MODUL PERKULIAHAN
U002100010
Pendidikan Anti
Korupsi dan Etik UMB
Abstrak Sub-CPMK
Pengantar
Dilihat dari sejarah manusia, persoalan etika dengan segala cabangnya telah
diditeliti dan diperdalam sejak para filosof Yunani hingga saat ini. Etika pada dasarnya
adalah bagaimana cara membangun diri kita untuk menuju sukses. Menurut Frans
magnis Suseno (1987:13), etika dibutuhkan oleh manusia untuk mnjawab persoalan
fundamental, yaitu bagaimana saya harus hidup dan bertindak. Etika berkaitan dengan
1
Lihat http://sarjanaspdi.blogspot.co.id/
2
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu di mana dan
bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai
standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik,
buruk, dan tanggung jawab.[butuh rujukan. St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika
di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy). Lihat: https://id.wikipedia.org/wiki/Etika
Sarjana
Secara sederhana, sarjana adalah salah satu gelar yang didapatkan setelah
menamatkan masa pendidikan di bangku kuliah atau universitas tepatnya Strata Satu (S1).
Idealnya, seorang sarjana adalah sosok atau pribadi yang memiliki ilmu pengetahuan tinggi
serta keterampilan yang tinggi pula. Di mana, ilmu pengetahuan dan keterampilan itu
digunakan untuk berkiprah di tengah-tengah masyarakat, atau dalam arti lain membangun
masyarakat.
Soft Skill
Apa ?
Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori :
intrapersonal dan interpersonal skills. Intrapersonal skills mencakup: self awareness (self
confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill
( improvement, self control, trust, worthiness, time/source management, proactivity,
conscience). Sedangkan interpersonal skills mencakup social awareness (political
awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan
social skill (leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team
work, synergy)
Pada proses rekrutasi karyawan, kompetensi teknis dan akademis (hard skills)
lebih mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada daftar riwayat hidup,
pengalaman kerja, indeks prestasi dan ketrampilan yang dikuasai. Sedangkan untuk soft
skills biasanya dievaluasi oleh psikolog melalui psikotes dan wawancara mendalam.
Interpretasi hasil psikotes, meskipun tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu
perusahaan dalam menempatkan ‘the right person in the right place’.
Hal tersebut menunjukkan bahwa: hard skills merupakan faktor penting dalam
bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh
soft skill-nya yang baik.
Psikolog kawakan, David McClelland bahkan berani berkata bahwa faktor utama
keberhasilan para eksekutif muda dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi,
kepemimpinan dan kemampuan mempengaruhi orang lain. Yang tak lain dan tak bukan
merupakan soft skill.
Bagaimana ?
Para ahli manajemen percaya bahwa bila ada dua orang dengan bekal hard skill
yang sama, maka yang akan menang dan sukses di masa depan adalah dia yang
memiliki soft skill lebih baik. Mereka adalah benar-benar sumber daya manusia unggul,
yang tidak hanya semata memiliki hard skill baik tetapi juga didukung oleh soft skill yang
tangguh.
Pada posisi bawah, seorang karyawan tidak banyak menghadapai masalah yang
berkaitan dengan soft skill. Masalah soft skill biasanya menjadi lebih kompleks ketika
seseorang berada di posisi manajerial atau ketika dia harus berinteraksi dengan banyak
orang. Semakin tinggi posisi manajerial seseorang di dalam piramida organisasi, maka
soft skill menjadi semakin penting baginya. Pada posisi ini dia akan dituntut untuk
berinteraksi dan mengelola berbagai orang dengan berbagai karakter kepribadian. Saat
itulah kecerdasan emosionalnya diuji.
Umumnya kelemahan dibidang soft skill berupa karakter yang melekat pada diri
seseorang. Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Namun demikian soft skill bukan
sesuatu yang stagnan. Kemampuan ini bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan
pengalaman kerja. Ada banyak cara meningkatkan soft skill. Salah satunya melalui
learning by doing. Selain itu soft skill juga bisa diasah dan ditingkatkan dengan cara
mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar manajemen. Meskipun, satu cara
ampuh untuk meningkatkan soft skill adalah dengan berinteraksi dan melakukan aktivitas
dengan orang lain..
Terdapat sepuluh (10) prinsip kehidupan4 yang dapat dijadikan sebagai pegangan,
yaitu:
2. Etika. Etika bisa dikatakan sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari.
Kita adalah zoon politicon, makhluk yang tidak bisa melepaskan diri dari orang
lain. Artinya, kita hidup, tumbuh dan berkembang karena kita bermasyarakat,
hidup bersama-sama dengan orang lain. Kita tidak bisa memenuhi kebutuhan kita
berdasarkan kemampuan kita sendiri, tetapi kita bisa memenuhi kebutuhan
dengan bantuan orang lain. Ketika kita bersntuhan dengan orang lain itulah
diperlukan etika, baik etika dalam arti sempit (tingkah laku), maupun etika dalam
arti luas yaitu membangun diri dengan sikap-sikap yang professional, cerdas dan
bertanggung jawab.
3. Kejujuran dan integritas. Ada pepatah “ kejujuran adalah mata uang yang berlaku
di mana-mana”. Artinya kejujuran tak terbatasi ruang dan waktu. Kejujuran tak
lekang dimakan zaman, tak habis seiring waktu mengalir. Sama halnya dengan
kejujuran, kita perlu memiliki integritas. Dalam Kamus Bahasa Indonesia
Purwadarminta, integritas adalah kata benda: yang berarti kesempurnaan,
3
Soft skill merupakan kecakapan yang dibutuhkan para professional untuk berhasil dalam bisns dan
kehidupan. Lihat: Brian Aprianto dan Fonny Arisandy, tt. Pedoman Lengkap Soft Skills, hal. 1.
4
Lihat http://darulikhsan.blogspot.co.id/2008/12/10-prinsip-dasar-kehidupan.html
b. Anda menemukan yang benar (saat yang lain melihat warna abu-abu).
j. Anda konsisten.
Apapun yang kita lakukan harus bisa dipertanggung-jawabkan, entah itu secara
administratif di kantor, secara sosial di masyarakat, secara hukum dalam institusi
Negara, maupun secara moral-spiritual kepada Tuhan YME. Janganlah jadi
pengecut. Kita harus berani mempertanggung jawabkan apapun yang kita lakukan
dengan besar hati dan kepala tegak.
5. Hormat pada aturan dan hukum masyarakat. Kita menganal aturan yang tertulis
(positif) juga aturan atau hukum yang berlaku di masayarakat (tidak tertulis).
Kedua aturan itu sangat penting untuk memagari kita dari perbuatan-perbuatan
yang tidak patut atau melanggar aturan.
6. Hormat pada hak orang lain. Tidak ada kebebasan yang mutlak, melainkan
kebebasan kita dibatasi oleh hak orang lain. Janganlah atas nama kebebasan
justeru kita melanggar hak orang lain. Menghargai hak orang lain adalah cermin
bahwa kita berperadaban.
7. Cinta pada pekerjaan. Apapun posisi dan profesi kita, kita harus mencintainya,
sebab dari situlah kita akan mendapatkan buahnya. Bekerja atau pekerjaan
adalah sebuah proses yang teruys berlangsung (dinamis), bisa jadi apa yang
pertama kali kita rasakan “tidak betah” pada satu pekerjaan, suatu hari justeru
dicintainya. Jadi, mewujudkan cinta terhadap pekerjaan adalah sebuah proses
dan pekerjaan yang tak pernah mengenal kata berhenti.
8. Berusaha keras untuk menabung dan investasi. Perilaku gemar menabung dan
berinvestasi adalah menejemen positif dalam kehidupan. Usia kita terbagi ke
dalam tiga, bagian: anak-anak, produktif (bekerja), dan tua (pensiun). Menabung
merupakan bekal untuk hari depan, sebagai investasi untuk membesarkan dan
mendidik anak-anak, dan lain.lain.
9. Mau bekerja keras. Dunia ini seakan-akan tak memberikan tempat kepada orang
yang leha-leha, yang kerjaannya hanya melamun. Kita harus bekerja keras,
kesempatan harus direbut, karena memang persaingan sedemikian berat.
Bekerja keras adalah pangkal dari keberhasilan dan kesuksesan. Rasanya tidak
ada suatu kisah sukses orang lain tanpa terlebih dahulu bekerja keras.
10. Tepat waktu. Salah satu penyakit kita (umumnya orang Indonesia) adalah “jam
ngaret”, entah itu pergi ke kantor, ketemu dengan teman yang sudah janjian,
menghadiri rapat, dan lain-lain. Orang Barat mengatakan waktu adalah uang
(konsep kapitlis). Kita menyia-nyiakan waktu, maka kira rugi (tidak mendapatkan
Dalam dunia yang penuh persaingan saat ini, bergelar sarjana saja tidak cukup,
tetapi harus dilengkapi dengan sikap professional. Yang dimaksud profesional adalah
orang yang memiliki profesi atau pekerjaan yang dilakukan dengan memiliki kemampuan
yang tinggi dan berpegang teguh kepada nilai moral yang mengarahkan serta mendasari
perbuatan. Atau definisi dari profesional adalah orang yang hidup dengan cara
mempraktekan suatu keterampilan atau keahlian tertentu yang terlibat dengan suatu
kegiatan menurut keahliannya. Jadi dapat disimpulkan profesional yaitu orang yang
menjalankan profesi sesuai dengan keahliannya5.
Penutup
Sukses tidaklah didapat melaui cara-cara yang instan, melainkan perlu kerja keras
dan proses yang panjang, mungkin sepanjang kehidupan kita. Sukses merupakan
kumpulan dari perbuatan dan tindakan kita yang cerdas dalam mengenali berbagai
tantangan kehidupan.
Referensi
Brian Aprianto dan Fonny Arisandy, tt. Pedoman Lengkap Soft Skills, Kunci Sukses
dalam Karier, Bisnis, dan Kehidupan Pribadi. Jakarta: PPM
Frans magnis Suseno, 1987. Etika Dasar, Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral.
Yogyakarta: Kanisius.
Primi Artiningrum, dkk., 2013. Etika dan Perilaku Profesional Sarjana. Jakarta: Graha
Ilmu.
http://www.pengertianku.net/2015/05/pengertian-profesional-dan-ciri-cirinya-lengkap.html
http://darulikhsan.blogspot.co.id/2008/12/10-prinsip-dasar-kehidupan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Etika