Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS KEJANG DEMAM

DI RUANGAN IGD RSUD ANUTAPURA PALU PROVINSI


SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :

NUR HAMRIA
2021032072

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Viere Allanled Siauta,S.Kep.,M.Kep


NIK. 20210901131

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS KEJANG DEMAM


DI RUANGAN IGD RSUD ANUTAPURA PALUPROVINSI
SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :

NUR HAMRIA
2021032072

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Yuhana Damantalm, M.Erg


NIK. 20110901019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022

LAPORAN PENDAHULUAN
KEJANG DEMAM

A. KONSEP TEORITIS
1. Definisi

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi (suhu
tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang demam atau febrile
convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium ( Dewi, R. 2018 ). Kejang demam adalah
perubahan aktivitas motorik yang bersifat paroksimal dan dalam waktu tertentu akibat
dari adanya aktifitas listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (
Muttaqin,A.2017 )
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kejang demam adalah gangguan yang terjadi
akibat peningkatan suhu tubuh pada anak yang mengakibatkan kejang yang disebabkan
oleh proses ektrakranial.

2. Etiologi
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam sering disebabkan
infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, dan infeksi saluran kemih
(Lestari, 2018). Menurut Ridha (2019), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya
kejang demam diantaranya :

1. Faktor-faktor prenatal
2. Malformasi otak congenital
3. Faktor genetika
4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)
5. Demam
6. Gangguan metabolisme
7. Trauma
8. Neoplasma, toksin
9. Gangguan sirkulasi

10. Penyakit degeneratif susunan saraf.


11. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal
3. Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi
ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron
terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di
luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran
dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan
potensial membran ini dapat diubah oleh :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang
demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik,
hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat
yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme
otak meningkat.
4. Manifestasi Klinik
( Widodo DP, 2018 ) mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada pasien
dengan kejang demam diantaranya :
1. Suhu tubuh mencapai >38⁰C
2. Anak sering hilang kesadaran saat kejang
3. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak
berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang)
4. Kulit pucat dan membiru
5. Akral dingin

6. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1. Elektro encephalograft (EEG)

Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal
tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang
demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi
dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium
rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal

Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama


pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali
gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang
berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18
bulan.
3. Darah
a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang  (N < 200 mq/dl)
b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi
nepro toksik akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit : K, Na

Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang

Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )

Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )


4. Cairan Cerebo Spinal   : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi,
pendarahan penyebab kejang.
5. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
6. Tansiluminasi    : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka
(di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.

7. Penatalaksanaan Medik
penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien kejang demam :
1) Saat timbul kejang maka penderita diberikan diazepam intravena secara perlaan
dengan panduan dosis untuk berat badan yang kurang dari 10kg dosisnya 0,5-0,75
mg/kg BB, di atas 20kg 0,5mg/kg BB. Dosis rata-rata yang diberikan adala 0,3
mg/kg BB/kali pemberian dengan maksimal dosis pemberian 5mg pada anak yang
berumur lebih dari 5 tahun. Pemberian tidak bole melebihi 50mg persuntikan.
Setelah pemberian pertama diberikan masih timbul kejang 15 menit kemudian dapat
diberikan injeksi diazepam secara intravena dengan dosis yang sama. Apabila masih
kejang maka ditunggu 15 menit lagi kemudian diberikan injeksi diazepam ketiga
dengan dosis yang sama secara intramuskular.
2) Pembebasan jalan nafas dengan cara kepala dalam posisi hiperekstensi miring,

pakaian dilonggarkan, dan pengisapan lender. Bila tidak membaik dapat dilakukan

intubasi endotrakeal atau trakeostomi.

3) Pemberian oksigen, untuk membantu kecukupan perfusi jaringan.

4) Pemberian cairan intravena untuk mencukupi kebutuan dan mempermudah dalam

pemberian terapi intravena. Dalam pemberian cairan intravena pemantauan intake

dan output cairan dalam 24 jam perlu dilakukan, karena pada penderita yang berisiko

terjadinya peningkatan tekanan intrakranial kelebihan cairan dapat memperberat

penurunan kesadaran pasien. Selain itu pada pasien dengan peningkatan tekanan

intrakranial juga pemberian cairan yang mengandung natrium (NaCl) perlu

dihindari.

5) Pemberian kompres air es untuk membantu menurunkan suhu tubuh dengan metode

konduksi yaitu perpindahan panas dari derajat yang tinggi (suhu tubuh) ke bendan

yang mempunyai derajat lebih rendah (kain kompres). Kompres diletakan pada
jaringan penghantar panas yang banyak seperti anyaman kelenjar limfe di ketiak,

leher, lipatan paha, serta area pembuluh darah yang besar seperti leher. Tindakan ini

dapat dikombinasikan dengan pemberian antipiretik seperti prometazon 4-6 mg/kg

BB/hari (terbagi dalam 3 kali pemberian).

6) Apabila terjadi peningkatan tekanan intracranial maka perlu diberikan obat-obatan

untuk mengurangi edem otak seperti deksametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam

sampai keadaan membaik .

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang
tua, penghasilan orang tua. Wong (2019), mengatakan kebanyakan
serangan kejang demam terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum
3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang
berusia kurang dari 18 bulan.

2) Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama

Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien


mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam
kompleks biasanya mengalami penurunan kesadaran.
b) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas, nafsu
makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya tergantung
pada jenis kejang demam yang dialami anak.
c) Riwayat kesehatan
1. Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan kejang
demam kompleks mengalami gangguan keterlambatan
perkembangan dan intelegensi pada anak serta mengalami
kelemahan pada anggota gerak (hemifarise).

2. Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi tidak


lengkap rentan tertular penyakit infeksi atau virus seperti virus
influenza.

3. Riwayat nutrisi yaitu Saat sakit, biasanya anak mengalami


penurunan nafsu makan karena mual dan muntahnya

b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran composmentis
2) TTV :
Suhu : biasanya >38,0⁰C
Respirasi : pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit
Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40 kali/menit

Nadi : biasanya >100 x/i


3) BB
Biasanya pada nak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berar
badan yang berarti
4) Kepala
Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
5) Mata
Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva anemis.
6) Mulut dan lidah
Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah tampak
kotor
7) Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan katus
mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat
sementara, nyeri tekan mastoid.
8) Hidung
Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung, bentuk
simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.
9) Leher
Biasanya terjadi pembesaran KGB
10) Dada
a) Thoraks
(1) Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan
(2) Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama
(3) Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan seperti
ronchi.

b) Jantung
Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung
11) Abdomen
biasanya lemas dan datar, kembung
12) Anus
biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
13) Ekstermitas :
a) Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT >
2 detik, akral dingin.
b) Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT
> 2 detik, akral dingin.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
b. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sirkulasi
otak

c. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan sensasi

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Hipertermia Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC
selama .... x24 jam diharapkan pasien Perawatan demam
mampu memenuhi kriteria hasil sebagai 1. Pantau suhu dan
berikut : tanda-tanda
NOC vital lainya
2. Monitor warna kulit
1. Merasa merinding saat dingin
dan suhu
2. Berkeringat saat panas
3. Monitor asupan dan
3. Tingkat pernapasan
keluaran,sadari
4. Melaporkan kenyamanan suhu
perubahan kehilangan
5. Perubahan warna kulit
cairan yang tak di
6. Sakit kepala
rasakan
4. Beri obat atau cairan
IV
5. Tutup pasien
dengan selimut
atau pakaian ringan
6. Dorong konsumsi
cairan
7. Fasilitasi istirahat,
terapkan
pembatasan aktivitas
jika di perlukan
8. Berikan oksigen
yang sesuai
9. Tingkatkan sirkulasi
udara
10. Mandikan pasien
dengan spon hangat
dengan hati-hati.

Pengaturan suhu
1. monitor suhu paling
tidak setiap 2 jam
sesuai kebutuhan
2. monitor dan
laporkan adanya
tanda gejala
hipotermia
dan hipertermia
3. tingkatka intake
cairan dan nutrisi
adekuat
4. berikan pengobatan
antipiretiksesuai
kebutuhan.

Manajemen
pengobatan
1. Tentukan obat apa
yang di perlukan,
dan kelola menurut
resep dan/atau
protocol
2. Monitor efektivitas
cara pemberian obat
yang sesuai.

Manajemen kejang
1. Pertahankan
jalan nafas
2. Balikkan badan
pasien ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi
pasien selama
kejang
5. Catat lama kejang
Monitor tingkat
obat- obatan
anti epilepsi

2 Perfusi jaringan Setelah dilakukan asuhan keperawatan


NIC
serebral tidak efektif selama .... x24 jam diharapkan pasien
Terapi oksigen
mampu memenuhi kriteria hasil sebagai
1. Periksa mulut,
berikut :
hidung, dan sekret
NOC
trakea
a. Status sirkulasi
2. Pertahankan jalan
1. Tekanan darah sistol
2. Tekanan darah diastol napas yang paten
3. Tekanan nadi 3. Atur peralatan
4. PaO2 (tekanan
oksigenasi
5. parsial oksigen dalam darah
arteri) 4. Monitor aliran
6. PaCO2 (tekanan parial oksigen
karbondioksida dalam darah
5. Pertahankan posisi
arteri
7. Saturasi oksigen pasien
8. Urine output 6. Observasi tanda-
9. Capillary refill. tanda hipoventilasi
b. Status neurologi 7. Monitor adanya
1. Kesadaran kecemasan pasien
2. Fungsi sensorik dan motorik terhadap oksigenasi.
kranial Manajemen edema
3. Tekanan serebral
1. Monitor adanya
4. intrakranial
kebingungan,
5. Ukuran pupil
perubahan
6. Pola istirahat-tidur
pikiran, keluhan
7. Orientasi kognitif
pusing, pingsan
8. Aktivitas kejang
2. Monitor tanda-tanda
9. Sakit kepala.
vital
3. Monitor
karakteristik cairan
serebrospinal :
warna, kejernihan,
konsistensi
4. Catat perubahan
pasien dalam
berespon terhadap
stimulus
5. Berikan anti kejang
sesuai kebutuhan
6. Batasi cairan
7. Dorong
keluarga/orang yang
penting untuk bicara
pada pasien
8. Posisikan tinggi
kepala 30o atau lebih.
3 Resiko cedera Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Sediakan
selama .... x24 jam diharapkan pasien lingkungan yang
mampu memenuhi kriteria hasil sebagai aman untuk pasien
berikut : 2. Identifikasi
NOC kebutuhan
1. Klien terbebas dari cedera keamanan pasien
2. Klien mampu menjelaskan cara atau sesuai dengan
metode untuk mencegah cedera kondisi fisik
3. Klien mampu menjelaskan faktor 3. Menyediakan
resiko dari lingkungan tempat tidur yang
4. Menggunakan fasilitas kesehatan aman dan bersih
yang ada 4. Membatasi
5. Mampu mengenali perubahan status pengunjung
kesehata. 5. Memberikan
penerangan yang
cukup
6. Memberikan
penjelasan pada
pasien dan keluarga
adanya perubahan
status kesehatan dan
penyebab penyakit
Manejemen kejang
1. Pertahanakan jalan
nafas
2. Balikan badan
pasien kesatu sisi
3. Longgarkan
pakaian
4. Tetap disisi pasien
saat kejang
5. Pathway
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, R. 2018.WaspadaiPenyakitpadaAnak.Jakarta:IndeksPenerbit

Lestari,T,2018.AsuhanKeperawatanAnak. Yogyakarta:NuhaMedika

Muttaqin,A.2017.BukuAjarAsuhanKeperawatanKlienDenganGangguanSistem
Persarafan.Jakarta:Salemba Medika

NANDA.2018.DiagnosaKeperawatan Defenisi & Klasifikasi .(Budi Anna Keliat


dkk, penerjemah).Jakarta:EGC
Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsensus Penatalaksanaan Kejang
Demam. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2016.

Anda mungkin juga menyukai