Anda di halaman 1dari 8

Resume

Etika Profesi

Oleh
Nama : Azhari Yunis
NIM : 20066009

Program Studi D3 Teknik Elektronika


Jurusan Teknik Elektronika
Universitas Negeri Padang
Tahun 2022
Etika Profesi

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah
hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian dan keterampilan yang tinggi dan melibatkan komitmen
pribadi (moral) yang mendalam (R. T. De George, 1986). Keahlian merupakan suatu aspek yang
dibutuhkan untuk dapat melakukan pekerjaan itu. Tanpa keahlian kita tidak bisa melaksanakan tugas
dengan baik. Dikatakan ahli di sini berarti memerlukan ilmu pengetahuan yang mendalam, keterampilan
dan pengalaman yang matang. Oleh karena itu, profesi membutuhkan pendidikan, pelatihan dan
pengalaman secara memadai untuk menjadi seorang profesional.
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu:

1) Adanya keahlian dan keterampilan khusus. Untuk dapat menjalankan pekerjaannya


dengan baik seorang profesional harus memiliki keahlian dan keterampilan. Para profesional
memiliki keahlian dan keterampilan yang lebih tinggi dari orang dari profesi lain.
Kemampuan ini biasanya diperoleh dari pendidikan, dan pelatihan serta pengalaman yang
bertahun-tahun. Bahkan pendidikan dan pelatihan biasanya dilakukan dengan tingkat seleksi
yang sangat ketat.
2) Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Kaidah dan standar moral ini
dituangkan dalam satu dokumen yang disebut kode etik profesi. Sebagai contoh: kode etik
insinyur, kode etik dokter, kode etik arsitek, dan lain-lain. Kode etik ini berupa aturan sebagai
kaidah moral atau aturan main dalam menjalankan profesinya.
3) Mengabdi pada kepentingan masyarakat. Setiap insan pelaksana profesi harus
mendahulukan kepentingan masyarakat luas di atas kepentingan pribadi.
4) Para profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi. Sebagai profesional, seseorang
hidup dari profesinya. Sebagai imbalan terhadap keahlian, tenaga, pikiran dan keterampilan
mereka dibayar mahal. Di samping itu, profesi juga akan membentuk identitas seseorang.
5) Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi selalu menyangkut
kepentingan orang banyak dan selalu berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu
profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
Profesi harus dikembangkan secara berkelanjutan sebagai jawaban terhadap tuntutan zaman. Untuk
mengembangkan profesi, menurut pendapat Tatty S.B. Amran, memerlukan hal-hal yang terkait
dengan “KASAH” sebagaimana yang dijelaskan berikut ini.
1) Knowledge (Pengetahuan): sesuatu yang didapat dari membaca dan pengalaman.
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu:
a. Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan tentang hal – hal biasa, kejadian sehari – hari
yang selanjutnya disebut pengetahuan.
b. Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang mempunyai sistem dan metode tertentu
yang selanjutnya disebut ilmu pengetahuan.
c. Pengetahuan filosofis, yaitu semacam ilmu istimewa yang mencoba menjawab hal-hal
yang tidak terjawab oleh ilmu – ilmu biasa yang sering disebut dengan filsafat.
d. Pengetahuan teologis, yaitu pengetahuan tentang keagamaan, pengetahuan tentang
pemberitahuan dari Tuhan.
2) Ability (Kemampuan): meliputi kemampuan yang bisa dipelajari, yaitu pengetahuan dan
keterampilan, dan yang alamiah yaitu bakat.
3) Skill (Keterampilan): merupakan keahlian yang diperoleh dari latihan/melakukan secara
terus menerus dan bermanfaat untuk jangka panjang.
4) Attitude (Sikap diri): sikap diri merupakan suatu konsep yang tertanam pada diri seseorang yang
dibentuk oleh suasana lingkungan.
5) Habit (Kebiasaan diri): kegiatan yang harus terus menerus dilakukan yang tumbuh dari dalam
pikiran yang dilandasi dengan kesadaran bahwa usaha membutuhkan proses yang panjang.

Integritas Dalam Menjalankan Sebuah Profesi


Integritas menunjuk pada suatu pengertian sifat dasar yang harus dimiliki seseorang yang utuh
kepribadiannya, bersikap dan bertindak sebagai diri sendiri, konsekwen dalam berbagai dimensi
kehidupan menurut suatu pola kepribadian yang tidak dibuat – buat baik dalam pergaulan,
pekerjaan, maupun dalan segala hal.
Adapun dalam menjalankan profesinya, seorang dituntut memiliki integritas meliputi:
1) Integritas Intelektual: keterlibatan dalam kebenaran, artinya tidak berlaku bohong, dan
mempunyai perasaan jijik terhadap ketidakjujuran intelektual.
2) Integritas Moral: tidak main kotor, tidak berkhianat, memiliki keadilan dasar, jujur, tidak
munafik, tidak kejam, rendah hati, tidak sok pintar, dst.
3) Integritas Religius: agama bukan salah satu sektor terpisah dari kepribadiannya tetapi turut
menentukan sikap orang dalam semua bidang (Benny Tengker, 1994)
Syarat-syarat suatu Profesi
1) Melibatkan kegiatan intelektual.
2) Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
3) Memerlukan persiapan profesional yang dalam dan bukan sekedar latihan.
4) Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
5) Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
6) Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7) Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8) Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.
Kompetensi dan Profesionalisme
Dalam buku Etika Profesi (R. Rizal Isnanto, 2009) telah diuraikan secara lengkap tentang
keterkaitan antara kompetensi dan profesionalisme kerja. Dalam buku ini dimuat pendapat-
pendapat para ahli tentang kedua hal yang dimaksud sebagaimana seperti yang diuraikan pada bagian
berikut ini.
1. Tjerk Hooghiemstra (Integrated Management of Human Resources):
Kompetensi adalah karakteristik pokok seseorang yang berhubungan dengan unjuk kerja
yang efektif atau superior pada jabatan tertentu.
Selanjutnya diuraikan bahwa perlu dibedakan antara unjuk kerja superior dengan rata-rata.
Kompetensi dapat berupa motiv, sifat, konsep diri pribadi, attitude atau nilai-nilai
pengetahuan yang dimiliki, keterampilan dan berbagai sifat-sifat seseorang yang dapat diukur dan
dapat menunjukkan perbedaan antara rata-rata dengan superior.

2. Lyle M. Spencer (“Competence at Work”):


Kompetensi adalah karakteristik pokok seseorang yang berhubungan dengan atau menghasilkan
unjuk kerja yang efektif dan atau superior pada jabatan tertentu atau situasi tertentu sesuai kriteria
yang telah ditetapkan.
Karakteristik pokok mempunyai arti kompetensi yang sangat mendalam dan merupakan bagian
melekat pada pribadi seseorang dan dapat menyesuaikan sikap pada berbagai kondisi atau
berbagai tugas pada jabatan tertentu. Ada lima karakteristik kompetensi: motive, trait (sikap), self
concept (konsep diri: attitude, nilai-nilai atau imajinasi diri), knowledge (pengetahuan) dan skill
(keterampilan).
a. Motive: Keinginan yang menuntut tindak-lanjut, mulai pemikiran sampai dengan tindak
nyata
b. Trait: sifat dan respon yang konsisten terhadap informasi atau situasi.
c. Self Concept: sikap/nilai yang dimiliki atau gambaran dirinya.
d. Knowledge: informasi yang dimiliki dibidang pengetahuan tertentu.
e. Skill: kemampuan melaksanakan tugas tertentu, baik secara fisik maupun mental.

3. ILO/ASPDEP pada seminar penyusunan Regional Model Competency Standards (RMCS),


Bangkok, 1999, kompetensi meliputi:
Keterampilan melaksanakan tugas individu dengan efesien (Task skill). Keterampilan mengelola
beberapa tugas yang berbeda dalam pekerjaannya (Task management skill). Keterampilan
merespon dengan efektif hal-hal yang bukan merupakan pekerjaan rutin dan kerusakan
(Contigency management skill). Keterampilan menghadapi tanggung jawab dan tuntutan
lingkungan termasuk bekerja dengan orang lain dan bekerja dalam kelompok (Job/role
environment skill)
Seseorang dikatakan kompeten bila yang bersangkutan memiliki kemampuan: pengetahuan (kognitif),
keterampilan (motorik) dan attitude (sikap). Berikut ini adalah uraian singkat tentang ketiga
kemampuan yang termasuk dalam kompetensi kerja secara umum.
 Tingkat Pengetahuan
1) Mengenali (to identify)
2) Membedakan (to differentiate)
3) Mengelompokkan (to group)
4) Menganalisis (to analyze)
5) Mensintesis (to synthesize)
6) Merencanakan (to plan)
7) Mengevaluasi (to evaluate/assess)
8) Berkreasi (to create)
 Tingkat Keterampilan:
1) Mengoperasikan (to operate)
2) Menyusun (to set up)
3) Memperbaiki (to repair)
4) Meningkatkan (to improve)
5) Memproduksi (to produce)
6) Menyesuaikan (to adapt)
7) Menginovasi (to innovate)
 Tingkat Sikap
1) Menerima (to receive)
2) Menghargai (to value)
3) Bekerja sama (to work together)
4) Mengkoordinasi (to coordinate)
5) Mengorganisasi (to organize)
6) Bertanggungjawab (to responsible)
7) Memimpin (to lead)
Seseorang dikatakan profesional apabila:
1) Mempraktekkan keahlian dan/atau keterampilan sesuai bidang profesinya
2) Memiliki sikap dan etos kerja yang mencakup keahlian dan keterampilan
3) Mensintesis berbagai informasi untuk melakukan rancangan/rekayasa
4) Menerapkan kaedah keteknikan untuk menangani hal yang belum pernah ditangani
5) Mengembangkan keteknikan dan menerapkan secara berkelanjutan
6) Menerapkan pandangan sistemik dan terpadu dalam memanfaatkan peluang
7) Mengelola dan menggunakan data yang terkait dengan profesinya
8) Menyelenggarakan manajemen dan kepemimpinan untuk menerapkan iptek bagi kepentingan
masyarakat
9) Proaktif, fokus pada lingkar pengaruh (focus on the circle of influence)
10) Merespon sesuai nilai (responding to value)
11) Menerima tanggung jawab (accepting responsibility)
12) Menjadi tokoh transisi (transitional figure) untuk kemanfaatan kelompok
Ciri-ciri SDM profesional:
1. Bekerja secara efisien, efektif dan produktif
2. Mandiri, tidak tergantung pada orang lain
3. Mampu bersaing melalui kompetisi sehat
4. Memiliki kemampuan manajemen dibidang profesinya (managerial skill)
5. Memiliki kemauan untuk belajar seumur hidup (life time education)

Pelaku profesi harus terdorong dan berpeluang melakukan eksplorasi kreatif dengan banyak cara
dan yang cocok dengan karakteristik individu masing-masing. Dengan demikian tak ada kata putus
asa dalam segala keadaan. Dengan bekal berbagai kecerdasan tersebut pastilah semua persoalan
akan dapat diatasi. Dengan berbagai cara dan alternatif yang ada, maka kemampuan dalam berkarya
pasti akan terwujud. Salah satu kecerdasan yang harus dimiliki oleh pelaku profesi adalah EQ
(Emotional Quotient)/ kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi menurut beberapa ahli:
 Daniel Goldman: Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan
sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dengan baik, dan
berhubungan dengan orang lain.
 Peter Salovely & John Mayer: Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk mengerti dan
mengendalikan emosi.
 Cooper & Sawaf: Kecerdasan emosi merupakan kemampuan mengindra, memahami dan
dengan efektif menerapkan kekuatan, ketajaman, emosi sebagai sumber energi,
informasi, dan pengaruh.
 Seagel: Kecerdasan emosi merupakan sifat bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri,
kepekaan sosial, dan adaptasi sosial.
Aspek EQ ada 5 (lima), yaitu:
1) Kemampuan mengenal diri (kesadaran diri).
2) Kemampuan mengelola emosi (penguasaan diri).
3) Kemampuan memotivasi diri.
4) Kemampuan mengendalikan emosi orang lain.
5) Kemampuan berhubungan dengan orang lain (empati).

Prilaku Cerdas Emosi


1) Menghargai emosi negatif orang lain.
2) Sabar menghadapi emosi negatif orang lain.
3) Sadar dan menghargai emosi diri sendiri.
4) Emosi negatif untuk membina hubungan.
5) Peka terhadap emosi orang lain.
6) Tidak bingung menghadapi emosi orang lain.
7) Tidak menganggap lucu emosi orang lain.
8) Tidak memaksa apa yang harus dirasakan.
9) Tidak harus membereskan emosi orang lain.

Melihat karkeristik sebagaimana yang telah diuraikan di atas, Emotional Quotient (EQ)
mempunyai peranan penting dalam meraih kesuksesan dan dapat dianggap sebagai persyaratan bagi
kesuksesan pribadi. Penting bahwa kita perlu memahami apa yang diperlukan untuk membantu kita
membangun kehidupan yang positif dan memuaskan, karena ini akan mendorong terwujudnya
keprofesionalan kita.
Kecerdasan emosional dapat dibangun dengan menggunakan metode atau cara-cara yang dalam
pelaksanaannya melibat emosi. Beriktu ini adalah cara membangun kecerdasan emosional (Patricia
Patton) sebagai berikut.
1) Memahami pentingnya peran emosi dan memahami yang memungkinkan anda
merasakan perbedaan besar dalam bagaimana kita mengendalikan emosi. Seperti ketika
merasakan kegembiraan yang luar biasa yang membuat seseorang tidak mampu mengontrol
perasaannya. Pemahaman ini sangat diperlukan untuk mencegah agar keinginan ingin berbagi
dan rasa menghormati perasaan orang lain tidak terkorbankan.
2) Menyadari kenyataan bahwa tidak seorangpun memiliki perasaan yang sama tentang satu hal
yang sama. Dengan dimikian akan mengapresiasi adanya perbedaan pandangan, perbedaan
pendapat, dan lain-lain.
3) Mengekang emosi bukanlah tindakan tepat karena akan mengarahkan kita pada tindakan-
tindakan yang tidak baik. Yang paling tepat adalah menyalurkan emosi secara wajar dan
bertahap.
4) Mempertajam kemampuan intuisi dalam memecahkan masalah ketika menghadapi suatu
masalah besar yang kita tidak mungkin dapat mengontrolnya. Ini penting untuk
memahami perbedaan antara pengaruh dan pengendalian (kontrol). Ada kemungkinan kita
dapat mempengaruhi masyarakat dan situasi, tetapi dapat juga terjadi kemungkinan
sebaliknya, masyarakat yang ingin mengendalikan segalanya.
5) Mengetahui keterbatasan diri sendiri dan tahu kapan kita perlu mengubah strategi.
6) Memungkinkan orang lain menjadi diri sendiri, tanpa memaksakan harapan kita pada mereka.
7) Mengetahui diri sendiri dan menghargai potensi yang kita miliki bagi pertumbuhan
pribadi.
8) Mengetahui pentingnya kasih sayang, perhatian dan berbagi bagi sesa

Anda mungkin juga menyukai