Abstract
Thematic exegesis of the Qur‟an has been growing in conjunction with development of thought and understanding
of the Qur‟an. Especially, Qur‟anic interpretation based on themes is demanded to give relevacy with contemporary
human problems in society. Al-Kumi and Mushthafa Muslim are two scholars, among others, who developed this
thematic method of the Qur‟an. This research attempts to explore the concept and methods of thematic exegesis of
both scholars in terms of both: similarities and differences. This study employs qualitative method with content
analysis to both texts written by both scholars. Comparative analysis also used to diferentiate between both thoughts
related to the thematic methods of Qur‟anic exegesis. This research shows that both Al-Kumi and Musthtafa Muslim
have the same trace of thought in their thematic method to the Qur‟an. The slight differences between them reside in
that Al-Kumi made restructurisation to the method while Musthtafa Muslim made developments of the method into
perfection.
Keywords:
Thematic Commentary, Al-Kumi, Mushthafa Muslim
__________________________
Abstrak
Tafsir tematik tumbuh seiring perkembangan pemikiran dan pemahaman terhadap Alquran. Terutama bagaimana
memunculkan penafsiran Alquran yang relevan menghadapi realita-realita sosial yang terus bermunculan. Al-Kumi
dan Mushthafa Muslim adalah dua di antara para ahli yang mengembangkan metode ini. Peneliti akan membedah
konsep dan metode tafsir tematik perspektif keduanya sehingga ditemukan titik persamaan dan perbedaannya.
Penelitian ini merupakan riset literatur terhadap buku metodologi tafsir tematik yang ditulis oleh kedua penafsir
tersebut.Studi komparatif dilakukan untuk mengungkap persamaan dan perbedaan antara keduanya. Peneliti
mengungkap bahwa dua tokoh tersebut memiliki jalur pemikiran yang sama. Satu di antaranya menstrukturisasi
ilmu ini dan yang lainnya mengembangkan menjadi lebih sempurna.
Keywords :
Alquran , Al-Kumi, exegesis, Mushthafa Muslim, Thematic Commentary
__________________________
130 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 3, 2 (Desember 2018): 130-142
Miftah Khilmi Hidayatulloh Konsep Dan Metode Tafsir Tematik (Studi
Komparasi Antara Al-Kumi Dan Mushthofa
Muslim)
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 3, 2 (Desember 2018): 130-142 131
Miftah Khilmi Hidayatulloh Konsep Dan Metode Tafsir Tematik (Studi
Komparasi Antara Al-Kumi Dan Mushthofa
Muslim)
pemaknaan tersebut jika digabung akan Buku ini ditulis oleh Ahmad Sayyid Al-
memunculkan definisi “cara yang sistematis Kumi dibantu oleh Muhammad Ahmad Yusuf
untuk melakukan atau menangani sesuatu”. al-Qasim. Abdul al-Sattar Fathullah Sa‟id
Pemaknaan ini sangat mirip dengan definisi menyebutkan bahwa al-Kumi adalah ahli tafsir
yang tertulis dalam Kamus Besar Bahasa pertama yang menstrukturisasi metode tafsir
Indonesia. tematik. Sesudahnya baru muncul Abdul Hayy
Metode dalam bahasa arab memiliki makna al-Farmawi dengan karyanya Al-Bidāyah fī al-
al-manhaj atau al-minhāj8 yang artinya tharīq Tafsīr al-Mawdhū’ī. Al-Kumi sendiri adalah
al-wādhih (jalan/ cara yang jelas) atau al- dosen dari kedua ahli tafsir ini, Fathullah
khuththah al-marsūmah (langkah yang Sa‟id dan al-Farmawi di Universitas Al-Azhar
diperhitungkan/ direncanakan)9. Sedangkan Mesir11.
dalam kamus Al-Ashridimaknai sebagai Al-Kumi membagi pembahasan tafsir
prosedur, pendekatan, sistem, dan cara yang tematik dalam bukunya ke dalam tujuh bab.
jelas 10. Maka dapat disimpulkan bahwa al- Tujuhbab itu adalah: (1) Macam-macam
manhaj atau metode adalah caraatau prosedur Tafsir;(2) Kebutuhan Terhadap Tafsir
yang jelas, terencana dan sistematis. Tematik; (3) Kapan Tafsir Tematik Tumbuh;
Kesimpulan pembahasan di atas dapat (4) Prosedur Penelitian Tafsir Tematik; (5)
diambil dengan melihat tiga data yang muncul. Tema-tema dalam Alquran Ditampilkan
(1) Metode adalah cara yang teratur, terencana Secara Global; (6) Gaya bahasa Al-Qur'an
dan sistematis untuk memudahkan pencapaian dalam Menampikan Tema; (7) Contoh Tema-
maksud tertentu; (2) Metode adalah cara yang tema dalam Alquran 12.
sistematis untuk melakukan atau menangani Peneliti menukik lebih dalam terhadap
sesuatu; (3) Metode adalah cara atau prosedur pelbagai kajian tafsir tematik karya al-Kumi.
yang jelas, terencana dan sistematis. Al-Jam’u Terutama yang berhubungan dengan
wa al-tawfīq dapat dilakukan terhadap tiga fenomena yang mempengaruhi al-Kumi dalam
data tersebut, sehingga diambil kesimpulan menemukan gagasan rasional terkait
bahwa metode adalah “cara atau prosedur penafsiran Alquran. Gagasan inilah yang
yang jelas, teratur, terencana dan sistematis kemudian menjadi dasar al-Kumi untuk
untuk memudahkan dalam pencapaian maksud menawarkan metode tafsir tematik Alquran.
tertentu”. Al-Kumi berpendapat bahwa urutan kata13
B. Konsep dan Metode Tafsir Tematik dan tulisan dalam Alquran memiliki hikmah
Pada bab ini peneliti akan mengurai konsep dan pelajaran karena membaca atau
dan metode tafsir tematik menjadi dua memahami Alquran masuk dalam ranah
bagianberdasarkan pemikiran dua ulama, Al- ibadah kepada Allah. Seorang muslim akan
Kumi dan Mushthofa Muslim. Penyajian data- mendapatkan pahala ketika membaca Alquran
data terkait pemikiran tafsir tematik tiap tokoh secara urut per kata dan tulisannya.14 Hal ini
dipisahkan sehingga memudahkan bagi
peneliti untuk menganalisis lebih lanjut.
1. Al-Tafsīr al-Mawdhū’ī lil Qur‘ān al- 11
Abd al-Sattār FathulLāh Sa‟īd, Al-Madkhal ilā al-
Karīm Tafsīr al-Mawdhū’ī, 2 ed. (Cairo: Dār al-Tawzī‟ wa al-
Nasyr al-Islāmiyyah, 1991), hlm. 7-8.
12
Ahmad Al-Sayyid Al- Kumi dan Muhammad
Ahmad Yusuf Qasim, Al-Tafsīr Al-Mawdhū’ī lil Qur‘ān
al-Karīm, 1 ed. (Cairo, 1982), hlm. 172.
8 13
Lembaga Bahasa Mesir menyamakan arti al- Al-Kumi menuliskan dengan kata al-tilāwah.
manhaj dan al-minhājMajamma‟ al-Lughah al- Peneliti menerjemahkan dengan “kata” bukan “bacaan”,
‟Arabiyyah, al-Mu’jam al-Wasīth, 4 ed. (Cairo: karena peneliti melihat penerjemahan itu yang paling
Maktabah al-Syurūq al-Dawliyyah, 2004), hlm. 957.. tepat jika melihat konteks tulisan al-Kumi secara
9
Majamma‟ al-Lughah al-‟Arabiyyah, hlm. 957. konprehensifKumi dan Qasim, hlm. 7..
10 14
Ali dan Muhdlor, Kamus Krapyak Al-Ashrī, hlm. Hal ini sesuai hadis yang berbunyi, “Barang siapa
1849. yang membaca satu huruf dari al-Qur„an, maka ia
132 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 3, 2 (Desember 2018): 130-142
Miftah Khilmi Hidayatulloh Konsep Dan Metode Tafsir Tematik (Studi
Komparasi Antara Al-Kumi Dan Mushthofa
Muslim)
yang menjadi alasan perlunya ilmu munasabat Pernyataan di atas juga dikuatkan oleh
untuk menggali hikmah Alquran lebih dalam. wacana Mahmud Syaltut yang dinukil oleh
Selanjutnya, ilmu tersebut diharapkan dapat Al-Kumi. Mahmud Syaltut berpendapat
menemukan cara atau metode yang tepat untuk bahwa cara pemahaman Alquran yang
memahami tiap hubungan dan ikatan antara demikian adalah cara yang ideal terutama
kata, ayat atau surat dalam Alquran 15. untuk tafsir yang memang ditujukan supaya
Selain pentingnya urutan kata per kata manusia mendapatkan petunjuk dari
dalam Alquran , terpisahnya pembahasan satu kandungan Alquran. Selain itu, tema-tema
tema dalam Alquran juga memiliki hikmah yang terdapat dalam Alquran bukan teori yang
tersendiri. Sering ditemukan satu tema tidak bisa diaplikasikan, namun tema-tema
disebutkan dalam satu surat, kemudian tema tersebut sangat relevan dengan berbagai
itu berlanjut dalam surat lain. Bahkan masalah dalam kehidupan masyarakat 18.
terkadang tema itu hanya disinggung sedikit Kesimpulan dari pemahamanal-
pada satu surat, sedangkan dalam surat lainnya Kumiterhadap Alquran adalah sebagai
sangat banyak dibahas. Al-Kumi meyakini berikut:
bahwa urutan dalam Alquran merupakan a. Urutan kata dan tulisan dalam Alquran
ketentuan Allah yang memiliki hikmah. Maka memiliki hikmah dan pelajaran
demikian pula ketika pembahasan satu tema b. Keterpisahan satu tema pembahasan di
terpisah dalam berbagai tempat dalam Alquran berbagai tempat dalam Alquran juga
, tentu ada hikmah di dalamnya16. memiliki hikmah dan pelajaran.
Secara implisit al-Kumi melihat bahwa c. Mengkaji Alquran dengan cara
mengkaji Alquran dengan caramengumpulkan mengumpulkan ayat-ayat yang memiliki
ayat-ayat yang memiliki satu tema adalah satu tema adalah sesuatu yang urgen
sesuatu yang urgen. Hal ini dilegitimasi oleh Pemahaman terhadap Alquran ini
adanya teknik pembahasan Alquran semacam kemudian memunculkan gagasan yang dikenal
ini sejak zaman dahulu. Al-Kumi dengan nama “metode tafsir tematik Alquran
menyebutkan para ulama yang diawal waktu ”. Namun demikian, al-Kumi tidak
telah mengkaji Alquran dengan teknik ini memberikan definisi terhadapnya, beliau
seperti Qatadah al-Da‟amah al-Sadusi (118 H) hanya mendefinisikan tafsir tematik secara al-
dalam al-Nāsikh wa al-Mansūkh, Abu rasmal-tām.19 Bahwa metode tafsir tematik
Ubaidah bin al-Mutsanna (209 H) dalam adalah jika seorang peneliti mengamati ayat-
Majāz al-Qur‘ān, Abu Ubaid al-Qasim bin al- ayat Alquran yang memiliki satu tema. Ayat-
Salam (224 H) dalam al-Nāsikh wa al- ayat tersebut disusun sedemikian rupa
Mansūkh, Ali bin al-Madani (224 H) dalam sehingga terstruktur dan sistematis untuk
Asbāb al-Nuzūl, al-Wahidi dalam Asbāb al- kemudian dipahami dari berbagai sudut
Nuzūl, dan lain sebagainya 17. pandang. Selanjutnya, hadis-hadis yang
memiliki tema serupa juga dihadirkan
sehingga dapat memunculkan pemahaman
yang konfrehensif. Al-Kumi meyakini bahwa
mendapatkan satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu
dilipatgandakan 10 kali lipat. Aku tidak mengatakan الم
(alif lām mīm) itu satu huruf. Akan tetapi alif itu satu
18
huruf, lām satu huruf dan mīm juga satu huruf. Kumi dan Qasim, hlm. 17-18.
19
Muhammad bin Īsā al- (279 H) Tirmidzi, al-Jāmi’ al- Definisi bi al-rasm al-tām juga dikenal dengan
Kabīr Sunan al-Tirmidzī, ed. oleh Basyār ‟Awād Ma‟rūf nama definisi dengan contoh (bi al-miṡāl). Definisi
(Beirut, Libanon: Dār al-Gharb al-Islāmī, 1998), Jilid 5, dengan contoh adalah pendefinisian suatu hal dengan
hlm. 25. ” menyebutkan misdāq-misdāqnyaAbd al-Hādī Al-
15
Kumi dan Qasim, Al-Tafsīr Al-Mawdhū’ī lil Fadhlī, Mudzakkarah al-Manthiq (Futm, Iran: Dār al-
Qur‘ān al-Karīm, hlm. 7. Kitāb al-Islāmī, 1409), hlm. 79.. Dalam konteks ini, al-
16
Kumi dan Qasim, hlm. 7-8. Kumi ketika mendefinisikan metode tafsir tematik, ia
17
Kumi dan Qasim, hlm. 20-21. hanya menyebutkan prosedur-prosedurnya.
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 3, 2 (Desember 2018): 130-142 133
Miftah Khilmi Hidayatulloh Konsep Dan Metode Tafsir Tematik (Studi
Komparasi Antara Al-Kumi Dan Mushthofa
Muslim)
pengkajian Alquran dengan cara semacam ini Raghib al-Asfahani (502 H), Ishlāh al-Wujūh
mampu menyingkap petunjuk yang wa al-Nazhā‘ir fī al-Qur‘ān al-Karīmkarangan
terkandung dalam Alquran 20. al-Dāmighānī, Mu’jam Alfāzh Alquran al-
Al-Kumi membagi tafsir tematik menjadi Karīm terbitan Lembaga Bahasa Arab, Tafshīl
dua bagian. Pertama, melacak maksud (al- Ayāt al-Qur‘ān al-Karīm karangan Jules La
ghardh)21 sebuah surat. Walaupun sebuah Beaume, al-Mustadrak karangan Edward
surat memiliki berbagai macam tema, ada satu Monte yang telah diterjemahkan dalam bahasa
maksud (al-ghardh) – baik umum maupun arab oleh Muhammad Fu„ad Abdul Baqi dan
spesifik – yang tersirat dari kandungan surat al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāzh al-Qur‘ān
itu. Misal maksud surat Al-Baqarah adalah al-Karīm karangan Muhammad Fu„ad Abdul
mengidentifikasi jalan yang lurus yang Baqi.
dimiliki oleh orang yang mau menghantarkan Mengurutkan tiap ayat berdasarkan waktu
dirinya pada jalan orang-orang yang bertakwa. turunnya. Pertama adalah ayat-ayat
Sedangkan maksud surat Ali Imron adalah makkiyyah, kedua adalah ayat-ayat
mengidentifikasi ajaran-ajaran ketuhanan yang madaniyyah. Kemudian diurutkan lebih detil
benar dan meneguhkan bahwa Allah itu satu berdasarkan turunnya pada tiap fase tersebut.
tanpa sekutu apapun 22. Hal ini diusahakan seoptimal mungkin.
Al-Kumi tidak menerangkan lebih lanjut Menghilangkan pemahaman antar ayat
tentang prosedur yang harus ditempuh untuk yang tampak kontradiktif. Hal ini dilakukan
mengaplikasikan metode ini. Beliau hanya dengan metode al-jam’u wa al-tawfīq. Pada
menyebutkan dua buku yang telah dasarnya, tidak ada kontradiktif antar ayat
mengaplikasikannya. Buku tersebut adalah Alquran. Namun terkadang pemahaman
Nuzhum al-Durar fī Tanāsub al-Āyāt wa al- tampak kontradiktif karena disebabkan oleh
Suwar karangan al-Biqā„ī (885 H) dan al- perbedaan sudut pandang atau pemahaman
Naba’ al-’Azhīm23 karangan Muhammad kebahasaan.
Abdullah Dirāz 24. Menafsirkan ayat-ayat tersebut secara
Tafsir tematik kedua adalah penelitian dzahirnya dengan menguatkan penafsiran
dengan cara mengumpulkan ayat-ayat Alquran tersebut dengan sunnah dan pendapat salaf
yang memiliki maksud yang sama. Metode shalih, mencermati asbâb al-nuzûl-nya
yang ditawarkan oleh al-Kumi adalah sebagai seandainya ada, mempertimbangkan syarh
berikut: dari para ulama dan tetap menjaga/
Mengumpulkan ayat-ayat Alquran yang memastikan bahwa syarat-syarat mufassir
memiliki tema yang sama. Hal ini dapat sudah terpenuhi.
dilakukan dengan merujuk beberapa kitab, Menarik kesimpulan tema dari ayat-ayat
seperti Mufradāt Gharīb al-Qur‘ān karangan tersebut secara konprehensif25.
2. Mabāhits fī al-Tafsīr al-Mawdhū’ī
Buku ini ditulis oleh Mushthafa Muslim,
20
Kumi dan Qasim, Al-Tafsīr Al-Mawdhū’ī lil
seorang pakar ilmu al-Qur'an dan tafsir yang
Qur‘ān al-Karīm, hlm. 13. lahir pada tahun 1940 di Syria. Beliau adalah
21
Al-Ghardh ( )الغرضmemiliki beberapa arti, yaitu: alumni S2 dan S3 Universitas Islam Al-Azhar
“tujuan, maksud, sasaran, objek, keinginan, dan hajat” Mesir. Setelah lulus, beliau mulai bekerja
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab- pada sebuah pondok pesantren di Saudi.
Indonesia, ed. oleh Zainal Abidin Munawwir dan Ali
Ma‟shum, 25 ed. (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002),
Karinya terus meningkat, sehingga kini
hlm. 1002.. Peneliti memilih “maksud”, karena melihat
konteks yang baru dibicarakan.
22
Kumi dan Qasim, Al-Tafsīr Al-Mawdhū’ī lil
Qur‘ān al-Karīm, hlm. 26.
23
Buku ini yang mempengaruhi Muhammad Al-
24
Kumi dan Qasim, Al-Tafsīr Al-Mawdhū’ī lil
25
Qur‘ān al-Karīm, hlm. 22. Kumi dan Qasim, hlm. 22-24.
134 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 3, 2 (Desember 2018): 130-142
Miftah Khilmi Hidayatulloh Konsep Dan Metode Tafsir Tematik (Studi
Komparasi Antara Al-Kumi Dan Mushthofa
Muslim)
menjadi seorang rektor di Universitas Zuharā„ Tampak pada kalangan ulama terdahulu,
Turki 26. mereka menyampaikan penafsiran-penafsiran
Mushthafa Muslim melalui bukunya yang beragam pada satu kata atau ayat.
Mabāhits fī al-Tafsīr al-Mawdhū’ī Terkadang mereka melakukan tarjih pada satu
(Pembahasan-pembahasan Tafsir Tematik) diantara penafsiran itu, terkadang pula tanpa
membagi pembahasan ini menjadi empat melakukan tarjih karena memang pada
bagian. Pembahasan pertama terkait dengan dasarnya kata atau ayat tersebut memiliki
definisi, pertumbuhan dan perkembangan, beberapa kemungkinan penafsiran.
corak dan urgensi tafsir tematik. Pembahasan Pemahaman ini dilatarbelakangi
kedua tentang metode tafsir tematik, Ketiga olehfenomena yang ada dalam karya-karya al-
tentang Ilmu Munāsabāt dan al-Tafsīr al- Tabari, Ibn al-Jauzi, al-Mawardi dan al-
Mawdhū’ī. Sedangkan keempat baru tentang Suyuthi 30.
implementasi atau contoh tafsir tematik 27. Usaha menafsirkan ayat yang satu dengan
Peneliti menelisik lebih tajam terhadap ayat lainnya telah dikenal sejak zaman
pembahasan-pembahasan tafsir tematik yang Rasullah SAW. Hal ini tampak dalam
dilakukan Mushthafa Muslim. Tujuannya beberapa riwayat yang telah dikodifikasikan.
untuk menemukan berbagai fenomena yang Pertama, sebagaimana hadis yang dibukukan
mempengaruhi Mushthafa Muslim dalam oleh Bukhari dan Muslim, bahwa Abdullah
menemukan gagasan rasional yang dilandasi bin Mas‟ud berkata: “Ketika turun ayat ini
dari pemahaman terhadap Alquran. Fenomena „Orang-orang yang beriman dan keimanannya
ini juga menjadi legitimasi kelayakan tidak bercampur dengan kezaliman [QS Al-
munculnya tafsir tematik Alquran. An‟am: 82], hal tersebut berat bagi para
Pemahaman pertama muncul terkait sahabat”. Maka mereka berkata:“Wahai
gugatan terhadap relevanitas al-Qur'an oleh Rasulullah SAW, mana diantara kami yang
para cendekiawan kontemporer.Hal ini karena tidak mendzalimi dirinya?” Rasulullah
Alquran adalah produk lama yang muncul bersabda: “Ayat tersebut tidak sebagaimana
dengan situasi dan kondisinya sendiri. Situasi yang kalian pahami, apakah kalian tidak
dan kondisi tersebut jauh berbeda dengan mendengar apa yang disampaikan oleh
pelbagai fenomena baru yang muncul pada seorang hamba yang shalih, „Sesungguhnya
masa ini. Disamping itu, teks Alquran telah syirik itu sungguh kezaliman yang besar‟ [QS
mengalami stagnasi dan tidak akan bertambah. Luqman: 13]” 31.
Maka bagaimana mungkin teks yang terbatas Kedua, hadis yang dikodifikasi oleh
itu menghukumi berbagai teori dan persoalan Bukhari bahwa Rasulullah SAW menafsirkan
sosial, politik dan ekonomi yang terus mafātih al-ghaib dalam firman Allah SWT,
bermunculan 28. “Dan Dia memiliki mafātih al-ghaib,tidak ada
Terkait hal di atas, Mushthafa Muslim yang mengetahuinya kecuali Dia” [QS Al-
berpendapat bahwa al-Qur'an itu multi-tafsir29. An‟am: 59]. Beliau bersabda: “Mafātih al-
Penafsiran yang beragam mampu menjaga al- ghaib ada lima: Sesungguhnya Allah memiliki
Qur'an tetap relevan dengan keadaan-keadaan pengetahuan tentang Hari Kiamat, Dia yang
yang senantiasa berubah pada setiap masa. menurunkan hujan, Dia mengetahui apa yang
ada dalam rahim, dan tidak ada jiwa yang tahu
apa yang besok akan ia usahakan, dan tidak
26
Jāmi‟ah Al-Zuharā„, “Al-Kalimah al-Iftitāhiyyah pula tahu di bumi mana dia akan mati.
biqalam Ra„īs al-Jāmi‟ah,” 2017, http://alzahraa- Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
university.com/president/.
27
Musthafa Muslim, Mabāhits fī al-Tafsīr al-
Mawdhū’ī, 3 ed. (Damaskus: Dār al-Qalam, 2000), hlm.
369-373.
28 30
Muslim, hlm. 3. Muslim, hlm. 17.
29 31
Muslim, hlm. 53. Muslim, hlm. 17.
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 3, 2 (Desember 2018): 130-142 135
Miftah Khilmi Hidayatulloh Konsep Dan Metode Tafsir Tematik (Studi
Komparasi Antara Al-Kumi Dan Mushthofa
Muslim)
Maha Mengenal” [QS Luqman: 34] 32. Para hadis riwayat Ahmad bahwa Rasulullah SAW
ulama kemudian berkesimpulan bahwa mengatakan,“Jibril datang kepadaku
“mengembalikan pemahaman Alquran pada kemudian memerintahkanku untuk
Alquran (tafsīr al-Qur‘ān bi al-Qur‘ān) adalah meletakkan ayat ini ditempat ini dari surat ini
sesuatu yang dharūrī(urgen)” 33. (QS al-Nahl: 90)”39. Berdasarkan hadis ini dan
Mushthafa Muslim juga memunculkan beberapa yang belum tersebut di atas,
pendapat penting terkait penafsiran Alquran Mushthafa Muslim berpendapat bahwa urutan
bahwa beberapa kata yang sama dalam ayat dalam Alquran itu tawqīfī (ketentuan
Alquran dapat memiliki arti yang berbeda wahyu dari Allah SWT).
bergantung pada struktur kalimat yang Beberapa pemahaman terhadap Alquran di
menyusun kata-kata tersebut34. Hal ini atas, disertai bukti-bukti berupa fenomena
dibuktikan oleh Maqātil bin Sulaiman al- yang mendukung. Artinya,pemahaman ini
Balkhi (150 H) dalam bukunya al-Asybāh wa sebenarnya telah muncul lama. Kemudian
al-Nadzāir. Penelitian ini dikembangkan oleh dikumpulkan dan disusun kembali sehingga
Yahya bin Salam (200 H) dalam kitabnya al- dapat dipahami secara utuh. Adapun ringkasan
Tashārīf dan Raghib al-Asfahani (502 H) dari pemahamanMushthafa Muslimterhadap
dalam kitabnya Mufradāt fī Gharīb al- Alquran adalah sebagai berikut:
Qur‘ān35. a. Al-Qur'an itu multi-tafsir
Pada pembahasan munāsabāt, Mushthafa b. Mengembalikan pemahaman Alquran
Muslim menunjukkan pemahaman bahwa pada Alquran (tafsīr al-Qur„ān bi al-
urutan ayat dalam sebuah surat adalah perkara Qur„ān) adalah sesuatu yang dharūrī
tawqifi yang tidak ada ruang ijtihad tentangnya (urgen).
36
. Hal ini didasarkan pada riwayat Hakim c. Beberapa kata yang sama dalam Alquran
bahwa zaid bin tsabit berkata: “Dahulu kami dapat memiliki arti yang berbeda
menyusun Alquran dari riqā’ (papan/ kain) di bergantung pada struktur kalimat yang
samping Rasullah SAW”.37Artinya, Rasulullah menyusun kata-kata tersebut
hadir dan memberi pengarahan ketika para d. Urutan ayat dalam sebuah surat adalah
sahabat menyusun Alquran. Selain itu, hadis perkara tawqifi yang tidak ada ruang
riwayat bukhari juga menguatkan hal ini. ijtihad tentangnya
Diceritakan bahwa Ibn Zubair bertanya kepada Empatpemahaman tersebut yang
Usman mengapa ia tidak menghilangkan QS mendorong Mushthafa Muslim untuk
al-Baqarah: 240 padahal itu sudah di-naskh. mengenalkan sebuah gagasan tentang metode
Maka Usman menjawab,“Wahai anak dalam penafsiran Alquran. Beliau berpendapat
saudaraku, aku tidak mengubahnya sedikit pun bahwa dengan metode ini, petunjuk yang ada
dari tempatnya”.38 Begitu pula dikuatkan oleh
32
Muslim, hlm. 17-18.
33
Muslim, hlm. 18.
34
Muslim hlm. 53. Muhammad bin Ismâ‟îl al- Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî
35
Muslim, hlm. 20. (al-Jâmi’ al-Musnad as-Shahîh al-Mukhtashar min
36
Muslim, hlm. 68. Umûr RasûlilLâh SAW wa Sunanihi wa Ayyâmihi), ed.
37
Hadis ini diriwayatkan Imam Hakim dalam kitab oleh Muhammad Zahîr bin Nâshir Al- Nâshir, I (Dâr al-
Al-Tawārīkh Al-Mutaqaddimīn Min Al-Anbiyā…, Bab Thûq al-Najâh, 1422), Juz 6, hlm. 29..
39
Dzikru Akhbar Sayyid Al-Mursalīn… Muhammad bin Hadis ini diriwayatkan Ahmad dalam Musnad al-
Abdillah al- (405 H) Hākim, Al-Mustadrak ’alā al- Syāmiyyīn, Hadis ‟Utsmān bin Abi al-‟Ash. Hadis ini
Shahīhain, ed. oleh Mushthofa Abdul Qadr Atha, 1 ed. didhaifkan oleh al-Arna„ūth, dkk Ahmad bin
(Beirut, Libanon: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1990), jilid. Muhammad bin (241 H) Hanbal, Musnad al-Imām
2, hlm. 668. Ahmad bin Hanbal, ed. oleh Syu‟aib Arna„ūth, Ādil
38
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Mursyīd, dan Etc., 1 ed. (Mu„assasah al-Risālah, 2001),
Tafsīr al-Qur„an, Bab Walladzīna Yutawaffawna… Juz 29, hlm. 429..
136 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 3, 2 (Desember 2018): 130-142
Miftah Khilmi Hidayatulloh Konsep Dan Metode Tafsir Tematik (Studi
Komparasi Antara Al-Kumi Dan Mushthofa
Muslim)
dalam kandungan Alquran dapat digali lebih b. Menampilkan hakikat tersebut dengan
dalam 40. gaya bahasa yang mudah, benar dan
Pemahaman ini selanjutnya mendorong kekinian sehingga bisa dipahami oleh
Mushthafa Muslim untuk memunculkan tafsir masyarakat saat ini 41.
tematik yaituilmu yang mengkaji satu surat Metode kedua digunakan untuk
atau lebih untuk memahami sebuah perkara mengidentifikasi tema dalam sebuah surat.
dari perspektif maqāshid al-Qur‘ān (Muslim, Langkah-langkah dalam mengaplikasikan
2000 hlm. 16). Definisi tersebut diwujudkan metode ini adalah sebagai berikut:
oleh Mushthafa Muslim dalam bentuk dua a. Mengidentifikasi segala hal yang terkait
metode. Metode pertama digunakan untuk dengan surat yang akan diteliti,
menggali sebuah tema dari tema-tema yang diantaranya asbāb al-nuzūl, fase turunnya
ada dalam Alquran. Langkah-langkah yang baik makkiyyah (awal, tengah atau akhir)
harus dilakukan dalam metode ini adalah atau madaniyyah (awal atau akhir), dan
sebagai berikut: hadis-hadis shahîh yang terkait.
a. Memilih judul yang masih berada dalam b. Mengidentifikasi maksud inti dan objek
ruang lingkup tema Alquran diskusi surat tersebut secara global. Hal
b. Mengumpulkan ayat-ayat Alquran yang ini dilakukan dengan memperhatikan arti
membahas atau mengisyaratkan tema dari nama surat, tema-tema yang
tersebut. ditawarkan atau melihat fase turunnya
c. Mengurutkan ayat berdasarkan waktu surat tersebut.
turunnya. c. Mengklasifikasi surat – terutama yang
d. Mempelajari tafsir tiap ayat dari berbagai panjang – ke dalam beberapa bagian ayat.
kitab tafsir tahlīlī dan mempertimbangkan Peneliti menggali lebih dalam kandungan
asbāb al-nuzūl seandainya ada, arti setiap unsur petunjuk yang dimiliki tiap bagian
kata dan penggunaannya, kaitan antara dengan tidak meninggalkan pertimbangan
kata-kata dalam sebuah kalimat dan kaitan terhadap munāsabāt antara bagian yang
antara kalimat-kalimat dalam sebuah ayat satu dengan bagian lainnya.
begitu pula kaitan antara satu ayat dengan d. Mengkaitkan unsur-unsur pada tiap
ayat lainnya. bagian dengan maksud inti surat sehingga
e. Menggali unsur-unsur penting dalam tema maksud inti surat ini benar-benar
tersebut berdasarkan pembahasan ayat- teridentifikasi dengan baik.
ayat di atas. 3. Studi Komparatif
f. Peneliti memahami ayat-ayat di atas secara Persamaan al-Kumi dengan Mushthafa
global untuk menampakan berbagai ide Muslim adalah almamaternya yang
dalam penelitian ini. Peneliti tidak boleh mengajarkan benih tafsir tematik. Tafsir
mencukupkan analisisnya hanya pada tematik tumbuh oleh tangan-tangan lulusan
masalah linguistik. Namun perlu Universitas Al-Azhar. Pertumbuhan itu
menemukan lebih jauh isyarat ayat-ayat dimulai dari wacana Abduh, Mahmud Syaltut,
tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan dikembangkan oleh al-Kumi42, al-Farmawi,
mempertimbangkan informasi dalam hadis Fathullah Sa‟id43 sampai Mushthafa Muslim44.
dan perkataan sahabat.
g. Peneliti harus konsisten dengan prosedur-
prosedur penelitian ilmiah.
h. Tujuan penelitian ini adalah 41
Muslim, hlm. 37-39.
a. Menemukan hakikat Alquran 42
Abd. al-Hay Farmawi, Metode Tafsir Mawdhu’iy
(Suatu Pengantar), trans. oleh Suryan A. Jamrah, 2 ed.
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996), 58.
43
Sa‟īd, Al-Madkhal ilā al-Tafsīr al-Mawdhū’ī, 7–8.
40 44
Muslim, Mabāhits fī al-Tafsīr al-Mawdhū’ī, hlm. Al-Zuharā„, “Al-Kalimah al-Iftitāhiyyah biqalam
B. Ra„īs al-Jāmi‟ah.”
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 3, 2 (Desember 2018): 130-142 137
Miftah Khilmi Hidayatulloh Konsep Dan Metode Tafsir Tematik (Studi
Komparasi Antara Al-Kumi Dan Mushthofa
Muslim)
Maka menarik untuk dikaji apakah konsep dan bahwa jika urutan kata dan tulisan dalam
metode yang ditawarkan oleh al-Kumi dengan Alquran mengandung hikmah, maka demikian
yang ditawarkan oleh Mushthafa Muslim pula keterpisahan kata dan tulisannya.
sama, berkembang namun sama pemikiran Pemahaman ini dikembangkan oleh
dasarnya atau berbeda sama sekali. Mushthafa Muslim yang menyatakan,
a. Konsep Tafsir Tematik “Beberapa kata yang sama dalam Alquran
Pemahaman al-Kumi, “Urutan kata dan dapat memiliki arti yang berbeda bergantung
tulisan dalam Alquran memiliki hikmah dan pada struktur kalimat yang menyusun kata-
pelajaran” disandarkan pada sebuah hadis kata tersebut”. Pernyataan “arti yang berbeda”
yang menyatakan bahwa seorang muslim jika bisa juga disebut sebagai hikmah keterpisahan
membaca Alquran urut per kata dan tulisan kata-kata tersebut.Pemahaman ini disandarkan
akan mendapatkan pahala. Agaknya kata pada penelitian para ulama sebelumnya.
“pahala” inilah yang menstimulasi al-Kumi Seperti Maqātil bin Sulaiman al-Balkhi (150
untuk berkesimpulan ada hikmah dibalik H) dalam bukunya al-Asybāh wa al-Nadzāir,
urutan kata dan tulisan itu. Walaupun al-Kumi Yahya bin Salam (200 H) dalam kitabnya al-
tidak menjelaskan lebih lanjut apa hikmah dan Tashārīf dan Raghib al-Asfahani (502 H)
pelajaran dibalik urutan kata dan tulisan itu. dalam kitabnya Mufradāt fī Gharīb al-
Jika ditelisik lebih lanjut,pemahaman al- Qur‘ān46.
Kumi ini sama dengan menyatakan bahwa Pemahaman ketiga adalah “Mengkaji
urutan kata dan tulisan dalam Alquran adalah Alquran dengan cara mengumpulkan ayat-ayat
sesuatu yang tidak boleh dirubah karena ada yang memiliki satu tema adalah sesuatu yang
hikmah di dalamnya. Mushthafa Muslim urgen”. Pemahaman ini dilegitimasi kajian
menyebutnya tawqifī. Maka pemahaman al- Alquran yang menggunakan teknik
Kumi ini sama dengan pemahaman Mushthafa pengumpulan ayat-ayat Alquran.Seperti
Muslim, “Urutan ayat dalam sebuah surat Qatadah al-Da‟amah al-Sadusi (118 H) dalam
adalah perkara tawqifi yang tidak ada ruang al-Nāsikh wa al-Mansūkh, Abu Ubaidah bin
berijtihad tentangnya”. al-Mutsanna (209 H) dalam Majāz al-Qur‘ān,
Perbedaannya, pernyataan Mushthafa Abu Ubaid al-Qasim bin al-Salam (224 H)
Muslim lebih mudah untuk dibuktikan dan dalam al-Nāsikh wa al-Mansūkh, Ali bin al-
memilikidasar lebih banyak dari pada al- Madani (224 H) dalam Asbāb al-Nuzūl, al-
Kumi. Seperti fenomena Zaid bin Tsabit yang Wahidi dalam Asbāb al-Nuzūl, dan lain
selalu menyusun Alquran dalam pengawasan sebagainya 47.
Nabi SAW, Usman bin al-Ash yang Contoh-contoh kajian Alquran di atas, oleh
menyatakan kepada Ibn Zubair bahwa para Mushthafa Muslim diidentifikasi sebagai salah
sahabat tidak pernah merubah susunan satu corak kajian yang dilakukan ulama zaman
Alquran bahkan kepada yang sudah di-naskh dahulu. Pada kajian ini, peneliti mencermati
sekalipun, pernyataan Rasulullah bahwa jibril tema surat-surat dalam Alquran , kemudian
mengajarkan penyusunan ayat-ayat Alquran , memilih ayat-ayat yang memiliki satu tema
dan fenomena-fenomena lainnya.45 untuk menggali berbagai unsur yang
Pemahaman kedua al-Kumi adalah terkandung dalam tema tersebutlebih dalam
“Keterpisahan satu tema pembahasan di lagi. Unsur-unsur tersebut diurutkan dan
berbagai tempat dalam Alquran memiliki diklasifikasikan dalam berbagai bab atau
hikmah dan pelajaran”. Tidak ada alasan pembahasan, untuk kemudian diuraikan
eksplisit yang dijadikan sandaran oleh al-
Kumi dalam menyatakan pemahaman ini.
Peneliti hanya menemukan alasan al-Kumi
46
Muslim, Mabāhits fī al-Tafsīr al-Mawdhū’ī, hlm.
20.
47
Kumi dan Qasim, Al-Tafsīr Al-Mawdhū’ī lil
45
Lihat pernyataan sebelumnya di atas. Qur‘ān al-Karīm, hlm. 20-21.
138 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 3, 2 (Desember 2018): 130-142
Miftah Khilmi Hidayatulloh Konsep Dan Metode Tafsir Tematik (Studi
Komparasi Antara Al-Kumi Dan Mushthofa
Muslim)
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 3, 2 (Desember 2018): 130-142 139
Miftah Khilmi Hidayatulloh Konsep Dan Metode Tafsir Tematik (Studi
Komparasi Antara Al-Kumi Dan Mushthofa
Muslim)
140 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 3, 2 (Desember 2018): 130-142
Miftah Khilmi Hidayatulloh Konsep Dan Metode Tafsir Tematik (Studi
Komparasi Antara Al-Kumi Dan Mushthofa
Muslim)
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 3, 2 (Desember 2018): 130-142 141
Miftah Khilmi Hidayatulloh Konsep Dan Metode Tafsir Tematik (Studi
Komparasi Antara Al-Kumi Dan Mushthofa
Muslim)
142 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 3, 2 (Desember 2018): 130-142