Anda di halaman 1dari 17

Vaksin Campak

Kelompok 2
Kelompok 2

1911012032 1911012039 1911013005


Norizza Fajraroza Winda Pramadita Fachri Kharlis

2011011024 2011011036
Winda Hamdia Aulia Silsadilla
01
Pembuatan Seed
Vaksin Campak
Vaksin Campak
Vaksin campak (hidup) merupakan
sediaan beku kering dari jenis virus
campak yang sesuai dan dilemahkan.
Vaksin direkonstitusi sesaat sebelum
digunakan, seperti tertera pada etiket,
untuk menghasilkan larutan jernih yang
dapat berwarna ketika terdapat
indikator pH.
PRODUKSI
Produksi vaksin berdasarkan pada sistem lot benih dan sistem bank sel jika virus
dipropagasi dalam sel diploid manusia. Metode produksi harus dapat menghasilkan
vaksin campak hidup dengan imunogenisitas dan keamanan yang memadai secara
konsisten. Kecuali telah dijustifikasi dan disetujui, pasase virus dalam produk akhir lot
benih induk tidak boleh lebih dari virus yang digunakan untuk membuat vaksin yang
sudah terbukti khasiat dan keamanannya dalam uji klinik; walaupun dengan
persetujuan resmi, kelebihan jumlah pasase dari yang digunakan dalam uji klinik tidak
boleh lebih dari 5. Potensi neurovirulensi galur vaksin perlu dipertimbangkan selama
uji praklinik, berdasarkan data epidemiologi yang tersedia tentang neurovirulensi dan
neurotropisme, terutama untuk virus tipe liar. Mengingat hal tersebut, analisis risiko
perlu dilakukan. Jika perlu, lakukan pengujian pada galur vaksin menggunakan model
hewan yang dapat membedakan virus tipe liar dan virus yang dilemahkan; pengujian
galur antara pada proses pelemahan juga mungkin diperlukan.
02
Pengujian Seed dan
Vaksin
Seed/lot benih dari galur virus campak harus
diidentifikasikan berdasarkan catatan sejarah yang
mencantumkan informasi mengenai asal mula galur
dan proses-proses rekayasa selanjutnya Lot benih
virus disiapkan dalam jumlah besar dan disimpan
pada suhu dibawah -20° dalam bentuk beku kering,
Pengujian Seed atau dibawah -60° jika tidak dalam bentuk beku
kering. Hanya lot benih yang memenuhi persyaratan
berikut yang dapat digunakan untuk propagasi virus.
Lot benih induk dan lot benih kerja diidentifikasi
dengan netralisasi serum dalam kultur sel,
menggunakan antibodi spesifik.
● Setiap batch vaksin dan benih yang disiapkan diuji potensinya,
untuk pelemahan virus campak monyet, dan agen asing yang
bersifat bakteri, jamur, atau virus.
● Beberapa tes menggunakan sampel vaksin curah, sementara yang
lain dilakukan pada vaksin akhir yang dilarutkan dari ampul kering.
● Pengujian potensi dilakukan dengan vaksin akhir, yang dititrasi
untuk kandungan virus hidup dalam kultur sel HEp-2.
● Titrasi juga dilakukan pada ampul yang disimpan pada berbagai
suhu dan dikembalikan dalam keadaan belum dibuka dari uji coba
lapangan.
● Setiap vaksin juga diuji untuk produksi antibodi pada kelinci
percobaan. Babi Guinea menerima tiga suntikan vaksin akhir yang
tidak diencerkan atau 1:10 yang diberikan pada interval mingguan.
Tiga hewan digunakan pada setiap pengenceran. Serum yang
dikumpulkan tujuh hari setelah injeksi terakhir dititrasi untuk
antibodi penetralisir campak.
03
Preformulasi dan
Penyimpanan
PREFORMULASI
Formulasi vaksin campak di Indonesia saat ini yang masuk dalam program
pemerintah adalah bentuk vaksin kombinasi measles-rubella (MR) sedangkan
bentuk vaksin yang umum digunakan di negara lain adalah bentuk vaksin
kombinasi measles-mumps-rubella (MMR). (Sterbel, P.M. 2017)

Vaksin campak tersedia dalam bentuk serbuk dan pelarut dalam satu kemasan.
Pelarut yang ada biasanya tidak mengandung pengawet karena dapat
menginaktivasi virus dan bersifat steril. (Sterbel, P.M. 2017)

Bentuk asalnya adalah berupa bubuk yang harus dicampur sebelum diberikan
di bagian bawah kulit atau ke otot. Verifikasi keefektifan vaksin ini dapat
dilakukan dengan tes darah. (WHO, 2009).
PENYIMPANAN
Vaksin yang mengandung virus campak disimpan dalam bentuk kering (tidak dicampur
dengan pelarut) di suhu <8o C. Untuk penyimpanan dalam jangka waktu lama dan
menjaga potensi virus, vaksin juga dapat disimpan dengan suhu –70 sampai –20o C.
Pelarut tidak perlu dibekukan dan dapat disimpan dalam suhu lingkungan, namun
sebelum digunakan pelarut perlu didinginkan pada suhu 2–8o C. (WHO, 2017)

Setelah dicampurkan, vaksin dapat bertahan selama 6 jam dalam suhu 2–8o C. Akan
tetapi, vaksin yang telah dicampur tidak dapat bertahan lama di suhu ruang. Sekitar 50%
potensi vaksin akan menghilang jika dibiarkan selama 1 jam pada suhu 20o C dan akan
hilang hampir seluruh potensinya setelah dibiarkan 1 jam pada suhu 37o C. Vaksin ini
juga sensitif terhadap cahaya sehingga harus disimpan dalam kemasan berwarna yang
melindungi dari sinar matahari dan disimpan dalam tempat yang gelap setelah dilarutkan
dengan pelarutnya. (WHO, 2017)
04
Identifikasi Virus yang
Akan Dijadikan Vaksin
uyv
Ihguv

- - Panenan tunggal diidentifikasi dengan


- netralisasi serum dalam kultur sel, menggunakan
- antibodi spesifik.
- - Identifikasi virus campak yang akan dijadikan sebagai
vaksin juga dapat dilakukan melalui pemeriksaan bahan
genetiknya dengan metode RT-PCR dan sekuensing
virus campak.
- Identifikasi menggunakan PCR dapat dilakukan dengan
menggunakan primer Gen N (Nukleoprotein) dan Gen H
(Haemagglutinin) yang merupakan rujukan dari
WHO-SEARO untuk menentukan genotype virus campak.
- Primer Gen N :
- Forward : TGGAGCTATGCCATGGGAGT
- Reverse : TAACAATGATGGAGGGTAGG
- Primer Gen H :
- Forward : GGATTCCTTCATACGGGGTCT
- Reverse : GGACCCCCTTTATAGGCAAC
-
-
05
Gejala Tampak
Efek samping yang mungkin dirasakan

Demam Ruam Reaksi berat


Jika ditemukan gangguan
Terjadi pada 5-15% Dijumpai pada 5% sistem saraf pusat, seperti
kasus, yang dimulai resipien, yang timbul ensefalitis dan
pada hari ke 5-6 pada hari ke 7 s/d 10 ensefalopati
sesudah imunisasi, dan sesudah imunisasi dan pasca-imunisasi. Risiko
berlangsung selama 5 berlangsung selama kedua efek samping
hari 2-4 hari tersebut dalam 30 hari
sesudah imunisasi
diperkirakan 1 di antara
1.000.000 dosis vaksin
Thank You

Anda mungkin juga menyukai