Anda di halaman 1dari 22

PARADIGMA

PERADABAN ISLAM

Agama dan Etika Islam


ITB
1. Makna Peradaban

• Entitas kompleks yang mencakup ilmu pengetahuan,


keyakinan, seni dan sastra, hukum dan adat,
Dimensi keterampilan, dan bentuk budaya lainnya, yang
dihasilkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Individu

• Pola kehidupan tinggi suatu masyarakat yang tercermin


dalam sistem sosial, lembaga, capaian, dan prestasinya,
Dimensi dan juga tergambar dalam sistem nilai dan moral yang
melingkupi kehidupan itu.
komunal

(Constantin K. Zurayk, 1981)


Pemahaman Sekuler

Dalam konteks budaya sekuler, peradaban


dimaknai sebagai sejumlah fenomena
sosial dalam tubuh masyarakat yang
berorientasi kepada materialisme, sains,
seni, dan teknologi, yang
merepresentasikan tingkatan tinggi dalam
sejarah perkembangan manusia.

(Nu’man ‘Abd al-Razzaq, 2001)


Perspektif Islam

Peradaban adalah capaian tinggi dalam setiap aspek


kehidupan yang diusahakan oleh manusia, baik sebagai
individu maupun sebagai entitas bangsa, yang meyakini
nilai-nilai tauhid dan ketuhanan sebagai titik tolak, yang
daripadanya dia memahami perannya sebagai
khalifatullah yang bertugas merealisasikan kebaikan
bersama antar sesama umat manusia dan
memakmurkan dunia secara seimbang dan penuh
harmoni.

(Nu’man ‘Abd al-Razzaq, 2001)


Antara Kebudayaan dan Peradaban

Kebudayaan
Peradaban
Kumpulan nilai-nilai pada
masyarakat tertentu yang Perkembangan kebudayaan yang
merepresentasikan pandangan telah mencapai tingkat tertinggi
dan capaian mereka dalam yang dihasilkan oleh manusia,
berbagai aspek kehidupan, mencakup seluruh aspek
meliputi ilmu pengetahuan, kehidupan sosial, ekonomi,
kesenian, moralitas, dan sosial- politik, ilmu pengetahuan dan
humaniora. teknologi.

(Tenny Sujatnika, 2017)


2. Kebudayaan Islam: Basis Peradaban Islam

Kebudayaan Islam, sebagai basis utama


bagi pengembangan peradabannya,
adalah kebudayaan yang
merepresentasikan identitas umat Islam,
filsafat, dan pandangan holistiknya
terhadap wujud (ontologi), pengetahuan
(epistemologi), dan sistem nilai
(aksiologi), atau dengan kata lain,
terhadap Allah, manusia, alam semesta,
dan kehidupan.

(Yusuf al-Qaradawi, 2005)


Karakteristik Kebudayaan Islam

1. Rabbaniyyah

2. Menjunjung moralitas tinggi

3. Humanis dan berwawasan lingkungan

4. Universal

5. Terbuka dan toleran

6. Percaya terhadap kemuliaan ajaran Islam

(Yusuf al-Qaradawi, 2005)


3. Paradigma Peradaban Holistik

Peradaban yang tangguh


Nilai-nilai mesti dibangun di atas
tauhid landasan paradigma yang
holistik. Peradaban ini tidak
hanya berorientasi pada
Peran kemajuan materil belaka,
Manusia namun harus berlandaskan
nilai-nilai ketuhanan,
menjunjung tinggi keluhuran
Peradaban
moral, dan berwawasan
Islami keberlanjutan lingkungan.
Peran Manusia
Keesaan
Tuhan

Nilai-nilai
Keimanan
kemanusiaan

Pemeliharaan Peradaban
Manusia alam Islam

Studi Islam
Ilmu
Sainteks

(Ali Jum’ah, 2006)


Tuhan dalam Perpektif Islam

Tuhan semesta alam adalah Esa dalam diri, sifat, dan


perbuatan-Nya; bersifat azali tak berawal; abadi tak
memiliki akhir. Dia bersifat transenden sekaligus immanen;
di luar jangkauan tingkat persepsi relatif manusia, namun
kehadirannya dapat di rasakan dalam hati.

Allah ta’ala tersifati oleh semua sifat kebaikan,


kesempurnaan, keindahan, kemahatahuan, keadilan, dan
kasih sayang. Oleh karenanya, Allah menciptakan alam
semesta beserta segala isi dan hukumnya, sesuai dengan
hikmah dan tujuan tertentu, tidak secara serampangan.

(Nu’man ‘Abd al-Razzaq, 2001)


Islam Memandang Manusia

Manusia adalah ciptaan Allah yang sangat kompleks. Ia


memiliki akal dan ruh yang memungkinkannya menerima
pengetahuan dan berkedudukan tinggi melebihi tingkatan
malaikat, namun di saat yang sama juga memiliki emosi
dan nafsu yang berpotensi membuatnya sesat dan jatuh
ke dasar tingkatan setan.

Allah memuliakannya di atas semua makhluk-Nya;


memberinya amanat mengelola semesta;
memerintahkannya untuk senantiasa berbuat baik (salih)
dan memperbaiki (islah); dan melarangnya untuk tidak
berbuat kerusakan di muka bumi dan tidak menuhankan
dirinya sendiri.

(Nu’man ‘Abd al-Razzaq, 2001)


Islam Memandang Alam Semesta

Islam memandang alam sebagai sesama makhluk Allah yang


memiliki kehormatan sebagai karya cipta-Nya. Alam ‘hidup’
dan beriman kepada pencipta-Nya; tunduk dan bertasbih
kepada-Nya, mekipun kita tidak memahami bahasanya.

Alam dengan segenap kekuatannya didesain untuk


kepentingan manusia, yang telah diberi amanat untuk
mengelola dan membangunnya secara maslahat dan
seimbang.

Berdasarkan hal di atas, meneliti alam semesta, menyelidiki


hukum-hukummya, dan menyingkap berbagai rahasiahnya,
merupakan ibadah kepada Allah, karena sama dengan
menjalankan kewajiban membaca tanda-tanda Allah.

(Muhammad ‘Imarah, 2005)


‫البقرة‪22 :‬‬
4. Islam dan Pengembangan Saintek
Islam adalah ajaran Tuhan yang mengarahkan manusia untuk
menyembah Allah, memakmurkan dunia, dan menegakan keadilannya-
Nya di alam materil ini, dengan berpedoman kepada kitab al-Quran dan
kitab alam semesta.

Islam adalah agama dan peradaban. Dalam sejarah peradabannya,


pengembangan keilmuan dalam berbagai ilmu agama beriringan dengan
banyaknya inovasi pada bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial-
humaniora.

Islam memandang bahwa alam semesta, ilmu-ilmunya, dan berbagai


inovasi di dalamnya, merupakan jalan menuju makrifat kepada Allah dan
media amal kebaikan bagi sesama makhluk-Nya.
Urgensi Sainteks dalam Peradaban Islam

“Aturan agama tidak bisa berjalan


dengan baik tanpa aturan dunia.
Aturan agama, dengan makrifat dan
ibadah, tidak dapat tercapai kecuali
dengan kesehatan fisik,
kenyamanan hidup, dan
terpenuhinya berbagai kebutuhan,
seperti sandang, papaan, pangan,
dan keamanan. Maka agama tidak
dapat berdiri tanpa realisasi
pemenuhan berbagai kebutuhan
asasi ini. Oleh karenanya, jelaslah
bahwa aturan dunia merupakan
prasyarat bagi aturan agama.”
(Abu Hamid al-Ghazali, 2012)
Pengembangan Sainteks dan Kemaslahatan

Islamic
Values

Pemanfaatan Kemudahan
Alam Hidup

Manusia Kelestarian
Sainteks
Lingkungan

Inovasi Kesejahteraan
Teknologi Bersama
Apakah Peradaban Islam Telah Mati?
Peradaban Islam belum mati, namun
tengah tertidur. Peradaban yang mati
contohnya adalah peradaban Fir’aun;
bahasanya, keyakinannya, pandangan
dunianya, dan kebudayaannya telah
punah dan sirna. Namun unsur-unsur
peradaban dalam tubuh umat Islam,
masih berdenyut hidup. Hal yang harus
dilakukan adalah membangunkannya,
melalui proses pendidikan yang holistik.
Kita harus mendidik generasi muda
untuk beriman kepada Allah, mencintai
sesama manusia, dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi.
(Ali Jumah, 2005)
Memajukan Peradaban Indonesia

1. Membenahi
sistem pendidikan

6. Bersinergi dalam 2. Meningkatkan


pembangunan tradisi keilmuan

5. Membangun 3. Pemerataan
manusia berakhlak pembangunan
mulia SDM

4. Fundamental
ekonomi yang kuat
Daftar Pustaka
‘Abd al-Razza>q, Nu’man (2001). Nah}nu wa-al-H{ad}a>rah wa-al-Shuhu>d.
Doha: Wiza>rat al-Awqa>f wa al-Shu’u>n al-Isla>miyyah.
Al-Ghaza>li>, Abu> H{a>mid (2012). Al-Iqtis}a>d fi>-al-‘I’tiqa>d. Kairo:
Da>r al-Minha>j.
‘Ima>rah, Muh}ammad (2005). Hadha> Huwa al-Isla>m. Kairo: Maktabat
al- Shuru>q al-Dawliyyah.
Jum’ah, ‘Ali (2006). Al-Ka>min fi>-al-H{ad}a>rah al-Isla>miyyah. Kairo: al-
Wa>bil al-S{ayyib.
Al-Qarad}a>wi>, Yu>suf (2005). Thaqa>fatuna bayn al-Infita>h} wa al-
Inghila>q. Kairo: Da>r al-Shuru>q.
Sudjatnika, Tenny (2017). “Nilai-nilai Karakter Yang Membangun
Peradaban Manusia.” Jurnal al-Tsaqafa, Vol. 14, No. 1, hlm. 133-
146.
Zurayk, Constantin K. (1981). Fi>-Ma’rakat al-H{ad}a>rah. Beirut: Da>r al-
’Ilm li-al-Mala>yi>n.

Anda mungkin juga menyukai