Dasar
Kelompok 9
Dalam zaman Romawi, para kaisar memberi subsidi kepada sekolah-sekolah yang memasukkan
retorika dalam silabus pendidikannya (1). Dengan tindakan itu, para kaisar juga memperoleh
dukungan kebudayaan (2). Sebab itu tidak mengherankan kalau ahli retorika juga menjadi imam agung
dalam sebuah acara resmi pada zaman itu (3). Tetapi dalam tiga abad berikutya sesudah Quintilianus
menulis Institutio Oratoria, kegiatan pidato hanya berlangsung dengan usaha meniru kebesaran zaman
lampau, baik dengan metode imitasi maupun deklamasi (4). (Keraf, 2004:13).
Kalimat (1) dapat dipisahkan dari kalimat (2), (3), dan (4) karena dapat berdiri sendiri,
kalimat (1) memenuhi syarat sebagai kalimat bebas. Sebaliknya, kalimat (2), (3), dan (4)
bukan kalimat bebas. Kalimat (2) diawali dengan tindakan itu, kalimat (3) diawali dengan
sebab itu, dan kalimat (4) diawali dengan tetapi. Kalimat (2), (3), dan (4) saling terhubung
dengan kalimat lain dan didasari oleh kalimat (1). Sehingga kalimat (2), (3), (4) tidak dapat
dipisahkan dan tergolong kalimat terikat.
Dari contoh tersebut dapat diambil beberapa pedoman yang dapat
digunakan untuk menentukan kalimat bebas:
a. Kalimat yang terletak di awal tuturan atau paragraf;
b. Kalimat yang tidak mengandung penghubung antarkalimat;
c. Kalimat yang tidak mengandung kata ganti petunjuk anaforis atau
kataforis;
d. Kalimat yang tidak mengandung kata yang mengacu bagian kalimat lain;
dan
e. Kalimat yang tidak berfungsi sebagai penghubung antarparagraf.
Ciri kalimat dasar
Ciri utama kalimat dasar adalah strukturnya terdiri atas konstituen-konstituen inti, seperti
+S, +P, +O, dan +Pel. Ciri lain kalimat dasar adalah: