……………………………………………………….
TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO KORUPSI
Menimbang : a. …………………………………………………………………..
b. …………………………………………………………………..
c. …………………………………………………………………..
Mengingat : 1. …………………………………………………………………..
2. …………………………………………………………………..
3. Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
4. …………………………………………………………………..
5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;
6. …………………………………………………………………..
7. …………………………………………………………………..
8. Keputusan Kepala Dinas ………. Nomor ………… tentang
Kebijakan Antikorupsi.
MEMUTUSKAN
1
KESATU : …………………………………………………………………..
KETIGA : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini,
maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di …………….
Pada tanggal ………… 2021
Kepala Dinas
………………………………
NIP. …………………………
2
Lampiran : Keputusan Kepala Dinas …..
Nomor : ………………………………
Tanggal : …………………… 2021
A. KETENTUAN UMUM
Dalam Keputusan Kepala Dinas ini yang dimaksud dengan:
1. Organisasi adalah Dinas ………………..
2. Pimpinan organisasi adalah Kepala Dinas …………………………….
3. Fraud (Kecurangan) adalah perbuatan yang dilakukan secara tidak jujur
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau mengakibatkan
timbulnya kerugian dengan cara menipu, memperdaya, atau cara-cara
lainnya yang melanggar ketentuan perundangan yang berlaku. Salah satu
contoh perilaku Fraud adalah korupsi.
4. Risiko didefinisikan pada hal-hal yang mengancam pencapaian tujuan dan
sasaran. Risiko didefinisikan dalam bentuk kejadian atau kondisi dan
dampak yang mengikutinya dan diukur dalam bentuk kombinasi dampak
suatu kejadian dan kemungkinannya.
5. Risiko Fraud adalah adalah risiko yang dialami oleh institusi karena faktor
terjadinya kecurangan yang disengaja, baik kerugian yang bersifat materi
maupun non materi, dimana kerugian materi diukur dari segi nilai finansial
kerugian non material menyangkut dengan kerugian yang bersifat non
finansial.
6. Manajemen Risiko (pengelolaan risiko) adalah suatu kombinasi antara
budaya, sistem, dan proses yang dilakukan oleh organisasi untuk
mengkoordinasikan, mengidentifikasi, dan mengelola risiko.
7. Respon Risiko adalah sikap atau tindakan yang diambil manajemen atas
hasil penilaian risiko dengan tujuan untuk mengatasi risiko yang ada
apakah dimitigasi (mitigate), diterima (accepf), ditolak (reject) atau
dialihkan ( trensten).
3
8. Pedoman Manajemen Risiko adalah penerapan sistematis atas proses
pengelolaan risiko korupsi dimulai dari melakukan komunikasi, penetapan
konteks, identifikasi risiko, analisa risiko, evaluasi risiko, penanganan
risiko (mitigasi), serta monitoring dan evaluasi atas penerapan
manajemen risiko.
B. TUJUAN
Penerapan m anajemen risiko korupsi pada Dinas ……………
bertujuan:
1) Untuk mengamankan pencapaian tujuan dan sasaran Dinas…………….;
2) Mengantisipasi dan menangani segala bentuk risiko korupsi secara efektif
dan efisien;
3) Meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi.
4) Pengelolaan risiko dan mengurangi kerugian serta biaya tidak terduga.
C. RUANG LINGKUP
Manajemen risiko korupsi diterapkan pada unit atau bagian, seluruh
kegiatan dan program yang yang menjadi tanggung jawab manajemen dan
semua pegawai.
4
mengenai risiko dan pengelolaannya. Proses ini berjalan secara internal
dalam organisasi, bagian, unit atau ekternal yang ditujukan kepada
stakeholder eksternal.
Konsultasi dapat dijelaskan sebagai suatu proses komunikasi antara
organisasi dengan pemangku kepentingan, mengenai isu tertentu, terkait
dengan pengambilan keputusan termasuk penerapan manajemen risiko
korupsi.
Bentuk komunikasi dan konsultasi dapat berupa:
a. rapat berkala;
b. rapat insidental;
c. seminar/sosialisasi/workshop; atau
d. fokus grup diskusi.
Selain bentuk di atas, komunikasi dan konsultasi dapat melalui media
elektronik.
2. Penetapan Konteks
Penetapan konteks merupakan artikulasi tujuan dan mendefinisikan
parameter eksternal dan internal untuk diperhitungkan ketika mengelola risiko
korupsi, kemudian menetapkan ruang lingkup dan kriteria risiko korupsi.
Dalam menetapkan konteks dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) melakukan analisis secara umum tentang situasi internal dan
eksternal terkait dengan perkiraan skenario keterjadian pernyataan
risiko korupsi.
2) memanfaatkan informasi dari berbagai sumber untuk melakukan
analisis situasi internal dan eksternal.
3) Memahami tujuan satuan kerja melalui Rencana Strategis dan Rencana
Kinerja/Penetapan Kinerja yang telah disusun.
4) memahami jumlah dan jenis risiko korupsi yang siap ditangani atau
diterima organisasi dan kesiapan organisasi untuk menanggung risiko
setelah perlakukan risiko dalam upaya mencapai sasaran.
6
Ikhtisar dari langkah-langkah rinci tersebut disajikan dalam berikut ini:
Ikhtisar Langkah – Langkah
Pelaksanaan Penilaian Risiko Korupsi
No Langkah Uraian Pertanyaan yang Perlu Dijawab
Penilaian
Risiko
Korupsi
1 Identifikasi - Memahami proses Penyimpangan apa yang
risiko korupsi kegiatan yang akan mungkin terjadi?
dilakukan FRA,
- Identifikasi setiap
Bagaimana penyimpangan
aktivitas dalam proses
tersebut dapat terjadi?
kegiatan tersebut
- Identifikasi tujuan/sasaran.
Berdasarkan tujuan/
sasaran dari setiap
aktivitas, kaitkan dengan
tujuan pencegahan korupsi.
7
3 Menilai - Evaluasi efektivitas Apa tindakan yang dilakukan untuk
efektivitas rancangan pengendalian mengantipasi penyimpangan?
pengendalian risiko korupsi yang
anti telah diidentifikasi
kecurangan sebelumnya
- Memastikan bahwa
rancangan pengendalian
tersebut telah memadai
yaitu mampu mengurangi
risiko korupsi pada
tingkat yang dapat
diterima oleh
organisasi.
- Apabila rancangan tersebut
tidak memadai, maka auditor
membantu mencarikan
pengendalian alternatif yang
lebih dapat diandalkan.
4 Respon terhadap - Hindari risiko (Avoid) Terhadap risiko yang ada,
risiko korupsi - Mengurangi Risiko (Mitigate) tindakan apa yang dilakukan?
- Berbagi Risiko (Transfer)
- Menerima risiko (Accept)
b. Survei
Survei adalah pengumpulan informasi yang bisa dilakukan dengan
memberikan kuisioner kepada responden. Dalam pendekatan survei,
peserta atau responden akan mengisi kuesioner yang telah dirancang
untuk mengumpulkan informasi risiko korupsi dengan jujur dan apa
adanya. Pendekatan survei dilakukan dalam kondisi:
9
4) keahlian sebagai fasilitator belum dimiliki oleh internal auditor;
5) ruang lingkup penilaian sendiri atas organisasi terlalu luas dan
informasi;
6) dibutuhkan cepat.
c. Analisis manajemen
Analisis manajemen merupakan analisis yang dibuat manajemen
berdasarkan diskusi, reviu, atau kuesioner dalam rangka mendukung suatu
opini/pendapat tertentu atau membuat kesimpulan atas suatu
permasalahan tertentu.
10
3 Kadang-kadang Probabilitas kurang dari pada 50%, tetapi
masih cukup tinggi
4 Sering Mungkin tidak terjadi atau peluang 50/50
5 Sangat Sering Kemungkinan terjadi > 50%
11
2 Kurang Lebih dari 20 hari Dilakukan oleh Rp10.000.000
kalender sampai pejabat tiga s.d < Rp
Signifikan dengan 30 hari tingkat dibawah 100.000.000
kalender sejak Penanggung
masa berakhirnya Jawab
pelaksanaan
pekerjaan
12
Tingkat Signifikansi Dampak Risiko Korupsi
Skala Nilai Dampak
1 Peristiwa risiko berdampak tidak signifikan terhadap
sasaran/tujuan.
2 Peristiwa risiko berdampak kurang signifikan terhadap
sasaran/tujuan.
3 Peristiwa risiko berdampak sedang terhadap sasaran/tujuan.
4 Peristiwa risiko berdampak signifikan terhadap sasaran/tujuan.
5 Peristiwa risiko berdampak sangat signifikan terhadap
sasaran/tujuan.
Status risiko dituangkan dalam bentuk tabel matriks risiko/skala risiko. Skala
risiko berfungsi sebagai dasar untuk menyusun peta risiko sekaligus sebagai
sarana untuk membuat kesepakatan atas respon terhadap risiko korupsi yang
ada. Matriks ini dibuat konsisten dengan skala kemungkinan dan signifikansi
yang dipilih yaitu merupakan kombinasi matriks 5 x 5. Penyusunan skala risiko
dalam matriks tersebut akan menentukan prioritas penanganan risiko korupsi.
Dalam skala lima, matriks peta risiko terdiri dari 25 bidang. Bidang-bidang
dengan spesifikasi warna tersebut menjadi dasar menetapkan respon terhadap
risiko korupsi. Penetapan area atau bidang yang menjadi prioritas instansi
pemerintah disesuaikan dengan preferensi risiko instansi pemerintah. Matrik
13
risiko skala lima yang menggambarkan status risiko ditampilkan pada tabel
berikut:
Konsekuensi/Dampak
Skala Kemungkinan Tidak Kurang Sedang Signifikan Sangat
Matrik risiko skala lima yang nilai risiko ditampilkan pada tabel berikut:
Konsekuensi/Dampak
Skala Kemungkinan Tidak Kurang Sedang Signifikan Sangat
5 Sangat 5 10 15 20 25
4 Sering 4 8 12 16 20
3 Kadang-kadang 3 6 9 12 15
2 Jarang 2 4 6 8 10
1 Sangat 1 2 3 4 5
14
2) Tingkat risiko tinggi = Area berwarna jingga
Risiko pada tingkat ini adalah risiko dengan peluang terjadinya sangat sering
dan memiliki nilai dampak dari kurang signifikan hingga sangat signifikan. Batas
tertinggi nilai risiko adalah 12 (probabilitasnya sering = 4, dan dampaknya
sedang = 3 atau probabilitasnya kadang-kadang = 3 dan dampaknya signifikan =
4) sedangkan batas terendahnya adalah 5 (probabilitasnya sangat jarang = 1,
dan dampaknya sangat signifikan = 5).
3) Tingkat risiko Sedang = Area berwarna kuning
Risiko pada tingkat ini adalah risiko dengan peluang terjadinya sangat sering
hingga sering dan memiliki nilai dampak dari tidak signifikan hingga signifikan.
Batas tertinggi nilai risiko adalah 8 (probabilitasnya sering = 4, dan dampaknya
kurang signifikan = 2, atau probabilitasnya jarang = 2, dan dampaknya signifikan
= 4 ) sedangkan batas terendahnya adalah 4 (probabilitasnya sering = 4, dan
dampaknya tidak signifikan =1 atau probabilitasnya sangat jarang = 1 dan
dampaknya signifikan = 4).
4) Tingkat risiko rendah = Area berwarna biru muda
Risiko pada tingkat ini adalah risiko dengan peluang terjadinya kadang- kadang
hingga sangat jarang dan memiliki nilai dampak dari sedang hingga tidak
signifikan. Batas tertinggi nilai risiko adalah 4 (probabilitasnya jarang = 2, dan
dampaknya kurang signifikan = 2) sedangkan batas terendahnya adalah 1
(probabilitasnya sangat jarang = 1, dan dampaknya tidak signifikan = 1).
Output analisis risiko berupa status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah suatu
daftar yang memuat informasi tentang risiko korupsi (nilai kemungkinan keterjadian
dan nilai signifikansi dampak, serta tingkat risiko dan penjelasannya). Peta Risiko
adalah suatu gambaran dari masing-masing risiko korupsi secara visual sesuai
dengan nilainya dalam matriks sehingga akan diperoleh informasi pada area mana
risiko tersebut berada.
16
karena itu, respon mengurangi risiko seyogyanya sampai pada tingkat risiko “0”
(nol). Contohnya agar tidak terjadi mark up nilai program/kegiatan maka
diterapkan proses penganggaran secara elektronik (e-budgeting) dengan
memberlakukan proses reviu harga komponen sebelum diinput dalam aplikasi e-
budgeting.
c. Memindahkan Risiko (Transfer)
Penanganan risiko jenis ini, melibatkan pihak lain untuk ikut menanggung
sebagian atau seluruh risiko. Pemindahan risiko tidak mengurangi probabilitas
maupun dampak dari risiko, yang dilakukan adalah memindahkan risiko dari
organisasi ke pihak lain, tentunya dengan sejumlah imbalan tertentu. Teknik
pemindahan risiko yang dapat diterapkan adalah asuransi dan kontrak (misalnya
kontrak lindung nilai).
d. Menerima risiko (Accept)
Suatu organisasi akan memutuskan menerima risiko tanpa menghindari,
memitigasi atau mentransfer risiko karena batas risikonya masih dalam batas
risiko yang ditoleransi.
17
Daftar Risiko Korupsi
Dinas ………………………….
No Nama Risiko Pemilik Risiko Penyebab Langkah Kemungkinan Dampak Status Risiko
Risiko Mitigasi Keterjadian
18