Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

IBADAH AKHLAK MUAMALAH


IBADAH HAJI DAN HIKMAHNYA

Disusun Oleh:

Muhammad Rizky Pratama


NIM. 2111102441109

PRODI S1 TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Segala puji bagi Allah SWT semata, shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada
makhluk-Nya yang terbaik, nabi kitab Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Amma ba'du:
Ibadah umroh dan haji termasuk rukun iman yang ke 5. Adapun hikmah yang
terkandung dari melaksanakan ibadah umroh dan haji, karena ibadah umroh ataupun haji
pasti setiap jamaah punya berbagai pengalaman spiritual yang berbeda dengan jamaah
lainnya dan adapun pengalaman yang tak masuk akal atau diluar perkiraan.
Patuh dan taat kepada Allah swt merupakan wujud dari pelaksanaan
ibadah umroh ataupun haji. Ibadah haji dan umroh adalah panggilan Allah swt dengan
menempuh perjalanan yang panjang dan membutuhkan biaya banyak sehingga
memerlukan waktu yang lam juga. Tujuan dilaksanakannya ibadah umroh dan haji adalah
untuk menjalankan tugas yang mulia melalui ritual dan ibadah yang sesuai dengan syarat
yang telah di tentukan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian ibadah haji dan umrah
2. Hikmah dari haji dan umroh
3. Dalil tentang hikmah haji dan umroh

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mempelajari tentang hikmah dari ibadah
haji, karena haji termasuk rukum islam yang ke 5, oleh sebab itu, setiap kaum muslim
sebaiknya mengetahui tentang hikmah dari haji dan umrah tersebut.

1.4 PEMBATAS MASALAH


Mengingat terlalu luasnya masalah yang akan di kaji bila di bandingkan dengan
kemampuan penulis, maka agar tidak terjadi ke kesimpang siuran dalam makalah ini.
Penulis membatasi permasalahan makalah ini : “HIKMAH DARI IBADAH HAJI DAN
UMROH”.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hikmah Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh


Sebelum kita membahas hikmah haji dan umrah, sebaiknya kita mengetahui
pengertian dari haji dan umrah. Haji
Haji secara etimologi adalah berkunjung. Adapun secara terminologi adalah
mengunjungi Baitul Haram dengan amalan tertentu, pada waktu tertentu.
Adapun umrah secara etimologi adalah berkunjung. Sedangkan secara terminologi adalah
mengunjungi Baitul Haram dengan amalan tertentu selain di waktu haji.
“Laksanakanlah haji dan umrah, karena keduanya menghapus kefakiran dan dosa
sebagaimana api menghilangkan karat dari besi.” (HR. Tirmidzi )

2.2 Ibadah Haji dan Umroh


merupakan pelaksanaan rukun Islam yang ke lima. Banyak sekali hikmah yang
terkandung di dalamnya. Karena ibadah haji maupun ibadah umroh adalah wujud dari
pertemuan antara kesadaran batin dan kecerdasan rasio.
Setiap orang yang melakukan jenis ibadah ini pasti punya pengalaman spiritual yang
berbeda-beda. Bahkan kadangkala terlihat tak masuk akal atau di luar perkiraan manusia.
Patuh dan mau menyerahkan diri kepada Allah SWT. Itulah wujud utama dari pelaksanaan
ibadah haji dan umroh di tanah suci. Kita memenuhi panggilan Allah dengan menempuh
perjalanan yang panjang, memakan biaya yang banyak serta waktu yang lama, dan harus
berpisah dengan saudara, keluarga sera harta benda yang kita miliki.
Tujuannya cuma satu, yaitu menjalankan tugas mulia melalui ibadah dan ritual sesuai
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.

2.3 Hikmah yang terkandung


Semua jenis ibadah di dalam agama Islam pasti punya hikmah yang tinggi. Demikian
pula dengan ibadah haji dan umroh. Hikamh dari pelaksanaan ibadah ini antara lain :

1. Meningkatkan kedisiplinan
Ketika di tanah suci Mekkah dan Madinah, seluruh umat yang melaksanakan
ibadah haji dan umroh harus terbiasa untuk disiplin ketika melaksanakan ritual haji
maupun sholat. Pola disiplin ini di harapkan bisa terus berkelanjutan meski waktu
pelaksanaan ibadah sudah selesai.

2. Meningkatkan kwalitas diri dalam beribadah


Orang yang merasa banyak dosa sering merasa putus asa. Namun Allah
menjanjikan akan menghapus segala dosa yang kita miliki ketika kita mau melaksanakan
ibadah secara tulus dan ikhlas. Hal ini akan mendorong kita untuk lebih taat menjalankan
jenis ibadah yang lain selain ibadah haji dan umroh.
3. Memunculkan sifat yang sabar
Ketika melaksanakan ritual ibadah haji dan umroh, tentu banyak cobaan dan
godaan yang muncul. Banyak umat Islam dari berbagi negara yang berkumpul di satu
tempat. Hal ini akan menimbulkan masalah berkenaan dengan fasilitas yang harus
digunakan bersama karena jumlahnya yang terbatas. Di sini sifat sabar harus
dikedepankan. Karena sifat egois dan mementingkan diri sendiri akan mengurangi nilai
ibadah yang sedang dikerjakan.

4. Melahirkan rasa solidaritas dan kekeluargaan


Dengan berkumpulnya banyak umat dari berbagai negara atau daerah, akan
menimbulkan rasa persatuan umat yang tinggi, tanpa membedakan golongan, ras dan lain-
lain. Perbedaan yang ada tersebut tidak perlu menimbulkan perpecahan, namun justru akan
membuat ikatan persaudaraan sesama umat Muslim seluruh dunia makin kuat.

5. Meningkatkan dakwah
Ketika umat Islam dari segela penjuru dunia berkumpul, akan menjadi media yang
tepat untuk meningkatkan dakwah Islamiyah secara efektif. Di sini kita bisa saling belajar
dan bertukar pengalaman terhadap pelaksanaan ibadah maupun penanaman nilai-nilai
Islam di kehidupan sehari-hari dari masing-masing negara atau wilayah.
Selain lima hikmah dari pelaksanaan ibadah haji dan umroh di atas, tentu masih ada
banyak hikmah yang lain. Setiap umat pasti punya sudut pandang yang berbeda terhadap
pelaksanaan ibadah yang harus dilakukan di tanah suci ini.
Namun yang terpenting adalah setelah pulang dari berhaji maupun umroh, umat Islam
harus punya pencerahan jiwa yang baru yang diwujudkan dalam amal shaleh, baik untuk
diri sendiri maupun bagi masyarakat dan lingkungannya.

6.. Mengikhlaskan Seluruh Ibadah


Beribadah semata-mata untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menghadapkan hati
kepada-Nya dengan keyakinan bahwa tidak ada yang diibadahi dengan haq, kecuali Dia
dan bahwa Dia adalah satu-satunya pemilik nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang
mulia. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak ada
tandingan-Nya.Dan hal ini telah diisyaratkan dalam firman-Nya.

“Artinya : Dan ingatlah ketika Kami menempatkan tempat Baitullah untuk Ibrahim dengan
menyatakan ; “Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan apapun dan sucikan rumah-
Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, beribadah, ruku dan sujud” [Al-Hajj : 26]

Mensucikan rumah-Nya di dalam hal ini adalah dengan cara beribadah semata-mata
kepada Allah di dekat rumah-Nya (Ka’bah) yang mulia, mebersihkan sekitar Ka’bah dari
berhala-berhala, patung-patung, najis-najis yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan
serta dari segala hal yang mengganggu orang-orang yang sedang menjalankan haji atau
umrah atau hal-hal lain yang menyibukkan (melalaikan, -pent) dari tujuan mereka.
7. Mendapat Ampunan Dosa-Dosa Dan Balasan Jannah
“Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Satu
umrah sampai umrah yang lain adalah sebagai penghapus dosa antara keduanya dan tidak
ada balasan bagi haji mabrur kecuali jannah” [HR Bukhari dan Muslim, Bahjatun
Nanzhirin no. 1275]
“Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Aku mendengar Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda bahwa barang siapa berhaji ke Baitullah ini karena Allah, tidak
melakukan rafats dan fusuuq, niscaya ia kembali seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya”
[HR Bukhari]
Sesungguhnya barangsiapa mendatangi Ka’bah, kemudian menunaikan haji atau
umrah dengan baik, tanpa rafats dan fusuuq serta dengan ikhlas karena Allah Subhanahu
wa Ta’ala semata, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa-dosanya dan
menuliskan jannah baginya. Dan hal inilah yang didambakan oleh setiap mu’min dan
mu’minah yaitu meraih keberuntungan berupa jannah dan selamat dari neraka.

8. Menyambut Seruan Nabi Ibrahima Alaihissalam

“Dan serulah manusia untuk berhaji, niscaya mereka akan datang kepadamu
dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru
yang jauh”[Al-Hajj :27]
Nabi Ibrahim Alaihissalam telah menyerukan (agar berhaji) kepada manusia. Dan
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan siapa saja yang Dia kehendaki (untuk bisa)
mendengar seruan Nabi Ibrahim Alaihissalam tersebut dan menyambutnya. Hal itu
berlangsung semenjak zaman Nabi Ibrahim hingga sekarang.

9. Menyaksikan Berbagai Manfaat Bagi Kaum Muslimin

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Agar supaya mereka menyaksikan


berbagai manfaat bagi mereka” [Al-Hajj : 28]
Alah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan manfaat-manfaat dengan muthlaq (secara
umum tanpa ikatan) dan mubham (tanpa penjelasan) karena banyaknya dan besarnya
menafaat-manfaat yang segera terjadi dan nanti akan terjadi baik duniawi maupun
ukhrawi.
Dan diantara yang terbesar adalah menyaksikan tauhid-Nya, yakni mereka
beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata-mata. Mereka datang dengan niat
mencari wajah-Nya yang mulia bukan karena riya’ (dilihat orang lain) dan juga bukan
karena sum’ah (dibicarakan orang lain). Bahkan mereka betauhid dan ikhlas kepada-Nya,
serta mengikrarkan (tauhid) di antara hamba-hamba-Nya, dan saling menasehati di antara
orang-orang yang datang (berhaji dan sebagainya,-pent) tentangnya (tauhid).

Mereka thawaaf mengelilingi Ka’bah, mengagungkan-Nya, menjalankan shalat di


rumah-Nya, memohon karunia-Nya, berdo’a supaya ibadah haji mereka diterima, dosa-
dosa mereka diampuni, dikembalikan dengan selamat ke nergara masing-masing dan diberi
anugerah kembali lagi untuk berdo’a dan merendah diri kepda-Nya.

Mereka mengucapkan talbiyah dengan keras sehingga di dengar oleh orang yang
dekat ataupun yang jauh, dan yang lain bisa mempelajarinya agar mengetahui maknanya,
merasakannya, mewujudkan di dalam hati, lisan dan amalan mereka. Dan bahwa
maknanya adalah : Mengikhlaskan ibadah semata-mata untuk Allah dan beriman bahwa
Dia adalah ‘ilah mereka yang haq, Pencipta mereka, Pemberi rizki mereka, Yang diibadahi
sewaktu haji dan lainnya.

10. Saling Mengenal Dan Saling Menasehati


Dan diantara hikmah haji adalah bahwa kaum muslimin bisa saling mengenal dan
saling berwasiat dan menasehati dengan al-haq. Mereka datang dari segala penjuru, dari
barat, timur, selatan dan utara Makkah, berkumpul di rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang tua, di Arafah, di Muzdalifah, di Mina dan di Makkah. Mereka saling mengenal,
saling menasehati, sebagian mengajari yang lain, membimbing, menolong, membantu
untuk maslahat-maslahat dunia akhirat, maslahat taklim tata cara haji, shalat, zakat,
maslahat bimbingan, pengarahan dan dakwah ke jala Allah.
Mereka bisa mendengar dari para ulama, apa yang bermanfaat bagi mereka yang di
sana terdapat petunjuk dan bimbingan menuju jalan yang lurus, jalan kebahagiaan menuju
tauhidullah dan ikhlas kepada-Nya, menuju ketaatan yang diwajibkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan mengetahui kemaksiatan untuk dijauhi, dan supaya mereka
mengetahui batas-batas Allah dan mereka bisa saling menolong di dalam kebaikan dan
taqwa.

11. Mempelajari Agama Allah Subhanahu wa Ta’ala


Dan diantara manfaat haji yang besar adalah bahwa mereka bisa mempelajari
agama Allah dilingkungan rumah Allah yang tua, dan di lingkungann masjid Nabawi dari
para ulama dan pembimbing serta memberi peringatan tentang apa yang mereka tidak
mengetahui mengenai hukum-hukum agama, haji, umrah dan lainnya. Sehingga mereka
bisa menunaikan kewajiban mereka dengan ilmu.
Dari Makkah inilah tertib ilmu itu, yaitu ilmu tauhid dan agama. Kemudian
(berkembang) dari Madinah, dari seluruh jazirah ini dan dari seluruh negeri-negeri Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang ada ilmu dan ahli ilmu. Namun semua asalnya adalah dari sini,
dari lingkungan rumah Allah yang tua.
Maka wajib bagi para ulama dan da’i, dimana saja mereka berada, terlebih lagi di
lingkungan rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, untuk mengajari manusia, orang-orang
yang menunaikan haji dan umrah, orang-orang asli dan pendatang serta para penziarah,
tentang agama dan manasik haji mereka.
Seorang muslim diperintahkan untuk belajar, bagaimanapun (keadaannya) ia,
dimana saja dan kapan saja ; tetapi di lingkungan rumah Allah yang tua, urusan ini (belajar
agama) lebih penting dan mendesak.
Dan di antara tanda-tanda kebaikan dan kebahagian seseorang adalah belajar
tentang agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Artinya : Nabi Shallallahu ‘alaihi bersabda : “Barangsiapa yang dikehendaki oleh


Allah Subhanahu wa Ta’ala memperoleh kebaikan, niscaya Dia menjadikan faqih
terhadap agama” [HR Bukhari, Kitab Al-Ilmi 3 bab : 14]
Di sini, di negeri Allah, di negerimu dan di negeri mana saja, jika engkau dapati
seorang alim ahli syari’at Allah, maka pergunakanlah kesempatan. Janganlah engkau
takabur dan malas. Karena ilmu itu tidak bisa diraih oleh orang-orang yang takabur,
pemalas, lemah serta pemalu. Ilmu itu membutuhkan kesigapan dan kemauan yang tinggi.

Mundur dari menuntut ilmu, itu bukanlah sifat malu, tetapi suatu kelemahan. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Dan Allah tidak malu dari kebenaran” [Al-Ahzab : 53]
Karenanya seorang mukmin dan mukminah yang berpandangan luas, tidak akan malu
dalam bab ini ; bahkan ia maju, bertanya, menyelidiki dan menampakkan kemusykilan
yang ia miliki, sehingga hilanglah kemusykilan tersebut.

2.4 Hikmah Di Balik Rukun-Wajib Haji

1. Ihram
Ihram adalah berpakaian serba putih tanpa jahitan. Pakaian ihram itu warnanya
putih. Dalam buku The Power of Colour, Putih mengambarkan sebuah filsafat kesucian,
kebersihan, clean, clear, bright. Kesucian dalam bahasa agama dikenal dengan ikhlas.
Ikhlas (sincerity) adalah perbuatan give more get even more. Yang disebut dengan
ketulusan adalah berikan lebih, get even more, kita akan mendapatkan yang lebih banyak
lagi. Artinya pada saat memberikan sesuatu pada orang lain tidak pernah megharapkan
satu balasan. Walau begitu, Allah akan memberikan satu balasan yang lebih dari apa yang
diberikan ketika kita tidak pernah memikirkan imbalan. Selain itu Ihram juga
menyimbolkan persamaan manusia, semua berpakaian sama siapapun orangnya.
Kemudian ihram juga menyimbolkan kesederhanaan.

2. Thawaf
Thawaf adalah mengelilingi ka’bah sebanyak 7 putaran. Simbol keselarasan
dengan Alam, sebagaimana bumi yang berputar pada porosnya, planet-planet yang
berputar pada bintang, ataupun elektron yang berputar pada inti Atom. Thawaf
mengajarkan untuk hidup selaras dengan Alam, sehingga kerusakan di dunia dapat
dihindari.

3. Sa'i
Sa’i adalah sebuah refleksi ketangguhan dalam pertualangan (struggle). Bisa
dibayangkan seorang Hajar (ibu) dengan bayi yang masih merah harus berjuang dengan
berat antara Safa dan Marwah. Tidak satu kali, namun 7 kali, di tempat yang sama bolak-
baik mencari sebuah solusi.

Jika direnungkan hal ini, pasti logika akan menyebutkan sebagai suatu yang tidak
beralasan (unreasonable). Logika akan menyebutkan bahwa sebenanrnya 2 kalipun sudah
cukup, mengapa harus 7 kali, tidak ada satu hal yang berubah dalam proses tersebut. Tapi
itulah semangat perjuangan dan kemauan untuk berkorban dari Siti Hajar. Jika hikmah ini
diambil sebagai pesan moral dalam kehidupan, maka kita akan menyadari bahwa hidup
adalah perjuangan, tidak ada hidup tanpa perjuangan (life is struggle, there is no life
without struggle).

4. Jumrah
Melempar jumrah pada hakikatnya adalah melempar batu yang simbolnya adalah
setan. Artinya ada satu pertarungan abadi antara kita dengan setan. Kita tidak berteman
dengan setan. Setan adalah musuh dalam kehidupan. Pertanyaannya, sudahkah kita juga
siap untuk melawan setan setelah kembali ke tanah air? Setan dalam artian bathiniyyah
bisa berbentuk harta, jabatan dan segala macam yang dapat memalingkan kita dari
kehendak Tuhan. Bagaimana setan dalam bentuk manusia yang senantiasa mengajak
kepada perbuatan mungkar seperti mengajak untuk korupsi, merayu untuk khalwat dan
berzina, sungguh kemauan dan keberaniaan kita menjadi taruhannya. Jumrah mengajarkan
kita untuk siap menolak semuan rayuan walaupun kita harus bertempur dengan batu.

5. Wukuf
Pada saat wukuf kita sedang melakukan kontemplasi, sesuai dengan ungkapan
Umar R.A, “Haasibu anfusakum qabla an tuha sabu”, (periksalah dirimu sebelum Allah
memeriksamu di akhirat). Wukuf juga menjadi simbolisasi proses padang mahsyar di
akhirat, dimana manusia akan di hisab (di hitung amal baik dan buruk).

Wukuf adalah sebuah transisi kehidupan sebelum wukuf yang penuh dengan
perbuatan buruk atau hanya baik menuju (transisi) kepada perbuatan baik atau lebih baik
pasca wukuf. Inilah yang disebut dengan haji mabrur. Haji yang menghantarkan pelakunya
ke arah yang lebih baik setelah ia melakukan ibadah haji.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Hikmah dari ibadah haji dan umrah


1. Meningkatkan kedisiplinan.
2. Meningkatkan kualitas dalam beribadah.
3. Memunculkan sifat yang sabar.
4. Melahirkan sodilaritas dan kekeluargaan.
5. Meningkatkan dakwah.
6. Mengiklashkan sebuah ibadah.
7. Mendapat ampunan dosa dosa dan balasan jannah.
8. Menyambut seruan nabi ibrahim as.
9. Menyampaikan berbagai manfaat bagi kaum muslimin.
10. Saling mengenal dan saling menasehati.
11. Mempelajari agama Allah swt.

2. Saran
Makalah ini menjelaskan tentang hikmah dari ibadah haji dan umrah,dan hikmah dari
rukun haji dan umrah, jika ada salah dalam makalah ini saya mohon maaf, karena tidah ada
yang sempurna,. Sebaik baik nya manusia pasi ada kesalahannya, dan sesempurna
sempurnanya manusia pasti ada kekurangannya.
Daftar Pustaka

http//.www.myasiryusuf.blogspot.com/2010/05/wisdom-of-hajj.html
http//.www.Kumpulan Makalah & Artikel Hikmah Pelaksanaan Ibadah Haji dan
Umroh.htm
http//.www.HIKMAH SESUDAH HAJI DAN UMROH _ PAKET EKONOMIS
UMROH.htm
http://ilmu-fiq.blogspot.co.id/2014/01/hikmah-haji-dan-umroh.html

Anda mungkin juga menyukai