Anda di halaman 1dari 39

PERANAN PENGAWAS SEKOLAH

DALAM MENINGKATKAN
MUTU PENDIDIKAN
Oleh Zulkarnaini*)

1. Pengantar

Eksistensi pengawas sekolah dinaungi oleh sejumlah dasar hukum. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 adalah
landasan hukum yang terbaru yang menegaskan keberadaan pejabat fungsional itu. Selain itu,
Keputusan Menteri Pendayagunaan aparatur Negara Nomor 118 Tahun 1996 (disempurnakan
dengan keputusan nomor 091/2001)  dan Keputuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 020/U/1998 (disempurnakan dengan keputusan nomor 097/U/2001) merupakan
menetapan pengawas sebagai pejabat fungsional yang permanen sampai saat ini. Jika ditilik
sejumlah peraturan dan perundang-undangan yang ada, yang terkait dengan pendidikan,
ternyata secara hukum pengawas sekolah tidak diragukan lagi keberadaannya. Dengan
demikian, tidak ada alasan apapun dan oleh siapapun yang memarjinalkan dan mengecilkan
eksistensi pengawas sekolah.

Menurut undang-undang dan peraturan yang berlaku, keberadaan pengawas sekolah jelas dan
tegas. Dengan demikian bukan berarti pengawas sekolah terbebas dari berbagai masalah.
Ternyata institusi pengawas sekolah semakin bermasalah setelah terjadinya desentralisasi
penangan pendidikan. Institusi ini sering dijadiakn sebagai tempat pembuangan, tempat
parkir, dan tempat menimbun sejumlah aparatur yang tidak terpakai lagi (kasarnya: pejabat
rongsokan). Selain itu, pengawas sekolah belum difungsikan secara optimal oleh manajemen
pendidikan di kabupaten dan kota. Hal yang paling mengenaskan adalah tidak tercantumnya
anggaran untuk pengawas sekolah dalam anggaran belanja daerah (kabupaten/kota).
Sekurang-kurangnya fenomena itu masih terlihat sampai sekarang.

Penodaan terhadap institusi pengawas sekolah dan belum difungsikannya para pengawas
sekolah secara optimal bak lingkaran yang tidak berujung berpangkal. Lingkaran itu susah
dicari awalnya dan sulit ditemukan akhirnya. Tidak ada ujung dan tidak ada pangkal. Akan
tetapi, jika dimasuki lebih dalam, inti permasalahannya dapat ditemukan. Institusi pengawas
sekolah adalah institusi yang sah. Keabsahannya itu diatur oleh ketentuan yang berlaku.
Seyogyanya, aturan-aturan itu tidak boleh dilanggar oleh manajemen atau birokrasi yang
mengurus pengawas sekolah. Aturan itu ternyata sangat lengkap. Mulai dari aturan merekrut
calon pengawas,  sampai kepada memberdayakan dan menfugsikan pengawas sekolah untuk
operasional pendidikan, ternyata sudah ada aturannya. Pelecehan atau pelanggaran terhadap
aturan-aturan yang ada itulah yang merupakan titik pangkal permasalahan pengawas sekolah
sebagai institusi di dalam sistem pendidikan.

2. Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Sekolah

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0304/U/1980 tentang Struktur


Organisasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menempatkan pengawas dan penilik
sekolah sebagai tenaga dua fungsi. Maksudnya, mereka memiliki posisi jabatan struktural dan
juga berposisi pada jabatan fungsional. Akan tetapi, dengan keluarnya Keputuan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor 118/1996 tentang Jabatan Fungsional
Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, pengawas sekolah dan penilik sekolah (kemudian
bernama pengawas sekolah) murni menjadi pejabat fungsional. Jabatan struktural yang
melekat padanya dilepaskan oleh keputusan itu itu. Sejak itulah pengawas sekolah bertugas
sebagai penilai dan pembina bidang teknik edukatif dan teknik adminsitratif di sekolah yang
menjadi tanggung jawabnya.

Secara tegas dikatakat dalam Keputusan Menpan No. 118/1996 sebagai berikut,

”Pengawas sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, dan
wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan
pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis
pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan prasekolah, dasar, dan menengah.”

Inti tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah adalah menilai dan membina. Subjek yang
dinilai adalah teknis pendidikan dan administrasi pendidikan. Penilaian menurut PP 19/2005,
bab I, pasal 1, ayat (17) adalah seperti betikut ini, ”Penilaian adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.”  Sedangkan
Kepmenpan No. 118/1996, bab I, pasal 1, ayat (8) menyatakan, ”Penilaian adalah penentuan
derajat kualitas berdasarkan kriteria (tolok ukur) yang ditetapkan terhadap penyelenggaraan
pendidikan di sekolah.”

Terkait dengan tugas menilai, seorang pengawas sekolah melakukan pengumpulan informasi
tentang subjek dan objek kerjanya (teknik pendidikan dan administrasi). Informasi  itu
kemudian diolah sedemikian rupa. Hasil olahan informasi itu digunakan  untuk mengukur
atau menentukan derajat kualitas subjek. Hasil penilaian tersebut akan menginformasikan
kepada pengawas sekolah bahwa teknik pendidikan di satuan pendidikan tertentu telah
memenuhi tolok ukur (standar) yang ditetapkan atau sebaliknya. Begitu pula halnya dengan
teknik administrasi.

Kepemenpan Nomor 118/1996, Bab I, pasal 1, ayat:

(9)    Pembinaan adalah memberi arahan, bimbingan, contoh, dan saran dalam pelaksanaan
pendidikan sekolah.

(10)  Memberikan arahan adalah upaya Pengawas Sekolah agar guru dan tenaga lain di
sekolah yang diawasi dalam melaksanakan  tugasnya lebih terarah dan mencapai tujuan yang
telah dirumuskan.

(11)  Memberikan bimbingan adalah upaya Pengawas Sekolah agara guru dan tenaga lain di
sekolah yang diawasi mengetahui secara lebih rinci kegiatan yang harus dilaksanakan dan
cara melaksanakannya

(12)  Memberikan contoh adalah upaya Pengawas Sekolah yang dilaksanakan dengan cara
yang bersangkutan bertindak sebagai guru yang melaksanakan proses belajar
mengajar/bimbingan untuk materi tertentu di depan kelas/ruangan bimbingan dan kenseling
dengan tujuan agar guru yang diawasi dapat mempraktikkan model mengajar/membimbing
yang baik.
(13)  Memberikan saran adalah upaya pengawas sekolah agar sesuatu proses pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah lebih baik dari pada hasil yang dicapai sebelumnya atau berupa saran
kepada pimpinan untuk menindaklanjuti  pembinaan yang tidak dapat dilaksanakan sendiri.

Berdasarkan hal di atas, ada sejumlah komepetensi yang harus dimiliki oleh seorang
pengawas sekolah. Secara garis besar ada dua kompetensi yang harus dimliki, yakni
kompetensi menilai dan kompetensi membina. Wawasan pengeawas sekolah dalam bidang
penilaian sangatlah dibutuhkan. Mulai dari memahami konsep penilaian, jenis penilaian,
indikator penilaian, instrumen penilaian, mengolah hasil penlaian, sampai kepada 
memanfaatkan hasil penilaian untuk pembinaan, merupakan hal wajib yang harus dikuasai
pengawas sekolah. Selain itu, melaksanakan penilaian dengan kiat yang tepat juga merupakan
bagian dari komeptensi yang tidak boleh dilupakan. Sehubungan dengan ini, ada empat
kelompok tugas pengawas sekolah yaitu: (1) merencanakan penilaian yang dilengkapi dengan
instrumennya; (2) melaksanakan penilaian sesuai dengan kaidah-kaidah  penilaian; (3)
mengolah hasil penilaian dengan teknik-teknik pengolahan yang ilmiah; dan (4)
memanfaatkan hasil penilaian untuk berbagai keperluan.

Kompetensi dalam membina juga demikian halnya. Pengawas sekolah haruslah memahami
konsep pembinaan, jenis-jenis pembinaan, strategi pembinaan, komunikasi dalam membina,
hubungan antarpersonal dalam membina, dan sebagainya. Sekaitan dengan pembinaan,
pengawas sekolah juga harus piawai merencanakan pembinaan, melaksanakan pembinaan,
menilai hasil pembinaan, dan menindaklanjuti hasil pembinaan. Dengan kompetensi-
kompetensi itu tentu keberadaan pengawas di satuan pendidikan benar-benar diharapkan dan
dirindukan.

Berdasarkan hal itu tugas pokok pengawas sekolah dapat dirumuskan selaras dengan ayat 1,
pasal 2, Kepmenpan Nomor 118/1996 sebagai beirkut, ”Pengawas Sekolah mempunyai tugas
pokok menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu
baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggungjawabnya.”

3. Operasional Kerja Pengawas Sekolah

Operasiaonal kerja pengawas sekolah  pada satuan pendidikan adalah supervisi yang
berwujud  penilain dan pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah terhadap satuan
pendidikan (sekolah). Objek pembinaan dan penilaiannya adalah teknis pendidikan dan teknis
administrasi. Proses yang dilakukan meliputi empat langkah penting, yakni perencanaan,
pelaksanaan, penilaian, dan penindaklanjutan. Pengorganisasian dilakukan dalam program
kerja yang meliputi program kerja tahunan dan program kerja semesteran. Semua kegiatan
dilakukan secara berkesinambungan dari tahun ke tahun dan dari satu semester ke semester
berikutnya.

Pada akhir tahun pelajaran, pengawas sekolah melakukan refleksi terhadap kegiatan supervisi
yang dilakukannya sepanjang tahun itu. Hasil refleksi itu akan memberikan informasi tentang
pelaksanaan supervisi yang tuntas dan yang tidak tuntas sesuai dengan rencana. Hal yang
tuntas sesuai dengan rencana tidak perlu dilanjutkan pada tahun berikut. Hal yang belum
tuntas menurut ukuran rencana, perlu dilanjutkan pada tahun berikut. Dengan demikian,
perencanaan supervisi tahun berikut memiliki landasan empiris yang jelas, yakni pengalaman
atau data supervisi tahun yang lalu.
Selain merefleksi hasil supervisi tahun lalu, pengawas sekolah juga membahas, mengkaji, dan
menganalisis kebijakan-kebijakan mutakhir yang diterbitkan birokrasi pendidikan. Kebijakan
itu dibahas secara rinci, terutama yang terkait langsung dengan tujuan supervisi dan bidang
tugas pengawas sekolah. Kebijakan bisa berasal dari pemerintah dan bisa juga dari
pemerintah daerah. Atau mungkin dinas pendidikan setempat juga mengeluarkan kebijakan
bidang pendidikan. Dengan menganalisis dan memanfaatkan kebijakan bidang pendidikan,
berarti perencanaan supervisi yang disusun pengawas sekolah memilki dasar yuridis yang
jelas pula.

Hal lain yang diperhatikan adalah perkembangan ilmu dan pengetahuan. Perkembangan ilmu
dan pengetahuan bisa terkait dengan substansi disiplin ilmu, bisa juga terkait dengan
pendekatan, metode, dan teknik supervisi. Perkembangan ilmu dan pengetahuan tersebut
hendaklah menjadi perhatian pengawas sekolah dalam menyusun perencanaan supervisi.
Kemudian, perkembangan ilmu dan pengetahuan yang relevan dapat dijadikan landasan
penyusunan perencanaa tahun itu. Dengan demikian, perencanaan supervisi yang disusun
pengawas sekolah memiliki landasan teoretis yang jelas.

Perencanaan supervisi, kemudian disebut program kerja pengawas sekolah terdiri dari
program tahunan dan program semester. Program tahunan dibuat oleh sekelompok pengawas
sekolah yang diberi tugas oleh koordinator pengawas sekolah. Program semesteran dibuat
oleh masing-masing pengawas sekolah untuk ruang lingkup kerja satuan pendidikan yang
dibinanya. Program semesteran ini disusun berdasarkan program rahunan. Jadi, program
tahunan berlaku untuk suatu kota atau kabupaten dan menjadi pedoman untuk menyusun
program semesteran. Program semesteran adalah program masisng-masing pengawas sekolah
untuk sekolah yang menjadi tanggungjawabnya.

Berdasarkan uraian di atas, perencanaan atau program supervisi satuan pendidikan (sekolah)
memiliki tiga landasan penting. Ketiga landasan penting itu adalah landasan empiris,
landasan yuridis, dan landan teoretis. Dengan ketiga landasan tersebut, perencanaan atau
program supervisi diharapkan bedayaguna dan berhasil guna, efektif dan efisien.

Aplikasi perencanaan meliputi dua bidang utama yakni teknik pendidikan dan teknik
administrasi. Teknik pendidikan berhubungan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik dan peserta didik dengan segala aspeknya. Pembelajaran itu sendiri sekurang-
kurangnya meliputi lima bidang pokok yakni penyusunan program, penyajian program,
penilaian hasil dan proses, menganalisis hasil belajar, dan menyusun serta melaksanakan
perbaikan dan pengayaan. Sekaitan dengan itu, pertama-tama yang harus dinilai oleh
pengawas sekolah adalah program yang disusun oleh pendidik. Apakah program itu telah
memenuhi standar atau belum? Kalau belum, di mana belumnya? Apa faktor penyebabnya?
Dan mungkin sejumlah pertanyaan lain dapat dimunculkan. Barangkali, pertanyaan utama
yang diajukan untuk penyusunan program oleh pendidik adalah, ”Berapa persenkah jumlah
pendidik di bawah pengawasan saya yang telah menyusun program pembelajaran dengan
benar (menurut standar yang ditetapkan)?

Sebelum menjawab pertanyaan itu, tentu pengawas sekolah telah memiliki standar kelayakan
suatu program pembelajaran. Jika standar itu belum ditetapkan, seyogyanya itulah langkah
awal yang harus dilakukan oleh pengawas sekolah besama-sama pada satu kabupaten/kota
bersama pengawas sejenis. Standar kelayakan itu menjadi penting, karena itulah yang
menjadi panduan atau dasar bagi pengawas sekolah untuk menilai dan membina pendidikan
dalam menyusun program pembelajaran. Tanpa mengenal standar kelayakan suatu program,
pengawas sekolah akan cendrung semena-mena dalam menilai dan membina. Tentu saja hasil
penilaian dan pembinaan tidak akan optimal dan tidak akan bermanfaat untuk peningkatan
mutu.

Hal yang sama juga berlaku untuk penyajian program, penilaian hasil belajar, analisis hasil
belajar, dan perbaikan serta pengayaan. Standar-standar masing-masing kegiatan itu jika
belum terumuskan secara spesifik, tentu itulah yang pertama-tama dikerjakan oleh kelompok
pengawas mata pelajaran, rumpun mata pelajaran, bimbingan dan koenseling, serta pengawas
sekolah dasar dan teman kanak-kanak. Sudahkah standar kelayakan itu ada? Inilah yang
harus dijawab pertama-tama oleh para pengawas sekolah.

Untuk membantu para pengawas sekolah, seyogyanya kembali ke Peraturan Pemerintah


Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pasal 19  ayat (1) misalnya
menyatakan, ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan psikologis peserta didik.” Jika
hal ini dijadikan sebagai standar kelayakan penyajian program, tentu perlu dirumuskan
indikator dari setiap item kelayakan itu. Dari indikator-indikator itulah lahirnya instrumen
penilaian yang merupakan bagian dari perencanaan supervisi.

Kalau sasaran supervisi adalah teknik administrasi, pengawas sekolah juga menetapkan
standar kelayakannya. Misalnya pengelolaan satuan pendidikan sebagai bagian dari teknik
administrasi, pengawas sekolah juga dapat mepedoman PP 19/ 2005 yang berhubungan
dengan standar pengelolaan. Dari standar-standar yang ada itu pula dapat disusun indikator
pengelolaan yang kemudian akan melahirkan instrumen penilaian tentang pengelolaan satuan
pendidikan. Hal yang sama juga berlaku untuk bidang lain yang terkait dengan standar
nasional pendidikan.

Bila kedua bidang (teknik pendidikan dan adminsitrasi) telah dinilai, tentu diperoleh sejumlah
data tentang itu. Data atau informasi tersebut akan berbicara kepada pengawas sekolah
setelah melalui pengolahan yang benar. Informasi tersebutlah yang kemudian dijadikan
landasan untuk melakukan pembinaan. Katakanlah misalnya, jumlah pendidik di bawah
binaan seorang pengawas sekolah hanya 50 persen yang dapat membuat program
pembelajaran berdasarkan standar kelayakan. Padahal, target seorang pengawas sekolah
dalam program semesternya adalah 80 persen pendidik yang dibinanya mampu menyusun
program pembelajaran berdasarkan standar kelayakan. Oleh karena itu, ada 30 persen lagi
dari jumlah guru yang ada yang harus dibina. Bentuk, metode, dan teknik pembinaan
terhadpa  30 persen pendidik itu dituangkan ke dalam perencananaan atau program
pembinaan.  Dengan demikian, pada akhir tahun pembelajaran akan dapat dilakukan refleksi
terhadap pembinaan yang dilakukan. Begitu seterusnya untuk bidang-bidang yang lain.

PP 19/2005, pasal 19, ayat (3) menyatakan, ”Setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.” Pada pasal 23 ditegaskan, ”Pengawasan proses
pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (3) meliputi pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.”
Pengawas sekolah berkewajiban menyusun laporan atas kegiatan supervisinya. Laporan
tersebut selain digunakan untuk menyusun perencanaan supervisi tahun berikutnya, juga
digunakan sebagai pertanggungjawaban atas tugas-tugas yang dipikulkan kepadanya. Pasal
58 ayat (5) PP 19/2005 menyatakan, ”Untuk pendidikan dasar, menengah, dan nonformal
laporan oleh pengawas atau penilik satuan pendidikan ditujukan kepada Bupati/ Walikota
melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan
dan satuan pendidikan bersankutan.”

4. Pengawas Sekolah dan Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan dalam konteks makalah ini adalah mutu proses pembelajaran dan hasil
belajar. Mutu proses mengacu kepada standar proses seperti yang tertuang di dalam PP
Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. PP 19/2005, bab 1, pasal 1, ayat 6
menyatakan, ”Standar proses adalah standar naisonal pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan.” Standar kompetensi lulusan ditegaskan pada ayat 4 seperti berikut, ”Standar
kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.”

Pada pasal 19 ayat (1) peraturan pemerintah ini dinyatakan, ”Peroses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi perserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kretivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis perserta didik.”  Pada ayat (2) ditambahkan, ”Selain ketentuan
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan
keteladanan.” Pada ayat (3) ditambahkan lagi, ”Setiap satuan pendidikan melakukan
perenscanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian proses
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.”

Jadi, mutu pendidikan dalam konteks makalah ini adalah mutu proses yang mengacu kepada
standar proses dan mutu hasil yang mengacu kepada standar komepetnsi lulusan. Mutu proses
memiliki hubungan kausal dengan mutu hasil. Jika proses  pembelajaran bermutu, tentulah
standar komptensi lulusan dapat dicapai dengan bermutu pula.

Pencapaian kedua mutu yang dimaksud, sudah jelas membutuhkan keberadaan pengawas
sekolah. Hal itu terkait dengan tugas pokoknya yakni menilai dan membina teknik
pendidikan dan treknik administrasi. Penilaian mengacu kepada pengumpulan, pengolahan,
dan penafsiran data dari subjek yang dinilai (proses pembelajaran), sedangkan pembinaan
mengacu kepada hasil penilaian. Dengan demikian, keberadaan pengawas sekolah untuk
meningkatkan mutu sangatlah penting.

5. Simpulan

Makalah sederhana ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

(1)     tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah adalah melaksanakan penilaian dan
pembinaan;
(2)     penilaian dan pembinaan dilakukan terhadap bidang teknik pembelajaran dan teknik
administrasi;

(3)     dalam melakukan pembinaan pengawas sekolah melaksanakannya dengan memberi


arahan, bimbingan, contoh, dan saran;

(4)     implementasi dari supervisi satuan pendidikan (sekolah) adalah melakukan penilaian
dan pembinaan;

(5)     mutu pendidikan dalam konteks makalah ini adalah mutu proses dan mutu hasil yang
mengacu kepada standar nasional pendidikan (PP 19/2005);

(6)     untuk meningkatkan mutu tersebut peranan pengawas sangat penting.


TUGAS PENGAWAS

1. Jenis Pengawas
Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah,
menyatakan bahwa jenis pengawas terdiri dari 1). Pengawas Taman Kanak-Kanak/Raudatul
Athfal (TK/RA) dan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), 2). Pengawas Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Pengawas Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) dalam Rumpun Mata Pelajaran yang Relevan (MIPA dan
TIK, IPS, Bahasa, Olahraga Kesehatan, atau Seni Budaya), 3). Pengawas Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) dalam Rumpun Mata Pelajaran yang
Relevan (MIPA dan TIK, IPS, Bahasa, Olahraga Kesehatan, Seni Budaya, Teknik dan
Industri, Pertanian dan Kehutanan, Bisnis dan Manajemen, Pariwisata, Kesejahteraan
Masyarakat, atau Seni dan Kerajinan). Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang
Guru Pasal 54 ayat (8) menyatakan bahwa pengawas terdiri dari pengawas satuan
pendidikan, pengawas mata pelajaran, atau pengawas kelompok mata pelajaran.

Kondisi jenis pengawas saat ini ada yang sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
74 tentang Guru Pasal 54 ayat (8) dan (9) dan ada yang sesuai dengan Permendiknas Nomor
12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.

Dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak berlakunya Permendiknas Nomor 39
Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan, jenis
pengawas
disesuaikan dengan kondisi saat ini. Selanjutnya harus mengikuti ketentuan sebagaimana
disebut dalam Peraturan Pemerintah 74 tahun 2008 tentang Guru.

1. Jam Kerja
Lingkup kerja pengawas untuk melaksanakan tugas yang ekuivalen dengan paling sedikit 24
(dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 74 tentang Guru Pasal 54 ayat (8) merupakan bagian dari jam kerja sebagai pegawai
yang secara keseluruhan paling sedikit 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja dalam 1
(satu) minggu.

1. Penugasan Pengawas Satuan Pendidikan Menurut Permendiknas Nomor 12


Tahun 2007
1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup tugas pengawas satuan pendidikan menurut Permendiknas Nomor 12 tahun
2007 adalah melaksanakan supervisi manajerial dan supervisi akademik.
2. Uraian Tugas
Kegiatan bagi pengawas satuan pendidikan dan pengawas mata pelajaran atau pengawas
kelompok mata pelajaran untuk ekuivalensi dengan 24 (dua puluh empat) jam tatap muka per
minggu diuraikan sebagai berikut.
a.       Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas satuan pendidikan terhadap 24 (dua puluh empat)
jam tatap muka menggunakan pendekatan jumlah sekolah dan guru yang dibina.
b.      Jumlah sekolah yang harus dibina untuk tiap pengawas satuan pendidikan paling sedikit
10 (sepuluh) sekolah dan paling banyak 15 (lima belas) sekolah,
c.       Jumlah guru yang harus dibina untuk tiap pengawas satuan pendidikan paling sedikit
40 (empat puluh) guru dan paling banyak 60 (enam puluh) guru,
d.      Tugas pengawas satuan pendidikan meliputi penyusunan program pengawasan satuan
pendidikan, melaksanakan pembinaan, pemantauan dan penilaian, menyusun laporan
pelaksanaan program pengawasan. Uraian tugas pengawas satuan pendidikan adalah sebagai
berikut.
1)       Penyusunan Program Pengawasan satuan Pendidikan
 Setiap pengawas satuan pendidikan baik secara berkelompok maupun secara
perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan. Program pengawasan
terdiri atas (1) program tahunan, (2) program semester pengawasan, (3) rencana
kepengawasan akademik (RKA) dan (4) rencana kepengawasan manajerial (RKM).
 Program pengawasan tahunan pengawas sekolah disusun oleh kelompok pengawas
pada setiap jenjang pendidikan di kabupaten/kota melalui diskusi terprogram.
 Kegiatan penyusunan program tahunan ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu)
minggu.
 Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis operasional kegiatan yang
dilakukan oleh setiap pengawas sekolah pada setiap sekolah binaannya.
 Program tersebut disusun sebagai penjabaran atas program pengawasan tahunan di
tingkat kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan program semester oleh setiap pengawas
satuan pendidikan ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
 Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) dan Rencana Kepengawasan Manajerial
(RKM) merupakan penjabaran dari program semester yang lebih rinci dan sistematis
sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang harus segera dilakukan kegiatan supervisi.
Penyusunan RKA dan RKM ini diperkirakan berlangsung 1 (satu) minggu. Kegiatan
menyusun rencana program kepengawasan sekolah adalah kegiatan bukan tatap muka.
 Program tahunan, program semester, RKA dan RKM sekurang-kurangnya memuat:
aspek/masalah, tujuan, indikator keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik
supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan instrumen
pengawasan.
2)       Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan, dan Penilaian
 Kegiatan supervisi akademik dan kegiatan supervisi manajerial yang meliputi
pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan
merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara pengawas satuan
pendidikan dengan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya.
 Kegiatan ini adalah kegiatan tatap muka yang sebenarnya di sekolah binaan, tetapi
kegiatan mengolah hasil pemantauan setiap standar dari 8 (delapan) Standar Nasional
Pendidikan merupakan kegiatan bukan tatap muka.
 Pelaksanaan pembinaan dengan menggunakan format dan instrumen lain yang
ditentukan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota bersangkutan.
3)       Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pengawasan
 Setiap pengawas sekolah membuat laporan per sekolah dan seluruh sekolah binaan.
Laporan ini lebih ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan
pengawasan sekolah yang telah dilaksanakan pada setiap sekolah binaan.
 Penyusunan laporan oleh pengawas sekolah merupakan upaya untuk
mengkomunikasikan hasil kegiatan atau keterlaksanaan program yang telah
direncanakan.
 Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan adalah kegiatan bukan tatap
muka dan dilakukan oleh setiap pengawas sekolah dengan segera setelah
melaksanakan pembinaan, pemantauan atau penilaian.

D. Penugasan Pengawas Menurut Peraturan Pemerintah 74 Tahun 2008


1. Ruang Lingkup
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal 54 ayat (8) dan (9)
pengawas terdiri dari pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran, atau pengawas
kelompok mata pelajaran. Ruang lingkup tugas pengawas adalah melakukan pembimbingan
dan pelatihan profesional guru dan pengawasan yang ekuivalensinya dengan 24 (dua puluh
empat) jam pembelajaran tatap muka dalam 1 (satu) minggu yang ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional.
a. Tugas pokok pengawas satuan pendidikan
Tugas pokok pengawas satuan pendidikan adalah melakukan pengawasan anajerial terdiri
dari pembinaan, pemantauan (standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar sarana dan
prasarana, standar pendidik & tenaga kependidikan) dan penilaian kinerja sekolah pada
satuan pendidikan yang menjadi binaannya.
b. Tugas pokok pengawas mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran
Tugas pokok pengawas mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran yaitu melaksanakan
pengawasan akademik meliputi pembinaan, pemantauan pelaksanaan Standar Nasional
Pendidikan (standar isi, standar proses, standar penilaian, standar kompetensi lulusan) pada
guru mata pelajaran di sejumlah satuan pendidikan yang ditetapkan.
c. Tugas pokok pengawas bimbingan dan konseling
Tugas pokok pengawas bimbingan dan konseling meliputi pembinaan, pemantauan
pelaksanaan bimbingan dan konseling pada sejumlah satuan pendidikan yang ditetapkan.
d. Tugas pokok pengawas SLB
Tugas pokok pengawas SLB adalah melaksanakan pengawasan akademik meliputi
pembinaan, pemantauan pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan pada sejumlah SLB
kabupaten/kota.
Semua pengawas akan terlibat dalam penyusunan program pengawasan satuan pendidikan
yang meliputi program tahunan kepengawasan, program semester kepengawasan, rencana
kepengawasan manajerial, rencana kepengawasan akademik, rencana kepengawasan
bimbingan dan konseling, melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru, dan
tenaga kependidikan serta menyusun laporan pelaksanaan program kepengawasan.

2. Uraian Tugas Pengawas


Kegiatan bagi pengawas satuan pendidikan dan pengawas mata pelajaran atau pengawas
kelompok mata pelajaran untuk ekuivalensi dengan 24 (dua puluh empat) jam tatap muka per
minggu diuraikan sebagai berikut.

a. Pengawas Satuan Pendidikan


Lingkup kerja pengawas satuan pendidikan untuk melaksanakan tugas pokok diatur sebagai
berikut:

1.
1. Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas satuan pendidikan terhadap 24 (dua
puluh empat) jam tatap muka menggunakan pendekatan jumlah sekolah yang
dibina.
2. Jumlah sekolah yang harus dibina untuk tiap pengawas sekolah adalah sebagai
berikut.
a)       Pengawas Taman Kanak-Kanak melakukan pengawasan dan membina paling sedikit
10 sekolah dan paling banyak 15 sekolah,
b)      Pengawas Sekolah Dasar melakukan pengawasan dan membina paling sedikit 10
sekolah dan paling banyak 15 sekolah,
c)       Pengawas Sekolah Menengah Pertama melakukan pengawasan dan membina paling
sedikit 7 sekolah dan paling banyak 15 sekolah,
d)      Pengawas Sekolah Menengah Atas melakukan pengawasan dan membina paling sedikit
5 sekolah dan paling banyak 10 sekolah,
e)       Pengawas Sekolah Menengah Kejuruan melakukan pengawasan dan membina paling
sedikit 5 sekolah dan paling banyak 10 sekolah,
f)        Pengawas Sekolah Luar Biasa melakukan pengawasan dan membina paling sedikit 5
sekolah dan paling banyak 10 sekolah,
g)      Pengawas melakukan pengawasan paling sedikit 5 (lima) sekolah/madrasah binaan
untuk daerah khusus.

1.
1. Lingkup kerja pengawas satuan pendidikan untuk ekuivalensi 24 (dua puluh
empat) jam tatap muka adalah sebagai berikut.
a)       Penyusunan Program Pengawasan satuan Pendidikan
 Setiap pengawas satuan pendidikan baik secara berkelompok maupun secara
perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan. Program pengawasan
terdiri atas (1) program pengawasan tahunan, (2) program pengawasan semester, dan
(3) rencana kepengawasan manajerial (RKM).
 Program pengawasan tahunan pengawas satuan pendidikan disusun oleh kelompok
pengawas satuan pendidikan di kabupaten/kota melalui diskusi terprogram. Kegiatan
penyusunan program tahunan ini diperkirakan berlangsung selama 1(satu) minggu.
 Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis operasional kegiatan yang
dilakukan oleh setiap pengawas sekolah pada setiap sekolah binaannya. Program
tersebut disusun sebagai penjabaran atas program pengawasan tahunan di tingkat
kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan program semester oleh setiap pengawas satuan
pendidikan ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
 Rencana Kepengawasan Manajerial (RKM) merupakan penjabaran dari program
semester yang lebih rinci dan sistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang
harus segera dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKM ini diperkirakan
berlangsung 1 (satu) minggu.
 Program tahunan, program semester, dan RKM sekurang-kurangnya memuat
aspek/masalah, tujuan, indikator keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik
supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan insrumen
pengawasan.
b)      Melaksanakan Pembinaan
 Kegiatan supervisi kegiatan manajerial meliputi pembinaan dan pemantauan
pelaksanaan manajemen sekolah merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi
langsung antara pengawas satuan pendidikan dengan kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lainnya. Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah binaan.
 Pelaksanaan pembinaan dengan menggunakan format dan instrumen yang ditentukan
oleh dinas pendidikan di kabupaten/kota bersangkutan.
c)       Melaksanakan Pemantauan Pelaksanaan SNP
 Kegiatan supervisi pemantauan meliputi pemantauan dan pembinaan pelaksanaan
SNP merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara pengawas satuan
pendidikan dengan kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya. Kegiatan ini
dilaksanakan di sekolah binaan.
 Pelaksanaan pembinaan dengan menggunakan format dan instrumen yang ditentukan
oleh dinas pendidikan di kabupaten/kota bersangkutan.
d)      Melaksanakan Penilaian Kinerja
 Kegiatan peniaian kinerja kepala sekolah merupakan kegiatan untuk mengukur
keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas manajerial maupun akademik.
Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah binaan.
 Pelaksanaan penilaian menggunakan format dan instrumen yang ditentukan oleh dinas
pendidikan di kabupaten/kota bersangkutan.
e)       Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan
 Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per sekolah dari seluruh
sekolah binaan.
Laporan ini lebih ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan pengawasan
sekolah yang telah dilaksanakan pada setiap sekolah binaan.
 Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk mengkomunikasikan
hasil kegiatan atau keterlaksanaan program yang telah direncanakan.
f)        Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lainnya.
 Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lainnya dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester
secara berkelompok yang diselenggarakan oleh MKKS atau KKKS.
 Kegiatan dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah jam yang diperlukan
untuk setiap kegiatan sesuai dengan tema atau jenis keterampilan atau kompetensi
yang akan ditingkatkan.
 Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas dapat dilakukan melalui
workshop, seminar, observasi, individual dan group conference, bimbingan teknis
serta kunjungan sekolah melalui supervisi manajerial.

b. Pengawas Mata Pelajaran Atau Pengawas Kelompok Mata Pelajaran


Lingkup kerja pengawas mata pelajaran atau pengawas kelompok mata pelajaran untuk
melaksanakan tugas pokok diatur sebagai berikut.
1)       Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas mata pelajaran atau pengawas kelompok mata
pelajaran terhadap 24 (dua puluh empat) jam tatap muka menggunakan pendekatan jumlah
guru yang dibina pada satu atau beberapa sekolah.
2)       Jumlah guru yang harus dibina untuk tiap jenis pengawas mata pelajaran sebagai
berikut.
a.       Pengawas Guru Taman Kanak-kanak (Pendidikan Usia Dini Formal) melakukan
pengawasan dan membina paling sedikit sedikit 60 guru dan paling banyak 75 guru kelas di
TK,
b.      Pengawas Guru Sekolah Dasar paling sedikit 60 guru dan paling banyak 75 guru kelas
di SD,
c.       Pengawas Mata Pelajaran pada Sekolah Menengah Pertama melakukan pengawasan
dan membina paling sedikit 40 guru dan paling banyak 60 guru di SMP,
d.      Pengawas Mata Pelajaran pada Sekolah Menengah Atas melakukan pengawasan dan
membina paling sedikit 40 guru dan paling banyak 60 guru di SMA,
e.       Pengawas Mata Pelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan melakukan pengawasan
dan membina paling sedikit 40 guru dan paling banyak 60 guru di SMK,
f.        Pengawas Sekolah Luar Biasa melakukan pengawasan dan membina paling sedikit 40
guru dan paling banyak 60 guru mata pelajaran luar biasa.
3)       Lingkup kerja pengawas mata pelajaran adalah sebagai berikut.
a)       Penyusunan Program Pengawasan Mata Pelajaran atau Kelompok Mata Pelajaran
 Setiap pengawas mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran baik secara
berkelompok maupun secara perorangan wajib menyusun rencana program
pengawasan. Program pengawasan terdiri atas (1) program pengawasan tahunan, (2)
program pengawasan semester, dan (3) rencana kepengawasan akademik (RKA).
 Program pengawasan tahunan pengawas mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran
disusun oleh kelompok pengawas mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran di
kabupaten/kota melalui diskusi terprogram. Kegiatan penyusunan program tahunan
ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
 Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis operasional kegiatan yang
dilakukan oleh setiap pengawas mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran pada
setiap sekolah dimana guru binaannya berada. Program tersebut disusun sebagai
penjabaran atas program pengawasan tahunan di tingkat kabupaten/kota. Kegiatan
penyusunan program semester oleh setiap pengawas mata pelajaran ini diperkirakan
berlangsung selama 1 (satu) minggu.
 Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) merupakan penjabaran dari program
semester yang lebih rinci dan sistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang
harus segera dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKA ini diperkirakan
berlangsung 1 (satu) minggu.
 Program tahunan, program semester, dan RKA sekurang-kurangnya memuat
aspek/masalah, tujuan, indikator keberhasilan, strategi/metode kerja
 (teknik supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan
insrumen pengawasan.
b)      Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan dan Penilaian
 Kegiatan supervisi akademik meliputi pembinaan dan pemantauan pelaksanaan
standar isi, standar proses, standar penilaian dan standar kompetensi lulusan
merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara pengawas mata
pelajaran dengan guru binaanya.
 Melaksanakan penilaian adalah menilai kinerja guru dalam merencanakan,
melaksanakan dan menilai proses pembelajaran.
 Kegiatan ini dilakukan di sekolah binaan, sesuai dengan uraian kegiatan dan jadwal
yang tercantum dalam RKA yang telah disusun.
c)       Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pengawasan
 Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per sekolah dari seluruh
sekolah binaan. Laporan ini lebih ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap
butir kegiatan pengawasan sekolah yang telah dilaksanakan pada setiap sekolah
binaan.
 Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk mengkomunikasikan
hasil kegiatan atau keterlaksanaan program yang telah direncanakan.
 Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan dilakukan oleh setiap pengawas
dengan segera setelah melaksanakan pembinaan, pemantauan atau penilaian.
d)      Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru.
 Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru dilaksanakan paling
sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester secara berkelompok di MGMP atau KKG.
 Kegiatan ini dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah jam yang diperlukan
untuk setiap kegiatan sesuai dengan tema atau jenis keterampilan dan kompetensi
yang akan ditingkatkan. Dalam pelatihan ini diperkenalkan kepada guru cara-cara
baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran/ pembimbinan.
 Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru ini dapat dilakukan
melalui workshop, seminar, observasi, individual dan group conference, serta
kunjungan kelas melalui supervisi akademik.

c. Pengawas Bimbingan dan Konseling


Lingkup kerja pengawas bimbingan dan konseling untuk melaksanakan tugas pokok diatur
sebagai berikut:
1.       Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas bimbingan dan konseling terhadap 24 (dua puluh
empat) jam tatap muka menggunakan pendekatan jumlah guru yang dibina di satu atau
beberapa sekolah pada jenjang pendidikan yang sama atau jenjang pendidikan yang berbeda.
2.       Jumlah guru yang harus dibina untuk pengawas bimbingan dan konseling paling sedikit
40 (empat puluh) dan paling banyak 60 guru BK.
3.       Uraian lingkup kerja pengawas bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut.
a)       Penyusunan Program Pengawasan Bimbingan dan Konseling
 Setiap pengawas baik secara berkelompok maupun secara perorangan wajib
menyusun rencana program pengawasan. Program pengawasan terdiri atas (1)
program pengawasan tahunan, (2) program pengawasan semester, dan (3) rencana
kepengawasan akademik (RKA).
 Program pengawasan tahunan pengawas disusun oleh kelompok pengawas di
kabupaten/kota melalui diskusi terprogram. Kegiatan penyusunan program tahunan
ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
 Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis operasional kegiatan yang
dilakukan oleh setiap pengawas pada setiap sekolah tempat guru binaannya berada.
Program tersebut disusun sebagai penjabaran atas program pengawasan tahunan di
tingkat kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan program semester oleh setiap pengawas
ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
 Rencana Kepengawasan Bimbingan dan Konseling (RKBK) merupakan penjabaran
dari program semester yang lebih rinci dan sistematis sesuai dengan aspek/masalah
prioritas yang harus segera dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKBK ini
diperkirakan berlangsung 1 (satu) minggu.
 Program tahunan, program semester, dan RKBK sekurang-kurangnya memuat
aspek/masalah, tujuan, indikator keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik
supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan instrumen
pengawasan.
b)      Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan dan Penilaian
 Kegiatan supervisi bimbingan dan konseling meliputi pembinaan dan pemantauan
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan dimana terjadi
interaksi langsung antara pengawas dengan guru binaanya,
 Melaksanakan penilaian adalah menilai kinerja guru dalam merencanakan,
melaksanakan dan menilai proses pembimbingan.
 Kegiatan ini dilakukan di sekolah binaan, sesuai dengan uraian kegiatan dan jadwal
yang tercantum dalam RKBK yang telah disusun.
c)       Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pengawasan
 Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per sekolah dari seluruh
sekolah binaan. Laporan ini lebih ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap
butir kegiatan pengawasan sekolah yang telah dilaksanakan pada setiap sekolah
binaan,
 Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk mengkomunikasikan
hasil kegiatan atau keterlaksanaan program yang telah direncanakan,
 Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan dilakukan oleh setiap pengawas
sekolah dengan segera setelah melaksanakan pembinaan, pemantauan atau penilaian.
d)      Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK.
 Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK dilaksanakan paling
sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester secara berkelompok di Musyawarah Guru
Pembimbing (MGP).
 Kegiatan dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah jam yang diperlukan
untuk setiap kegiatan sesuai dengan tema atau jenis keterampilan dan kompetensi
yang akan ditingkatkan.
 Dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru caracara baru yang lebih sesuai dalam
melaksanakan suatu proses pembimbingan. Kegiatan pembimbingan dan pelatihan
profesionalitas guru BK ini dapat dilakukan melalui workshop, seminar, observasi,
individual dan group conference,

E. Pemenuhan Kewajiban Jam Tata Muka


Pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran dan pengawas bimbingan dan
konseling yang belum dapat memenuhi ketentuan karena kurangnya jumlah satuan
pendidikan atau guru yang dibina, dapat memenuhi kekurangannya dengan ketentuan sebagai
berikut.
1.       Mendapatkan tugas tambahan menjadi pengawas satuan pendidikan pada jenjang yang
berbeda, misalkan pengawas TK merangkap menjadi pengawas SMP,
2.       Mendapatkan tugas tambahan bukan kepengawasan dari kepala dinas pendidikan. Jenis
tugas tambahan tersebut merupakan sebagian tugas rutin pada dinas pendidikan,
3.       Khusus bagi pengawas satuan pendidikan yang berkedudukan di Provinsi dapat
melaksanakan kewajiban 24 (dua puluh empat) tatap muka di sekolah binaan yang ditetapkan
oleh Dinas Pendidikan Provinsi untuk satu kabupaten/kota atau lebih.
Pemenuhan jumlah tatap muka pengawas dikoordinasikan oleh Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
45
PENGAWAS SEKOLAH
A.
DASAR HUKUM
1.Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;

2.UndangUndang Nomor 5Tahun 2014tentang Aparatur Sipil Negara;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994tentang Jabatan


Fungsional Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 40Tahun 2010;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan


Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang


Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63
Tahun 2009;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian


Pegawai Negeri Sipil Yang Mencapai Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat
Fungsional; Peraturan Presiden Nomor 108 Tahun 2007 tentang
Tunjangan Tenaga Kependidikan;

7. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan


Fungsional Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2014;

8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara


dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan
Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya;

9. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional


dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1/III/PB/2011 dan
Nomor 6 Tahun 2011 tentang PetunjukTeknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya;
B.
PENGERTIAN

-1.Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah adalah jabatan fungsional


yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang
untuk melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial
pada satuan pendidikan;

2.Pengawas sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,


tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik manajerial
pada satuan pendidikan.

3.Satuan pendidikan adalah taman kanak-kanak/raudhatul athfal,


sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah, sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah, sekolah menengah atas/madrasah
aliyah, sekolah menengah kejuruan madrasah aliyah
kejuruan, pendidikan luar biasa atau bentuk lain yang sederajat.

4.Kegiatan pengawasan adalah kegiatan pengawas sekolah dalam


menyusun program pengawasan, melaksanakan program pengawasan,
evaluasi hasil pelaksanaan program, dan melaksanakan pembimbingan
dan pelatihan profesional Guru.

C. JENJANG JABATAN, GOLONGAN, ANGKA KREDIT, TUNJANGAN


JABATAN, DAN BATAS USIA PENSIUN

D. PENGANGKATAN PERTAMA
1.
Pejabat yang berwenang
men
gangkat
a.
Presiden untuk pengangkatan
Pengawas
S
ekolah
Utama
;
b.
Sekretaris
Jenderal a
.n.
Menteri Kelautan dan Perikanan untuk pengangkatan
Pengawas
S
ekolah
Madya
;
dan
c.
Kepala Biro Kepegawaian a
.n.
Menteri Kelautan dan Perikanan untuk
pengangkatan
Pengawas
S
ekolah
Muda
;
d.
Kepala
Bagian Jabatan Fungsioonal
Biro Kepegawaian a.n. Menteri Kelautan dan
Perikanan untuk pengangkatan
Pengawas Sekolah
Pertama
.
2.
P
ersyaratan
PNS yang diangkat pertama kali dalam jabatan
Pengawas sekolah
harus memenuhi
syarat
-
syarat sebagai berikut:
a.
Masih berstatus sebagai Guru dan memiliki sertifikat pendidik dengan
pengalaman
mengajar paling sedikit 8 (delapan) tahun
atau Guru yang diberi tugas ta
m
bahan
sebagai Kepala Sekolah/Madrasah paling sedikit 4
(empat) tahun sesuai dengan
satuan pendidikannya
masing
-
masing;
b.
Berijazah paling rendah Sarjana (S1)IDiploma IV bidang Pendidikan;
c.
Memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan bidang
pengawasan;
d.
Memiliki pangkat paling rendah Penata, golongan ruang III/c;
e.
Usia paling tinggi 55 (li
m
a puluh lima)
tahun;
f.
Lulus seleksi calon Pengawas Sekolah;
g.
Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional calon Pengawas
Sekolah dan
memperoleh STTPP; dan
h.
Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan
Pekerjaan (DP3)
/SKP
paling rendah bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir
.
E.
PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, DA
N PEMBERHENTIAN
1.
Pembebasan Sementara
Pengawas sekolah
dibebaskan sementara dari jabatannya apabila:
a.
Dalam jangka watu 5 (lima) tahun
sejak diangkat
dalam pangkat terakhir tidak
dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan
pangkat
setingkat lebih tinggi;
b.
Pengawas sekolah
Utama pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e
apabila
setiap tahun
sejak menduduki jabatan
Pengawas
S
ekolah
tidak dapat
mengumpulkan angka kredit
paling kurang 25 (dua puluh lima)
dari
kegiatan
tugas pokok
;
NO
.
JENJANG JABATAN
GOL
ANGKA
KREDIT
TUNJANGAN
Rp
.
BUP
(THN)
1
.
Pengawas S
ekolah
Muda
III/c
200
485
.000,00
60
III/d
300
2
.
Pengawas S
ekolah Madya
IV/a
400
560.000,00
IV/b
550
IV/c
700
3
.
Pengawas S
ekolah Utama
IV/d
850
IV/e
1050
47
c.
Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berupa
penurunan
pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun atau pemindahan
dalam
rangk
a penurunan jabatan setingkat lebih rendah
;
d.
Diberhentikan sementara sebagai PNS;
e.
Ditugaskan secara penuh di
luar jabatan
Pengawas sekolah
;
f.
Menjalani c
uti di
luar tanggungan negara
; atau
g.
Melaksanakan t
ugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan
.
2.
Pengangkatan
Kembali
a.
Pengawas Sekolah yang telah selesai menjalani pembebasan
sementara apabila
telah mengumpulkan angka kredit yang ditentukan,
telah selesai m
enjalani c
uti
di
luar tanggungan negara
, atau telah selesai melaksanakan t
ugas belajar lebih
dari 6 (enam)
bulan
diangkat kembali dalam Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah
;
b.
Pengawas Sekolah yang dibebaskan sementara
karena
d
ijatuhi hukuman disiplin
tingkat sedang atau tingkat berat berupa penurunan pangkat setingkat
lebih
rendah selama 3 (tiga) tahun atau pemin
dahan dalam rangka penurunan jabatan
setingkat lebih rendah
,
dapat diangkat kembali dalam jabatan fungsional
Pengawas Sekolah paling kurang 1 (satu) tahun setelah pembebasan
sementara
;
c.
Pengawas Sekolah yang dibebaskan sementara dapat diangkat kembali
dalam
J
abatan
F
ungsional Pengawas Sekolah apabila berdasarkan keputusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
dinyatakan tidak
bersalah atau dijatuhi pidana percobaan
d.
Pengawas Sekolah yang dibebaskan sementara
karena d
itugaskan secara penuh
di
luar jabatan Pengawas sekolah
, dapat diangkat kembali dalam jabatan
fungsional Pengawas Sekolah apabila berusia paling tinggi 55 (lima
puluh lima)
tahun
;
e.
Pengangkatan kembali dalam jabatan
Pengawas sekolah
dengan menggunakan
angka kredit terakhir yang d
imiliki dan
dapat
di
tambah angka kredit
dari tugas
pokok Pengawas Sekolah yang diperoleh selama pembebasan
sementara
.
3.
Pemberhentian
Pengawas Sekolah diberhentikan jabatannya apabila :
a.
Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari
jabatannya
karena tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk
kenaikan
pangkat setingkat lebih tinggi;
b.
Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari
jabatannya
karena tidak dapat mengumpulkan angka kredit
yang ditentukan
;
atau
c.
Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berupa
penurunan
pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun atau pemindahan
dalam
rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah
TUGAS POKOK DAN FUNGSI PENGAWAS SEKOLAH

A.    Pendahuluan
Pendidikan merupakan unsur yang sangat berperan dalam kemajuan suatu bangsa. Nasib
bangsa Indonesia di masa mendatang bisa dilihat dan diukur dari kualitas lembaga pendidikannya,
baik formal, nonformal maupun informal. Ketertinggalan pendidikan di Indonesia jika dibandingkan
dengan negara-negara lain salah satu penyebabnya adalah kemunduran kualitas lembaga pendidikan
sehingga hanya sedikit melahirkan generasi penerus yang mampu memenangkan persaingan global.

Sesuai dengan pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,
ditegaskan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan adalah
sebagai penuntun, pembimbing, dan petunjuk arah bagi para pendidik, kepala sekolah maupun
pengawas sekolah agar bekerja sama mewujudkan tujuan pendidikan tersebut.

Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan
dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (1981:19) menegaskan
bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada
stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok
dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Burhanuddin (1990:284)
memperjelas hakikat pengawasan pendidikan pada hakikat substansinya. Substansi hakikat
pengawasan yang dimaksud menunjuk pada segenap upaya bantuan supervisor kepada stakeholder
pendidikan terutama guru yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek
pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau pengamatan
yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan perencanan program
pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan
kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat
sasaran. Jadi bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi
belajar mengajar.

Dengan menyadari pentingnya upaya peningkatan mutu dan efektifitas sekolah dapat (dan


memang tepat) dilakukan melalui pengawasan. Atas dasar itu maka kegiatan pengawasan harus
difokuskan pada perilaku dan perkembangan siswa sebagai bagian penting dari: kurikulum/mata
pelajaran, organisasi sekolah, kualitas belajar mengajar, penilaian/evaluasi, sistem pencatatan,
kebutuhan khusus, administrasi dan manajemen, bimbingan dan konseling, peran dan tanggung
jawab orang tua dan masyarakat  (Law dan Glover 2000).  Ofsted (2005) menyatakan bahwa fokus
pengawasan sekolah meliputi: (1) standard dan prestasi yang diraih siswa, (2) kualitas layanan siswa
di sekolah (efektifitas belajar mengajar, kualitas program kegiatan sekolah dalam memenuhi
kebutuhan dan minat siswa, kualitas bimbingan siswa), serta (3) kepemimpinan  dan manajemen
sekolah.

B.     Karakteristik Yang Harus Dimiliki Pengawas

Pengawas sekolah adalah guru pegawai negeri sipil yang diangkat dalam jabatan pengawas
sekolah (PP 74 tahun 2008). Pengawas adalah kegiatan pengawas sekolah dalam menyusun program
pengawasan, melaksanakan program pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan program, dan
melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru.

Pengawas satuan pendidikan adalah tenaga kependidikan profesional berstatus PNS yang
diangkat dan diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang
untuk  melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial melalui kegiatan
pemantauan, penilaian, pembinaan, pelaporan dan tindak lanjut .(Nana Sujana,2006)  Hal ini
dilakukan pengawas disekolah yang merupakan binaannya.

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


ditandaskan  pada Pasal 55 ayat 1, Pengawasan satuan Pendidikan memiliki peran dan tugas untuk
Pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan yang harus dilakukan
secara teratur dan kesinambungan.  Lebih lanjut  pada Pasal  57 ditegaskan, bahwa tugas supervisi
meliputi: Supervisi akademik dan manajerial terhadap keterlaksanaan dan ketercapaian tujuan
pendidikan disekolah.

Menurut Subarna (2009), jabatan fungsional pengawas sekolah merupakan profesi


tersendiri yang tidak diartikan sebagai kelanjutan profesi guru. Untuk menjadi pengawas sekolah,
seseorang harus menjadi guru atau kepala sekolah, setidaknya pernah menjadi guru. Dengan
demikian, pengawas sekolah dapat memahami apa yang dilakukan dan seharusnya dilakukan oleh
guru dan kepala sekolah.

Pengawas sekolah bertugas melakukan pengawasan terhadap dua hal penting dalam
pendidikan di sekolah, yaitu proses pendidikan dan pengelolaan sekolah. Proses pendidikan terkait
erat dengan kegiatan pengembangan potensi kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Sementara
pengelolaan sekolah berkaitan dengan pengaturan dalam memanfaatkan sumber daya sekolah
secara efektif dan efisien.

Dalam buku kerja pengawas sekolah (2011) disebutkan bahwa pengawas sekolah yang
profesional harus memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik yang harus dimiliki pengawas
sekolah yaitu :

1.      Menampilkan kemampuan pengawas dalam bentuk kinerja.


2.      Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

3.      Melaksanakan tugas kepengawasan secara efektif dan efisien.

4.      Memberikan layanan prima untuk semua pemangku kepentingan.

5.      Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan.

6.      Mengembangkan metode dan strategi kerja kepengawasan terus menerus.

7.      Memiliki kapasitas untuk bekerja secara mandiri.

8.      Memiliki tanggung jawab profesi.

9.      Mematuhi kode etik profesi pengawas.

10.  Memiliki komitmen dan menjadi anggota organisasi profesi kepengawasan sekolah.

Lebih lanjut dalam buku kerja pengawas (2011) menjelaskan bahwa seorang pengawas
profesional dalam menjalankan tugas pengawasan harus memiliki :

1.      Kecermatan melihat kondisi sekolah.

2.      Ketajaman analisis dan sintesis.

3.      Ketepatan dan kreatifitas dalam memberikan treatment yang diperlukan, serta

4.      Kemampuan berkomunikasi yang baik dengan setiap individu di sekolah.

C.    Bidang Kepengawasan

Dalam rangka peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan, peran pengawas sekolah
bukan hanya memantau implementasi standar pendidikan saja, melainkan juga memperbaiki dan
mencegah penyimpangan dari tujuan pendidikan. Peran pengawas sekolah dalam meningkatkan dn
menjamin mutu pendidikan maka pengawas sekolah dibagi dengan beberapa bidang pengawasan,
yaitu :

1.      Pengawas Taman Kanak-kanak; adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas, tanggungjawab,
wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan pada pendidikan usia dini
formal baik negeri maupun swasta dalam teknis penyelenggaraan dan pengembangan program
pembelajaran di taman kanak-kanak.

2.      Pengawas Sekolah Dasar; adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas, tanggungjawab,
wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan pada sejumlah sekolah
baik negeri maupun swasta baik pengelolaan sekolah maupun seluruh mata pelajaran Sekolah Dasar
kecuali mata pelajaran pendidikan agama dan pendidikan jasmani dan kesehatan.
3.      Pengawas mata pelajaran/rumpun mata pelajaran; adalah pengawas sekolah yang mempunyai
tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan
mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran tertentu pada sejumlah sekolah baik negeri maupun
swasta.

4.      Pengawas pendidikan luar biasa; adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas, tanggungjawab,
wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan pada sejumlah sekolah
baik negeri maupun swasta pada sekolah luar biasadi lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional
untuk seluruh mata pelajaran.

5.      Pengawas bimbingan dan konseling; adalah pengawas sekolah mempunyai tugs, tanggungjawab,
wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan pada sejumlah sekolah
negeri maupun swasta pada kegiatan bimbingan dan konseling.

Untuk dapat menjadi pengawas yang profesional sesuai dengan bidang kepengawasan,
maka pengawas harus memenuhi kualifikasi yang telah ditentukan. Permendiknas No. 12 Tahun
2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah menetapkan kualifikasi dan kompetensi yang
harus dimiliki pengawas sekolah. Kualifikasi pengawas sekolah sesuai dengan bidang kepengawasan
yang diatur dalam Permendiknas tersebut adalah sebagai berikut :

1.      Pengawas TK/RA dan SD/MI

a.       Berpendidikan minimum sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan dari perguruan tinggi
terakreditasi.

b.      Guru TK/RA bersertifikat pendidik sebagai guru TK/RA dengan pengalaman kerja minimum delapan
tahun di TK/RA atau kepala sekolah TK/RA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk
menjadi pengawas TK/RA. Sementara pada SD/MI, guru SD/MI bersertifikat pendidik sebagai guru
SD/MI dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun di SD/MI atau kepala sekolah SD/MI
dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SD/MI.

c.       Memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/C.

d.      Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas di satuan pendidikan.

e.       Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji
kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan
pemerintah.

f.       Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.

2.      Pengawas SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK

a.       Memiliki pendidikan minimum magister (S2) kependidikan dengan berbasis sarjana (S1) dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan pada perguruan tinggi terakreditasi.
b.      Guru SMP/MTs bersertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs dengan pengalaman kerja minimum
delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMP/MTs atau kepala sekolah
SMP/MTs dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas pengawas
SMP/MTs sesuai dengan rumpun mata pelajarannya.

Pada SMA/MA, guru SMA/MA bersertifikat pendidik sebagai guru dengan pengalaman kerja
minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMA/MA atau kepala
sekolah SMA/MA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMA/MA
sesuai dengan rumpun mata pelajarannya.

Sementara pada SMK/MAK, guru SMK/MAK bersertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK dengan
pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMK/MAK
atau kepala sekolah SMK/MAK dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi
pengawas SMK/MAK sesuai dengan rumpun mata pelajarannya.

c.       Memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/C.

d.      Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan.

e.       Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas,
pada lembaga yang ditetapkan pemerintah.

f.       Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.

Dengan terpenuhinya kualifikasi pengawas sesuai dengan bidang kepengawasannya,


diharapkan pengawas dapat menjalankan profesinya secara profesional yang bermuara pada
tercapainya tujuan pendidikan nasional.

D.    Kode Etik Pengawas

Pengawas sekolah dalam menjalankan fungsinya harus selalu berpedoman pada kode etik
pengawas sekolah. Menurut buku kerja pengawas, kode etik yang perlu dijalankan oleh pengawas
sekolah antara lain :

1.      Dalam melaksanakan tugas, senantiasa berlandaskan iman dan taqwa, serta mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi.

2.      Merasa bangga mengemban tugas sebagai pengawas sekolah.

3.      Memiliki pengabdian yang tinggi dalam menekuni tugas sebagai pengawas sekolah.

4.      Bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab dalam tugasnya sebagai pengawas sekolah.

5.      Menjaga citra dan nama baik selaku pembina dalam melaksanakan tugas sebagai pengawas sekolah.

6.      Memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pengawas sekolah.
7.      Mampu menampilkan keberadaannya sebagai aparat dan tokoh yang diteladani.

8.      Siap dan terampil untuk menanggapi dan membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
aparat binaannya.

9.      Memiliki rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi, baik terhadap aparat binaan maupun terhadap
sesama pengawas sekolah.

Dengan menjalankan kode etik pengawas maka peran pengawas sebagai supervisor
pendidikan dapat berjalan dengan baik tanpa ada rasa sentimen timbul dari guru atau kepala
sekolah yang diawasi.

E.     Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas

Jenjang jabatan pengawas sekolah menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur


Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah
dan Angka Kreditnya pasal 13, disebutkan bahwa jenjang pengawas sekolah dibagi menjadi tiga,
mulai dari jenjang yang terendah sampai dengan jenjang yang tertinggi yaitu pengawas muda
(golongan III/C-IIID), pengawas madya (golongan IV/A-IVC), dan pengawas utama (golongan IV/D-
IVE).

Masih berpijak pada Permen PAN dan RB no. 21 Tahun 2010 pasal 5, tugas pokok
pengawas sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan
pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan
pelaksanaan delapan Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan
profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan dan pelaksanaan tugas
kepengawasan di daerah khusus. Rincian tugas pokok di atas sesuai dengan jabatan pengawas
sekolah adalah sebagai berikut :

1.      Pengawas Sekolah Muda;

a.       Menyusun program pengawasan.

b.      Melaksanakan pembinaan guru.

c.       Memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar penilaian.

d.      Melaksanakan penilaian kinerja guru.

e.       Melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah binaan.

f.       Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru di KKG/MGMP/MGP dan


sejenisnya.

g.      Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru.


h.      Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru.

2.      Pengawas Sekolah Madya;

a.       Menyusun program pengawasan.

b.      Melaksanakan pembinaan guru dan/atau kepala sekolah.

c.       Memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan
dan standar penilaian pendidikan.

d.      Melaksanakan penilaian kinerja guru dan/atau kepala sekolah.

e.       Melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah binaan.

f.       Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah di
KKG/MGMP/MGP dan/atau KKS/MKKS dan sejenisnya.

g.      Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah.

h.      Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah,
rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah dan sistem informasi dan
manajemen.

i.        Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah.

j.        Membimbing pengawas sekolah muda dalam melaksanakan tugas pokok.

3.      Pengawas Sekolah Utama;

a.       Menyusun program pengawasan.

b.      Melaksanakan pembinaan guru dan kepala sekolah.

c.       Memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan
dan standar penilaian pendidikan.

d.      Melaksanakan penilaian kinerja guru dan kepala sekolah.

e.       Melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah binaan.

f.       Mengevaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan tingkat kabupaten/kota atau provinsi.

g.      Menyusun program pembinaan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah di
KKG/MGMP/MGP dan/atau KKS/MKKS dan sejenisnya.

h.      Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah.


i.        Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah,
rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi dan
manajemen.

j.        Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah.

k.      Membimbing pengawas sekolah muda dan pengawas sekolah madya dalam melaksanakan tugas
pokok.

l.        Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah dalam pelaksanaan
penelitian tindakan.

Pada intinya, tugas pokok pengawas sekolah, antara lain (1) menyusun program
pengawasan sekolah; (2) memantau pelaksanaan delapan standar; (3) menilai administrasi,
akademis, dan fungsional; (4) melakukan pengawasan di daerah khusus. Daerah khusus adalah
daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil,
daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial atau
daerah yang berada dalam keadaan darurat lain. Tugas pokok tersebut diarahkan untuk mengawasi
kinerja guru dalam pembelajaran dan kinerja kepala sekolah dalam mengelola pendidikan.

Berdasarkan cakupan tugas pengawas tersebut, tugas-tugas pengawas dapat dijabarkan


dalam tabel berikut :

Tabel Tugas Pengawas Sekolah

Pengawasan Akademik Pengawasan Manajerial


Rincian Tugas (Teknis Pendidikan/ (Administrasi dan Manajemen
Pebelajaran) Sekolah)

       Pelaksanaan kurikulum mata        Pelaksanaan kurikulum sekolah


pelajaran.
       Penyelenggaraan administrasi
       Proses pembelajaran/ sekolah
praktikum/studi lapangan
       Kinerja kepala sekolah dan staf
Inspecting/
       Kegiatan ekstrakulikuler sekolah
Pengawasan
       Penggunaan media,alat bantu,        Kemajuan pelaksanaan
dan sumber belajar. pendidikan di sekolah

       Kemajuan belajar siswa        Kerjasama sekolah dengan


masyarakat
       Lingkungan belajar

Advising/        Menasihati guru dalam        Kepala sekolah di dalam


pembelajaran/bimbingan yang mengelola pendidikan
efektif
       Kepala sekolah dalam
       Guru dalam meningkatkan melaksanakan inovasi pendidikan
kompetensi profesional
       Kepala sekolah dalam
       Guru dalam melaksanakan peningkatan kemampuan
penilaian proses dan hasil profesional kepala sekolah
Menasehati
belajar
       Menasihati staf sekolah dalam
       Guru dalam melaksanakan melaksanakan tugas administrasi
penelitian tindakan kelas sekolah

       Guru dalam meningkatkan        Kepala sekolah dan staf dalam


kompetensi pribadi, sosial dan kesejahteraan sekolah
paedagogik

       Ketahanan pembelajaran        Penyelenggaraan kurikulum

       Pelaksanaan ujian mata        Administrasi sekolah


pelajaran
       Manajeman sekolah
Monitoring/        Standar mutu hasil belajar
       Kemajuan sekolah
Memantau siswa
       Pengembangan SDM sekolah
       Pengembangan profesi guru
       Penyelenggaraan ujian sekolah
       Pengadaan dan pemanfaatan
sumber-sumber belajar        Penyelenggaraan penerimaan
siswa baru

       Pelaksanaan inovasi        Mengkoordinasi peningkatan


pembelajaran mutu SDM sekolah

Coordinating/        Pengadaan sumber-sumber        Penyelenggaraan inovasi di


belajar sekolah
Mengkoordinasi
       Kegiatan peningkatan        Mengkoordinasi akreditasi
kemampuan profesi guru sekolah

       Mengkoordinasi kegiatan sumber


daya pendidikan

Reporting        Kinerja guru dalam        Kinerja kepala sekolah


melaksanakan pembelajaran
       Kinerja staf sekolah
       Kemajuan belajar siswa        Standar mutu pendidikan

       Pelaksanaan tugas        Inovasi pendidikan


kepengawasan akademik

Sumber : Sudrajat dalam http://akhmadsudrajat...-pendidikan/. dalam barnawi (2014)

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 57 tentang Standar Nasional
Pendidikan, supervisi dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas sekolah.
Penyusunan program supervisi difokuskan pada pembinaan kepala sekolah dan guru, pemantauan
delapan standar nasional pendidikan, dan penilaian kinerja kepala sekolah dan guru. Untuk
menjalankan tugas pokoknya, pengawas sekolah melaksanakan fungsi supervisi, yaitu supervisi
manajerial dan supervisi akademik.

Supervisi Akademik

Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pembinaan dan
pengembangan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan
bimbingan di sekolah. Hal tersebut dapat dilalaksanakan melalui kegiatan tatap muka atau non tatap
muka, melalui kegiatan sebagai berikut :

1.      Pembinaan;

a.       Tujuan :

1)      Meningkatkan pemahaman kompetensi guru terutama kompetensi pedagogik dan kompetensi


profesionalisme (Tupoksi guru, Kompetensi guru, pemahaman kurikulum)

2)      Meningkatkan kemampuan guru dalam pengimplementasian Standar isi, standar proses, standar
kompetensi kelulusan dan standar penilaian (pola pembelajaran KTSP, pengembangan silabus dan
RPP, pengembangan penilaian, pengembangan bahan ajar dan penulisan butir soal)

3)      Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun Penelitian Tindakan Kela (PTK)

b.      Ruang Lingkup :

1)      Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru menyusun administrasi


perencanaan pembelajaran/program bimbingan

2)      Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru dalam proses pelaksanaan


pembelajaran/bimbingan

3)      Melakukan pendampingan membimbing guru dalam meningkatkan kemampuan melaksanakan


penilaian hasil belajar peserta didik
4)      Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru menggunakan media dan sumber
belajar

5)      Memberikan masukan kepada guru dalam memanfaatkan llingkungan dan sumber belajar

6)      Memberikan rekomendasi kepada guru mengenai tugas membimbing dan melatih peserta didik

7)      Memberi bimbingan kepada guru dalam menggunakan tehnologi informasi dan komunikasi untuk
pembelajaran

8)      Memberi bimbingan kepada guru dalam pemanfaatan hasil penilaian untuk perbaikan mutu
pendidikan dan pembelajaran/pembimbingan

9)      Memberikan bimbingan kepada guru untuk melakukan refleksi hasil-hasil yang dicapainya

c.       Pemantauan

Pelaksanaan standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, dan standar penilaian

d.      Penilaian (Kinerja Guru) :

1)      Merencanakan pembelajaran

2)      Melaksanakan pembelajaran

3)      Menilai hasil pembelajaran

4)      Membimbing dan melatih peserta didik

5)      Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan
beban kerja guru

Supervisi Manajerial

Supervisi manajerial atau pengawasan manajerial merupakan fungsi supervisi yang


berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi
dan efektifitas sekolah yang mencangkup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian,
pengembangan kompetensi sumber daya tenaga pendidik, dan kependidikan (Sudjana dkk, 2011:21).
Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf sekolah lainnya dalam
mengelola administrasi pendidikan, seperti :

1.      Administrasi kurikulum

2.      Administrasi keuangan

3.      Administrasi sarana prasarana/perlengkapan


4.      Administrasi personal atau ketenagaan

5.      Administrasi kesiswaan

6.      Administrasi hubungan sekolah dan masyarakat

7.      Administrasi budaya dan lingkungan sekolah

8.      Aspek-aspek administrasi lainnya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Sudjana dkk (2011:22) mengemukakan bahwa kegiatan pengawas sekolah dalam supervisi
manajerial sebagai berikut :

1.      Pembinaan;

a.       Tujuan

Tujuan pembinaan kepala sekolah yaitu peningkatan pemahaman dan pengimplementasian


kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari untuk
mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP)

b.      Ruang Lingkup

1)      Pengelolaan sekolah yang meliputi penyusunan program sekolah berdasarkan SNP, baik rencana
kerja tahunan maupun rencana kerja 4 tahunan, pelaksanaan program, pengawasan dan evaluasi
internal, kepemimpinan sekolah dan sistem informasi manajeman

2)      Membantu kepala sekolah melakukan evaluasi diri sekolah (EDS) dan merefleksikan hasil-hasilnya
dalam upaya penjaminanmutu pendidikan.

3)      Mengembangkan perpustakaan dan laboratorium serta sumber-sumber belajar lainnya.

4)      Kemampuan kepala sekolah dalam membimbing pengembangan program bimbingan konseling

5)      Melakukan pendampingan terhadap kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi sekolah
(supervisi manajerial) yang meliputi :

a)      Memberikan masukan dalam pengelolaan dan administrasi kepala sekolah berdasarkan manajemen
peningkatan mutu pendidikan di sekolah

b)      Melakukan pendampingan dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah

c)      Memberikan bimbingan kepada kepala sekolah untuk melakukan refleksi hasil-hasil yang dicapainya

2.      Pemantauan
Pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk
membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah

3.      Penilaian

Penilaian kinerja kepala sekolah tentang pengelolaan sekolah sesuai dengan standar nasional
pendidikan

Hasil penilaia pengawas sekolah tidak dibiarkan begitu saja, tetapi perlu dipelajari secara
seksama untuk merancang tindak lanjut yang tepat. Menurut Sudjana dkk. (2011:23), untuk
meningkatkan profesionalisme kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya maka ditindaklanjuti
dengan kegiatan bimbingan dan pelatihan kepala sekolah dengan tahapan sebagai berikut :

1.      Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah di KKKS/MKKS dan
sejenisnya

2.      Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah.

3.      Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah,
rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi dan
manajemen.

4.      Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah

5.      Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah dalam pelaksanaan


penelitian tindakan kelas/sekolah

  Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas sekolah berperan sebagai


fasilisator, asesor, informan, dan evaluator. Sebagai fasilisator, pengawas sekolah menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk mendukung proses perencanaan, koordinasi, dan pengembangan
tata kelola sekolah. Sebagai asesor, pengawas sekolah melakukan identifikasi dan analisis terhadap
aspek kekuatan dan kelemahan sekolah. Sebagai informan, pengawas sekolah memberikan berbagai
informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan kualitas sekolah. Sementara sebagai evaluator,
pengawas sekolah memberikan penilaian terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi kualitas
manajerial sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2008. Metode dan Tehnik Supervisi. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK

Kemendikbud. 2012. Pedoman Penilaian Kinerja Pengawas Sekolah Muda/Madya/Utama. Jakarta : PSDMPK dan


PMP, Kemendiknas.

Kemendiknas. 2010. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru. Jakarta : Ditjen PMPTK, Kemendiknas

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010
tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya

Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah

Subarna, Babang. 2009. Strategi Pengawas Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui
Pemberdayaan Gugus. “dalamhttp://babangsubarna.blogspot.com

Sudjana dkk, Nana. 2011. Buku Kerja Pengawas Sekolah. Jakarta : Kemendikna


Kualifikasi Pengawas
Satuan Pendidikan
Posted on 29 Januari 2008 by AKHMAD SUDRAJAT — 17 Komentar

Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan bagi pengawas dan calon pengawas satuan
pendidikan terdiri atas kualifikasi umum dan khusus.

(1) Umum (berlaku untuk semua pengawas satuan pendidikan):


 Memiliki pangkat minimal Penata golongan ruang III/c
 Berusia maksimal 50 tahun sejak diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan.
 Pernah menyandang predikat guru atau kepala sekolah berprestasi
 Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan
 Menempuh pendidikan profesi pengawas
(2) Khusus
a. Pengawas TK/RA/BA, SD/MI:
 berlatar belakang pendidikan minimal S1 diutamakan S2 kependidikan dengan keahlian pendidikan
ke-TK/SD-an.
 guru TK/SD bersertifikat dengan pengalaman kerja minimal 8 (delapan) tahun atau Kepala Sekolah
TK/SD berpengalaman kerja minimal 4 (empat) tahun.
b.Pengawas Pendidikan Khusus (PLB):
 berpendidikan minimal S1 kependidikan diutamakan S2 kependidikan dalam rumpun mata pelajaran
pendidikan khusus.
 Guru PLB bersertifikat dengan pengalaman kerja minimal 8 (delapan) tahun atau Kepala Sekolah PLB
berpengalaman kerja minimal 4 (empat) tahun.
c.Pengawas SMP/MTs:
 berpendidikan minimal S2 kependidikan dengan berbasis S1 kependidikan atau S1 non-kependidikan
plus Akta dalam rumpun mata pelajaran MIPA, IPS, Bahasa, Olahraga-Kesehatan dan rumpun Seni
Budaya sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
 guru SMP/MTs bersertifikat dengan pengalaman kerja minimal 8 (delapan) tahun atau Kepala Sekolah
SMP/MTs berpengalaman kerja minimal 4 (empat) tahun.
d.Pengawas SMA/MA:
 berpendidikan minimal S2 kependidikan dengan berbasis S1 kependidikan atau S1 non-kependidikan
plus Akta dalam rumpun mata pelajaran MIPA, IPS, Bahasa, Olahraga-Kesehatan dan rumpun Seni
Budaya sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
 guru SMA/MA bersertifikat dengan pengalaman kerja minimal 8 (delapan) tahun atau Kepala Sekolah
SMA/MA berpengalaman kerja minimal 4 (empat) tahun.
e.Pengawas SMK/MAK:
 berpendidikan minimal S2 kependidikan dengan berbasis S1 kependidikan atau S1 non-kependidikan
plus Akta dalam rumpun pertanian dan kehutanan, teknologi dan industri, bisnis dan manajemen,
kesejahteraan masyarakat, Pariwisata dan rumpun seni dan kerajinan sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.
 guru SMK/MAK bersertifikat dengan pengalaman kerja minimal 8 (delapan) tahun atau Kepala
Sekolah SMK/MAK berpengalaman kerja minimal 4 (empat) tahun.

Kualifikasi akademik yang dijelaskan di atas dijadikan dasar dalam melaksanakan rekrutmen
dan seleksi calon pengawas. Artinya dalam pengangkatan pengawas satuan pendidikan
rekrutmen atau penjaringan calon pengawas harus memenuhi kualifikasi tersebut di atas
untuk selanjutnya mengikuti seleksi atau penyaringan secara khusus.

Seleksi melalui tes yang terdiri atas tes tertulis, tes performance dan forto folio. Tes tertulis
meliputi (1) tes potensi akademik dan kecerdasan emosional (2) tes penguasaan
kepengawasan dan (3) tes kreativitas dan motivasi berprestasi. Tes performance dilaksanakan
melalui presentasi makalah kepengawasan dilanjutkan dengan wawancara. Sedangkan forto
folio dilaksanakan melalui penilaian terhadap karya-karya tulis ilmiah yang dihasilkan calon
pengawas serta bukti fisik keterlibatan dalam kegiatan ilmiah seperti seminar, workshop,
pelatihan dll.

Anda mungkin juga menyukai