Anda di halaman 1dari 26

MUATAN BUDAYA LOKAL PADA NOVEL

TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK

OLEH HAMKA

DOSEN PENGAMPU: Dr. RIKA NINGSIH, S.Pd., M.Pd.

KELOMPOK 7

AFIYAH MASRURI 206210528

AMAY LANJAR WULANDARI 206210016

ANDINI FITRIA 206210515

ILYA ZULFADILLA 206210451

SICILIA DESIARNA 206210506

3B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan
nikmat, karunia serta hidayahnya kepada kita semua sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi studi mata kuliah Penelitian
Kuantitatif. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin.
Serta tak lupa shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW., dimana berkat perjuangan dan keberanian beliau, kita dapat merasakan
hidup di zaman yang serba canggih yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta menjadikan dunia yang tidak terbatas seperti saat ini.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
Pengenalan Budaya, Ibu Dr. Rika Ningsih, S.Pd., M.Pd. atas tugas pembuatan
makalah yang berjudul “Muatan Budaya Lokal pada Novel Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck”. Semoga Ibu selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT.
Aamiin. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada orang tua dan keluarga
atas dukungannya, serta teman-teman dari kelompok 7 yang telah berpartisipasi
dalam meneyelesaikan tugas ini dengan baik.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam pengantar ini, semoga
makalah yang kami sajikan ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana
mestinya. Permohonan maaf kami haturkan kiranya dalam penulisan makalah ini
terdapat kesalahan yang berasal dari kurangnya ilmu pengetahuan pada kami
sendiri. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar lebarnya
pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi
memperbaiki makalah ini.

Pekanbaru, 16 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar belakang......................................................................................... 1


1.2 Teori ........................................................................................................ 2
1.3 Rumusan masalah ................................................................................... 5
1.4 Tujuan ..................................................................................................... 5
1.5 Manfaat ................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 7

2.1 Sinopsis novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ............................ 7


2.2 Analisis novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ............................. 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 21

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 21

3.2 Saran ...................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Karya sastra adalah suatu bentuk kreatif yang menggambarkan orang-


orang dari semua lapisan masyarakat sebagai titik tolak proses kreatif pengarang.
Sastra juga dapat menjadi tempat penulis mengungkapkan pikiran dan
perasaannya tentang kehidupan manusia melalui bahasa. Sastra adalah yang
paling bisa menentukan nilai pengalaman konten berdasarkan pengalaman hidup
manusia.
Fiksi adalah salah satu bentuk fiksi. Novel adalah fiksi yang menghadirkan
dunia, dunia yang berisi model kehidupan ideal, dunia imajinasi yang dibangun
dengan faktor internal. Novel ini membahas berbagai persoalan dalam kehidupan
manusia dan interaksinya dalam kehidupan sehari-hari.Budaya, kematian,
kelahiran, seks, makanan, perilaku, pakaian, seni, ilmu pengetahuan, dan ritual
keagamaan sebagai cara hidup dan pemerintahan adalah urusan manusia. Salah
satu novel yang menggambarkan nilai-nilai budaya adalahnovel Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck karya Hamka. Novel ini ditulis berdasarkan pengalaman
dan pengetahuan. Topik pada novel ini meliputi pandangan hidup, nilai, aturan
dan hukum, serta nilai budaya yang merupakan bagian dari tradisi.
Karya sastra datang dalam banyak genre, termasuk puisi, cerita pendek,
novel, dan bahkan roman. Salah satu nama tokoh kesusastraan Indonesia adalah
Prof. dr. Ia dikenal sebagai H. Abdul Malik Karim Amrullah (1908-1981) atau
HAMKA, orang yang sangat terkenal di masyarakat Indonesia. Hamka dikenal
sebagai penulis, humanis, ilmuwan, ahli kajian agama Islam, ulama, da'i,
politikus, guru dan juga pemimpin. Ia menulis ratusan karya dan karya fiksi,
tasawuf, filsafat dan tafsir, yang juga dibaca oleh masyarakat.
Novel tersebut ditulis oleh Hamka yang merupakan seorang ulama,
politikus dan penulis terkenal di Nusantara, lahir pada tanggal 17 Februari 1908 di
Maninjau, Sumatera Barat. Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dipilih
sebagai dokumen penelitian karena di dalam novel ini terdapat banyak nilai

1
budaya dan karakter yang baik. Oleh karena itu, penulis tertarik dengan novel ini
sebagai penelitian.
Dalam The roman karya Van Der Wijck, Hamka menggambarkan seorang
pemuda bernama Zainudin yang dibentuk oleh kehidupan sederhana dan
dipandang sebagai seorang pria tanpa warisan. Dia jatuh cinta dengan seorang
gadis bernama Hayati, yang tumbuh dalam keluarga dan masyarakat yang
mempertahankan tradisi budaya yang kuat. Namun cinta mereka menemui banyak
kendala karena keluarga Hayati tidak menyukai Zainudin karena latar
belakangnya tidak sesuai dengan tradisi masyarakat setempat.
1.2 Teori

Didalam meneliti sastra kita memerlukan teori berupa konsep-konsep yang


menjadikan penelitian tersebut secara teoritis mencapai hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan (Semi, 1993:48). Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck tersebut menggunakan teori struktural dan hegemoni budaya. Seperti
yang dikatakan (Faruk, 2007:30) Hegemoni merupakan kepemimpinan moral atau
kultural yang dipegang oleh kekuatan politik yang dominan terhadap yang
subordinat (yang memodifikasi, menerangkan, atau membatasi). Didalam studi
sastra Ratna (2005:191) menyebutkan bahwa teori hegemoni merupakan
penelitian dalam kaitannya dengan relasi atau sesuatu yang menyatakan hubungan
atau kaitan yang khas antara dua himpunan yaitu sastra dengan masyarakat,
hubungan pengarang dengan masyarakat. Ringkasnya, bagaimana kekuatan-
kekuatan sosial dibangun didalam teks satra. Kebudayaan Minangkabau yang
terdapat dalam novel tersebut meliputi: teori struktural, stratifikasi sosial, dan
bentuk hegemoni budaya.

1. Teori Struktural

Analisis struktural memiliki tujuan untuk memaparkan keterkaitan


dan keterjaminan semua aspek karya sastra sehingga menghasilkan makna
yang menyeluruh. Seperti yang dijelaskan oleh (Teeuw, 1998:135)
struktural memiliki prinsip yang jelas. Teori struktural digunakan sebagai
dasar pendukung kajian novel tenggelamnya kapal Van der wijck karya

2
Hamka ini. Dalam kajian ini meliputi tema, penokohan dan perwatakan,
konflik, dan latar yang membangun novel tersebut.

a. Tema
Tema dari novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini adalah
tentang cinta yang tidak dapat dipersatukan dan tak tersampaikan
antara tokoh Zinuddin dan Hayati karena tradisi adat Minangkabau
yang begitu mengikat.
b. Penokohan dan perwatakan
Tokoh dan perwatakan yang terdapat dalam novel Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck karya Hamka Tokoh utama adalah:

Zainuddin : berwatak sopan, baik budi.

Hayati : pandai berterima kasih.

Aziz : memiliki karakter kasar.

Khadijah : suka mempengaruhi orang lain

c. Konflik
Konflik yang terdapat pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk
sendiri masih berkisah pada adanya ketidakbebasan memilih jodoh,
ada pihak yang memaksakan kehendak kepada pihak lain yang
menyebabkan pihak itu menderita. Para penganut agama Islam pun
ternyata masih terkecoh atau lebih melihat sesuatu yang bersifat
lahiriah.
d. Latar
- Latar tempat:
 Mengkasar (tempat lahir Zainuddin)
 Dusun Batipuh (tempat lahir Hayati dan bertemunya
Zainuddin dan Hayati)
 Batavia/Jakarta (tempat Muluk dan Zainuddin pertama kali
pindah ke jawa)

3
 Surabaya (tempat Zainuddin dan Muluk bekerja/setelah
pergi dari Dusun Batipuh)
- Latar waktu
Didalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck latar waktu
nya adalah campuran. Namun tidak disebutkan secara spesifik .
- Latar suasana
 Senang (Ketika Hayati menerima cinta Zainuddin)
 Sedih (Ketika menerima kenyataan bahwa Hayati harus
menikahi pemuda kaya raya nan sombong yang dijodohkan
oleh orang tuanya)
 Menegangkan (Ketika Zainuddin menyuruh Hayati kembali
ke kampung halaman, dan terjadi kecelakaan kapal)

2. Startifikasi Sosial

Menurut Pitirim A. Solokin (dalam Soekanto, 2003:228)


stratifikasi sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke
dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan hak-hak
istimewa dan prestise (seseorang yang memiliki status sosial, kehormatan
dan kedudukan). Sesuai dengan struktur masyarakat Minangkabau dan
ekonomi agraris pada masa masa kolonialisme masih bersifat sederhana,
maka stratifikasi sosial pada masa itu belum begitu kompleks. Pada
umumnya lapisan masyarakat sosial Minangkabau hanya berlaku dalam
Nagari (desa) tertentu saja. Secara vertikal, masyarakat Minangkabau
dapat kita kelompokkan atas golongan ninik mamak dan kemenakan.

a. Golongan ninik mamak adalah bagian anggota rumah yang bergelar


Datuk dan bertugas sebagai penghulu. Mereka memegang kekuasaan
untuk mengatur anak kemenakannya. Golongan yang setingkat dengan
cerdik pandai dan alim ulama.
b. Golongan kemenakan adalah golongan yang harus patuh kepada
mamak-mamak mereka di dalam pengaturan Negari. Semua anggota
keluarga yang tidak menjabat sebagai penghulu atau mamak kepala

4
waris dalam kaum, dan mamak tunganai tidak di rumah tangga disebut
sebagai kemenakan.

3. Teori Hegemoni budaya

Menurut Gramsci (dalam Cavallaro, 2004:141) hagemoni bisa


dicapai melalui kombinasi antara paksaan dan kerelaan. Hegemoni dan
budaya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena
hegemonilah yang membentuk tatanan perilaku atau kebiasaan manusia
sehingga menjadi sebuah kebudayaan yang melekat dalam masyarakat.
Budaya yang terkandung dalam bidang kesusatraan merupakan suatu
hegemoni budaya pengarang yang diceritakan dalam susunan bahasa yang
indah dan jalan cerita yang sesuai dengan kehendak pengarang. Hegemoni
budaya yang terdapat dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
adalah Sistem kekerabatan masyarakat Minangkabau dalam novel
digambarkan dengan jelas mulai awal penceritaan yang diceritakan dengan
latar belakang ayah Zainuddin yang tidak mempunyai saudara perempuan
dan mengakibatkannya tidak dapat menguasai hak waris dari garis ibunya.

1.3 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:

1. Bagaimana cerita dari novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?


2. Muatan budaya lokal apa saja yang terkandung di dalam novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana cerita dari novel Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck
2. Untuk mengetahui muatan budaya lokal apa saja yang terkandung di
dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
1.5 Manfaat
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:

5
1. Menambah pengetahuan tentang karya sastra terutama dalam kajian
studi kultural.
2. Menambah pengetahuan tentang teori Hegemoni budaya.
3. Menambah pengetahuan tentang kebudayaan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sinopsis novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Kisah berawal di Negeri Batipuh Sapuluh Koto (Padang Panjang) terjadi


pertumpahan darah antar saudara. Pendekar Sutan membunuh Datuk Mantari, adik
Ibunya (Mamaknya), pertikaian ini bermula pada saat Pendekar Sutan meminta
hak Warisnya yang sudah diamanatkan oleh mendiang Ibu Pendekar sutan Kepada
Datuk Mantari yang akan digunakan Pendekar Sutan untuk menikah. Namun,
Datuk Mantari tidak memberikannya sehingga memuncaklah amarah Pendekar
Sutan hingga ia membunuh Datuk Mantari. Setelah kejadian pembunuhan itu,
Pendekar Sutan pun ditangkap dan dibuang ke Cilacap. Setelah Ia bebas dari
hukumannya ia pergi ke daerah Mengkasar, disana ia bertemu dengan Pujaan
Hatinya yaitu Daeng Habibah, Putri dari seorang penyebar agama Islam keturunan
Melayu, dan akhirnya mereka pun Menikah.

Setelah empat tahun menikah, Daeng habibah pun melahirkan seorang


anak laki-laki yang diberi nama Zainuddin. Namun saying sekali, pada saat
Zainuddin masih kecil Daeng Habibah Meninggal dunia dan tak selang beberapa
lama, Pendekar Sutan pun Menyusul. Tinggalah Zainuddin yang diasuh oleh Mak
Base. Mak Base merupakan orang terdekat dari Pendekar Sutan dan Daeng
Habibah. Setelah dewasa, Zainuddin meminta izin kepada Mak Base untuk
merantau ke kampung halaman ayahnya di Batipuh. Pada awalnya ia sangat
gembira dan senang, namun lama-kelamaan kegembiraannya itu hilang karena tak
sesuai yang ia harapkan. Hal ini disebabkan oleh orang-orang disana yang
menganggapnya sebagai orang asing atau orang bugis dengan alasan karena ia
dilahirkan dari seorang wanita yang bukan keturunan Ninik Mamaknya karena di
Minangkabau menganggap bahwa wanitalah yang menjadi penyambung garis
keturunan.

Saat hendak kembali ke Makassar ia bertemu dengan Hayati, seorang


gadis cantik berdarah Minang. Dari pertemuan yang tak disengaja inilah yang
membuat Zainuddin jatu cinta dan memutuskan untuk tetap tinggal di tanah

7
Minangkabau. Zainuddin mengirimkan surat kepada Hayati yang isinya “Sebagai
kukatakan dahulu, lebih bebas saya menulis surat daripada berkata-kata dengan
engkau. Saya lebih pandai meratap,menyesal dan mengumpat dalam sebuah
surat. Karena, bilamana saya bertemu dengan engkau, maka matamu yang
sebagai Bintang Timur itu senantiasa menghilangkan susun kataku.”. Namun,
hubungan keduanya tak disetujui oleh Ninik Mamak hayati. Hal ini dikarenakan
Zainuddin berasal dari suku yang berbedad, asal-usulnya hanya sebagai orang
buangan dari Makassar dan tak memiliki harta. Sedangkan Hayati ladir dari
keluarga beradat dan terpandang. Untuk menghindari penggunjingan hubungan
antara mereka, maka Ninik Mamak Hayati menyuruh untuk Zainuddin pergi
meninggalkan Batipuh. Dengan lagkah berat hati, Zainuddin pun pindah ke
Padang Panjang dan disana ia memperdalam ilmu agama dan ilmu
pengetahuannya. Sebelum Zainuddin pergi, Hayati berjanji kepada Zainuddin
akan selalu setia dan menunggu pinangan dari Zainuddin.

Tak lama kemudian, Mamak Hayati menjodohkan Hayati dengan Aziz,


pria Minang yang berasal dari keluarga tepandang dan kaya raya. Disaat yang
bersamaan Zainuddin mendapat kabar bahwa Mak Base Meninggal dunia dan
mewariskan banyak harta kepada Zainuddin Zainuddin mengirimkan surat
lamaran kepada Hayati tapi tanpa menyebutkan harta kekayaan yang ia miliki
sehingga lamarannya pun ditolak oleh Ninik mamak Hayati, dan lamaran Aziz lah
yang diterima oleh pihak Hayati. Ninik mamak Hayati menerima pinangan Aziz
karena ia kaya raya dan masih terikat kerabat dengan Mamak Hayati. Pada awal
pernikahan Hayati sangat bahagia karena Aziz pandai mengambil hati Hayati.
Disisi lain, Zainuddin tak mampu menerima penolakan tersebut, apalagi Muluk
sahabat Zainuddin yang tahu bagaimana perilaku buru Aziz yang suka
menghamburkan uang, berjudi, mabuk-mabukan dan senang main perempuan.
Akibat terlalu memikirkan wanita yang dicintainya menikah dengan pria lain
membuat Zainuddin jatuh sakit. Setiap saat, ia selalu memanggil nama Hayati.
Atas izin dari Aziz akhirnya Hayati pun menjenguk Zainuddin. Dalam sekejap
Zainuddin pun sembuuh, setelah sembuh ia bangkit untuk melupakan Hayati.

8
Zainuddin pun pindah ke pulau Jawa bersama dengan Muluk. Di sana ia
menjadi Penulis terkenal dan menggunakan nama samaran “Z” di setiap karya
yang ia tulis. Muluk lah yang menjadi saksi bagaimana kesuksesan Zainuddin
dalah kehidupannya dan berhasil melupakan Hayati. Hayati dan Aziz pindah ke
Surabaya, kehidupan mereka berubah drastis, perekonomian mereka sangat
memprihatinkan Karena terlilit banyak hutang karena ulah Aziz yang sangat
buruk. Pada saat mereka diusur dari kontrakan tak sengaja mereka bertemu
dengan Zainuddin dan mereka pun singgah di rumah Zainuddin. Aziz merasa
sangat malu karena kebaikan Zainudin, Aziz pun meninggalkan Hayati ke
Banuwangi untuk mencari pekerjaan.

Tak selang beberapa lama terdengar kabar bahwa Aziz ditemukan bunh
diri di kamar na, sebelum ia bunuh diri Aziz mengirimkan surat perceraian kepada
Hayati dan surat yang kedua surat berisi permintaan maaf serta permintaan agar
Zainuddin menerima Hayati. Hayati meminta maaf kepada Zinuddin dan berharap
bisa Kembali lagi bersama Zainuddin. Namun karena sakit hati yang sangat
mendalam hingga akhirna Zainuddin menyuruh Hayati untuk pulang ke Batipuh.
Keesokan harina Hayati pulang ke Batipuh menumpangi kapal Van Der Wijck
dengan hati yang terpaksa dan merasakan kepedihan mendalam.

Tak selang berapa lama setelah Hayati pergi, Zainddin membaca surat
Hayati yang berisi “aku cinta engkau dan kalau kumati, kematianku dalam
mengenang engkau.” barulah Zainuddin menyadari bahwa ia tak bisa hidup tanpa
Hayati . Saat Zainddin sedang bersiap-siap untuk menyusul Hayati terdengarlah
kabar bahwa kapal Van Der Wicjk yang di tumpangi Hayati tenggelam. Bagaikan
tersambar petir disiang bolong, hati Zainddin terasa hancur dan langsung saja
pergi mencari Hayati bersama Muluk. Tak lama setelah hayati meninggal,
Zainddin pun menyusul dikarenakan jatuh sakit karena selalu memikirkan Hayati.
Muluk merasa mensal karena terlambat memberi tahu Zainudin bahwa Hayati
masih sangat mencintai Zainddin. Jasad Zainddin dimakamkan berdekatan dengan
makam Hayati. Cinta mereka kekal hingga akhir hayat.

9
2.2 Analisis novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

1. Sistem Kekerabatan

Matrilinier adalah cara kerja sistem kekerabatan Minangkabau.

Matrilinier adalah tradisi masyarakat yang mengontrol bagaimana anak-

anak turun dari ibu mereka.Sistem kekerabatan Minangkabau didasarkan

pada prinsip keturunan matrilinear, yang menghitung anggota kekerabatan

sepanjang garis ibu.

Novel ini diawali dengan gambaran yang jelas tentang sistem

kekerabatan masyarakat Minangkabau, berlatar belakang ayah Zainuddin,

yang tidak memiliki saudara perempuan dan tidak mampu menguasai

warisan dari garis ibunya. Zainuddin juga terpengaruh secara kronologis

karena ia sadar bahwa anaknya ibu dan ayah berasal dari kelompok etnis

yang berbeda. Akibatnya, masyarakat desa Batipuh tidak menganggapnya

sebagai keturunan Minangkabau.Hal ini disebut sebagai 2 dalam adat

Minangkabau.mengidentifikasi dan mengolah data sebagai “anak pisang”

yang merupakan hasil pemisahan data perkawinan dari berbagai etnis.

mengelompokkan ke dalam kategori. Ketika dia ingin menikahi Hayati, ini

juga berdampak pada hidupnya.Datuk, mamak Hayati, sangat menentang

hubungan mereka.

Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka,

sistem Matrilineal yang dianut masyarakat Minangkabau dan sistem

Patrilineal yang dianut masyarakat Mengkasar berbeda dalam hal-hal

berikut: sistem kekerabatan sistem matrilineal, stratifikasi, dan bentuk-

10
bentuk hegemoni budaya yang menonjol dari masyarakat, serta sistem

patrilineal yang sangat sosial. Sistem Matrilineal dan sistem Patrilineal

berbeda dalam hal bagaimana properti atau gelar diturunkan melalui garis

keturunan.

2. Sistem Adat perkawinan

Dalam novel Hamka Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, budaya

perkawinan Minangkabau digambarkan memiliki beberapa adat atau

tradisi, antara lain sebagai berikut:

a. Maresek

Maresek adalah evaluasi pertama dan awal dari serangkaian

langkah untuk mengamalkan pernikahan.Surat pertama, yang

datang dari sahabat Hayati, Khadijah.

“ Menurut kebiasaan yang umum di negara kita, tampaknya dalam

beberapa hari seorang utusan dari kerabat kita akan datang ke

sini dan meminta Anda untuk menjadi menantunya untuk udaku

Aziz. permintaan kepada kerabat Hayati, membawa potongan kecil

daun sirih dan buah pinang yang keras, beberapa hari kemudian,

ketika keluarga Aziz tiba pada waktu yang ditentukan, mengikuti

kesepakatan Aziz dengan keluarganya.Apa gunanya

menyembunyikan niat hati saya? Sekarang, saya akan jujur: Saya

ingin tinggal bersama Hayati, keponakan saya! Hidup saya akan

tidak beruntung tanpa dia, seperti yang telah Anda dengar dari

desa ini."

11
Dari kutipan sebelumnya sangat jelas bahwa Hayati

menerima dua surat. Yang pertama adalah surat dari Khadijah,

sahabat terdekat Hayati, yang meminta Hayati untuk menjadi

suaminya. Surat berikutnya datang dari Zainuddin, yang langsung

meminta Hayati menikah.kepada mamaknya. Semua permintaan

ini tidak akan dijawab secara bersamaan, seperti kebiasaan. Di

Minangkabau berlaku prinsip musyawarah, sehingga mencapai

keputusan atau mufakat sangat penting karena kebenaran tidak

datang dari satu orang tetapi dari satu orang.sekelompok orang.

Keputusan memilih Aziz sebagai suami Hayati diambil setelah

melalui pertimbangan yang matang.Dengan melihat banyak

hal.Keputusan yang didukung dengan suara bulat oleh semua orang

di ruangan itu, adalah bahwa Aziz telah memenuhi persyaratan

adat yang relevan.

b. Babako-babaki

Acara ini biasanya terjadi beberapa hari sebelum

pernikahan, dan mereka disampaikan dalam berbagai cara.

“ Selain itu, sarung batik dari Pekalongan, Ciamis, dan

Tulungagung dibawa tiga hari sebelum pernikahan dalam

bungkusan sutra dari Padang Panjang. Kebaya klimis yang indah,

kenang-kenangan dari suaminya “.

Sesuai dengan tradisi, calon pengantin dijemput dan dibawa

ke rumah ayahnya.Sang tutua kemudian menawarkan

12
bimbingan.Calon pengantin diarak (ditemani) kembali ke rumah

ayahnya keesokan harinya.

c. Manjapuk Marapulai

Menurut adat Minangkabau, ini adalah acara adat yang

paling penting dalam seluruh rangkaian upacara pernikahan.Untuk

melaksanakan akad nikah, calon pengantin pria dibawa ke rumah

pengantin wanita.

“ Pengantin pria datang dari Padang Panjang setelah malam,

sekitar jam 12, dihibur oleh teman-temannya, cukup dengan adat

kebesaran “.

Berdasarkan kutipan di atas, calon mempelai pria

didampingi oleh keluarga, sahabat, dan rekan Aziz. Sebagai tanda

kedewasaan, gelar pusaka juga diberikan kepada calon mempelai

pria selama proses ini.

Dampak perkawinan luar suku di Minangkabau dalam

novel Hamka Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.Dampak

perkawinan nonsuku di Minangkabau terhadap budaya asli

Minangkabau.

“ Sehingga pada akhirnya Pandekar Sutan dinikahkan dengan

anaknya Daeng Habibah yang masih perawan sebagai menantu.

Pandekar Sutan dan istrinya yang setia hidup bersama selama tiga

dan empat tahun. , Zainuddin, yang duduk di jendela rumah

berbentuk Mangkassar di desa Baru dengan pemandangan laut di

13
awal cerita. , dan Pandekar Sutan juga tidak mau membawamu ke

Padang."

Kutipan sebelumnya menjelaskan bahwa persatuan

Pandekar Sutan dengan ibunya Zainuddin merugikan adat

Minangkabau. Karena Pandekar Sutan, istrinya, bukan orang

Minangkabau. Perkawinan semacam itu dikenal sebagai

perkawinan di luar marga.Zainuddin sangat terpengaruh oleh

persatuan ini.Zainuddin tidak.dikenal dalam masyarakat

Minangkabau karena kurangnya etnisitas.

Ini adalah acara adat yang paling penting dalam seluruh

rangkaian acara perkawinan menurut adat Minangkabau.Calon

pengantin laki-laki dibawa ke rumah calon pengantin wanita untuk

melaksanakan akad nikah.

“ Setelah hari malam kira-kira pukul 12, datanglah pengantin laki-

laki dari Padang Panjang, diringkan olehteman sahabatnya, cukup

dengan adat kebesaran “.

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa, calon pengantin

laki-laki diiringi oleh keluarga, teman dan sahabat Aziz, di Proses

ini juga dibarengi pemberian gelar pusaka kepada calon mempelai

pria sebagai tanda sudah dewasa.

Pengaruh perkawinan luar suku di Minangkabau terhadap

Budaya Adat Minangkabau Dampak perkawinan luar suku di

14
Minangkabau dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

karya Hamka.

“ Sehingga akhirnya Pandekar Sutan diambil menjadi

menantu, dikawinkan dengan anaknya yang masih perawan,

Daeng Habibah. Tiga dan empat tahun Pandekar Sutan bergaul

dengan istri yang setia itu dan punya seorang anak laki-laki, anak

tunggal yaitu Zainuddin, yang bermenung di rumah bentuk

Mangkassar, di jendela yang menghadap ke laut di kampung Baru

yang dikisahkan pada permulaan cerita ini.Pandekar Sutan tidak

pula mau hendak membawamu ke Padang, karena hati keluarga

belum dapat diketahui, entah suka menerima anak pisang orang

Mangkassar, entah tidak “.

Kutipan sebelumnya menjelaskan bahwa persatuan

Pandekar Sutan dengan ibunya Zainuddin merugikan adat

Minangkabau. Karena Pandekar Sutan, istrinya, bukan orang

Minangkabau. Perkawinan semacam itu dikenal sebagai

perkawinan di luar marga.Zainuddin sangat terpengaruh oleh

persatuan ini.Zainuddin tidak.dikenal dalam masyarakat

Minangkabau karena kurangnya etnisitas.

Ketika Zainuddin sampai di Minangkabau, dia sangat

gembira di dalam.Zainuddin awalnya disukai, tetapi seiring

berjalannya waktu, basa-basi itu berkurang karena ayahnya tidak

lagi hadir dan ayahnya tidak memiliki saudara perempuan,

sehingga Zainuddin tidak menerima kasih sayang.bukan karena

15
orang tidak menyukainya; sebenarnya ada yang suka, tapi kulitnya

beda saat dimasukkan isinya. Zainuddin masih dianggap pendatang

baru meskipun dia anak asli Minangkabau.masih dilihat orang

Makassar yang tinggal jauh.

“Mak Tengah Limah menjawab bahwa rasa cinta Hayati

kepada Zainuddin, orang Makassar itu, tampaknya masih ada. Ini

sangat rumit: jika kita menerima Zainuddin sebagai suami dari

keponakan kita Hayati, kemana kita akan bepergian sebelum

mengunjungi saudara iparnya? Di mana cucu kita akan mengurus

keluarga?" Pemuda itu menjawab, "Tidak baik mengkritik orang

lain karena setiap bangsa berdiri dengan adatnya, terlepas dari

bangsa apa dan di mana ia berada."

Meski Zainuddin adalah orang Makassar, keputusan Hayati

untuk menikahi Zainuddin terlihat jelas dari kutipan di atas.

Namun, ibunda Hayati masih keberatan dengannya karena tidak

tahu harus menunggu di mana cucunya bersama bako (keluarga

ayahnya), dan yang lain tidak setuju dengan mamak Hayati karena

masing-masing negara memiliki tradisinya sendiri. Meski sudah

dijelaskan, ibu Hayati masih belum yakin bahwa dia menikah

dengan Zainuddin.

Berhubungan dengan orang luar, khususnya perempuan.

Karena masyarakat Minangkabau didasarkan pada garis ibu atau

garis keturunan matrilineal, hal ini diperkirakan akan merusak

struktur adat Minangkabau karena anak pertama dari perkawinan

16
tersebut bukan dari etnis Minangkabau. Kedua, laki-laki yang

menikah orang luar akan terputus dari keluarga mereka karena

mereka akan melupakan tanggung jawab mereka sebagai mamak.

3. Tradisi pendidikan

a. Hak Kuasa Pada Perempuan, Hak Memelihara Kepada Laki-

Laki

"Wanita itu membayar biaya penjemputan, tergantung pada

tingkat kehormatan bangsa pria itu “.

Berdasarkan kutipan di atas, latar belakang sosial

masyarakat Hamka sebagai salah satu putra Minangkabau sangat

jelas.Alhasil, novel tersebut tak lepas dari uang undangan yang

merupakan cincin khas Minangkabau. Mamak Hayati, sang wanita,

membayar uang tersebut. Akibatnya, mereka merasa berhak

memutuskan apa yang akan terjadi pada keponakannya. pemangku

kepentingan tidak hanya menekankan etnosentrisme tetapi juga

materialisme, yang menggunakan nama tradisional untuk

meningkatkan etnis mereka sendiri.

b. Hak Ahli Waris Jatuh Ke Anak Laki-Laki

“Di sana, dia akan makan dengan bebas milik neneknya sebagai

cucu yang melanjutkan keturunan”.

Kondisi dengan sistem patrilineal yang sangat menghargai

anak laki-laki dijelaskan dalam kutipan sebelumnya.

c. Status Sosial

17
“Begitu dia memperkenalkan diri pada bakonya, orang-orang

seperti bintang jatuh dari langit, tidak menyangka akan

mendapatkan seorang anak muda yang begitu gagah dan

berharga, “anak pisang” di Minangkabau “.

Menurut masyarakat Minangkabau, Zainuddin adalah anak

dari seorang ayah yang menikah dengan seorang wanita, sehingga

ia tidak berhak menyandang gelar kesukuan. Pria muda dan tampan

ini memperkenalkan diri kepada keluarga ayahnya.

d. Sistem Keorganisasian Silsilah

“Oleh karena itu, sekalipun seorang anak memiliki ayah

Minangkabau, karena di negara lain, bangsa diambil dari ayah,

jika ibunya adalah orang lain, bahkan jika itu adalah orang

Tanupali atau Bengkulu yang sedekat mungkin, dia adalah orang

lain. jugadilihat oleh orang lain," bunyi pernyataan itu. "Di

negara lain, bangsa diambil dari ayah."

Kedudukan Zainuddin dalam Batipuh diuraikan dalam

kutipan sebelumnya.Seorang anak Minangkabau berdasarkan suku

ibunya, sehingga Zainuddin disebut sebagai orang yang tidak

termasuk dalam suatu suku.

4. Hakikat hidup manusia

Ia memiliki nilai budaya positif dan negatif.Kesabaran adalah nilai

budaya yang berharga.Karakter Zainuddin mencontohkan sikap Sahar.Dia

selalu menghadapi kesulitan dalam hidup ini, tetapi dia gigih dalam

upayanya untuk memperbaikinya dan mempertahankan pandangan

18
positif.Sikap buruk adalah harga diri. pendiam, fitnah, dan tidak

bertanggung jawab.Karakter Aziz mencerminkan sikap nekat.Dia tidak

merasa berkewajiban terhadap keluarganya.Karakter Khodijah adalah

orang yang egois, berbeda dengan orang yang suka fitnah.Dia suka

membuat Zainuddin terlihat buruk , dan dia tidak ingin melihat

kesenangan orang lain karena dia pikir orang dinilai dari kekayaan dan

uangnya.

5. Hakikat karya manusia

Menganggapbahwa bekerja adalah sarana penghidupan, seperti

yang ditunjukkan oleh karakter Zainuddin dalam aktivitas sehari-

harinya.Ia melihat dalam sosoknya bahwa ia memiliki prestasi yang bisa

mewujudkan pemenuhan hidup yang selama ini tersembunyi—bahwa dia

telah melakukan perjalanan jauh ke Jakarta untuk mengejar mimpi dan

kehidupan di masa depan.

6. Hakikat kedudukan manusia terhadap ruang waktu

Masa kini, masa lalu, dan masa depan merupakan inti dari posisi

manusia dalam ruang-waktu. Hal ini harus terlihat dalam karakter

Zainuddin dan Mak Base dalam mengingat titik awal atau peristiwa masa

lalu dan melalui kehidupan di masa sekarang dan nanti.

7. Hakikat hubungan manusia dengan alam

Hal ini ditunjukkan oleh karakter Zainuddin yang melakukan

perjalanan ke pulau Jawa untuk menjalani hidupnya hanya untuk

19
melupakan masa lalu bersama Hayati yang telah meninggalkannya untuk

selamanya.untuk melepaskan rasa sakit yang dialaminya.

8. Hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya dan

individualisme menilai tinggi usaha atas kekuatan sendiri.

Hal ini ditunjukkan oleh Muluk yang berkontribusi dalam

perluasan karya Zainuddin ke Jakarta dan Surabaya. Di sisi lain, karakter

Zainuddin sangat menjunjung tinggi gagasan bahwa orang hidup mandiri

dan tidak bergantung pada orang lain.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka merupakan novel
yang menceritakan tentang adat Minangkabau. Zainuddin tokoh utama diceritakan
sebagai seorang lelaki keturunan Bugis yang tidak dapat menikah dengan Hayati
yang merupakan keturunan asli Minangkabau. Alasannya ialah Zainuddin tidak
dapat di akui sebagai orang Minangkabau karena ibunya bukan asli Minangkabau.
Adat Minangkabau merupakan kehidupan sosial masyarakat Minangkabau yang
mendasar ada pada alam dan ketentuan agama Islam. Zainuddin yang tidak
mempunyai ibu asli Minangkabau, membuatnya tidak dapat menerima hak
warisan turun-temurun dari keluarga ayahnya.

Berdasarkan analisis Struktural, novel tenggelamnya kapal Van der wijck


karya Hamka memiliki keterkaitan antar unsur. Tema mayor dalam novel tersebut
adalah cinta kasih tidak dapat dipersatukan karena terhalang adat. Hayati
merupakan gadis keturunan adat Minangkabau, tidak diizinkan memiliki
hubungan dengan Zainuddin yang merupakan anak dari seorang ibu yang ber-
suku Bugis.

Analisis hegemoni budaya dengan kajian studi kultural dalam novel


Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka berfungsi sebagai penguat
adanya kebertahanan kebudayaan Minangkabau yang digambarkan dalam novel
terhadap adanya proses pembaharuan yang digambarkan dengan nyata. Adanya
simbol-simbol budaya dalam novel, membuat pemaparan makna- maknanya
melibatkan fakta sejarah yang pernah terjadi di Indonesia mendukung latar
penggambaran cerita dalam novel tersebut, yaitu adanya Belanda sebagai
penguasa negara yang memberikan dampak besar dalam tataran kehidupan bangsa
pada saat itu, terutama dalam bidang pendidikan yang juga terdapat dalam cerita
novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

21
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, apabila ada kritik maupun saran yang bersifat
membangun kami selaku penulis dengan senang hati menerimanya. Agar dalam
penulisan makalah selanjutnya menjadi lebih baik lagi, amin.

22
DAFTAR PUSTAKA
Trinandi El Karimi, Arlis. 2018. “Nilai Tradisi Batipuh Dalam Novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk Karya Hamka”.
file:///C:/Users/acer/Downloads/8014-21784-1-PB.pdf
Carmila, Thesa. 2021. “Nilai-Nilai Filosofis Dari Novel Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck Karya Hamka”.
file:///C:/Users/acer/Downloads/Thesa%20Carmila,%20170304032,%20FUF,%20
AFI,%20085260965683.pdf
Maulida, Anajilan. et al. 2016 “Hegemoni Budaya Dalam Novel Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck”.
file:///C:/Users/acer/Downloads/ANAJILAN%20MAULIDA.pdf
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/78473

https://duniahera.com/ringkasan-tenggelamnya-kapal-van-der-wijck-sinopsis/

23

Anda mungkin juga menyukai