基本のお作法」や「豆知識」まとめ ). Diakses pada 22 Maret
2022 jam 11.37, https://www.jalan.net/news/article/456563/
Santosa, Agus. 2009. Pranata Sosial : Pengertian, Tipe dan Fungsi. SMA Negeri 3 Yogyakarta.
Titiek Suliyati. 2013. Bushido Pada Masyarakat Jepang : Masa Lalu dan Masa Kini. Izumi : Jurnal
Bahasa, Sastra, dan Budaya Jepang, 1(1).
viii