Anda di halaman 1dari 13

PROSES PENCERNAAN DAN METABOLISME KARBOHIDRAT DALAM

TUBUH MANUSIA
Karbohidrat adalah senyawa penting yang dibutuhkan manusia sebagai sumber tenaga (energi) bagi
tubuh. Karbohidrat dapat ditemukan dalam beberapa jenis makanan seperti nasi, jagung, tepung, singkong,
kentang dan lain sebagainya. Dengan mengkonsumi makanan-makanan tersebut, tubuh akan memiliki tenaga
dan kekuatan untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Adapun dalam metabolismenya, karbohidrat melalui
serangkaian tahapan dalam proses pencernaan tubuh. Proses pencernaan karbohidrat tersebut terjadi secara
bertahap, mulai dari rongga mulut, kerongkongan, lambung hingga anus.

PROSES PENCERNAAN KARBOHIDRAT


Karbohidrat adalah senyawa yang tersusun dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
Senyawa ini dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu monosakarida (glukosa dan fruktosa), disakarida
(sukrosa dan maltose), dan polisakarida (amilum, glikogen, dan selulosa). Ketiga kelompok senyawa
karbohidrat tersebut dicerna oleh organ sistem pencernaan secara bertahap. Berikut ini tahapan proses
pencernaan karbohidrat tersebut mulai dari rongga mulut. Tujuan akhir pencernaan dan absorpsi karbohidrat
adalah mengubah karbohidrat menjadi ikatan-ikatan yang lebih kecil, terutama berupa glukosa dan fruktosa,
sehingga dapat diserap oleh pembuluh darah melalui dinding usus halus.

1. Rongga Mulut

Proses pencernaan karbohidrat dimulai dari rongga mulut. Makanan yang mengandung karbohidrat
dikunyah di dalam rongga mulut sehingga bercampur dengan air ludah dari kelenjar liur ( saliva). Air ludah
mengandung enzim amilase, enzim amilase yang berfungsi untuk mengurai karbohidrat menjadi karbohidrat
lebih sederhana, yaitu glukosa. Bila pengunyahan dilakukan lebih lama, maka oleh enzim amilase karbohidrat 
diubah menjadi maltosa. Perlu diketahui bahwa amilase berkerja optimal pada pH ludah netral.

2. Tenggorokan atau Esofagus


Setelah melalui pencernaan mekanis yang dilakukan gigi dan pencernaan kimiawi yang dilakukan
ludah,, karbohidrat kemudian ditelan masuk dan melewati tenggorokan (esofagus). Pada organ ini, proses
pencernaan karbohidrat sama sekali tidak terjadi. Ia hanya lewat dengan mudah dalam hitungan detik karena
saluran esofagus sangat licin akibat cairan mucus yang dihasilkan dindingnya.

3. Lambung
Dari tenggorokan, karbohidrat langsung diterima oleh lambung untuk kemudian diolah dan dicampurkan
dengan asam lambung (HCl) yang bersifat korosif. Pencampuran karbohidrat, asam lambung, dan makanan lain
terjadi dengan bantuan gerakan kontraksi lambung. Proses ini membuat karbohidrat menjadi lebih cair dan
hancur. Cairan karbohidrat yang bercampur dengan makanan lain ini kemudian disebut dengan istilah chymus.

Didalam cairan sekresi lambung tidak ada enzim yang memecah karbohidrat. Kalau makanan hanya
mengandung karbohidrat saja, akan tinggal dalam gaster dan diteruskan ke dalam duodenum. Karena itu,
hidangan karbohidrat akan lebih cepat menimbulkan rasa lapar kembali.
4. Usus Halus

Proses pencernaan karbohidrat di usus halus melalui beberapa organ penting yang masing-masing
memiliki peranan yang berbeda. Organ tersebut antara lain:

a.Usus 12 Jari (Duodenum)


Chymus yang mengandung karbohidrat yang berasal dari lambung diteruskan ke usus 12 jari
(duodenum) untuk kemudian dicerna lebih lanjut. Proses pencernaan karbohidrat dalam usus 12 jari dilakukan
secara kimiawi menggunakan enzim amilopsin atau enzim amilase yang dihasilkan dari getah pankreas. Enzim
ini memecah amilum yang belum sempat terurai sempurna di rongga mulut untuk menjadi disakarida.

b. Usus Kosong (Jejunum)


Setelah melalui usus 12 jari, proses pencernaan karbohidrat yang telah berwujud disakarida ini
kemudian dilanjut oleh organ selanjutnya, yakni usus kosong (jejunum). Di dalam organ ini, disakarida dipecah
menjadi monosakarida dengan bantuan enzim-enzim disakaridase (maltase, laktase, dan sukrase) yang terdapat
pada getah usus halus hasil sekresi dinding-dindingnya. Pemecahan disakarida tergantung pada jenis dan
jumlahnya, yaitu:

 Maltosa menjadi 2 mol glukosa dengan bantuan enzim maltase


 Laktosa menjadi 1 mol glukosa dan 1 mol galaktosa dengan bantuan enzim laktase
 Sukrosa menjadi 1 mol glukosa dan 1 mol fruktosa dengan bantuan enzim sukrase

c. Usus Penyerap (Ileum)


Setelah melalui usus kosong, monosakarida-monosakarida hasil penguraian enzim disakaridase
kemudian diserap oleh dinding ileum atau usus penyerap. Serapan monosakarida ini lalu diabsorpsi dan
diangkut sistem sirkulasi darah lewat vena porta dan disalurkan ke seluruh tubuh menjadi energi yang siap
digunakan.

5. Usus Besar dan Anus

Dalam waktu 1-4 jam setelah selesai makan, pati non karbohidrat atau serat makanan dan sebagian kecil
pati yang tidak dicernakan masuk kedalam usus besar.Sisa-sisa pencernaan ini merupakan subrat potensial
untuk difermentasi oleh microorgani didalam usus besar. Substrat potensial lain yang difermentasi adalah
fruktosa, sorbitol, dan monomer lain yang susah dicernakan, laktosa pada mereka yang kekurangan lactase,
serta rafinosa, stakiosa, verbakosa, dan fruktan.

Produk utama fermentasi karbohidrat di dalam usus besar adalah karbondioksida, hydrogen, metan dan asa-
asam lemak rantai pendek yang mudah menguap, seperti asam asetat, asam propionate dan asam butirat.
Fermentasi yang meningkat di dalam kolon menghasilkan banyak gas karbondioksida yang kemudian keluar
sebagai flatus ( kentut). Sisa karbohidrat yang masih ada dibuang sebagai tinja.
PENYERAPAN KARBOHIDRAT

Karbohidrat makanan dicerna di usus halus untuk diserap terutama dalam bentuk disakarida maltosa
(produk pencernaan polisakarida), sukrosa, dan laktosa. Disakaridase yang terletak di membran brush border sel
epitel usus meneruskan penguraian disakarida ini menjadi unit-unit monosakarida yang dapat diserap yaitu
glukosa, galaktosa, dan fruktosa.
Glukosa dan galaktosa diserap oleh transpor aktif sekunder, di mana pembawa kotranspor di membran
luminal memindahkan monosakarida dan Na+ dari lumen ke dalam interior sel usus. Bekerjanya pembawa
kotranspor ini, yang tidak secara langsung menggunakan energi, bergantung pada gradien konsentrasi Na+ yang
tercipta oleh pompa Na+-K+ basolateral yang menggunakan energi. Glukosa (atau galaktosa), setelah
dipekatkan di sel oleh pembawa kotranspor, meninggalkan sel menuruni gradien konsentrasi melalui pembawa
pasif di membran basolateral untuk masuk ke darah di dalam vilus. Selain terjadi penyerapan glukosa melalui
sel oleh pembawa  kotranspor, terdapat bukti bahwa cukup banyak glukosa melintasi sawar epitel melalui taut
erat yang bocor di antara sel-sel epitel. Fruktosa diserap ke dalam darah hanya dengan difusi terfasilitasi
(transpor pasif yang diperantarai oleh pembawa).
METABOLISME KARBOHIDRAT

1. GLIKOLISIS

Glikolisis adalah proses di mana satu molekul glukosa dipecah untuk membentuk dua molekul asam piruvat.
Proses glikolisis merupakan tahapan jalur metabolisme yang terjadi dalam sitoplasma sel-sel hewan, sel tumbuhan, dan
sel-sel mikroorganisme. Glikolisis melibatkan banyak enzim , yaitu:

1.       Heksokinase
Tahap pertama pada proses glikolisis adalah pengubahan glukosa menjadi glukosa 6-fosfat dengan reaksi
fosforilasi. Gugus fosfat diterima dari ATP dalam reaksi. Enzim heksokinase merupakan katalis dalam reaksi
tersebut dibantu oleh ion Mg++sebagai kofaktor. heksesokinase yang berasal dari ragi dapt merupakan katalis
pada reaksi pemindahan gugus fosfat dari ATP tidak hanya kepada glukosa tetapi juga kepada fruktosa, manosa,
glukosamina. Dalam otak, otot, dan hati terdapat enzim heksesokinase yang multi substrat ini. Disamping itu
ada pula enzim-enzim yang khas tetapi juga kepada fruktosa, manosa, dan glukosamin. Dalam kinase. Hati juga
memproduksi fruktokinase yang menghasilkan fruktosa-1-fosfat.
Enzim heksesokinase dari hati dapat dihambat oleh hasil reaksi sendiri. Jadi apabila glukosa-6-fosfat terbentuk
dalam jumlah banyak, mak senyawa ini akan menjadi inhibitor bagi enzim heksesokinase tadi. Selanjutnya
enzim akan aktif kembali apabila konsentrasi glukosa-6-fosfat menurun pada tingkat tertentu.
2.       Fosfoheksoisomerase
Reaksi berikutnya ialah isomerasi, yaitu pengubahan glukosa-6-fosfat menjadi fruktosa-6-fosfat, dengan enzim
fosfoglukoisomerase. Enzim ini tidak memerlukan kofaktor dan telah diperoleh dari ragi dengan cara
kristalisasi. Enzim fosfuheksoisomerase terdapat jaringan otot dan mempunyai beraat molekul 130.000.
3.       Fosfofruktokinase
Frukrosa-6-fosfat diubah menjagi fruktosa-1,6-difosfat oleh enzim fosfofruktokinase dibantu oleh ion Mg+
+
 sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini gugus fosfat dipindahkan dariATP kepada fruktosa-6-fosfat dari ATP
sendiri akan berubah menjadi ADP.
Fosfofruktokinase dapat dihambat atau dirangsang oleh beberapa metabolit, yaitu senyawa yang terlibat dalam
proses metabolism ini.  Sebagai contoh, ATP yang berlebih dan asam sitrat dapat menghambat,dilain pihak
adanya AMP, ADP, dan fruktosa-6-fosfat dapat menjadi efektor positif yang merangsang enzim
fosfofruktokinase. Enzim ini merupakan suatu enzim alosterik dan mempunyai berat molekul kira-kira 360.000.
4.       Aldose
Reaksi tahap keempat dalam rangkaian reaksi glikolisis adalah penguraian molekul fruktosa-1,6-difosfat
membentuk dua molekul triosa fosfat, yaitu dihidroksi aseton fosfat dan D-gliseraldehida-3-fosfat. Dalam tahap
ini enzim aldolase yang menjadi katalis telah dimurnukan dan ditemukan oleh Warburg. Enzim ini terdapat
dalam jaringan tertentu dan dapat bekerja sebagai kaalis dalam reaksi penguraian beberapa ketosa dan
monofosfat, misalnya fruktosa-1,6-difosfat, sedoheptulose-1,7- difosfat, fruktosa-1-fosfat, eritulosa-1-fosfat.
Hasil reaksi penguraian tiap senyawa tersebut yang sama adalah dihidroksi aseton fosfat.
5.       Triosafosfat Isomerase
Dalam reaksi penguraian oleh enzim aldolase terbentuk dua macam senyawa, yaitu D-gliseraldehida-3-fosfat
dan dihidroksi-aseton fosfat. Yang mengalami reaksi lebih lanjut dalam proses glikolisis adalah D-
gliseraldehida-3-fosfat. Andaikata sel tidak mampu mengubah dihidroksiasotonfosfat menjadi D-gliseraldehida-
3-fosfat, tentulah dihidrosiasetonfosfat akan bertimbun didalam sel. Hal ini tidak berllangsung karena dalam sel
terdapat enzim triofosfat isomerase yang dapat mengubah dihidrokasetonfosfat menjadi D-gliseraldehida-3-
fosfat. Adanya keseimbangan antara kedua senyawa tersebut dikemukakan oleh Mayerhof dan dalam keadaan
keseimbangan dihidroksiaseton fosfat terdapat dalam jumlah dari 90%.
6.       Gliseraldehida-3-fosfat Dihidrogenase
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi gliseraldehida-3-fosfat menjadi 1,3 difosfogliserat. Dalam reaksi
ini digunakan koenzim NAD+. Sedangkan gugus fosfat diperoleh dari asam fosfat. Reaksi oksidasi ini
mengubah aldehida menjadi asam karboksilat. Gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase telah dapat diperoleh
dalam bentuk Kristal dari ragi dan mempunyai berat molekul 145.000. Enzim ini adalah suatu tetramer yang
terdiri atas empat subunit yang masing-masing mengikat suatu molekul NAD +, jadi pada tiap molekul enzim
terikat empat molekul NAD+.
7.       Fosfogliseril Kinase
Reaksi yang menggunakan enzim ini ialah reaksi pengubahan asam 1,3-difosfogliserat menjadi asam 3-
fosfogliserat. Dalam reaksi ini terbentuk datu molekul ATP dari ADP dan ion Mg 2+diperlukan sebagai kofaktor.
Oleh karena ATP adalah senyawa fosfat berenergi tinggi, maka reaksi ini mempunyai fungsi untuk menyimpan
energy yang dihasilkan oleh proses glikolisis dalam bentuk ATP.
8.       Fosfogliseril Mutase
Fosfogliseril mutase bekerja sebagai katalis pada reaksipengubahan asam 3-fosfogliserat menjadi asam 2-
fosfogliserat.Enzim ini berfungsi memindahkan gugus fosfat dari suatu atom C kepada atom C lain dalam suatu
molekul. Berat molekul enzim ini yang diperoleh dari ragi ialah 112.000.
9.       Enolase
Reaksi berikutnya ialah pembentukan asam fosfofenol piruvat dari asaam 2-fosfogliserar dengan katalis enzim
enolase dan ion Mg2+ sebagai kofaktor. Reaksi pembentukkan asam fosfofenol piruvat ini ialah pembentukan
asam fosfofenol piruvat dari asaam 2-fosfogliserar dengan katalis enzim enolase dan ion Mg 2+ sebagai kofaktor.
Reaksi pembentukkan asam fosfofenol piruvat ini ialah reaksi dehidrasi. Adanya ion F - dapat menghambat kerja
enzim enolase, sebab ion F- dengan ion Mg2+dan fosfat dapat membentuk kompleks magnesium fluoro fosfat.
Dengan terbentuknya kompleks ini akan mengurangi jumlah ion Mg 2+ dalam campuran reaksi dan akibat
berkurangnya ion Mg2+maka efektivitas reaksi berkurang.
Enzim ini menggunakan enzim laktat dehidrogenase ini ialah reaksi tahap akhir glikolisis, yaitu pembentukan
asam laktat dengan cara reduksi asam piruvat. Dalam reaksi ini digunakan NAD sebagai koenzim (Anna
Poedjiadi, 1994).
Tiga besar karbohidrat memproduksi energi reaksi glikolisis, siklus asam sitrat, dan rantai transpor
elektron. Dalam langkah pertama dan ketiga dari jalur, ATP memberi energi pada molekul. Dengan demikian,
dua molekul ATP harus dikeluarkan dalam proses. Lebih jauh dalam proses, molekul glukosa enam karbon
mengkonversi menjadi senyawa perantara dan kemudian dibagi menjadi dua senyawa tiga karbon. Yang
terakhir menjalani konversi tambahan dan akhirnya membentuk asam piruvat pada akhir proses.
Selama tahap terakhir dari glikolisis, empat molekul ATP disintesis menggunakan energi yang dilepaskan
selama reaksi kimia. Dengan demikian, empat molekul ATP disintesis dan dua molekul ATP digunakan selama
glikolisis, untuk keuntungan bersih dua molekul ATP.
Reaksi lain selama hasil glikolisis energi yang cukup untuk mengkonversi NAD menjadi NADH
(ditambah ion hidrogen). Berkurangnya koenzim (NADH) nantinya akan digunakan dalam sistem transpor
elektron, dan energi yang akan dirilis. Selama glikolisis, dua molekul NADH yang dihasilkan.
Karena glikolisis tidak menggunakan oksigen apapun, proses ini dianggap anaerobik. Untuk organisme
anaerobik tertentu, seperti beberapa bakteri dan ragi fermentasi, glikolisis adalah satu-satunya sumber energi.
Glikolisis adalah proses yang agak tidak efisien karena banyak energi sel tetap dalam dua molekul asam piruvat
yang dibuat.

Glikogenesis

Glikogenesis adalah cara tubuh menyimpan glukosa dalam bentuk polisakarida yang disebut glikogen.
Ini adalah rantai panjang molekul glukosa yang dapat kompak disimpan dalam sel. Jenis ikatan yang
menghubungkan molekul glukosa sangat mudah rusak, sehingga glikogen dengan cepat dapat dikonversi
menjadi glukosa ketika kadar gula darah semakin rendah.

Glikogen kadang-kadang disebut sebagai pati hewan, dan itu adalah cara tubuh menyimpan karbohidrat.
Ini adalah rantai bercabang ribuan unit glukosa. Sementara itu hadir dalam sebagian besar jaringan, ditemukan
dalam konsentrasi terbesar dalam hati dan otot.
Metabolisme oleh hati menyediakan penyangga kadar glukosa darah, memastikan bahwa mereka tetap
stabil. Jumlah glikogen dalam hati sangat bervariasi, tergantung pada seberapa baru orang tersebut telah makan.
Ini terakumulasi ke tingkat tinggi setelah makan, kemudian menurun karena tubuh mengacu pada itu untuk
energi.
Setelah seseorang makan, pankreas memproduksi insulin, yang memberi sinyal pada hati untuk memulai
sintesis glikogen. Proses glikogenesis dimulai dengan enzim glikogen sintase, yang membuat glikogen.
Dibutuhkan molekul glukosa aktif dan menambahkannya ke rantai glikogen. Enzim ini sangat spesifik. Ini akan
membentuk tulang punggung glikogen, tetapi tidak akan membuat salah satu cabang.

Sebuah percabangan enzim khusus yang diperlukan untuk menambah cabang rantai tumbuh. Hal ini
membutuhkan rantai setidaknya 11 unit glukosa. Kemudian akan membuat hubungan yang tepat menyebabkan
percabangan rantai. Setelah hubungan percabangan telah ditambahkan, glikogen sintase menambahkan unit
glukosa untuk itu. Cabang-cabang menyediakan sejumlah jalan untuk sintesis atau degradasi, dibandingkan
dengan hanya memiliki satu rantai lurus.

Jika tidak ada lagi glikogen dalam sel, ada sebuah senyawa yang dapat bertindak sebagai primer, sehingga
glikogenesis dapat dilanjutkan. Sebuah protein yang disebut glycogenin diperkirakan berfungsi sebagai primer
tersebut. Ini menghubungkan glukosa menjadi bagian dari struktur, dan glikogen sintase dapat menggunakan
glukosa yang sebagai bahan awal untuk membuat sisa rantai glikogen.

Bagian dari jalur glikogenesis mencakup sintesis glukosa teraktivasi sehingga glikogen sintase menggunakan
untuk memperpanjang rantai. Glukosa dapat bergerak masuk dan keluar dari sel, tetapi glukosa-6-fosfat tidak
bisa. Dengan demikian, glukosa diubah menjadi glukosa-6-fosfat. Senyawa ini kemudian dikonversi menjadi
glukosa-1-fosfat dan kemudian ke unit glukosa teraktivasi, yang dikenal sebagai UDP-glukosa.

Glikogen sintase ada di dalam bentuk aktif dan tidak aktif, karena itu adalah penting bagi enzim tidak dapat
aktif ketika glikogen sedang terdegradasi. Enzim diatur oleh penambahan atau penghapusan gugus fosfat, yang
dikenal sebagai fosforilasi. Dalam bentuk aktifnya, tidak memiliki gugus fosfat di atasnya. Ketika gugus fosfat
ditambahkan, menjadi tidak aktif. Hal ini dapat terfosforilasi oleh sejumlah enzim berbeda dan memiliki modus
kompleks regulasi.
Salah satu faktor penting dalam glikogenesis adalah bahwa enzim awal yang memecah glikogen tidak aktif
setelah sintesis glikogen telah dimulai. Enzim ini dikenal sebagai glikogen fosforilase, dan juga memiliki modus
kompleks regulasi. Berbeda dengan glikogen sintase, itu diaktifkan oleh fosforilasi.
Glikogen yang jalur sintesis pada otot memiliki fungsi yang berbeda dari yang di hati. Glukosa disimpan jauh
diperuntukkan untuk digunakan dalam otot sebagai sumber energi. Ini tidak masuk ke dalam darah, seperti
glukosa dari glikogen yang disimpan di hati.

Glikogenolisis

Glikogenolisis merupakan proses pemecahan molekul glikogen menjadi glukosa. Apabila tubuh dalam
keadaan lapar, tidak ada asupan makanan, kadar gula dalam darah menurun, gula diperoleh dengan memecah
glikogen menjadi glukosa yang kemudian digunakan untuk memproduksi energi.
Dalam glikogenolisis, glikogen yang disimpan dalam hati dan otot dipecah menjadi glukosa-1-fosfat kemudian
diubah menjadi glukosa-6-fosfat. Glukogenolisis diatur oleh hormon glukagon yang disekresikan pancreas dan
epinefrin yang disekresikan kelenjar adrenal. Kedua hormon tersebut akan menstimulasi enzim glikogen
fosforilase untuk memulai glikogenolisis dan menghambat kerja enzim glikogen sintase (menghentikan
glikogenesis).
Glukosa-6-fosfat akan masuk ke dalam proses glikolisis untuk menghasilkan energi. Glukosa-6-fosfat juga
dapat diubah menjadi glukosa untuk didistribusikan oleh darah menuju sel-sel yang membutuhkan glukosa.
Glukoneogenesis

Glukoneogenesis adalah proses sintesis glukosa dari sumber bukan karbohidrat. Molekul yang umum
sebagai awal glukoneogenesis adalah asam piruvat, namun oxaloasetat dan dihidroxiaseton fosfat dapat juga
mengawali proses glukoneogenesis. Asam laktat, beberapa asam amino dan gliserol dapat dikonversi menjadi
glukosa. Glukoneogenesis hampir mirip dengan glikolisis dengan proses yang dibalik, hanya tiga tahapan yang
membedakannya dengan glikolisis. ATP dibutuhkan dalam tahapan glukoneogenesis.
Glukoneogenesis terjadi terutama dalam hati dan dalam jumlah sedikit terjadi pada korteks ginjal. Sangat
sedikit glukoneogenesis terjadi di otak, otot rangka, otot jantung dan beberapa jaringan lainnya. Umumnya
glukoneogenesis terjadi pada organ-organ yang membutuhkan glukosa dalam jumlah banyak. Glukoneogenesis
terjadi pada hati untuk menjaga kadar glukosa dalam darah agar tetap dalam kondisi normal.

Glikolisis adalah proses penguraian karbohidrat menjadi piruvat. Karbohidrat di dalam usus yaitu glukosa
setelah melalui dinding usus. Glukosa dalam darah sebagian diubah menjadi glikogen. Peristiwa oksidasi
glukosa di dalam jaringan terjadi secara bertingkat dan pada tingkat tertinggi

dilepaskan energi melalui prosesproses kimiawi (glukosa, glikogen) diubah menjadi piruvat. Piruvat ini
merupakan zat antara yang sangat penting dalam metabolisme karbohidrat.

Glikolisis terjadi dalam sitoplasme sel secara anaerobik (tidak membutuhkan oksigen). Reaksi yang terjadi pada
glukolisis terbagi menjadi dua fase. Pada awal glikolisis, glukosa yang diaktifkan oleh mulekul ATP diubah
menjadi glukosa fosfat. Kemudian, glukosa fosfat diubah menjadi asam piruvat melalui reaksi oksidasi. Hasil
akhir glikolisis adalah pemecahan glukosa yang mempunyai 6 atom karbon menjadi dua ikatan yang
mengandung tiga atom karbon yaitu piruvat/asam piruvat

Sifat-sifat peristiwa glikolisis, antara lain:

a. oksidasi glikogen/glukosa menjadi piruvat laktat;

b. dapat berlangsung secara aerob dan anaerob;

c. diperlukan adanya enzim dan energi;

d. menghasilkan senyawa karbohidrat beratom tiga;

e. terjadi sintesis ATP dari ADP + Pi.

Pada peristiwa glikolisis aerob dihasilkan piruvat, sedangkan pada glikolisis anaerob dihasilkan laktat melalui
piruvat. Proses glikolisis secara keseluruhan ditunjukkan oleh skema pada gambar berikut.

.
2.        SIKLUS KREBS

Siklus Krebs adalah serangkaian reaksi kimia dalam sel, yaitu mitokondria, yang berlangsung secara
berurutan dan berulang. Juga merupakan tahapan selanjutnya dari respirasi seluler. Siklus Krebs adalah reaksi
antara asetil ko-A dengan asam oksaloasetat,yang kemudian membentuk asam sitrat. Siklus Krebs disebut juga
dengan siklus asam sitrat, karena menggambarkan langkah pertama dari siklus tersebut, yaitu penyatuan asetil
ko-A dengan asam oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat.

Asam piruvat hasil glikolisis dioksidasi melalui siklus krebs sehingga menghasilkan CO2 dan asetil Ko-A.
Asetil Ko-A teroksidasi sempuna menghasilkan atom hidrogen berenergi tinggi serta melepaskan O2 dan energi
dalam bentuk ATP, NADH, dan FADH2.

Piruvat diubah menjadi asam laktat, etanol, dan sebagian asetat. Asetat khususnya asetil koenzim-A dapat
diolah lebih lanjut dalam suatu proses siklis yang disebut lingkaran trikarboksilat. Hal itu dikemukakan oleh
Krebs (1937), sehingga disebut juga Daur Krebs. Dalam proses
siklik dihasilkan CO2 dan H2O, terlepas energi yang mengandung tenaga kimia besar, yaitu ATP (Adenosin Tri
Phosfat). Daur Krebs merupakan jalur metabolisme yang utama dari berbagai senyawa hasil metabolisme, yaitu
hasil katabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Untuk lebih jelasnya, dapat diamati dalam diagram berikut ini.
Tahap-tahap dalam siklus krebs adalah sebagai berikut.
1. Asetil co-A akan berikatan dengan oksaloasetat membentuk sitrat, reaksi ini dikatalisis  enzim sitratsintase.
2. Sitrat akan diubah menjadi isositrat oleh enzim akonitase.
3. Isositrat akan diubah menjadi alfa-ketoglutarat oleh ezim isositrat dehidrogenase. Dalam reaksi ini
dilepaskan molekul CO2 dan dihasilkan NADH.
4. Alfa-ketoglutarat akan diubah menjadi suksinil ko-A oleh enzim alfa ketoglutarat dehidrogenase. Dalam
reaksi ini akan dilepaskan CO2 dan dihasilkan NADH.
5. Suksinil ko-A akan diubah menjadi suksinat oleh enzim suksinil ko-A sintetase. Pada reaksi ini akan
dihasilkan GTP yang kemudian dapat berupah menjadi ATP.
6. Suksinat akan diubah menjadi fumarat oleh enzim suksinat dehidrogenase. Pada reaksi ini akan dihasilkan
FADH2.
7. Fumarat akan diubah menjadi malat oleh enzim fumarase.
8. Malat akan diubah menjadi oksaloasetat oleh enzim malat dehidrogenase. Pada tahap ini juga dihasilkan
NADH.

Satu molekul asetil ko-A yang masuk siklus krebs akan menghasilkan 1 ATP, 3 NADH, 1 FADH2 dan 2 CO2.
Karena satu molekul glukosa akan diubah menjadi dua asetil ko-A, maka satu molekul glukosa yang menjalani
siklus krebs akan menghasilkan 2 ATP, 6 NADH, 2 FADH2, dan 4 CO2.
Molekul NADH dan FADH2 nantinya akan masuk transfer elektron untuk menghasilkan ATP. Satu molekul
NADH akan diproses untuk menghasilkan 3 ATP, sedangkan satu molekul FADH2 akan menghasilkan 2 ATP.

3.      SISTEM TRANSPORT ELEKTRON

Atom hidrogen berenergi tinggi hasil siklus krebs akan berpisah menjadi proton berupa ion hidrogen
(H ) dan elektron berenergi tinggi. Ion H+ akan menangkap elektron dari oksigen bebas membentuk senyawa
+

H2O, sedangkan elektron berenergi tinggi akan berpindah ke dalam molekul pembawa elektron, yaitu NAD dan
FAD. Selanjutnya, NAD dan FAD akan masuk ke dalam rantai transport elektron dan fosfolirasi oksidatif yang
akhirnya menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Keseluruhan proses tersebut dibantu oleh enzim sitokom
oksidase.

Transfer elektron atau transpor elektron merupakan proses produksi ATP (energi) dari NADH dan
FADH2 yang dihasilkan dalam glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus krebs. Transfer elektron terjadi di
membran dalam mitokondria, yang dibantu oleh kelompok-kelompok protein yang terdapat pada membran
tersebut. Proses ini disebut juga dengan fosforilasi oksidatif dan ditemukan pada tahun 1948 oleh Eugene
Kennedy dan Albert Lehninger.

Energi yang diperlukan untuk aktivitas setiap sel tubuh tersimpan dalam bentuk ATP yang dihasilkan
melalui respirasi aerob maupun respirasi anaerob. Respirasi aerob merupakan proses pemecahan glukosa
menghasilkan energi dengan adanya oksigen yang akan menghasilkan sisa air dan karbondioksida. Sedangkan
repirasi anaerob merupakan pemecahan glukosa menghasilkan energi tanpa adanya oksigen dengan hasil akhir
berupa asam laktat (pada hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme) dan alkohol (pada jamur bersel satu / yeast).

Energi yang dihasilkan dari respirasi aerob lebih banyak (36 / 38 ATP) dibandingkan energi yang
dihasilkan melalui respirasi anaerob (2 ATP). Oleh karena itu, tubuh selalu mengutamakan terjadinya respirasi
aerob dibandingkan anaerob. Respirasi aerob terjadi melalui empat tahapan yaitu glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif, siklus krebs, dan transfer elektron.

Transfer elektron merupakan tahapan terakhir dari respirasi aerob yang nantinya akan menghasilkan
ATP dan H2O sebagai hasil akhirnya. Dalam transfer elektron, oksigen berperan sebagai penerima elektron
terakhir yang nantinya akan membentuk H2O yang akan dikeluarkan dari sel.

Disebut dengan transfer elektron karena dalam prosesnya terjadi transfer elektron dari satu protein ke
protein yang lain. Elektron yang ditransfer berasal dari NADH dan FADH2 yang telah terbentuk sebelumnya. 
Elektron akan ditransfer dari tingkat energi tinggi menuju tingkat energi yang lebih rendah sehingga akan
melepaskan energi yang akan digunakan untuk membentuk ATP.

Pada membran dalam mitokondria terdapat komplek protein I, komplek protein II, ubiquinon (Q),
komplek protein III, sitokrom c (cyt c), dan komplek protein IV. Elektron akan ditransfer ke masing-masing
protein tersebut untuk membentuk ATP. Sedangkan molekul O2 akan berperan sebagai penerima elekron
terakhir yang nantinya akan berubah menjadi H2O.  ATP akan dihasilkan oleh enzim ATP sintase melalui
proses yang disebut kemiosmosis.
Tahapan transfer elektron adalah sebagai berikut.
 NADH akan melepaskan elektronnya (e-) kepada komplek protein I. Peristiwa ini membebaskan energi
yang memicu dipompanya H+ dari matriks mitokondria menuju ruang antar membran. NADH yang telah
kehilangan elektron akan berubah menjadi NAD+.
 Elektron akan diteruskan kepada ubiquinon.
 Kemudian elektron diteruskan pada komplek protein III. Hal ini akan memicu dipompanya H+ keluar
menuju ruang antar membran.
 Elektron akan diteruskan kepada sitokrom c.
 Elektron akan diteruskan kepada komplek protein IV. Hal ini juga akan memicu dipompanya H+  keluar
menuju ruang antar membran.
 Elektron kemudian akan diterima oleh molekul oksigen, yang kemudian berikatan dengan 2 ion
H+  membentuk H2O.
 Bila dihitung, transfer elektron dari bermacam-macam protein tadi memicu dipompanya 3 H+  keluar
menuju ruang antar membran. H+  atau proton tersebut akan kembali menuju matriks mitokondria melalui
enzim yang disebut ATP sintase.
 Lewatnya H+  pada ATP sintase akan memicu enzim tersebut membentuk ATP secara bersamaan. Karena
terdapat 3 H+  yang masuk kembali ke dalam matriks, maka terbentuklah 3 molekul ATP.
 Proses pembentukan ATP oleh enzim ATP sintase tersebut dinamakan dengan kemiosmosis.

Penjelasan di atas adalah proses transfer elektron yang berasal dari molekul NADH. Bagaimana dengan
elektron yang berasal dari FADH2 ?
FADH2  akan mentransfer elektronnya bukan kepada komplek protein I, namun pada komplek protein II.
Transfer pada komplak protein II tidak memicu dipompanya H+  keluar menuju ruang antar membran. Setelah
dari komplek protein II, elektron akan ditangkap oleh ubiquinon dan proses selanjutnya sama dengan transfer
elektron dari NADH. Jadi pada transfer elektron yang berasal dari FADH2 , hanya terjadi 2 kali pemompaan
H+  keluar menuju ruang antar mebran. Oleh sebab itu dalam proses kemiosmosis hanya terbentuk 2 molekul
ATP saja.

Jadi kesimpulannya adalah:


 Satu NADH yang menjalani transfer elektron akan menghasilkan 3 molekul ATP.
 Sedangkan satu molekul FADH2 yang menjalani transfer elektron akan menghasilkan 2 molekul ATP.

Disinilah akhir dari respirasi aerob molekul glukosa. Respirasi ini akan menghasilkan energi sebanyak 36 / 38
ATP dengan hasil akhir berupa CO2 dan H2O yang akan dikeluarkan dari tubuh sebagai zat sisa respirasi. Satu
molekul glukosa dengan 6 atom C, ketika mengalami respirasi aerob akan melepaskan 6 molekul CO2.
Karbondioksida tersebut dibebaskan pada tahap dekarboksilasi oksidatif dan siklus krebs.

Anda mungkin juga menyukai