Anda di halaman 1dari 35

PRAKTEK PENGENALAN LAPANGAN

DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK


PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

Laporan ini ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan program


perkuliahan semester VII

OLEH KELOMPOK:
MUH IDRUS ISMAIL 50900119049
RISKA M 50900119054
ANDI HANIFAN FITRATULLAH 50900119055
NUR HALISA 50900119083
DESY ARISANTI 50900119084

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diterima dan disahkan Laporan Pengalaman Lapangan (PPL) di Dinas

Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Prov Sulsel, pada tahun ajaran 2022. Untuk memenuhi salah satu persyaratan praktek

pengalaman lapangan (PPL) mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

Mata kuliah praktek lapangan ini adalah salah satu jenjang kelulusan setiap mahasiswa

UIN Alauddin Makassar dalam menyelesaikan studinya.

Disahkan dan dinyatakan telah selesai mengadakan suatu program PPL di DP3A Dalduk

KB Prov Sulsel dari Mahasiswa :

No Nama Nim Tanda Tangan

`1 Muh Idrus Ismail 50900119049

2 Riska M 50900119054

3 Andi Hanifan Fitratullah 50900119055

4 Nur Halisa 50900119083

5 Desy Arisanti 50900119084

Makassar, 01 September 2022

Disahkan oleh:

KEPALA DP3A DALDUK KB DOSEN PEMBIMBING

Hj. Andi Mirna, SH Dr. H . Muh. Ilham, M.Pd


NIP. 196710061993012002 NIP.19620614199403 1 002
Kata Sambutan

Assalamu’alaikum Wr. Wb..

Segala puji kita panjatkan kepada ke hadirat dari Allah SWT atas segala nikmat yang
telah diberikan sehingga kita semua dapat berkumpul dengan sehat di acara ini. Tak lupa
Shalawat dan salam semoga tercurah pada Nabi kita, Nabi Muhammad SAW kepada
keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya sampai akhir jaman.Izinkan saya berdiri di sini
sebagai kepala DP3A DALDUK KB Provinsi SULSEL untuk bisa menyampaikan satu atau dua
patah kata sebagai bagian dari prosesi pembukaan yang sebentar lagi akan
dilakukan.Sebelumnya saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
terlebih dahulu kepada Bapak ketua Prodi Kesejahteraan Sosial yang telah meluangkan
waktunya untuk bisa berkesempatan hadir di sini bersama kami semua.Tidak lupa pula saya
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu dan juga banyak pihak lainnya
yang telah menyempatkan waktu yang dimilikinya untuk bisa memenuhi undangan yang telah
kami berikan dari jauh-jauh hari.

Saya juga ingin mengucapkan banyak rasa terima kasih kepada para mahasiswa yang
sudah mengerahkan segala kemampuan dan juga usahanya selama mengabdi atau magang di
tempat ini dapat terlaksana dengan baik dan tanpa halangan satu apapun. Maka dari itu, semoga
hati para mahasiswa selalu senantiasa dan selalu ingin berkunjung kembali ke Dinas
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Provinsi SULSEL sekalian berkenan untuk bisa memaafkan jika sekiranya ada kekurangan
selama magang ditempat kami. Akhir kata, melalui sambutan yang saya berikan pada
kesempatan kali ini, sebagai kepala kepala DP3A DALDUK KB Provinsi SULSEL
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Adik-adik dan ketua prodi
Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan segala bentuk kontribusi kepada kami semua dalam
proses pengembangan program kerja ini.

Demikian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Jika dalam perkataan
yang saya sampaikan ada kurang maupun lebihnya, saya berharap bisa dibukakan pintu maaf.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan karunia,
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun laporan ini sehingga selesai pada waktunya.
Laporan ini disusun dan dibuat berdasarkan data yang sudah ada. Selain untuk memenuhi SKS
pembuatan laporan ini bertujuan agar dapat mengaplikasikan materi yang didapat dibangku
kuliah. Penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.

Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
mendukung dalam penyusunan laporan ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun datanya.

Oleh karena itu saya mohon kritik dan saran dari segenap pembaca, untuk lebih
menyempurnakan laporan ini kedepannya.

Gowa, 01 September 2022

Penyusun,

Kelompok PPL
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), pada hakekatnya merupakan bagian dari semua
komponen Pendidikan dan pengajaran yang ada pada Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar. Dalam Program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) ini mahasiswa akan
diperkenalkan pada kondisi yang nyata dalam penerapan bidang keilmuan, seperti: kemampuan
bersosialisasi, pengenalan Standar Operasional Pelayanan (SOP), membentuk team leader dalam
bekerja, serta kemampuan untuk berinovasi.

Mahasiswa diwajibkan menjalani pogram Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) atau On


The Job Training (OJT) yang disesuaikan dengan kebutuhan program studi. Program PPL
memberikan kompetensi pada mahasiswa untuk dapat lebih mengenal, mengetahui, dan berlatih
menganalisis kondisi lingkungan dunia kerja.

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan belajar mahasiswa yang


dilaksanakan di lapangan (luar kelas) secara terbimbing dan terpadu antara teori dan praktik. PPL
merupakan muara dari teori-teori yang diajarkan dalam perkuliahan reguler di satu sisi, dan di
sisi lain juga merupakan kelanjutan dari kegiatan praktikum yang dilakukan mahasiswa dalam
setiap semesternya. PPL merupakan kegiatan yang bersifat intra-kurikuler dan memiliki bobot 4
SKS. PPL Program Studi Kesejahteraan Sosial ini diselenggarakan agar memberikan dorongan
kepada mahasiswa untuk mengimplementasikan kurikulum nasional sebagai tanggung jawab
perguruan tinggi, meningkatkan kerjasama dengan stakeholder dalam hal pengembangan
pendidikan.

1.2 Tujuan Praktik Pengalaman Lapangan

a) Mahasiswa mampu mengenal secara cermat lingkungan fisik, administrasi, di


lingkungan Kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana sebagai tempat PPL berlangsung.
b) Mahasiswa mampu menerapkan berbagai kemampuan serta keterampilan dasar di
bidang Kesejahteraan Sosial
c) Mahasiswa mampu memahami alur pelayanan di Kantor Dinas Pemberdayaan
Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana.
d) Mahasiswa mampu mengembangkan aspek pribadi dan sosial lingkungan kantor.
e) Mahasiswa mampu menarik kesimpulan edukatif dari penghayatan dan pengalaman
selama praktik melalui refleksi dan menuangkan hasil refleksi ke dalam laporan.
1.3 Manfaat Praktik Pengalaman Lapangan

a) Mahasiswa mampu memperoleh kesempatan menerapkan teori dan mendapatkan


pengalaman bagaimana melaksanakan kegiatan di lokasi PPL Kantor Dinas
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana.
b) Meningkatnya pengetahuan mahasiswa dalam mengetahui tugas dan fungsi serta
persyaratan yang ada di Kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana.
c) Secara ilmiah PPL ini dapat memberi sumbangan pengetahuan yang belum diperoleh di
dalam teori perkuliahan sebelumnya.
d) Dihasilkannya berbagai masukan bermanfaat dan kerjasama bagi Kantor Dinas
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana dengan pihak kampus.
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Adapun lokasi tempat pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yaitu di Kantor
Gubernur Sulawesi Selatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3ADaldukKB), Jl.Urip Sumoharjo No. 269 Gedung E
Lt.3-4 Makassar, Sulawesi Selatan 90231. Waktu pelaksanaan kegiatan PPL mulai tanggal 08
Agustus 2022 sampai 1 September 2022. Lokasi dan waktu PPL telah ditentukan berdasarkan
instansi yang bekerjasama dengan Fakultas dan jurusan yang menjadi tujuan dari Praktik
Pengalaman lapangan dan juga sebagai proses pelaksanaan lokasi observasi.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Kesejahteran

2.1.1 Pengertian Kesejahteraan

Menurut kamus bahasa Indonesia, kesejahteraan adalah keamanan dan kemaslahatan


(kesenangan hidup dan kemakmuran).

Definisi Kesejahteraan dalam konsep dunia modern adalah sebuah kondisi dimana
seorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat
tinggal, air minum yang bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki
pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status
sosial yang mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya. Kalau
menurut HAM, maka definisi kesejahteraan kurang lebih berbunyi bahwa setiap laki laki ataupun
perempuan, pemuda dan anak kecil memiliki hak untuk hidup layak baik dari segi kesehatan,
makanan, minuman, perumahan, dan jasa sosial, jika tidak maka hal tersebut telah melanggar
HAM.

Jadi kesejahteraan adalah sebuah keadaan di mana seseorang mampu memenuhi


kehidupannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Kemakmurannya terjamin, kesehatannya
juga terjamin dan bisa memenuhi kebutuhan sandang dan pangannya.

2.1.2 Kesejahteraan Dalam Pandangan Islam

Pertama, dilihat dari pengertiannya, sejahtera sebagaimana dikemukakan dalam Kamus


Besar Indonesia adalah aman, sentosa, damai, makmur, dan selamat (terlepas) dari segala macam
gangguan, kesukaran, dan sebagainya. Pengertian ini sejalan dengan pengertian “Islam” yang
berarti selamat, sentosa, aman, dan damai. Dari pengertiannya ini dapat dipahami bahwa masalah
kesejahteraan sosial sejalan dengan misi Islam itu sendiri. Misi inilah yang sekaligus menjadi
misi kerasulan Nabi Muhammad Saw.

Kedua, dilihat dari segi kandungannya, terlihat bahwa seluruh aspek ajaran Islam ternyata
selalu terkait dengan masalah kesejahteraan sosial. Hubungan dengan Allah misalnya, harus
dibarengi dengan hubungan dengan sesama manusia (habl min Allâh wa habl min an-nâs).
Demikian pula anjuran beriman selalu diiringi dengan anjuran melakukan amal saleh, yang di
dalamnya termasuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Selanjutnya, ajaran Islam yang pokok
(Rukun Islam), seperti mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji, sangat
berkaitan dengan kesejahteraan sosial.

Ketiga, upaya mewujudkan kesejahteraan sosial merupakan misi kekhalifahan yang


dilakukan sejak Nabi Adam As. Sebagian pakar, sebegaimana dikemukakan H.M. Quraish
Shihab dalam bukunya Wawasan Al-Quran, menyatakan bahwa kesejahteraan sosial yang
didambakan al-Quran tercermin di surga yang dihuni oleh Adam dan isterinya sesaat sebelum
mereka turun melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi.

Kesejahateraan sosial dalam islam adalah pilar terpenting dalam keyakinan seorang
muslim adalah kepercayaan bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT. Ia tidak tunduk kepada
siapapun kecuali kepada Allah SWT. Ini merupakan dasar bagi piagam kebebasan sosial Islam
dari segala bentuk perbudakan. Menyangkut hal ini, AlQur’an dengan tegas menyatakan bahwa
tujuan utama dari misi kenabian Muhammad SAW. adalah melepaskan manusia dari beban dan
rantai yang membelenggunnya.Islam mengakui pandangan universal bahwa kebebasan indiviu
merupakan bagian dari kesejahteraan yang sangat tinggi. Menyangkut masalah kesejahteraan
individu dalam kaitannya dengan masyarakat.

2.1.3 Pengertian Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan tatanan (tata kehidupan) yang meliputi
kehidupan material maupun spiritual, dengan tidak menempatkan satu aspek lebih penting dari
lainnya, tetapi lebih tetapi lebih mencoba melihat pada upaya mendapatkan titik keseimbangan.
Titik keseimbangannya adalah keseimbangan antara aspek jasmaniah dan rohaniah, ataupun
keseimbangan antara aspek material dan spiritual.

Kesejahteraan sosial merupakan ilmu terapan, ilmu yang saling meminjam dari disiplin
ilmu lain, seperti psikologi, antropologi, hukum, ekonomi dan disiplin ilmu lainnya.
Kesejahteraan sosial memiliki tiga kerangka nilai, meliputi Body of knowledge (kerangka
pengetahuan), Body of value (kerangka nilai) dan Body of skills (kerangka keterampilan).

Definisi Kesejahteraan Sosial menurut Suharto (2010:3) adalah sebagai berikut :


Kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kesejahteraan yang melibatkan aktivitas
terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembagalembaga pemerintah maupun swasta yang
bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah
sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu.

Definisi tersebut menggambarkan kesejahteraan sosial adalah suatu lembaga sosial yang
beraktifitas atau yang berperan penting dalam mencegah, mengatasi atau memberikan
kontribusinya dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh setiap individu, kelompok, maupun
masyarakat.

Adapun definisi kesejahteraan sosial yang lain menurut Suharto (2009: 154) adalah sebagai
berikut : “Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan
sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya”.

Berdasarkan definisi tersebut maka kesejahteraan sosial merupakan keadaan untuk


memenuhi semua kebutuhan dari mulai material dan spiritual sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya dengan baik dan layak tanpa adanya halangan apapun. Fungsi sosialnya tersebut
dapat juga berupa sosialisasinya serta mobilitas dalam kesehariannya.

Definisi kesejahteraan sosial tentunya sangatlah beragam, namun pada intinya seluruh
definisi kesejahteraan sosial tersebut merujuk pada keberfungsian sosial yang terjadi dalam
upaya untuk dapat meningkatkan kebutuhan dalam masyarakat. Salah satu definisi yang juga
tidaklah jauh berbeda dengan defisini kesejahteraan sosial yang telah dijelaskan diatas adalah
definisi kesejateraan sosial menurut UU No.6 Tahun 1974 Pasal 2 Ayat 1 yang diperbaharui
dalam UU No.11 Tahun 2009.

2.1.4. Tujuan Kesejahteraan Sosial

Tujuan kesejahteraan sosial yaitu untuk dapat mengembalikan keberfungsian setiap


individu, kelompok dan masyarakat dalam menjalani kehidupan, yaitu dengan mengurangi
tekanan dan goncangan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosial.

Tujuan utama dari sistem kesejahteraan sosial yang sampai tingkat tertentu tercermin
dalam semua program kesejahteraan sosial menurut Schneiderman dalam Fahrudin (2012:10)
adalah sebagai berikut :

a. Untuk mencapai kehidupan yg sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok
seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasi-relasi sosial yang harmonis
dengan lingkungannya.
b. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di
lingkungannya, misalnya dengan menggali sumbersumber, meningkatkan, dan
mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.

2.1.5. Fungsi-fungsi Kesejahteraan Sosial


Kesejahteraan sosial selain memiliki tujuan untuk mencapai kehidupan yang layak bagi
masyarakat, juga memiliki fungsi-fungsi yang berkaitan erat terhadap keberfungsian sosial dalam
kehidupan.Selain itu kesejahteraan sosial juga memiliki fungsi khusus yang berkaitan dengan
penyesuaian sosial dan relasi sosial sehingga diharapkan peranan-peranan sosial yang terganggu
dapat kembali sesuai dengan apa yang diinginkan dan keberfungsian sosial masyarakat dapat
kembali normal.

Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial menurut Friedlander dan Apte, (1982) dalam Fahrudin,
(2012: 12) adalah sebagai berikut :

a. Fungsi Pencegahan (preventive) Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat


individu, keluarga, dan masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial baru. b.
Fungsi penyembuhan (curative) Kessejahteraan sosial ditujukan untuk menghilangkan
kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik, emosional, dan sosial agar orang yang mengalami
masalah tersebut daapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat.

c. Fungsi Pengembangan (development) Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan


sumbangan langsung ataupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan
tatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam masyarakat.

d. Fungsi Penunjang (supportive) Fungsi ini mencangkup kegiatan-kegiatan untuk membantu


mencapai tujuan sector atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial. Fungsi kesejahteraan
sosial ini dapat di terapkan dalam praktik pekerja sosial profesional dan dalam pemecahan
masalah penyandang disabilitas yang tidak dapat terlaksana kemandiriannya, upaya untuk
memenuhi kemandirian penyandang disabilitas pihak lembaga yang terkait perlu untuk
terlibat dalam memecahkan masalah tersebut.

2.1.6. Komponen Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial selain memiliki tujuan dan fungsi yang sangat penting bagi yang
mempelajarinya, kesejahteraan sosial juga memiliki beberapa komponen –komponen yang tidak
kalah jauh penting. Komponen-komponen tersebut menjadi suatu pembeda antara kesejahteraan
sosial dengan kegiatankegiatan lainnya, Dikutip dalam Fahrudin (2012: 16) komponen-
komponen dalam kesejahteraan sosial antara lain :

a) Organisasi formal Usaha kesejahteraan sosial terorganisasi secara formal dan


dilaksanakan oleh organisasi/badan sosial yang formal pula.
b) Pendanaan Tanggung jawab dalam kesejahteraan sosial bukan hanya tanggung
jawab pemerintah melainkan juga tanggung jawab masyarakat.
c) Tuntutan kebutuhan manusia Kesejahteraan sosial harus memandang kebutuhan
manusia secara keseluruhan, dan tidak hanya memandang manusia dari satu aspek saja, hal
inilah yang membedakan pelayanan kesejahteraan sosial dengan yang lainnya. Pelayanan
kesejahteraan sosial diadakan karena tuntutan kebutuhan manusia.
d) Profesionalisme Pelayanan kesejahteraan sosial dilaksanakan secara profesional
berdasarkan kaidah ilmiah, terstruktur, sistematik, dan menggunakan metoda dan teknik-
teknik pekerjaan sosial dalam praktiknya.
e) Kebijakan Pelayanan kesejahteraan sosial harus ditunjang oleh seperangkat
perundang-undangan yang mengatur syarat memperoleh, proses pelayanan dan
pengakhiran pelayanan.
f) Peran serta masyarakat Usaha kesejahteraan sosial harus melibatkan peran serta
masyarakat agar dapat berhasil dan memberi manfaat kepada masyarakat. Peran serta
masyarakat dalam hal ini adalah peran serta dari para penyandang disabilitas untuk dapat
turut serta berpartisipasi dalam mengikuti program peningkatan kapasitas diri ini untuk
meningkatkan keterampilannya.
g) Data dan informasi kesejahteraan sosial Pelayanan kesejahteraan sosial harus
ditunjang dengan data dan informasi yang tepat. Tanpa data dan informasi yang tepat maka
pelayanan akan tidak efektif dan tidak tepat sasaran.

2.1.7. Bidang-bidang Pelayanan Kesejahteraan Sosial

Dalam kesejahteraan sosial selain berfokus pada keberfungsian sosial yang terjadi di
masyarakat, ternyata kesejahteraan sosial juga memiliki beberapa bidang-bidang pelayanan
dalam usaha kesejahteraan sosial. Tentunya hal ini lebih menspesifikasi fokus-fokus pelayanan
yang terdapat dalam ilmu kesejahteraan sosial, fokus-fokus pelayanan dari beberapa cakupan
yang terdapat dalam kesejahteraan sosial juga saling terkait erat antara satu dengan yang lainnya.
Cakupan-cakupan tersebut antara lain terdiri dari :

a) kesejahteraan anak dan keluarga


b) Kesejahteraan remaja dan generasi muda
c) kesejahteraan orang lanjut usia
d) pelayanan kesejahteraan sosial umum
e) pelayanan rekreasional
f) pelayanan sosial koreksional
g) pelayanan kesehatan mental
h) pelayanan sosial medis
i) pelayanan sosial bagi penyadang cacat
j) pelayanan sosial bagi wanita
k) pelayanan sosial perumahan dan lingkungan
BAB III
METODE PELAKSANAAN PPL

3.1 Waktu dan Tempat PPL

Kegiatan PPL dilaksanakan mulai tanggal 08 Agustus sampai dengan 01 September 2022 oleh

Riska M, Desy Arisanti, Nur Halisa, Andi Hanifan Fitratullah dan Muh. Idrus Ismai yang

Dilaksanakan di DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK

PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BENCANA, Beralamatkan di jalan Urip

Sumoharjo.

3.2 Metode Magang PPL

3.2.1 Metode Orientasi

Kegitan ini dilaksanakan untuk lebih mengenal lebih dahulu lokasi yang akan dijadikan

tempat magang, yang meliputi kegiatan pengarahan-pengarahan dari para pembimbing,

pencarian informasi lewat kepala dinas sosial dan kepala bidang setiap struktur di DP3A

DALDUKKB dan pencarian data atau survei serta hal-hal lain yang menunjang pelaksanaan

magang.
3.2.2 Metode Observasi

Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan langsung, meliputi

kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.

Observasi dilaksanakan penulis, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi yaitu

jenis observasi sistematis, yang dilakukan dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

3.3 Sumber Data dan Dokumentasi

Dalam laporan pelaksanaan praktek pengalaman lapangan ini, sumber data yang digunakan

seluruhnya didapatkan dari informan kunci atau orang yang memiliki kewenangan sehingga

didapatkan data yang valid seperti profil, visi dan misi instansi yang dimana data ini harus benar-

benar sesuai dengan realita yang ada sehingga tidak dapat di palsukan kebenarannya.

Selain itu dalam tahap dokumentasi dilakukan berdasarkan pengamatan dilapangan selama

melaksanakan kegiatam magang atau Praktek Pengalaman Lapangan (PPL), ini dimaksudkan

sebagai bukti bahwa memang pernah melakukan proses magang pada media tersebut,

dokumentasi dalam hal ini adalah berupa foto-foto, data-data dan daftar kegiatan.
BAB IV

TINJAUAN LOKASI KERJA PRAKTIK DAN HASIL PPL


4.1. Profil Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana

Perlindungan terhadap anak dimasukkan ke dalam nomenklatur Kementerian Pemberdayaan


Perempuan dan Perlindungan sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2009 - 2014). Sebelumnya,
Kementerian ini bernama Kementerian Pemberdayaan Perempuan sejak 1999-2009. Di era Orde Baru,
lembaga ini bernama Kementerian Urusan Peranan Wanita.
Pada awalnya ini hanya membidangi urusan wanita. Pertama kali dibentuk di era pemerintahan
Presiden Soeharto pada Kabinet Pembangunan III (1978-1983). Menteri pertama lembaga ini disebut
sebagai Menteri Muda Urusan Peranan Wanita, yang pertama kali dijabat oleh Lasiyah Soetanto. Di
Kabinet Pembangunan IV (1983 - 1988) jabatan menteri pada lembaga ini meningkat
Jabatan menteri pada lembaga ini meningkat dari Menteri Muda menjadi Menteri Negara Peranan
Wanita dengan Lasiyah Soetanto, melanjutkan melanjutkan sebagai menteri. Namun, beliau meninggal
tahun 1987 sebelum masa jabatannya berakhir, yang kemudian oleh Anindyati Sulasikin Murpratomo
hingga 1988.
Pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993), nomenklatur berubah menjadi Menteri Negara
Urusan Wanita (ditambah istilah "urusan") yang masih dijabat oleh Anindyati Sulasikin Murpratomo.
Selanjutnya, pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998) kementerian ini dipimpin oleh Mien Sugandhi.
Pada Kabinet Pembangunan VII (Maret-Mei 1998) jabatan Menteri Urusan Peranan Wanita dijabat oleh
Tuty Alawiyah sampai dengan Kabinet Reformasi Pembangunan era Presiden BJ Habibie pada Oktober
1999.
Istilah Kementerian Pemberdayaan Perempuan dimulai sejak Kabinet Persatuan Nasional era
Presiden Abdurrahman Wahid (Oktober 1999-Juli 2001) dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan
dijabat oleh Khofifah Indar Parawansa. Pada era Kabinet Gotong Royong (Agustus 2001-Oktober 2004)
era Presiden Megawati, istilah berubah lagi menjadi Menteri Negara Pemberdayaan Wanita, dengan
menteri yang saat itu Sri Redjeki Sumarjoto. Pada era Kabinet Indonesia Bersatu (2004 - 2009) yang
dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, istilah berubah lagi menjadi Kementerian
Pemberdayaan Perempuan yang dipimpin oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta.
Pada Kabinet Indonesia Bersatu II (2009 - 2014), nomenklatur berubah dan ditambahkan istilah
"Perlindungan Anak" sehingga menjadi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak yang dipimpin oleh Linda Amalia Sari. Pada tahun 2011, kata "Negara" dalam nomenklatur
penyebutan pembubaran, sehingga menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Pada era Kabinet Kerja (2014-2019) yang dipimpin Presiden Joko Widodo, istilah Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dipertahankan. Pada masa ini menteri yang adalah
Yohana Yambise. Pada era kabinet Indonesia Maju (2019-2024), Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak dipimpin oleh I Gusti Ayu
Pada hakekatnya manusia diciptakan menjadi perempuan dan laki-laki agar bisa saling
melengkapi guna membangun sinergi dan untuk keberlangsungan umat manusia. Tetapi dalam
perkembangannya terjadi dominasi oleh satu pihak, sehingga menimbulkan diskriminasi antara
perempuan dan laki-laki. Secara statistik, pada umumnya kaum perempuan mendapatkan posisi yang
kurang menguntungkan dalam berbagai aspek kehidupan. Disini lain, rendahnya kesejahteraan dan
perlindungan anak menimbulkan tindak kekerasan, banyaknya anak yang dipekerjakan, dilacurkan,
Angka Partisipasi Sekolah (APS) rendah, Angka Kematian Bayi (AKB) tinggi, gizi kurang, gizi anak
kurang yodium, dan 60% anak tidak memiliki akte kelahiran. Situasi ini merupakan hasil akumulasi dari
nilai sosial kultural dari suatu masyarakat. Pancasila, UUD 1945, GBHN, dan atau RPJM sebagai
Landasan Hukum, menempatkan perempuan dan anak sebagai mahluk ciptaan Tuhan dengan keluhuran
harkat dan martabatnya, dan sebagai warga negara memiliki kedudukan, hak, kewajiban, tanggungjawab,
peranan dan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk berperan dalam berbagai bidang kehidupan
dan segenap kegiatan pembangunan.
Program pemerintah dalam pemberdayaan perempuan telah menginjak tahun ke tigapuluh
empat, yaitu dilaksanakan sejak tahun 1978. Untuk mewujudkan keberhasilan pemberdayaan perempuan
tersebut, maka pemerintah telah mengembangkan kebijakan dan strategi melalui tahapan pembangunan
lima tahunan (Pelita) yang telah dilakukan sejak tahun 1978 hingga saat ini di sebut era reformasI.
Kementerian (nama resmi: Kementerian Negara) adalah lembaga Pemerintah Indonesia yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Kementerian berkedudukan di ibukota negara yaitu
Jakarta dan berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden.
Landasan hukum kementerian adalah Bab V Pasal 17 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa:
1. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
2. Menteri-menteri itu diangkat dan diperhentikan oleh Presiden.
3. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
4. Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang.
Lebih lanjut, kementerian diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara dan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan kementerian
dilakukan paling lama 14 hari kerja sejak presiden mengucapkan sumpah/janji. Urusan pemerintahan
yang nomenklatur kementeriannya secara tegas disebutkan dalam UUD 194 harus dibentuk dalam satu
kementerian tersendiri. Untuk kepentingan sinkronisasi dan koordinasi urusan kementerian, presiden juga
dapat membentuk kementerian koordinasi. Jumlah seluruh kementerian maksimal 34 kementerian.

Kementerian yang membidangi urusan pemerintahan selain yang nomenklatur kementeriannya secara
tegas disebutkan dalam UUD 1945 dapat diubah oleh presiden. Pemisahan, penggabungan, dan
pembubaran kementerian tersebut dilakukan dengan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
kecuali untuk pembubaran kementerian yang menangani urusan agama, hukum, keamanan, dan keuangan
harus dengan persetujuan DPR.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak termasuk Kementerian yang
menangani urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program
pemerintah. Susunan organisasi kementerian yang menangani urusan pemerintahan dalam rangka
penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah yaitu sebagai berikut:
 Pemimpin: Menteri
 Pembantu pemimpin: Sekretariat kementerian
 Pelaksana: Deputi kementerian
 Pengawas: Inspektorat kementerian
Tahapan pembangunan pemberdayaan perempuan adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1978-1983, Menteri Muda Urusan Peranan Wanita (MENMUD UPW), oleh Ny. Lasijah
Soetanto.
2. Tahun 1983-1987, Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (MENUPW), oleh Ny. Lasijah
Soetanto.
3. Tahun 1987-1988, Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (MENUPW), oleh Ny. A. Sulasikin
Moerpratomo.
4. Tahun 1988-1993, Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (MENUPW), oleh Ny. A. Sulasikin
Moerpratomo.
5. Tahun 1993-1998, Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (MENUPW), oleh Ny. Mien
Soegandi. Dalam GBHN 1993-1998 mengamanatkan bahwa melalui upaya pembangunan,
potensi sumberdaya nasional diarahkan menjadi kekuatan ekonomi, sosial budaya, politik, dan
keamanan yang nyata, didukung oleh SDM yang berkualitas, yang memiliki ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek) serta kemampuan manajemen. Dengan demikian, aspirasi, peranan, dan
kepentingan SDM termasuk perempuan sebagai penggerak pembangunan nasional, dipadukan
kedalam gerak pembangunan bangsa melalui peran aktif dalam seluruh kegiatan pembangunan.
6. Tahun 1998-1999, Menteri Negara Peningkatan Peranan Wanita (MENPERTA), oleh Ny. Tuty
Alawiyah AS.
7. Tahun 1999-2001, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (MenegPP), oleh Ny. Khofifah
Indar Parawansa.
8. Tahun 2001-2004, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (Kementerian PP), oleh Ny. Sri
Redjeki Sumarjoto, SH.
9. Tahun 2004-2009, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (Kementerian Negara PP), oleh
Prof. DR. Meutia Hatta Swasono.
10. Tahun 2009-2014, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(Kementerian PP dan PA), oleh Linda Amalia Sari Gumelar, S.IP.
Tahun 2014-2019, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(Kementerian PP dan PA ), oleh PROF. DR. YOHANA SUSANA YEMBISE, DIP. APLING, MA.
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kota Makassar dibentuk
berdasarkan Peraturan Walikota Makassar Nomor 91  Tahun 2016 tentang  Kedudukan, Susunan
Organisasi,  Tugas  dan Fungsi  serta  Tata Kerja  Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan 
Anak dan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kota Makassar (Lembaran Daerah Kota Makassar Tahun 2016 Nomor 8). Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kota Makassar merupakan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dalam lingkup Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar.
Tugas pokok DPPPA Kota Makassar adalah membantu Walikota Makassar untuk urusan wajib
dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan
perempuan dan anak. Adapun fungsi DPPPA Kota Makassar di antaranya merumuskan, menyusun, dan
menyiapkan kebijakan pelaksanaan pemberdayaan kualitas hidup perempuan. Selain itu merumuskan,
menyusun, dan menyiapkan kebijakan pelaksanaan pemberdayaan dan perlindungan terhadap perempuan
dan anak. Terakhir, merumuskan, menyusun, dan menyiapkan kebijakan pelaksanaan pembinaan dan
evaluasi program pemberdayaan perempuan.

4.2 Visi, Misi, Dan Indikator Kinerja

4.2.1. Visi

Kesetaraan dan keadilan gender dan anak menuju keluarga berkualitas.

4.2.2 Misi

a) Mewujudkan Pengurustamaan Gender Dan Pengurustamaan Hak Anak


b) Mewujudkan Keluarga Berkualitas
c) Mendorong Peningkatan Kinerja Pembangunan Pemberdayan Perempuan,
Perlindungan Perempuan Dan Anak.

4.2.3 Struktur Organisasi


4.2.4 Logo Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana

4.2.5 Hasil Dan Pembahasan

Dari pertama kami masuk di Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak


Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana yang beralamat Jl. Urip Sumoharjo No. 269,
Panaikang, Kec. Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.Kami mendapatkan
pengalaman serta pembelajaran yang begitu berharga selama 25 hari yang kami tidak
mendatkannya di tempat lain.Mulai hari pertama yang kita ber lima di bagi di setiap ruangan atau
bidang dimana Riska M di tempatkan di sekretariat atau di umum,Desy Arisanti di Bidang
Pemberdayaan Perempuan,Nur Halisa di Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak,Muh Idrus
Ismail di Bidang KB, dan untuk Andi Hanifan Fitratulah di Fungsionl.Untuk jam kerjanya di
mulai jam 8:00 pagi dan pulang di jam 16:30
Di hari pertama kita mulai dengan pengenalan di setiap bidang kita masing masing lalu di
lanjutkan dengan berbagai kegiatan kantor seperti mengantar surat,mengambil surat di biro
hukum,mengarsip surat meminta nomor surat di sekretariat ,meminta paraf yang di perlukan dan
meminta tanda tangan ketua dinas atau pun sekretaris dinas.Di awal-awal PPL kita masih
bingung tapi seiring waktu kita bertanya di pegawai yang ada dan lama kelamaan kita sudah
mengetahuinya mengenai biro hukum itu diamana,ruangan Sekretaris Daerah dimana dan lain
lain.Serta kita di ikut sertakan dalam kegiatan yang di adakan di bidang kita masing masing
seperti menghadiri Workshop Peningkatan Fasilitator Perlindungan Anak Terpadu Berbasis
Masyarakat(PATBM)Tingkat Provinsi Kab/Kota,serta ikut membantu dalam berbagai rapat yang
diadakan seperti persiapan Hari Anak Nasional.Tidak hanya itu kita juga Banyak mendapat
pengalaman yang kami dapat saat magang diDP3A DALDUK KB ini mulai dari apa itu
pemberdayaan perempuan,bagaimana cara melindungi perempuan dan anak serta bagaimana cara
mengendalikana keluarga berencana. Kami juga memberi cendra mata plakat untuk DP3A
DALDUK KB Provindi SULSEL untuk disimpan sebagai kenang-kenangan

Laporan Praktek
No Indikator Penilaian Nilai
1 Kerjasama dengan atasan
2 Kerjasama dengan pegawai
3 Kerjasama dengan sesama mahasiswa
Total 1-4

Laporan Kegiatan Harian :

N Hari/Tanggal Uraian Kegiatan Paraf

1 Senin,8 Agustus -Pembagian bidang

2022 -Perkenalan di bidang masing masing


- Antar Surat ke Sekdis dan Kabid
2 Selasa,9 Agustus -Menghadiri Workshop Petugas Pengelola

2022 Sistem Informasi Gender dan Anak


Tingkat Provinsi.
- Menulis Surat Masuk
-Antar Surat ke Sekdis dan Kabid
-Antar Surat ke PP, PPA dan KB
3 Rabu,10 Agustus - Rapat koordinasi pencegahan

2022 perkawinan anak tingkat provinsi


-Mengisi Alamat Para Pemateri dalam
Workshop,
-Melayani Registrasi/Absen Peserta
Workshop .
4 Kamis,11 Agustus -Workshop Peningkatan Fasilitator
Perlindungan Anak Terpadu Berbasis
2022 Masyarakat(PATBM)Tingkat Provinsi
Kab/Kota
-Mengisi Jurnal Surat Masuk
-Antar Surat
Membantu mengisi Biodata Narasumber
Workshop.
5 Jumat,12 Agustus - Lanjutan Kegiatan Workshop

2022 Peningkatan Fasilitator Perlindungan


Anak Terpadu Berbasis
Masyarakat(PATBM)Tingkat Provinsi
Kab/Kota
6 Senin,15Agustus - Mengantar Surat Masuk,

2022 Mengisi Jurnal Surat Masuk.


-Pemindaian Barang Bantuan dari Dinas
Koperasi UMKM Prov Sulsel
7 Selasa,16 Agustus - Pelatihan Pengawasan PPRG bagi

2022 Inspektorat Provinsi dan Kab/Kota

8 Rabu,17 Agustus Libur 17 Agustus

2022

9 Kamis,18 Agustus - Mengisi Jurnal Masuk,

2022 -Mengambil SP
-Penerimaan dan Pendataan Barang
Bantuan Dari Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Prov Sulsel
10 Jumat,19 Agustus - Mengisi Jurnal Surat Masuk

2022 -Diajarkan cara menggunakan mesin


PotoCopy.
-Mengambil Surat Dan Mengantar Surat
Penginputan Data Pegawai DP3A Dalduk
KB
-Antar Surat ke PP, PPA dan KB
11 Senin,22 Agustus - Mengantar surat masuk

2022 -Mengisi Jurnal Masuk


-Sortir Barang Bantuan
-Penginputan Data
-Penomoran Berkas
12 Selasa, 23 Agustus - Mengantar Surat, Lanjut Menyortir
Barang Bantuan Sebelum Di Bagikan
-Mengantar Surat
-Menulis Surat Masuk
13 Rabu,24 Agustus - Sortir Barang Bantuan,

2022 -Mengantar Surat,


-Mengisi Jurnal Masuk,
-Penomoran Sertifikas Para Peserta
Workshop Tim Fokal Point
Pengarusutamaan Gender Provinsi Sulsel.
- Rapat koordinasi tim percepatan
penurunan stunting(TPPS) Provinsi
SULSEL
14 Kamis,25 Agustus - Menghadiri Workshop Tim Fokal Point

2022 Pengarusutamaan Gender Provinsi Sulsel.

15 Jumat,26 Agustus Menghadiri Workshop Tim Fokal Point

2022 Pengarusutamaan Gender Provinsi Sulsel.

16 Senin,29 Agustus - Bawa Surat

2022 -Packing Barang Bantuan


-Stempel Surat
-Membantu Persipan Rapat HAN
-Menulis Surat Masuk
-Antar Surat ke PP, PPA, dan KB
17 Selasa,30 Agustus - Menulis Surat Masuk

2022 -Antar Surat ke Sekdis dan Kabid

18 Rabu,31 Agustus -Foto Copy

2022 -Mengisi Jurnal Surat Masuk


-Menyusun Matriks Program dan Mendata
Dinas/Biro yang Mengumpulkan Matriks
Program Tahun 2021,2022 dan 2023.
19 Kamis,1 -Mengikuti Keegiatan Coaching

September 2022 Perencanaan Penganggaran Responsif


Gender (PPRG) dan Pemenuhan Indikator
APE Kabupaten Pinrang Tahun 2022,
-Penarikan mahasiswa ppl di hadiri
pembimbing dan sekretaris DP3A
DALDUK KB Provinsi SULSEL
-Penyerahan Plakat

Kepala Dinas Sosial Kota Makassar Pembimbing PPL

Hj. Andi Mirna, S.H Dr. H . Muh. Ilham, M.Pd

NIP. 19671006 199301 2 002 Nip. 19620614199403 1 002

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pengalaman selama di Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana yang dilaksanakan 25 Hari , sejak tanggal 08

Agustus sampai 1 September 2022 kami menyimpulkan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat

bagi mahasiswa jika dilakukan dengan serius dan baik. Karena dengan adanya PPL kami dapat

membangun silaturahmi dengan pegawai yang ada disana. Selain itu, mahasiswa mendapatkan

berbagai pengalaman terutama pengalaman dalam kegiatan selama magang berlangsung. Agar

pada saat bekerja nanti tidak lagi kaku ataupun canggung dalam segi apapun karena sudah

mendapatkan pengalaman sebelumnya serta dari apa yang didapatkan dari PPL dapat

diaplikasikan saat bekerja. Selain itu, kami juga dapat membangun silaturahmi dengan pegawai

yang ada disana.

5.2 Saran

Sebelum menerima anak magang seharusnya memberikan arahan atau penjelasan terlebih

dahulu agar anak magang tidak kebingungan dalam melakukan tugasnya, serta seharusnya

diberikan tugas meliput turun lapangan bersama para pegawai yang bertugas karena mahasiswa

kesejahteraan sosial sangat membutuhkan kegiatan tersebut dimana itu merupakan salah satu

kriteria seorang pekerja sosial , agar pengalaman dalam terjun lapangan mengetahui bagaimana

bentuk kegiatan dalam melayani masyarakat terlintas dari kemampuan masing- masing.
DAFTAR PUSTAKA

Nida’ Anis Nazihah, “Empowering Women Through Farmer-Women Community In Pereng Hamlet,
Sendangsari Village, Pengasih Kulon Progo, Daerah Istimewa. Yogyakarta”. Jurnal Pendidikan
Luar Sekolah Edisi. Vol. VI No. 07, Tahun 2017,
Wrihatnolo, Dwidjowijoto, Manajemen Pemberdayaan, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007

http://bpbd.pamekasankab.go.id/penanggulangan/

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/06/070000069/jenis-jenis-bencana-alam-nonalam-
dan-sosial?page=all
LAMPIRAN KEGIATAN

(Penerimaan Mahasiswa PPL di DP3A DALDUK KB Provinsi SULSEL)

( PEMBUATAN SURAT NARASUMBER )


(MENGHADIRI WORKSHOP PETUGAS PENGELOLA SISTEM INFORMASI GENDER DAN
ANAK TINGKAT PROVINSI)

(RAPAT KOORDINASI PENCEGAHAN PERKAWINAN ANAK TINGKAT PROVINSI)


(WORKSHOP PENINGKATAN FASILITATOR PERLINDUNGAN ANAK TERPADU
BERBASIS MASYARAKAT(PATBM)TINGKAT PROVINSI KAB/KOTA)

( PENGISIAN BUKU KUNJUNGAN)


( PEMBUATAN UNDANGAN RAPAT )

( MENGHADIRI WORKSHOP PETUGAS PENGELOLA SISTEM INFORMASI GANDER DAN


ANAK TINGKAT PROVINSI)
(PENERIMAAN DAN PENDATAAN BARANG BANTUAN DARI DINAS PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN PROVINDI SULSEL)

(MENJADI PANITIA DALAM KEGIATAN WORKSOP)


( MEMBANTU RAPAT PERSIAPAN HARI ANAK NASIONAL)

( PENYORTIRAN BARANG BANTUAN)


( MEMASUKKAN DATA ARSIP KE SALAM KOMPUTER)

(PENOMORAN SERTIFIKAT PESERTA WORKSHOP)


( MENGHADIRI PENDAMPINGAN DAN COACHING KLINIK PPRG PROVINSI BAGI
PEMDA PINRANG)

( PENORTIRAN BARANG BANTUAN)


( MEMILAH ARSIP SESUAI DENGAN TAHUNNYA)

(Penarikan Mahasiswa PPL dan di hadiri oleh pembimbing dan ibu SekretariS DP3A
DALDUK KB Provinsi SULSEL)

Anda mungkin juga menyukai