Disusun Oleh:
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mempelajari tentang hikmah dari ibadah
haji, karena haji termasuk rukum islam yang ke 5, oleh sebab itu, setiap kaum muslim
sebaiknya mengetahui tentang hikmah dari haji dan umrah tersebut.
1. Meningkatkan kedisiplinan
Ketika di tanah suci Mekkah dan Madinah, seluruh umat yang melaksanakan
ibadah haji dan umroh harus terbiasa untuk disiplin ketika melaksanakan ritual haji
maupun sholat. Pola disiplin ini di harapkan bisa terus berkelanjutan meski waktu
pelaksanaan ibadah sudah selesai.
5. Meningkatkan dakwah
Ketika umat Islam dari segela penjuru dunia berkumpul, akan menjadi media yang
tepat untuk meningkatkan dakwah Islamiyah secara efektif. Di sini kita bisa saling belajar
dan bertukar pengalaman terhadap pelaksanaan ibadah maupun penanaman nilai-nilai
Islam di kehidupan sehari-hari dari masing-masing negara atau wilayah.
Selain lima hikmah dari pelaksanaan ibadah haji dan umroh di atas, tentu masih ada
banyak hikmah yang lain. Setiap umat pasti punya sudut pandang yang berbeda terhadap
pelaksanaan ibadah yang harus dilakukan di tanah suci ini.
Namun yang terpenting adalah setelah pulang dari berhaji maupun umroh, umat Islam
harus punya pencerahan jiwa yang baru yang diwujudkan dalam amal shaleh, baik untuk
diri sendiri maupun bagi masyarakat dan lingkungannya.
“Artinya : Dan ingatlah ketika Kami menempatkan tempat Baitullah untuk Ibrahim dengan
menyatakan ; “Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan apapun dan sucikan rumah-
Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, beribadah, ruku dan sujud” [Al-Hajj : 26]
Mensucikan rumah-Nya di dalam hal ini adalah dengan cara beribadah semata-mata
kepada Allah di dekat rumah-Nya (Ka’bah) yang mulia, mebersihkan sekitar Ka’bah dari
berhala-berhala, patung-patung, najis-najis yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan
serta dari segala hal yang mengganggu orang-orang yang sedang menjalankan haji atau
umrah atau hal-hal lain yang menyibukkan (melalaikan, -pent) dari tujuan mereka.
7. Mendapat Ampunan Dosa-Dosa Dan Balasan Jannah
“Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Satu
umrah sampai umrah yang lain adalah sebagai penghapus dosa antara keduanya dan tidak
ada balasan bagi haji mabrur kecuali jannah” [HR Bukhari dan Muslim, Bahjatun
Nanzhirin no. 1275]
“Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Aku mendengar Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda bahwa barang siapa berhaji ke Baitullah ini karena Allah, tidak
melakukan rafats dan fusuuq, niscaya ia kembali seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya”
[HR Bukhari]
Sesungguhnya barangsiapa mendatangi Ka’bah, kemudian menunaikan haji atau
umrah dengan baik, tanpa rafats dan fusuuq serta dengan ikhlas karena Allah Subhanahu
wa Ta’ala semata, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa-dosanya dan
menuliskan jannah baginya. Dan hal inilah yang didambakan oleh setiap mu’min dan
mu’minah yaitu meraih keberuntungan berupa jannah dan selamat dari neraka.
“Dan serulah manusia untuk berhaji, niscaya mereka akan datang kepadamu
dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru
yang jauh”[Al-Hajj :27]
Nabi Ibrahim Alaihissalam telah menyerukan (agar berhaji) kepada manusia. Dan
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan siapa saja yang Dia kehendaki (untuk bisa)
mendengar seruan Nabi Ibrahim Alaihissalam tersebut dan menyambutnya. Hal itu
berlangsung semenjak zaman Nabi Ibrahim hingga sekarang.
Mereka mengucapkan talbiyah dengan keras sehingga di dengar oleh orang yang
dekat ataupun yang jauh, dan yang lain bisa mempelajarinya agar mengetahui maknanya,
merasakannya, mewujudkan di dalam hati, lisan dan amalan mereka. Dan bahwa
maknanya adalah : Mengikhlaskan ibadah semata-mata untuk Allah dan beriman bahwa
Dia adalah ‘ilah mereka yang haq, Pencipta mereka, Pemberi rizki mereka, Yang diibadahi
sewaktu haji dan lainnya.
Mundur dari menuntut ilmu, itu bukanlah sifat malu, tetapi suatu kelemahan. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Dan Allah tidak malu dari kebenaran” [Al-Ahzab : 53]
Karenanya seorang mukmin dan mukminah yang berpandangan luas, tidak akan malu
dalam bab ini ; bahkan ia maju, bertanya, menyelidiki dan menampakkan kemusykilan
yang ia miliki, sehingga hilanglah kemusykilan tersebut.
1. Ihram
Ihram adalah berpakaian serba putih tanpa jahitan. Pakaian ihram itu warnanya
putih. Dalam buku The Power of Colour, Putih mengambarkan sebuah filsafat kesucian,
kebersihan, clean, clear, bright. Kesucian dalam bahasa agama dikenal dengan ikhlas.
Ikhlas (sincerity) adalah perbuatan give more get even more. Yang disebut dengan
ketulusan adalah berikan lebih, get even more, kita akan mendapatkan yang lebih banyak
lagi. Artinya pada saat memberikan sesuatu pada orang lain tidak pernah megharapkan
satu balasan. Walau begitu, Allah akan memberikan satu balasan yang lebih dari apa yang
diberikan ketika kita tidak pernah memikirkan imbalan. Selain itu Ihram juga
menyimbolkan persamaan manusia, semua berpakaian sama siapapun orangnya.
Kemudian ihram juga menyimbolkan kesederhanaan.
2. Thawaf
Thawaf adalah mengelilingi ka’bah sebanyak 7 putaran. Simbol keselarasan
dengan Alam, sebagaimana bumi yang berputar pada porosnya, planet-planet yang
berputar pada bintang, ataupun elektron yang berputar pada inti Atom. Thawaf
mengajarkan untuk hidup selaras dengan Alam, sehingga kerusakan di dunia dapat
dihindari.
3. Sa'i
Sa’i adalah sebuah refleksi ketangguhan dalam pertualangan (struggle). Bisa
dibayangkan seorang Hajar (ibu) dengan bayi yang masih merah harus berjuang dengan
berat antara Safa dan Marwah. Tidak satu kali, namun 7 kali, di tempat yang sama bolak-
baik mencari sebuah solusi.
Jika direnungkan hal ini, pasti logika akan menyebutkan sebagai suatu yang tidak
beralasan (unreasonable). Logika akan menyebutkan bahwa sebenanrnya 2 kalipun sudah
cukup, mengapa harus 7 kali, tidak ada satu hal yang berubah dalam proses tersebut. Tapi
itulah semangat perjuangan dan kemauan untuk berkorban dari Siti Hajar. Jika hikmah ini
diambil sebagai pesan moral dalam kehidupan, maka kita akan menyadari bahwa hidup
adalah perjuangan, tidak ada hidup tanpa perjuangan (life is struggle, there is no life
without struggle).
4. Jumrah
Melempar jumrah pada hakikatnya adalah melempar batu yang simbolnya adalah
setan. Artinya ada satu pertarungan abadi antara kita dengan setan. Kita tidak berteman
dengan setan. Setan adalah musuh dalam kehidupan. Pertanyaannya, sudahkah kita juga
siap untuk melawan setan setelah kembali ke tanah air? Setan dalam artian bathiniyyah
bisa berbentuk harta, jabatan dan segala macam yang dapat memalingkan kita dari
kehendak Tuhan. Bagaimana setan dalam bentuk manusia yang senantiasa mengajak
kepada perbuatan mungkar seperti mengajak untuk korupsi, merayu untuk khalwat dan
berzina, sungguh kemauan dan keberaniaan kita menjadi taruhannya. Jumrah mengajarkan
kita untuk siap menolak semuan rayuan walaupun kita harus bertempur dengan batu.
5. Wukuf
Pada saat wukuf kita sedang melakukan kontemplasi, sesuai dengan ungkapan
Umar R.A, “Haasibu anfusakum qabla an tuha sabu”, (periksalah dirimu sebelum Allah
memeriksamu di akhirat). Wukuf juga menjadi simbolisasi proses padang mahsyar di
akhirat, dimana manusia akan di hisab (di hitung amal baik dan buruk).
Wukuf adalah sebuah transisi kehidupan sebelum wukuf yang penuh dengan
perbuatan buruk atau hanya baik menuju (transisi) kepada perbuatan baik atau lebih baik
pasca wukuf. Inilah yang disebut dengan haji mabrur. Haji yang menghantarkan pelakunya
ke arah yang lebih baik setelah ia melakukan ibadah haji.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Makalah ini menjelaskan tentang hikmah dari ibadah haji dan umrah,dan hikmah dari
rukun haji dan umrah, jika ada salah dalam makalah ini saya mohon maaf, karena tidah ada
yang sempurna,. Sebaik baik nya manusia pasi ada kesalahannya, dan sesempurna
sempurnanya manusia pasti ada kekurangannya.
Daftar Pustaka
http//.www.myasiryusuf.blogspot.com/2010/05/wisdom-of-hajj.html
http//.www.Kumpulan Makalah & Artikel Hikmah Pelaksanaan Ibadah Haji dan
Umroh.htm
http//.www.HIKMAH SESUDAH HAJI DAN UMROH _ PAKET EKONOMIS
UMROH.htm
http://ilmu-fiq.blogspot.co.id/2014/01/hikmah-haji-dan-umroh.html