DALAM MENINGKATKAN
MUTU PENDIDIKAN
Oleh Zulkarnaini*)
1. Pengantar
Eksistensi pengawas sekolah dinaungi oleh sejumlah dasar hukum. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 adalah
landasan hukum yang terbaru yang menegaskan keberadaan pejabat fungsional itu. Selain itu,
Keputusan Menteri Pendayagunaan aparatur Negara Nomor 118 Tahun 1996 (disempurnakan
dengan keputusan nomor 091/2001) dan Keputuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 020/U/1998 (disempurnakan dengan keputusan nomor 097/U/2001) merupakan
menetapan pengawas sebagai pejabat fungsional yang permanen sampai saat ini. Jika ditilik
sejumlah peraturan dan perundang-undangan yang ada, yang terkait dengan pendidikan,
ternyata secara hukum pengawas sekolah tidak diragukan lagi keberadaannya. Dengan
demikian, tidak ada alasan apapun dan oleh siapapun yang memarjinalkan dan mengecilkan
eksistensi pengawas sekolah.
Menurut undang-undang dan peraturan yang berlaku, keberadaan pengawas sekolah jelas dan
tegas. Dengan demikian bukan berarti pengawas sekolah terbebas dari berbagai masalah.
Ternyata institusi pengawas sekolah semakin bermasalah setelah terjadinya desentralisasi
penangan pendidikan. Institusi ini sering dijadiakn sebagai tempat pembuangan, tempat
parkir, dan tempat menimbun sejumlah aparatur yang tidak terpakai lagi (kasarnya: pejabat
rongsokan). Selain itu, pengawas sekolah belum difungsikan secara optimal oleh manajemen
pendidikan di kabupaten dan kota. Hal yang paling mengenaskan adalah tidak tercantumnya
anggaran untuk pengawas sekolah dalam anggaran belanja daerah (kabupaten/kota).
Sekurang-kurangnya fenomena itu masih terlihat sampai sekarang.
Penodaan terhadap institusi pengawas sekolah dan belum difungsikannya para pengawas
sekolah secara optimal bak lingkaran yang tidak berujung berpangkal. Lingkaran itu susah
dicari awalnya dan sulit ditemukan akhirnya. Tidak ada ujung dan tidak ada pangkal. Akan
tetapi, jika dimasuki lebih dalam, inti permasalahannya dapat ditemukan. Institusi pengawas
sekolah adalah institusi yang sah. Keabsahannya itu diatur oleh ketentuan yang berlaku.
Seyogyanya, aturan-aturan itu tidak boleh dilanggar oleh manajemen atau birokrasi yang
mengurus pengawas sekolah. Aturan itu ternyata sangat lengkap. Mulai dari aturan merekrut
calon pengawas, sampai kepada memberdayakan dan menfugsikan pengawas sekolah untuk
operasional pendidikan, ternyata sudah ada aturannya. Pelecehan atau pelanggaran terhadap
aturan-aturan yang ada itulah yang merupakan titik pangkal permasalahan pengawas sekolah
sebagai institusi di dalam sistem pendidikan.
Secara tegas dikatakat dalam Keputusan Menpan No. 118/1996 sebagai berikut,
”Pengawas sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, dan
wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan
pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis
pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan prasekolah, dasar, dan menengah.”
Inti tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah adalah menilai dan membina. Subjek yang
dinilai adalah teknis pendidikan dan administrasi pendidikan. Penilaian menurut PP 19/2005,
bab I, pasal 1, ayat (17) adalah seperti betikut ini, ”Penilaian adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.” Sedangkan
Kepmenpan No. 118/1996, bab I, pasal 1, ayat (8) menyatakan, ”Penilaian adalah penentuan
derajat kualitas berdasarkan kriteria (tolok ukur) yang ditetapkan terhadap penyelenggaraan
pendidikan di sekolah.”
Terkait dengan tugas menilai, seorang pengawas sekolah melakukan pengumpulan informasi
tentang subjek dan objek kerjanya (teknik pendidikan dan administrasi). Informasi itu
kemudian diolah sedemikian rupa. Hasil olahan informasi itu digunakan untuk mengukur
atau menentukan derajat kualitas subjek. Hasil penilaian tersebut akan menginformasikan
kepada pengawas sekolah bahwa teknik pendidikan di satuan pendidikan tertentu telah
memenuhi tolok ukur (standar) yang ditetapkan atau sebaliknya. Begitu pula halnya dengan
teknik administrasi.
(9) Pembinaan adalah memberi arahan, bimbingan, contoh, dan saran dalam pelaksanaan
pendidikan sekolah.
(10) Memberikan arahan adalah upaya Pengawas Sekolah agar guru dan tenaga lain di
sekolah yang diawasi dalam melaksanakan tugasnya lebih terarah dan mencapai tujuan yang
telah dirumuskan.
(11) Memberikan bimbingan adalah upaya Pengawas Sekolah agara guru dan tenaga lain di
sekolah yang diawasi mengetahui secara lebih rinci kegiatan yang harus dilaksanakan dan
cara melaksanakannya
(12) Memberikan contoh adalah upaya Pengawas Sekolah yang dilaksanakan dengan cara
yang bersangkutan bertindak sebagai guru yang melaksanakan proses belajar
mengajar/bimbingan untuk materi tertentu di depan kelas/ruangan bimbingan dan kenseling
dengan tujuan agar guru yang diawasi dapat mempraktikkan model mengajar/membimbing
yang baik.
(13) Memberikan saran adalah upaya pengawas sekolah agar sesuatu proses pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah lebih baik dari pada hasil yang dicapai sebelumnya atau berupa saran
kepada pimpinan untuk menindaklanjuti pembinaan yang tidak dapat dilaksanakan sendiri.
Berdasarkan hal di atas, ada sejumlah komepetensi yang harus dimiliki oleh seorang
pengawas sekolah. Secara garis besar ada dua kompetensi yang harus dimliki, yakni
kompetensi menilai dan kompetensi membina. Wawasan pengeawas sekolah dalam bidang
penilaian sangatlah dibutuhkan. Mulai dari memahami konsep penilaian, jenis penilaian,
indikator penilaian, instrumen penilaian, mengolah hasil penlaian, sampai kepada
memanfaatkan hasil penilaian untuk pembinaan, merupakan hal wajib yang harus dikuasai
pengawas sekolah. Selain itu, melaksanakan penilaian dengan kiat yang tepat juga merupakan
bagian dari komeptensi yang tidak boleh dilupakan. Sehubungan dengan ini, ada empat
kelompok tugas pengawas sekolah yaitu: (1) merencanakan penilaian yang dilengkapi dengan
instrumennya; (2) melaksanakan penilaian sesuai dengan kaidah-kaidah penilaian; (3)
mengolah hasil penilaian dengan teknik-teknik pengolahan yang ilmiah; dan (4)
memanfaatkan hasil penilaian untuk berbagai keperluan.
Kompetensi dalam membina juga demikian halnya. Pengawas sekolah haruslah memahami
konsep pembinaan, jenis-jenis pembinaan, strategi pembinaan, komunikasi dalam membina,
hubungan antarpersonal dalam membina, dan sebagainya. Sekaitan dengan pembinaan,
pengawas sekolah juga harus piawai merencanakan pembinaan, melaksanakan pembinaan,
menilai hasil pembinaan, dan menindaklanjuti hasil pembinaan. Dengan kompetensi-
kompetensi itu tentu keberadaan pengawas di satuan pendidikan benar-benar diharapkan dan
dirindukan.
Berdasarkan hal itu tugas pokok pengawas sekolah dapat dirumuskan selaras dengan ayat 1,
pasal 2, Kepmenpan Nomor 118/1996 sebagai beirkut, ”Pengawas Sekolah mempunyai tugas
pokok menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu
baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggungjawabnya.”
Operasiaonal kerja pengawas sekolah pada satuan pendidikan adalah supervisi yang
berwujud penilain dan pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah terhadap satuan
pendidikan (sekolah). Objek pembinaan dan penilaiannya adalah teknis pendidikan dan teknis
administrasi. Proses yang dilakukan meliputi empat langkah penting, yakni perencanaan,
pelaksanaan, penilaian, dan penindaklanjutan. Pengorganisasian dilakukan dalam program
kerja yang meliputi program kerja tahunan dan program kerja semesteran. Semua kegiatan
dilakukan secara berkesinambungan dari tahun ke tahun dan dari satu semester ke semester
berikutnya.
Pada akhir tahun pelajaran, pengawas sekolah melakukan refleksi terhadap kegiatan supervisi
yang dilakukannya sepanjang tahun itu. Hasil refleksi itu akan memberikan informasi tentang
pelaksanaan supervisi yang tuntas dan yang tidak tuntas sesuai dengan rencana. Hal yang
tuntas sesuai dengan rencana tidak perlu dilanjutkan pada tahun berikut. Hal yang belum
tuntas menurut ukuran rencana, perlu dilanjutkan pada tahun berikut. Dengan demikian,
perencanaan supervisi tahun berikut memiliki landasan empiris yang jelas, yakni pengalaman
atau data supervisi tahun yang lalu.
Selain merefleksi hasil supervisi tahun lalu, pengawas sekolah juga membahas, mengkaji, dan
menganalisis kebijakan-kebijakan mutakhir yang diterbitkan birokrasi pendidikan. Kebijakan
itu dibahas secara rinci, terutama yang terkait langsung dengan tujuan supervisi dan bidang
tugas pengawas sekolah. Kebijakan bisa berasal dari pemerintah dan bisa juga dari
pemerintah daerah. Atau mungkin dinas pendidikan setempat juga mengeluarkan kebijakan
bidang pendidikan. Dengan menganalisis dan memanfaatkan kebijakan bidang pendidikan,
berarti perencanaan supervisi yang disusun pengawas sekolah memilki dasar yuridis yang
jelas pula.
Hal lain yang diperhatikan adalah perkembangan ilmu dan pengetahuan. Perkembangan ilmu
dan pengetahuan bisa terkait dengan substansi disiplin ilmu, bisa juga terkait dengan
pendekatan, metode, dan teknik supervisi. Perkembangan ilmu dan pengetahuan tersebut
hendaklah menjadi perhatian pengawas sekolah dalam menyusun perencanaan supervisi.
Kemudian, perkembangan ilmu dan pengetahuan yang relevan dapat dijadikan landasan
penyusunan perencanaa tahun itu. Dengan demikian, perencanaan supervisi yang disusun
pengawas sekolah memiliki landasan teoretis yang jelas.
Perencanaan supervisi, kemudian disebut program kerja pengawas sekolah terdiri dari
program tahunan dan program semester. Program tahunan dibuat oleh sekelompok pengawas
sekolah yang diberi tugas oleh koordinator pengawas sekolah. Program semesteran dibuat
oleh masing-masing pengawas sekolah untuk ruang lingkup kerja satuan pendidikan yang
dibinanya. Program semesteran ini disusun berdasarkan program rahunan. Jadi, program
tahunan berlaku untuk suatu kota atau kabupaten dan menjadi pedoman untuk menyusun
program semesteran. Program semesteran adalah program masisng-masing pengawas sekolah
untuk sekolah yang menjadi tanggungjawabnya.
Berdasarkan uraian di atas, perencanaan atau program supervisi satuan pendidikan (sekolah)
memiliki tiga landasan penting. Ketiga landasan penting itu adalah landasan empiris,
landasan yuridis, dan landan teoretis. Dengan ketiga landasan tersebut, perencanaan atau
program supervisi diharapkan bedayaguna dan berhasil guna, efektif dan efisien.
Aplikasi perencanaan meliputi dua bidang utama yakni teknik pendidikan dan teknik
administrasi. Teknik pendidikan berhubungan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik dan peserta didik dengan segala aspeknya. Pembelajaran itu sendiri sekurang-
kurangnya meliputi lima bidang pokok yakni penyusunan program, penyajian program,
penilaian hasil dan proses, menganalisis hasil belajar, dan menyusun serta melaksanakan
perbaikan dan pengayaan. Sekaitan dengan itu, pertama-tama yang harus dinilai oleh
pengawas sekolah adalah program yang disusun oleh pendidik. Apakah program itu telah
memenuhi standar atau belum? Kalau belum, di mana belumnya? Apa faktor penyebabnya?
Dan mungkin sejumlah pertanyaan lain dapat dimunculkan. Barangkali, pertanyaan utama
yang diajukan untuk penyusunan program oleh pendidik adalah, ”Berapa persenkah jumlah
pendidik di bawah pengawasan saya yang telah menyusun program pembelajaran dengan
benar (menurut standar yang ditetapkan)?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, tentu pengawas sekolah telah memiliki standar kelayakan
suatu program pembelajaran. Jika standar itu belum ditetapkan, seyogyanya itulah langkah
awal yang harus dilakukan oleh pengawas sekolah besama-sama pada satu kabupaten/kota
bersama pengawas sejenis. Standar kelayakan itu menjadi penting, karena itulah yang
menjadi panduan atau dasar bagi pengawas sekolah untuk menilai dan membina pendidikan
dalam menyusun program pembelajaran. Tanpa mengenal standar kelayakan suatu program,
pengawas sekolah akan cendrung semena-mena dalam menilai dan membina. Tentu saja hasil
penilaian dan pembinaan tidak akan optimal dan tidak akan bermanfaat untuk peningkatan
mutu.
Hal yang sama juga berlaku untuk penyajian program, penilaian hasil belajar, analisis hasil
belajar, dan perbaikan serta pengayaan. Standar-standar masing-masing kegiatan itu jika
belum terumuskan secara spesifik, tentu itulah yang pertama-tama dikerjakan oleh kelompok
pengawas mata pelajaran, rumpun mata pelajaran, bimbingan dan koenseling, serta pengawas
sekolah dasar dan teman kanak-kanak. Sudahkah standar kelayakan itu ada? Inilah yang
harus dijawab pertama-tama oleh para pengawas sekolah.
Kalau sasaran supervisi adalah teknik administrasi, pengawas sekolah juga menetapkan
standar kelayakannya. Misalnya pengelolaan satuan pendidikan sebagai bagian dari teknik
administrasi, pengawas sekolah juga dapat mepedoman PP 19/ 2005 yang berhubungan
dengan standar pengelolaan. Dari standar-standar yang ada itu pula dapat disusun indikator
pengelolaan yang kemudian akan melahirkan instrumen penilaian tentang pengelolaan satuan
pendidikan. Hal yang sama juga berlaku untuk bidang lain yang terkait dengan standar
nasional pendidikan.
Bila kedua bidang (teknik pendidikan dan adminsitrasi) telah dinilai, tentu diperoleh sejumlah
data tentang itu. Data atau informasi tersebut akan berbicara kepada pengawas sekolah
setelah melalui pengolahan yang benar. Informasi tersebutlah yang kemudian dijadikan
landasan untuk melakukan pembinaan. Katakanlah misalnya, jumlah pendidik di bawah
binaan seorang pengawas sekolah hanya 50 persen yang dapat membuat program
pembelajaran berdasarkan standar kelayakan. Padahal, target seorang pengawas sekolah
dalam program semesternya adalah 80 persen pendidik yang dibinanya mampu menyusun
program pembelajaran berdasarkan standar kelayakan. Oleh karena itu, ada 30 persen lagi
dari jumlah guru yang ada yang harus dibina. Bentuk, metode, dan teknik pembinaan
terhadpa 30 persen pendidik itu dituangkan ke dalam perencananaan atau program
pembinaan. Dengan demikian, pada akhir tahun pembelajaran akan dapat dilakukan refleksi
terhadap pembinaan yang dilakukan. Begitu seterusnya untuk bidang-bidang yang lain.
PP 19/2005, pasal 19, ayat (3) menyatakan, ”Setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.” Pada pasal 23 ditegaskan, ”Pengawasan proses
pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (3) meliputi pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.”
Pengawas sekolah berkewajiban menyusun laporan atas kegiatan supervisinya. Laporan
tersebut selain digunakan untuk menyusun perencanaan supervisi tahun berikutnya, juga
digunakan sebagai pertanggungjawaban atas tugas-tugas yang dipikulkan kepadanya. Pasal
58 ayat (5) PP 19/2005 menyatakan, ”Untuk pendidikan dasar, menengah, dan nonformal
laporan oleh pengawas atau penilik satuan pendidikan ditujukan kepada Bupati/ Walikota
melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan
dan satuan pendidikan bersankutan.”
Mutu pendidikan dalam konteks makalah ini adalah mutu proses pembelajaran dan hasil
belajar. Mutu proses mengacu kepada standar proses seperti yang tertuang di dalam PP
Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. PP 19/2005, bab 1, pasal 1, ayat 6
menyatakan, ”Standar proses adalah standar naisonal pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan.” Standar kompetensi lulusan ditegaskan pada ayat 4 seperti berikut, ”Standar
kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.”
Pada pasal 19 ayat (1) peraturan pemerintah ini dinyatakan, ”Peroses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi perserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kretivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis perserta didik.” Pada ayat (2) ditambahkan, ”Selain ketentuan
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan
keteladanan.” Pada ayat (3) ditambahkan lagi, ”Setiap satuan pendidikan melakukan
perenscanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian proses
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.”
Jadi, mutu pendidikan dalam konteks makalah ini adalah mutu proses yang mengacu kepada
standar proses dan mutu hasil yang mengacu kepada standar komepetnsi lulusan. Mutu proses
memiliki hubungan kausal dengan mutu hasil. Jika proses pembelajaran bermutu, tentulah
standar komptensi lulusan dapat dicapai dengan bermutu pula.
Pencapaian kedua mutu yang dimaksud, sudah jelas membutuhkan keberadaan pengawas
sekolah. Hal itu terkait dengan tugas pokoknya yakni menilai dan membina teknik
pendidikan dan treknik administrasi. Penilaian mengacu kepada pengumpulan, pengolahan,
dan penafsiran data dari subjek yang dinilai (proses pembelajaran), sedangkan pembinaan
mengacu kepada hasil penilaian. Dengan demikian, keberadaan pengawas sekolah untuk
meningkatkan mutu sangatlah penting.
5. Simpulan
(1) tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah adalah melaksanakan penilaian dan
pembinaan;
(2) penilaian dan pembinaan dilakukan terhadap bidang teknik pembelajaran dan teknik
administrasi;
(4) implementasi dari supervisi satuan pendidikan (sekolah) adalah melakukan penilaian
dan pembinaan;
(5) mutu pendidikan dalam konteks makalah ini adalah mutu proses dan mutu hasil yang
mengacu kepada standar nasional pendidikan (PP 19/2005);
1. Jenis Pengawas
Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah,
menyatakan bahwa jenis pengawas terdiri dari 1). Pengawas Taman Kanak-Kanak/Raudatul
Athfal (TK/RA) dan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), 2). Pengawas Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Pengawas Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) dalam Rumpun Mata Pelajaran yang Relevan (MIPA dan
TIK, IPS, Bahasa, Olahraga Kesehatan, atau Seni Budaya), 3). Pengawas Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) dalam Rumpun Mata Pelajaran yang
Relevan (MIPA dan TIK, IPS, Bahasa, Olahraga Kesehatan, Seni Budaya, Teknik dan
Industri, Pertanian dan Kehutanan, Bisnis dan Manajemen, Pariwisata, Kesejahteraan
Masyarakat, atau Seni dan Kerajinan). Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang
Guru Pasal 54 ayat (8) menyatakan bahwa pengawas terdiri dari pengawas satuan
pendidikan, pengawas mata pelajaran, atau pengawas kelompok mata pelajaran.
Kondisi jenis pengawas saat ini ada yang sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
74 tentang Guru Pasal 54 ayat (8) dan (9) dan ada yang sesuai dengan Permendiknas Nomor
12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
Dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak berlakunya Permendiknas Nomor 39
Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan, jenis
pengawas
disesuaikan dengan kondisi saat ini. Selanjutnya harus mengikuti ketentuan sebagaimana
disebut dalam Peraturan Pemerintah 74 tahun 2008 tentang Guru.
1. Jam Kerja
Lingkup kerja pengawas untuk melaksanakan tugas yang ekuivalen dengan paling sedikit 24
(dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 74 tentang Guru Pasal 54 ayat (8) merupakan bagian dari jam kerja sebagai pegawai
yang secara keseluruhan paling sedikit 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja dalam 1
(satu) minggu.
1.
1. Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas satuan pendidikan terhadap 24 (dua
puluh empat) jam tatap muka menggunakan pendekatan jumlah sekolah yang
dibina.
2. Jumlah sekolah yang harus dibina untuk tiap pengawas sekolah adalah sebagai
berikut.
a) Pengawas Taman Kanak-Kanak melakukan pengawasan dan membina paling sedikit
10 sekolah dan paling banyak 15 sekolah,
b) Pengawas Sekolah Dasar melakukan pengawasan dan membina paling sedikit 10
sekolah dan paling banyak 15 sekolah,
c) Pengawas Sekolah Menengah Pertama melakukan pengawasan dan membina paling
sedikit 7 sekolah dan paling banyak 15 sekolah,
d) Pengawas Sekolah Menengah Atas melakukan pengawasan dan membina paling sedikit
5 sekolah dan paling banyak 10 sekolah,
e) Pengawas Sekolah Menengah Kejuruan melakukan pengawasan dan membina paling
sedikit 5 sekolah dan paling banyak 10 sekolah,
f) Pengawas Sekolah Luar Biasa melakukan pengawasan dan membina paling sedikit 5
sekolah dan paling banyak 10 sekolah,
g) Pengawas melakukan pengawasan paling sedikit 5 (lima) sekolah/madrasah binaan
untuk daerah khusus.
1.
1. Lingkup kerja pengawas satuan pendidikan untuk ekuivalensi 24 (dua puluh
empat) jam tatap muka adalah sebagai berikut.
a) Penyusunan Program Pengawasan satuan Pendidikan
Setiap pengawas satuan pendidikan baik secara berkelompok maupun secara
perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan. Program pengawasan
terdiri atas (1) program pengawasan tahunan, (2) program pengawasan semester, dan
(3) rencana kepengawasan manajerial (RKM).
Program pengawasan tahunan pengawas satuan pendidikan disusun oleh kelompok
pengawas satuan pendidikan di kabupaten/kota melalui diskusi terprogram. Kegiatan
penyusunan program tahunan ini diperkirakan berlangsung selama 1(satu) minggu.
Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis operasional kegiatan yang
dilakukan oleh setiap pengawas sekolah pada setiap sekolah binaannya. Program
tersebut disusun sebagai penjabaran atas program pengawasan tahunan di tingkat
kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan program semester oleh setiap pengawas satuan
pendidikan ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
Rencana Kepengawasan Manajerial (RKM) merupakan penjabaran dari program
semester yang lebih rinci dan sistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang
harus segera dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKM ini diperkirakan
berlangsung 1 (satu) minggu.
Program tahunan, program semester, dan RKM sekurang-kurangnya memuat
aspek/masalah, tujuan, indikator keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik
supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan insrumen
pengawasan.
b) Melaksanakan Pembinaan
Kegiatan supervisi kegiatan manajerial meliputi pembinaan dan pemantauan
pelaksanaan manajemen sekolah merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi
langsung antara pengawas satuan pendidikan dengan kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lainnya. Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah binaan.
Pelaksanaan pembinaan dengan menggunakan format dan instrumen yang ditentukan
oleh dinas pendidikan di kabupaten/kota bersangkutan.
c) Melaksanakan Pemantauan Pelaksanaan SNP
Kegiatan supervisi pemantauan meliputi pemantauan dan pembinaan pelaksanaan
SNP merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara pengawas satuan
pendidikan dengan kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya. Kegiatan ini
dilaksanakan di sekolah binaan.
Pelaksanaan pembinaan dengan menggunakan format dan instrumen yang ditentukan
oleh dinas pendidikan di kabupaten/kota bersangkutan.
d) Melaksanakan Penilaian Kinerja
Kegiatan peniaian kinerja kepala sekolah merupakan kegiatan untuk mengukur
keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas manajerial maupun akademik.
Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah binaan.
Pelaksanaan penilaian menggunakan format dan instrumen yang ditentukan oleh dinas
pendidikan di kabupaten/kota bersangkutan.
e) Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan
Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per sekolah dari seluruh
sekolah binaan.
Laporan ini lebih ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan pengawasan
sekolah yang telah dilaksanakan pada setiap sekolah binaan.
Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk mengkomunikasikan
hasil kegiatan atau keterlaksanaan program yang telah direncanakan.
f) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lainnya.
Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lainnya dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester
secara berkelompok yang diselenggarakan oleh MKKS atau KKKS.
Kegiatan dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah jam yang diperlukan
untuk setiap kegiatan sesuai dengan tema atau jenis keterampilan atau kompetensi
yang akan ditingkatkan.
Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas dapat dilakukan melalui
workshop, seminar, observasi, individual dan group conference, bimbingan teknis
serta kunjungan sekolah melalui supervisi manajerial.
D. PENGANGKATAN PERTAMA
1.
Pejabat yang berwenang
men
gangkat
a.
Presiden untuk pengangkatan
Pengawas
S
ekolah
Utama
;
b.
Sekretaris
Jenderal a
.n.
Menteri Kelautan dan Perikanan untuk pengangkatan
Pengawas
S
ekolah
Madya
;
dan
c.
Kepala Biro Kepegawaian a
.n.
Menteri Kelautan dan Perikanan untuk
pengangkatan
Pengawas
S
ekolah
Muda
;
d.
Kepala
Bagian Jabatan Fungsioonal
Biro Kepegawaian a.n. Menteri Kelautan dan
Perikanan untuk pengangkatan
Pengawas Sekolah
Pertama
.
2.
P
ersyaratan
PNS yang diangkat pertama kali dalam jabatan
Pengawas sekolah
harus memenuhi
syarat
-
syarat sebagai berikut:
a.
Masih berstatus sebagai Guru dan memiliki sertifikat pendidik dengan
pengalaman
mengajar paling sedikit 8 (delapan) tahun
atau Guru yang diberi tugas ta
m
bahan
sebagai Kepala Sekolah/Madrasah paling sedikit 4
(empat) tahun sesuai dengan
satuan pendidikannya
masing
-
masing;
b.
Berijazah paling rendah Sarjana (S1)IDiploma IV bidang Pendidikan;
c.
Memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan bidang
pengawasan;
d.
Memiliki pangkat paling rendah Penata, golongan ruang III/c;
e.
Usia paling tinggi 55 (li
m
a puluh lima)
tahun;
f.
Lulus seleksi calon Pengawas Sekolah;
g.
Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional calon Pengawas
Sekolah dan
memperoleh STTPP; dan
h.
Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan
Pekerjaan (DP3)
/SKP
paling rendah bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir
.
E.
PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, DA
N PEMBERHENTIAN
1.
Pembebasan Sementara
Pengawas sekolah
dibebaskan sementara dari jabatannya apabila:
a.
Dalam jangka watu 5 (lima) tahun
sejak diangkat
dalam pangkat terakhir tidak
dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan
pangkat
setingkat lebih tinggi;
b.
Pengawas sekolah
Utama pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e
apabila
setiap tahun
sejak menduduki jabatan
Pengawas
S
ekolah
tidak dapat
mengumpulkan angka kredit
paling kurang 25 (dua puluh lima)
dari
kegiatan
tugas pokok
;
NO
.
JENJANG JABATAN
GOL
ANGKA
KREDIT
TUNJANGAN
Rp
.
BUP
(THN)
1
.
Pengawas S
ekolah
Muda
III/c
200
485
.000,00
60
III/d
300
2
.
Pengawas S
ekolah Madya
IV/a
400
560.000,00
IV/b
550
IV/c
700
3
.
Pengawas S
ekolah Utama
IV/d
850
IV/e
1050
47
c.
Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berupa
penurunan
pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun atau pemindahan
dalam
rangk
a penurunan jabatan setingkat lebih rendah
;
d.
Diberhentikan sementara sebagai PNS;
e.
Ditugaskan secara penuh di
luar jabatan
Pengawas sekolah
;
f.
Menjalani c
uti di
luar tanggungan negara
; atau
g.
Melaksanakan t
ugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan
.
2.
Pengangkatan
Kembali
a.
Pengawas Sekolah yang telah selesai menjalani pembebasan
sementara apabila
telah mengumpulkan angka kredit yang ditentukan,
telah selesai m
enjalani c
uti
di
luar tanggungan negara
, atau telah selesai melaksanakan t
ugas belajar lebih
dari 6 (enam)
bulan
diangkat kembali dalam Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah
;
b.
Pengawas Sekolah yang dibebaskan sementara
karena
d
ijatuhi hukuman disiplin
tingkat sedang atau tingkat berat berupa penurunan pangkat setingkat
lebih
rendah selama 3 (tiga) tahun atau pemin
dahan dalam rangka penurunan jabatan
setingkat lebih rendah
,
dapat diangkat kembali dalam jabatan fungsional
Pengawas Sekolah paling kurang 1 (satu) tahun setelah pembebasan
sementara
;
c.
Pengawas Sekolah yang dibebaskan sementara dapat diangkat kembali
dalam
J
abatan
F
ungsional Pengawas Sekolah apabila berdasarkan keputusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
dinyatakan tidak
bersalah atau dijatuhi pidana percobaan
d.
Pengawas Sekolah yang dibebaskan sementara
karena d
itugaskan secara penuh
di
luar jabatan Pengawas sekolah
, dapat diangkat kembali dalam jabatan
fungsional Pengawas Sekolah apabila berusia paling tinggi 55 (lima
puluh lima)
tahun
;
e.
Pengangkatan kembali dalam jabatan
Pengawas sekolah
dengan menggunakan
angka kredit terakhir yang d
imiliki dan
dapat
di
tambah angka kredit
dari tugas
pokok Pengawas Sekolah yang diperoleh selama pembebasan
sementara
.
3.
Pemberhentian
Pengawas Sekolah diberhentikan jabatannya apabila :
a.
Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari
jabatannya
karena tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk
kenaikan
pangkat setingkat lebih tinggi;
b.
Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari
jabatannya
karena tidak dapat mengumpulkan angka kredit
yang ditentukan
;
atau
c.
Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berupa
penurunan
pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun atau pemindahan
dalam
rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah
TUGAS POKOK DAN FUNGSI PENGAWAS SEKOLAH
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan unsur yang sangat berperan dalam kemajuan suatu bangsa. Nasib
bangsa Indonesia di masa mendatang bisa dilihat dan diukur dari kualitas lembaga pendidikannya,
baik formal, nonformal maupun informal. Ketertinggalan pendidikan di Indonesia jika dibandingkan
dengan negara-negara lain salah satu penyebabnya adalah kemunduran kualitas lembaga pendidikan
sehingga hanya sedikit melahirkan generasi penerus yang mampu memenangkan persaingan global.
Sesuai dengan pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,
ditegaskan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan adalah
sebagai penuntun, pembimbing, dan petunjuk arah bagi para pendidik, kepala sekolah maupun
pengawas sekolah agar bekerja sama mewujudkan tujuan pendidikan tersebut.
Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan
dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (1981:19) menegaskan
bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada
stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok
dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Burhanuddin (1990:284)
memperjelas hakikat pengawasan pendidikan pada hakikat substansinya. Substansi hakikat
pengawasan yang dimaksud menunjuk pada segenap upaya bantuan supervisor kepada stakeholder
pendidikan terutama guru yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek
pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau pengamatan
yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan perencanan program
pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan
kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat
sasaran. Jadi bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi
belajar mengajar.
Pengawas sekolah adalah guru pegawai negeri sipil yang diangkat dalam jabatan pengawas
sekolah (PP 74 tahun 2008). Pengawas adalah kegiatan pengawas sekolah dalam menyusun program
pengawasan, melaksanakan program pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan program, dan
melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru.
Pengawas satuan pendidikan adalah tenaga kependidikan profesional berstatus PNS yang
diangkat dan diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang
untuk melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial melalui kegiatan
pemantauan, penilaian, pembinaan, pelaporan dan tindak lanjut .(Nana Sujana,2006) Hal ini
dilakukan pengawas disekolah yang merupakan binaannya.
Pengawas sekolah bertugas melakukan pengawasan terhadap dua hal penting dalam
pendidikan di sekolah, yaitu proses pendidikan dan pengelolaan sekolah. Proses pendidikan terkait
erat dengan kegiatan pengembangan potensi kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Sementara
pengelolaan sekolah berkaitan dengan pengaturan dalam memanfaatkan sumber daya sekolah
secara efektif dan efisien.
Dalam buku kerja pengawas sekolah (2011) disebutkan bahwa pengawas sekolah yang
profesional harus memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik yang harus dimiliki pengawas
sekolah yaitu :
Lebih lanjut dalam buku kerja pengawas (2011) menjelaskan bahwa seorang pengawas
profesional dalam menjalankan tugas pengawasan harus memiliki :
C. Bidang Kepengawasan
Dalam rangka peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan, peran pengawas sekolah
bukan hanya memantau implementasi standar pendidikan saja, melainkan juga memperbaiki dan
mencegah penyimpangan dari tujuan pendidikan. Peran pengawas sekolah dalam meningkatkan dn
menjamin mutu pendidikan maka pengawas sekolah dibagi dengan beberapa bidang pengawasan,
yaitu :
1. Pengawas Taman Kanak-kanak; adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas, tanggungjawab,
wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan pada pendidikan usia dini
formal baik negeri maupun swasta dalam teknis penyelenggaraan dan pengembangan program
pembelajaran di taman kanak-kanak.
2. Pengawas Sekolah Dasar; adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas, tanggungjawab,
wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan pada sejumlah sekolah
baik negeri maupun swasta baik pengelolaan sekolah maupun seluruh mata pelajaran Sekolah Dasar
kecuali mata pelajaran pendidikan agama dan pendidikan jasmani dan kesehatan.
3. Pengawas mata pelajaran/rumpun mata pelajaran; adalah pengawas sekolah yang mempunyai
tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan
mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran tertentu pada sejumlah sekolah baik negeri maupun
swasta.
4. Pengawas pendidikan luar biasa; adalah pengawas sekolah yang mempunyai tugas, tanggungjawab,
wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan pada sejumlah sekolah
baik negeri maupun swasta pada sekolah luar biasadi lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional
untuk seluruh mata pelajaran.
5. Pengawas bimbingan dan konseling; adalah pengawas sekolah mempunyai tugs, tanggungjawab,
wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan pada sejumlah sekolah
negeri maupun swasta pada kegiatan bimbingan dan konseling.
Untuk dapat menjadi pengawas yang profesional sesuai dengan bidang kepengawasan,
maka pengawas harus memenuhi kualifikasi yang telah ditentukan. Permendiknas No. 12 Tahun
2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah menetapkan kualifikasi dan kompetensi yang
harus dimiliki pengawas sekolah. Kualifikasi pengawas sekolah sesuai dengan bidang kepengawasan
yang diatur dalam Permendiknas tersebut adalah sebagai berikut :
a. Berpendidikan minimum sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan dari perguruan tinggi
terakreditasi.
b. Guru TK/RA bersertifikat pendidik sebagai guru TK/RA dengan pengalaman kerja minimum delapan
tahun di TK/RA atau kepala sekolah TK/RA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk
menjadi pengawas TK/RA. Sementara pada SD/MI, guru SD/MI bersertifikat pendidik sebagai guru
SD/MI dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun di SD/MI atau kepala sekolah SD/MI
dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SD/MI.
e. Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji
kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan
pemerintah.
a. Memiliki pendidikan minimum magister (S2) kependidikan dengan berbasis sarjana (S1) dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan pada perguruan tinggi terakreditasi.
b. Guru SMP/MTs bersertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs dengan pengalaman kerja minimum
delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMP/MTs atau kepala sekolah
SMP/MTs dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas pengawas
SMP/MTs sesuai dengan rumpun mata pelajarannya.
Pada SMA/MA, guru SMA/MA bersertifikat pendidik sebagai guru dengan pengalaman kerja
minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMA/MA atau kepala
sekolah SMA/MA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMA/MA
sesuai dengan rumpun mata pelajarannya.
Sementara pada SMK/MAK, guru SMK/MAK bersertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK dengan
pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMK/MAK
atau kepala sekolah SMK/MAK dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi
pengawas SMK/MAK sesuai dengan rumpun mata pelajarannya.
e. Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas,
pada lembaga yang ditetapkan pemerintah.
Pengawas sekolah dalam menjalankan fungsinya harus selalu berpedoman pada kode etik
pengawas sekolah. Menurut buku kerja pengawas, kode etik yang perlu dijalankan oleh pengawas
sekolah antara lain :
1. Dalam melaksanakan tugas, senantiasa berlandaskan iman dan taqwa, serta mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
3. Memiliki pengabdian yang tinggi dalam menekuni tugas sebagai pengawas sekolah.
4. Bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab dalam tugasnya sebagai pengawas sekolah.
5. Menjaga citra dan nama baik selaku pembina dalam melaksanakan tugas sebagai pengawas sekolah.
6. Memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pengawas sekolah.
7. Mampu menampilkan keberadaannya sebagai aparat dan tokoh yang diteladani.
8. Siap dan terampil untuk menanggapi dan membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
aparat binaannya.
9. Memiliki rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi, baik terhadap aparat binaan maupun terhadap
sesama pengawas sekolah.
Dengan menjalankan kode etik pengawas maka peran pengawas sebagai supervisor
pendidikan dapat berjalan dengan baik tanpa ada rasa sentimen timbul dari guru atau kepala
sekolah yang diawasi.
Masih berpijak pada Permen PAN dan RB no. 21 Tahun 2010 pasal 5, tugas pokok
pengawas sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan
pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan
pelaksanaan delapan Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan
profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan dan pelaksanaan tugas
kepengawasan di daerah khusus. Rincian tugas pokok di atas sesuai dengan jabatan pengawas
sekolah adalah sebagai berikut :
c. Memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar penilaian.
c. Memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan
dan standar penilaian pendidikan.
f. Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah di
KKG/MGMP/MGP dan/atau KKS/MKKS dan sejenisnya.
h. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah,
rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah dan sistem informasi dan
manajemen.
i. Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah.
c. Memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan
dan standar penilaian pendidikan.
g. Menyusun program pembinaan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah di
KKG/MGMP/MGP dan/atau KKS/MKKS dan sejenisnya.
j. Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah.
k. Membimbing pengawas sekolah muda dan pengawas sekolah madya dalam melaksanakan tugas
pokok.
l. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah dalam pelaksanaan
penelitian tindakan.
Pada intinya, tugas pokok pengawas sekolah, antara lain (1) menyusun program
pengawasan sekolah; (2) memantau pelaksanaan delapan standar; (3) menilai administrasi,
akademis, dan fungsional; (4) melakukan pengawasan di daerah khusus. Daerah khusus adalah
daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil,
daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial atau
daerah yang berada dalam keadaan darurat lain. Tugas pokok tersebut diarahkan untuk mengawasi
kinerja guru dalam pembelajaran dan kinerja kepala sekolah dalam mengelola pendidikan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 57 tentang Standar Nasional
Pendidikan, supervisi dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas sekolah.
Penyusunan program supervisi difokuskan pada pembinaan kepala sekolah dan guru, pemantauan
delapan standar nasional pendidikan, dan penilaian kinerja kepala sekolah dan guru. Untuk
menjalankan tugas pokoknya, pengawas sekolah melaksanakan fungsi supervisi, yaitu supervisi
manajerial dan supervisi akademik.
Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pembinaan dan
pengembangan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan
bimbingan di sekolah. Hal tersebut dapat dilalaksanakan melalui kegiatan tatap muka atau non tatap
muka, melalui kegiatan sebagai berikut :
1. Pembinaan;
a. Tujuan :
2) Meningkatkan kemampuan guru dalam pengimplementasian Standar isi, standar proses, standar
kompetensi kelulusan dan standar penilaian (pola pembelajaran KTSP, pengembangan silabus dan
RPP, pengembangan penilaian, pengembangan bahan ajar dan penulisan butir soal)
b. Ruang Lingkup :
5) Memberikan masukan kepada guru dalam memanfaatkan llingkungan dan sumber belajar
6) Memberikan rekomendasi kepada guru mengenai tugas membimbing dan melatih peserta didik
7) Memberi bimbingan kepada guru dalam menggunakan tehnologi informasi dan komunikasi untuk
pembelajaran
8) Memberi bimbingan kepada guru dalam pemanfaatan hasil penilaian untuk perbaikan mutu
pendidikan dan pembelajaran/pembimbingan
9) Memberikan bimbingan kepada guru untuk melakukan refleksi hasil-hasil yang dicapainya
c. Pemantauan
Pelaksanaan standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, dan standar penilaian
1) Merencanakan pembelajaran
2) Melaksanakan pembelajaran
5) Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan
beban kerja guru
Supervisi Manajerial
1. Administrasi kurikulum
2. Administrasi keuangan
5. Administrasi kesiswaan
Sudjana dkk (2011:22) mengemukakan bahwa kegiatan pengawas sekolah dalam supervisi
manajerial sebagai berikut :
1. Pembinaan;
a. Tujuan
b. Ruang Lingkup
1) Pengelolaan sekolah yang meliputi penyusunan program sekolah berdasarkan SNP, baik rencana
kerja tahunan maupun rencana kerja 4 tahunan, pelaksanaan program, pengawasan dan evaluasi
internal, kepemimpinan sekolah dan sistem informasi manajeman
2) Membantu kepala sekolah melakukan evaluasi diri sekolah (EDS) dan merefleksikan hasil-hasilnya
dalam upaya penjaminanmutu pendidikan.
5) Melakukan pendampingan terhadap kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi sekolah
(supervisi manajerial) yang meliputi :
a) Memberikan masukan dalam pengelolaan dan administrasi kepala sekolah berdasarkan manajemen
peningkatan mutu pendidikan di sekolah
c) Memberikan bimbingan kepada kepala sekolah untuk melakukan refleksi hasil-hasil yang dicapainya
2. Pemantauan
Pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk
membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah
3. Penilaian
Penilaian kinerja kepala sekolah tentang pengelolaan sekolah sesuai dengan standar nasional
pendidikan
Hasil penilaia pengawas sekolah tidak dibiarkan begitu saja, tetapi perlu dipelajari secara
seksama untuk merancang tindak lanjut yang tepat. Menurut Sudjana dkk. (2011:23), untuk
meningkatkan profesionalisme kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya maka ditindaklanjuti
dengan kegiatan bimbingan dan pelatihan kepala sekolah dengan tahapan sebagai berikut :
1. Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah di KKKS/MKKS dan
sejenisnya
3. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah,
rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi dan
manajemen.
Depdiknas. 2008. Metode dan Tehnik Supervisi. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010
tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya
Subarna, Babang. 2009. Strategi Pengawas Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui
Pemberdayaan Gugus. “dalamhttp://babangsubarna.blogspot.com
Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan bagi pengawas dan calon pengawas satuan
pendidikan terdiri atas kualifikasi umum dan khusus.
Kualifikasi akademik yang dijelaskan di atas dijadikan dasar dalam melaksanakan rekrutmen
dan seleksi calon pengawas. Artinya dalam pengangkatan pengawas satuan pendidikan
rekrutmen atau penjaringan calon pengawas harus memenuhi kualifikasi tersebut di atas
untuk selanjutnya mengikuti seleksi atau penyaringan secara khusus.
Seleksi melalui tes yang terdiri atas tes tertulis, tes performance dan forto folio. Tes tertulis
meliputi (1) tes potensi akademik dan kecerdasan emosional (2) tes penguasaan
kepengawasan dan (3) tes kreativitas dan motivasi berprestasi. Tes performance dilaksanakan
melalui presentasi makalah kepengawasan dilanjutkan dengan wawancara. Sedangkan forto
folio dilaksanakan melalui penilaian terhadap karya-karya tulis ilmiah yang dihasilkan calon
pengawas serta bukti fisik keterlibatan dalam kegiatan ilmiah seperti seminar, workshop,
pelatihan dll.