I. Pendahuluan
A. Definisi kata
Pengertian SAR adalah suatu tindakan pencarian dan pertolongan bagi suatu kejadian
(accident) untuk secepatnya diselamatkan. Adapun tujuan SAR adalah suatu tindakan
penyelamatan jiwa manusia dan sesuatu yang berharga yang berada dalam keadaan
mengkhawatirkan dengan pelaksanaan secara efektif dan efisien. Dengan demikian kegiatan SAR
dalam pelaksanaannya harus cepat, cermat dan cekatan (3C).
Adapun 3C yang dimaksud diatas adalah :
1. Cepat : Berpikir dan bertindak cepat sesaat setelah mendengar berita kecelakaan
2. Cermat : Membuat strategi dengan cermat, artinya dengan persiapan dan perhitungan yang
matang, mendasar, dan terorganisir.
3. Cekatan : Melaksanakan strategi yang dibuat dengan cekatan dan teknik yang terlatih serta
kedisiplinan tinggi.
Pelaksanaan SAR gunung, hutan dan sungai di Indonesia masih sering kita dengar dengan
kurang keberhasilannya, yaitu tidak berhasil menolong korban dalam keadaan masih hidup. Hal
yang menghambat kurang berhasilnya misi SAR ini adalah tidak adanya/kurangnya faktor 3C di
atas.
B. Sejarah perkembangan
1. Lahirnya Badan SAR Indonesia
Pada tahun 1950 Indonesia masuk menjadi anggota Internasional Civil Aviation
Organizatrion (ICAO) yaitu suatu organisasi penerbangan sipil internasional. Sebagai kewajiban
negara ICAO salah satu diantaranya adalah memiiki organisasi yang mampu menangani musibah
penerbangan di wilayah kedaulatannya. Keadaan tersebut melahirkan pemikiran pemerintah
dengan mengeluarkan peraturan pemerintah No. 15 tahun 1955 oleh Dewan Penerbangan
tentang Panitia Pencari dan Pemberi Pertolongan atau Panitia SAR, yang tugas pokoknya adalah
membentuk badfan gabungan SAR, menentukan pusat regional serta anggaran pembiayaan dan
material namun upaya-upaya yang dilakukan panitia SAR tidak mencapai hasil sesuai dengan
yang diharapkan. Kemudian pada tahun 1959 penerbangan sipil dan AURI mencoba merintis
kembali pembentukan organisasi SAR di tanah air. Tetapi upaya tersebut mengalami kegagalan
antara lain karena tidak tersedianya anggaran pembiayaan dan material, serta adanya perubahan
dalam organisasi pemerintah dan pergolakan politik Indonesia yang terjadi saat itu.
Pada tahun 1966 Indonesia terdaftar sebagai anggota Intergovernmental Maritime
Consultative Organization (IMCO) memalui Keppres No.203 tahun 1966. IMCO yang kemudian
berubah menjadi IMO (International Maritime Organization) dengan ketentuan-ketentuan mengenai
Safety of Live at Sea (SOLAS), mengisyaratkan perlunya Indonesia memiliki organisasi SAR yang
mampu menangani musibah pelayaran di daerah tanggung jawabnya.
Dua tahun kemudian beberapa instansi pemerintah baik sipil maupun militer yang memiliki
perlatan dan sarana komunikasi mencoba melaksanakan operasi SAR bersama-sama. Namun
hasil yang dicapai tidak memuaskan karena tidak terorganisasi dengan baik dan masing-masing
instansi bekerja sendiri-sendiri. Dari hasil pengalaman tersebut kemudian para pejabat bersepakat
untuk membentuk suatu organisasi SAR di bawah satu komando. Kemudian keluarlah keputusan
Mneteri Perhubungan No. T.20/1/2-4 tentang tim SAR lokal Jakarta yang tugas pembentukannya
diserahkan ke Dirjen Perhubungan Negara. Tim SAR inilah merupakan embrio dari organisasi SAR
kemudian.
Pada tanggal 28 Februari 1972 Indonesia mewujudkan kewajibannya sebagai anggota
ICAO dan IMO dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 11 tahun 1972 yang menetapkan
adanya Badan SAR Indonesia (BASARI) dengan tugas pokok melayani musibah pelayaran dan
penerbangan.
Pimpinan
Pusat Koordinasi
Rescue
Unsur–unsur SAR
B. Komponen SAR
Dalam lingkup operasi SAR dikenal organisasi operasi yang berlaku juga secara
internasional yaitu adanya SAR Coordinator (SC), SAR Mision Coordinator (SMC), On Scane
Comander (OSC), dan SAR unit (SRU) dalam bentuk satuan tugas (SAR dasar). Dalam operasi
SAR digunakan struktur operasi SAR sebagai berikut :
SC
SMC
OSC OSC
A. Tipe pencarian
SAR merupakan salah satu bagian dari sistem operasi pencarian, yang berasal dari Amerika
Serikat.
Tipe-tipe pencarian :
1. Tipe I Search
Reconnaisance atau Hastic Searching :
Pengiriman team kecil yang mampu bergerak cepat segera menuju lokasi yang dicurigai
setelah mendapatkan informasi areal.
2. Tipe II Search
Open Grids :
Penyapuan daerah yang luas dengan jumlah tenaga sedikit
3. Tipe III Search
Close Grids :
Penyapuan dengan daerah yang sempit dengan jumlah tenaga pencari sangat banyak.
Pencarian dengan jarak pencarian yang sangat sempit diharapkan memperoleh
kecermatan dalam pencarian dan tenaga kerja yang tersedia mencukupi. Hampir selalu
menggunakan pita-pita sebagai pengontrol dan untuk memberikan tanda-tanda yang jelas antara
area-area yang sudah dicari dan yang belum.
B. Teknik penyapuan
1. Penyapuan berjajar
# Pola Pencarian dan Gambar
Pada dasarnya dikenal delapan pola pencarian yaitu :
1. T – Track Line : sesuai garis lintasan
2. P – Parallel : sejajar memanjang / melingkar
3. C – Creeping : sejajar garis melebar
4. S – Square : bujur sangkar
5. V – Vector : menyudut
6. F – Flare : cahaya
7. O – Contour : Mengikuti garis ketinggian
8. H – homing : pancaran gelombang darurat
Close Grids : yaitu penyapuan daerah yang sempit dengan jumlah yang banyak.
Bentuk : (Grids 5 Kompas 7) : I kelompok terdiri dari lima orang berjarak 7 meter dengan bantuan
arah kompas
58 Ket :
57 * : Kompasman
56 X : Team leader
* * * * 55 Ý : SRU
X X X X
ÝÝÝ ÝÝÝ ÝÝÝ ÝÝÝ
12 13 14 15
Keterangan :
1. TL (Team Leader) bertugas :
- Sebagai koordinator team
- Mengatur penyapuan
- Mengawasi penyapuan
- Apabila ada rintangan, mengkoordinir dengan TL lainnya
- Apabila menemukan jejak TL, mengkoordinir dengan TL yang lain
2. Kompas man merupakan team yang bertugas untuk bergerak dalam penyapuan dan
sebagai pengontrol.
3. String line adalah pita yang digunakan untuk mengatur jarak penyapuan antara team yang
satu dengan lainnya agar tidak terjadi tumpang tindih dalam penyapuan.
Syarat pemasangan string line :
- jarak relatif terlihat
- tingginya sebatas dada
- pemasangan di pohon, batang atau semak-semak
- warna yang digunakan harus kontras atau menyolok
Petugas string line berada di paling pinggir kiri dan kanan sebagai pedoman bergerak
Catatan :
Marker adalah tanda yang diletakkan pada awal penyapuan di titik penemuan serta diletakkan
pada akhir penyapuan.
C. Rekontruksi
Merupakan data informasi mengenai pola perjalanan si korban sehingga dapat diambil
kesimpulan selanjutnya. Ini merupakan pengetahuan pokok yang harus diberikan langsung pada
SRU, sebab SRU-lah yang melakukan operasi;
- subyek data
- pola perjalanan
- operasi lanjutan
MARKER
(LATSAR JUNGLE TRACK X KMPA GIRI BAHAMA)
NOMOR :___________
KOORDINAT :___________