Anda di halaman 1dari 97

LAPORAN PRAKTIKUM

KOMUNIKASI PERTANIAN
(Dampak Degradasi Lahan Terhadap Swasembada Pangan)

Disusun oleh:

Anggun Rifay Fentria H0417009


Irfina Widya Istiqomah H0417037
Muhamad Wahid Agung S. H0417047
Rieke Salsabila H0417059
Winda Puspita Dewi H0417083

PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019

i
ii
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas izin, rahmat serta hidayahnya saya dapat menyelesaikan laporan praktikum
Komunikasi Pertanian ini dengan baik. Laporan ini disusun guna melengkapi nilai
mata kuliah Komunikasi Pertanian. Adanya laporan ini, penulis mengharapkan
dapat menambah pengetahuan pembaca tentang Komunikasi Pertanian.
Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang
telah membimbing dan memberikan masukan serta semangat agar laporan ini
dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Pertanian yang telah
memberikan ilmu.
2. Co-Assisten Komunikasi Pertanian yang telah membimbing dan
mengarahkan dalam penyusunan laporan ini.
3. Orang tua dan teman-teman yang memberikan dukungan semangat
serta dorongan motivasi agar dapat terselesaikannya laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak
kesalahan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik guna membangun
serta memperbaiki kesalahan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca untuk menambahkan wawasan.
Surakarta, Juli 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum ................................................................................. 3
C. Waktu dan Tempat................................................................................ 4
II. LANDASAN TEORI ................................................................................. 5
A. Komunikasi Pertanian .......................................................................... 5
B. Permasalahan Pembangunan Pertanian ............................................... 6
C. Identifikasi Masalah ............................................................................ 8
D. Sasaran Komunikasi Pertanian ............................................................ 10
E. Tujuan Komunikasi ............................................................................. 12
F. Perencanaan Komunikasi .................................................................... 14
G. Perancangan atau Desain Pesan Komunikasi ...................................... 16
H. Evaluasi Komunikasi Pertanian ........................................................... 18
III. HASIL PRAKTIKUM .............................................................................. 21
A. Permasalahan Riil Pembangunan Pertanian. ....................................... 21
B. Deskripsi Khalayak Sasaran Komunikasi Pertanian ............................ 23
C. Tujuan Komunikasi .............................................................................. 26
D. Perencanaan Media Komunikasi .......................................................... 27
E. Perancangan/ Desain Pesan Komunikasi .............................................. 28
F. Deskripsi Pelaksanaan Komunikasi Pertanian .................................... 29
G. Evaluasi Kegiatan Komunikasi Pertanian ........................................... 29
IV. PENUTUP ................................................................................................. 31
A. Kesimpulan .......................................................................................... 31
B. Saran .................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi pertanian menjadi sebuah kebutuhan dalam tugas seorang
penyuluh pertanian. Peranan komunikasi pertanian menjadi sangat penting
dalam memajukan dan meningkatkan kesejahteraan petani beserta keluarga
tani. Penyampaian informasi pertanian akan semakin efektif bila kita
memahami bagaimana sebenarnya konsep penyuluhan pertanian yang baik dan
tepat sehingga mampu tepat sasaran. Komunikasi pertanian yaitu pernyataan
antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan dibidang pertanian, baik secara
perorangan maupun secara berkelompok yang sifatnya umum dengan
menggunakan lambamg-lambang tertentu. Penyuluh pertanian adalah proses
penyampaian informasi dibidang pertanian agar hasil pertanian meningkat dari
tahun ke tahun. Pentingnya mempelajari komunikasi pertanian dalam rencana
pembangunan nasional yakni sebagai alat pembading program-program yang
akan dijalakan pada masa yang akan datang sehingga memiliki program yang
dapat diadalkan.
Degradasi lahan adalah proses di mana kondisi lingkungan
biofisik berubah akibat aktivitas manusia terhadap suatu lahan. Perubahan
kondisi lingkungan tersebut cenderung merusak dan tidak diinginkan. Bencana
alam tidak termasuk faktor yang mempengaruhi degradasi lahan, namun
beberapa bencana alam seperti banjir, longsor, dan kebakaran hutan merupakan
hasil secara tidak langsung dari aktivitas manusia sehingga dampaknya bisa
disebut sebagai degradasi lahan. Degradasi lahan memiliki dampak terhadap
produktivitas pertanian, kualitas lingkungan, dan memiliki efek
terhadap ketahanan pangan. Diperkirakan hingga 40% lahan pertanian yang
ada di dunia saat ini telah terdegradasi.
Degradasi lahan merupakan masalah serius yang sebagian besar terkait
dengan aktivitas pertanian. Penyebab utama terjadinya degrdasi lahan yaitu
pembersihan lahan seperti tebang habis dan deforestasi, hilangnya nutrisi tanah
secara permanen akibat praktik pertanian yang kurang baik, penggembalaan

1
2

hewan berlebih, irigasi yang tidak baik dan pemngambilan air tanah berlebih,
rebakan kota dan pembangunan usaha komersial, kontaminasi tanah,
pertambangan, aktivitas olahraga seperti berkendara off-road, perluasan lahan
yang menabrak habitat hewan liar, pembajakan tanah berlebihan (erosi
mekanis), pertanian monokultur dan pembuangan sampah non-biodegradable
seperti plastik. Kepadatan populasi manusia yang tinggi tidak selalu terkait
dengan degradasi lahan, melainkan praktik yang dilakukan manusia terhadap
lahan yang ditempatinya. Populasi dapat mendayagunakan sekaligus
melestarikan lahan jika menginginkannya tetap produktif dalam waktu lama.
Degradasi tanah di Indonesia yang paling dominan adalah erosi. Proses
ini telah berlangsung lama dan mengakibatkan kerusakan pada lahan-lahan
pertanian. Jenis degradasi yang lain adalah pencemaran kimiawi, kebakaran
hutan, aktivitas penambangan dan industri, serta dalam arti luas termasuk juga
konversi lahan pertanian ke nonpertanian. Degradasi tanah tidak hanya
berdampak buruk terhadap produktivitas lahan, tetapi juga mengakibatkan
kerusakan atau gangguan fungsi lahan pertanian. Erosi tanah oleh air
menurunkan produktivitas secara nyata melalui penurunan kesuburan tanah,
baik fisika, kimia maupun biologi. Hal ini terjadi karena tanah lapisan atas
memiliki tingkat kesuburan paling tinggi, dan menurun pada lapisan di
bawahnya. Penyebab utama penurunan kesuburan tersebut adalah kadar bahan
organik dan hara tanah makin menurun, tekstur bertambah berat, dan struktur
tanah makin padat. Penurunan produktivitas dan produksi pertanian juga dapat
terjadi akibat proses degradasi jenis lain seperti kebakaran hutan (lahan) dan
longsor, serta konversi lahan pertanian ke nonpertanian.
Degradasi lahan bisa berdampak pada swasembada pangan. Swasembada
pangan menjadi program pembangunan pertanian yang strategis karena
memiliki dampak luas. Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup, mutu
bahan pangan yang baik, serta nilai gizi yang tinggi memiliki dampak luas
pada perekonomian dan mutu sumber daya manusia. Beras sebagai bahan
pangan utama menjadi target utama pemerintahan untuk dapat mencapai
swasembada. Akibat dari adanya degradasi lahan dimana tingkat kesuburan
3

tanah menjadi menurun bisa mengakibatkan penurunan produktivitas hasil


pertanian dan menganggu keberjalanan program dari pemerintah dalam hal
swasembada pangan.
Praktikum komunikasi pertanian ini, dapat kami manfaatkan sebagai
wadah untuk merubah sikap dan perilaku masyarakat dalam menyikapi
permasalahan akibat degradasi lahan yang berdampak pada swasembada
pangan. Membangun kesadaran masyarakat ini dilakukan, dalam rangka
membangun ketahanan pangan berkelanjutan, bersamaan dengan upaya
mengatasi permasalahan konversi lahan, perubahan iklim, dan volatilitas harga
pangan yang menyebabkan semakin sulitnya meningkatkan produksi.

B. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengimplementasikan pengetahuan
komunikasi pertanian pada umumnya, mulai analisis khalayak,
menentukan materi sesuai dengan kebutuhn sasaran,
perencanaan/perancangan media dan metode yang akan digunakan dalam
mengkomunikasikan inovasi pertanian.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu:
a. Mengidentifikasi permasalahan riil berkaitan dengan pembangunan
pertanian.
b. Mengenali dan mendeskripsikan karakteristik khalayak sasaran.
c. Merumuskan kebutuhan informasi khalayak sasaran komunikasi
pertanian.
d. Merumuskan tujuan komunikasi pertanian, dan menentukan materi
sesuai kebutuhan khalayak sasaran.
e. Merancang/mendesain (pendekatan, saluran/media, desain pesan
komunikasi pertanian) sesuai inovasi dari khalayak sasaran.
f. Mengaplikasikan program komunikasi pertanian yang telah
direncanakan.
4

C. Waktu dan Tempat

Agenda Tanggal Pelaksanaan Tempat


Mengidentifikasi
permasalahan riil berkaitan
dengan pembangunan
pertanian
Mengenali dan
mendeskripsikan
karakteristik khalayak
sasaran
Merumuskan kebutuhan
informasi khalayak sasaran
komunikasi pertanian
Merumuskan tujuan
komunikasi pertanian
Merencanakan media
komunikasi pertanian
Merancang/mendesain pesan
komunikasi pertanian
Mengaplikasikan hasil
desain pesan komunikasi
pertanian
II. LANDASAN TEORI

A. Komunikasi Pertanian
Komunikasi Pertanian memuat berbagai informasi perkembangan
pertanian serta dari sisi sebaliknya, yaitu mengkomunikasikan apa yang
menjadi permasalahan atau hal-hal yang dialami oleh petani dan stakeholders
terkait. Pertanian adalah proses menghasilkam bahan pangan, ternak, serta
produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya
tumbuhan dan hewan. Komunikasi pertanian adalah suatu proses
penyampaian informasi pertanian (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak ke
pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya (Oktarina dan
Yudi, 2017).
Komunikasi adalah suatu proses yang dilakukan individu dalam hubungan
dengan individu lain atau individu dengan kelompok, organisasi maupun
dalam masyarakat. Komunikasi tersebut guna menciptakan, mengirimkan dan
mempertukarkan sebuah informasi. Komunikasi pertanian adalah suatu
mekanisme atau proses penyampaiana pesan-pesan, gagasan-gagasan,
harapan-harapan dan perasaan-perasaan di bidang pertanian, berasal dari
aparat pertanian (sebagai sumber/ source) kepada para petani dan keluarganya
(penerima/ receiver) yang berlangsung dengan menggunakan lambing-
lambang tertentu, seiring dengan metode penyuluhan pertanian
(Suryana, 2016).
Kajian komunikasi pertanian dan pembangunan dalam bidang pertanian
perlu mendapatkan tempat tersendiri. Komunikasi pertanian adalah suatu
pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang
pertanian, baik secara perorangan atau berkelompok yang sifatnya umum
menggunakan lambing-lambang tertentu. Komunikasi pertanian dalam
penggunaannya untuk bidang penyuluhan sangat penting guna menunjang
penyerapan informasi dari penyuluh sehingga pesan yang disampaikan oleh
penyuluh dapat diterima dan diterapkan dengan baik dan benar (Anggriyani,
2014).

5
6

Peran komunikasi pembangunan pertanian juga penting dalam


mewujudkan swasembada pangan dan diversifikasi pangan sebagai landasan
terciptanya kemandirian pangan dan ketahanan pangan yang andal.
Kemandirian panganhanya dapat terwujud jika pembangunan dilaksanakan
atas prakarsa masyarakat sebagai bentuk kesadaran untuk membangun usaha
tani modern dengan didukung strategi komunikasi yang efektif dan efisien.
Adopsi inovasi teknologi akan meningkatkan produktivitas dan kualitas
produk, menekan susut, meningkatkan nilai tambah dengan pendekatan
pemberdayaan dan partisipasi petani serta memperkokoh kelembagaan dan
daya saing (Rangkuti, 2017).
Komunikasi pertanian dengan penyuluhan pertanian sering disama artikan,
padahal keduanya berbeda satu sama lain. Komunikasi pertanian adalah suatu
pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang
pertanian, baik secara perorangan atau berkelompok yang sifatnya umum
menggunakan lambing-lambang tertentu. Penyuluhan pertanian adalah sistem
pendidikan di luar sekolah (informal) yang diberikan kepada petani dan
keluarganya dengan maksud agar mereka mampu, sanggup dan berswadaya
memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraannya. Komunikasi mempunyai
pengertian yang lebih luas disbanding dengan penyuluhan. Penyuluhan selalu
ada unsur komunikasi sedangkan komunikasi belum tentu ada unsur
penyuluhan (Musyafak dan Tatang, 2017).

B. Permasalahan Pembangunan Pertanian


Ada berbagai dampak yang dapat ditimbulkan dari adanya pembangunan
pertanian (revolusi hijau). Salah satu dampaknya adalah adanya perubahan
dalam kehidupan masyarakat, baik dalam struktur, kultur, maupun interaksi
dalam masyarakat pertanian tersebut. Persebaran dari teknologi pertanian
telah memberikan kemajuan yang sangat berarti untuk petani di daerah
tersebut. Persebaran dari teknologi pertanian telah memberikan kemajuan
yang sangat berarti untuk petani di daerah tersebut. Mulai dari pemilihan bibit
unggul, penggunaan pupuk kimia, dan pestisida petani didaerah tersebut telah
mengenal dengan baik teknologi pertanian tersebut, namun semua itu tidak
7

serta merta dapat merubah kehidupan ekonomi para petani dengan merata.
Ketidakrataan ekonomi ini lebih disebabkan oleh pemeratann pemilikan tanah
dan penguasaan lahan yang sangat tidak merata (Sjamsir, 2017).
Pembangunan pertanian pada dasarnya meliputi pengembangan dan
peningkatan pada faktor-faktor: teknologi, sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, dan kelembagaan. Sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi
dan penggerak utama ekonomi nasional dan sebagian besar daerah, melalui
perannya dalam pembentukan PDB/ PDRB, perolehan devisa, penyediaan
pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penciptaan
kesempatan kerja/ pengurangan pengangguran, dan peningkatan pendapatan
masyarakat. Salah satu agenda pembangunan ekonomi adalah Revitalisasi
Pertanian. Disamping keberhasilan melaksanakan peran konvensionalnya di
atas, pembangunan sektor pertanian dihadapkan pada tantangan lingkungan
strategi internasional seperti: liberalisasi pasar global dan ketidakadilan
perdagangan internasional, perubahan sistem dan manajemen produksi,
perwujudan ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan, serta kemajuan
pesat dalam penemuan dan pemanfaatan teknologi tinggi (Sunarso, 2017).
Dampak kebakaran hutan yang sangat dirasakan manusia berupa kerugian
ekonomis yaitu hilangnya manfaat dari potensi hutan seperti tegakan pohon
yang biasa digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan bahan
bangunan, bahan makanan, dan obat-obatan, serta satwa untuk memenuhi
kebutuhan akan protein hewani dan rekreasi. Berdasarkan beberapa hasil
penelitian menunjukan bahwa penyebab utama kebakaran hutan adalah faktor
manusia yang berawal dari kegiatan atau permasalahan sebagai berikut: (1)
sistem perladangan tradisional; (2) pembukaan hutan oleh para pemegang
HPH; (3) penyebab struktural (Rasyid, 2014).
Tujuan utama dari usaha pembangunan ekonomi wilayah atau
pembangunan daerah adalah selain berupaya menciptakan pertumbuhan yang
setinggi-tingginya juga berupaya menghapus atau mengurangi tingkat
kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran atau
menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk di suatu wilayah. Kesempatan
8

kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memungkinkan penduduk


memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu
tujuan kebijakan pembangunan ekonomi adalah untuk pencapaian target
pertumbuhan ekonomi dengan pemanfaatan potensi dan sumberdaya yang
ada. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus
tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian
(Gunawan, 2015).
Sumber daya manusia pertanian mempunyai peran penting dalam
membangun pertanian berkelanjutan. Rencana strategis Kementerian
Pertanian memfokuskan pembangunan pertanian melalui konsep
pembangunan pertanian berkelanjutan. Paradigma pembangunan pertanian
berkelanjutan pada hakekatnya adalah sistem pembangunan pertanian melalui
pengelolaan secara optimal seluruh potensi sumberdaya, baik sumberdaya
alam, sumberdaya manusia, kelembagaan, dan teknologi, untuk menjaga agar
suatu upaya terus berlangsung dan tidak mengalami kemerosotan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki komitmen membangun
sektor pertanian merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan
pertanian berkelanjutan (Susilowati, 2016).

C. Identifikasi Masalah
Penelitian sebagai suatu proses bertahap bersiklus yang dimulai dengan
identifikasi masalah atau isu yang akan diteliti. Setelah masalah
teridentifikasi kemudian diikuti dengan mereview bahan bacaan atau
kepustakaan. Masalah ini biasanya didahului dengan pertanyaan reflektif
tentang isu-isu yang sedang hangat dan kontrovensial dan menuntut adanya
jawaban atau pemecahannya. Ada beberapa pertanyaan pemandu seperti:
mengapa masalah tersebut penting dijadikan sasaran penelitian? Bagaimana
keadaan sosial disekitar peristiwa? Dan lain sebagainya (Raco, 2010).
Riset identifikasi masalah dilakukan untuk membantu mengidentifikasi
masalah yang mungkin belum tampak atau mungkin akan timbul di waktu
yang akan datang. Masalah bisa dibagi menjadi dua, yaitu masalah yang
9

berhubungan dengan lingkungan makro atau lingkungan luar dan masalah


yang berhubungan dengan lingkungan mikro atau strategi pemasaran. Riset
pemasaran juga bisa dikelompokan atas dasar tujuan atau alasannya, yaitu
riset untuk mengidentifikasi masalah dan riset untuk pemecahan masalah
(Istijanto, 2009).
Langkah-langkah dalam memecahkan masalah meliputi 4 tahap yaitu (1)
identifikasi masalah (2) menyusun strategi pemecahan masalah (3)
melaksanakan strategi pemecahan yang dirancang (4) memeriksan kembali
jawaban. Identifikasi masalah merupakan kegiatan mengidentifikasi situasi
problematis yang ada dalam suatu masalah. Pendefinisian masalah merupakan
usaha memberi batasan/definisi terhadap berbagai hal yang terkait dengan
suatu masalah misalnya topik, ruang lingkup, ide-ide tertentu, konsep-konsep
yang terkait dan berbagai istilah yang dapat menimbulkan pengertian ganda
(Murdiana, 2015).
Langkah pertama dalam penelitian yaitu identifikasi masalah, identifikasi
melalui pra observasi, dan dari identifikasi masalah ini peneliti dapat menarik
sebuah kesimpulan. Proses identifikasi masalah penting dilakukan agar
rumusan masalah menjadi tajam dan sebagai bentuk data awal bahwa dalam
penelitian ilmiah tersebut memang dibutuhkan pemecahan masalah melalui
penelitian. Identifikasi masalah dirumuskan bersesuaian sebagaimana latar
belakang masalah, berdasarkan fakta dan data yang ada di lapangan.
Identifikasi masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat
deklaratif, sementara rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat
tanya (Lestari, 2015).
Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengidentifikasi sebuah masalah.
Metode penelitian yang dapat digunakan yaitu dengan desain penelitian,
desain penelitian ini dapat menggunakan pendekatan riset deskriptif dimana
memiliki tujuan yaitu untuk mengidentifikasi. Metode analisis data juga
digunakan untuk mengidentifikasi sebab dari masalah yang terjadi dalam
sebuah proses dan dijadikan gambaran proses perbaikan (Putri et al., 2017).
10

D. Sasaran Komunikasi Pertanian


1. Khalayak Sasaran Komunikasi Pertanian
Komunikasi dimulai dengan merumuskan terlebih dahulu sasaran
komunikasi. Mengapa batasan sasaran sangat penting yaitu untuk
menghindari jumlah orang pada kelompok sasaran, tingkat keberagaman
kelompok sasaran berdasarkan kriteria tertentu. Rumusan karakteristik
sasaran dapat dibagi-bagi dalam stratifikasi dan kategori, misalnya
berdasarkan geografis seperti desa/kota, daerah pesisir/pegunungan dan
daerah kumuh/elit. Berdasarkan hal yang lain juga bisa, seperti asas
demografis yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jenis pendidikan,
status perkawinan dan jenis pekerjaan. Mungkin dapat pula gabungan
antara geografis dan demografis yang terbentuk dalam kategori “baru”,
seperti sekelompok ibu yang tamat SD dan berdiam di daerah pedesaan
pesisir pantai, dan seterusnya. Batasan sasaran berdasarkan karakteristik
ini memudahkan pembicara untuk merancang tampilan dirinya ketika
berbicara, rancangan pesan dan penggunaan media hingga ke efek seperti
apa yang dikendaki (Liliweri, 2011).
Ada tiga sasaran utama dari upaya penerapan teknologi informasi
dalam suatu organisasi. Pertama, memperbaiki efisiensi kerja dengan
melakukan otomasi berbagai proses yang mengelola informasi. Kedua,
meningkatkan keefektifan manajemen dengan memuaskan kebutuhan
informasi guna pengambilan keputusan. Ketiga, memperbaiki daya saing
atau meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi dengan merubah
gaya dan cara berbisnis (Wedhasmara, 2010).
Ketidaktepatan penentuan khalayak sasaran berdasarkan kebutuhan
informasinya akan mengakibatkan kerugian secara materi, bahkan
berkemungkinan memperburuk situasi yang ingin diperbaiki tersebut.
Apabila ketika dihadapkan dengan banyak khalayak, maka komunikator
harus mampu memprioritaskan khalayak mana yang terlebih dahulu
diperhatikan berdasarkan kebutuhan akan informasi yang ingin diperoleh.
Sasaran komunikasi akan memilih saluran sesuai dengan melihat saluran
11

apa yang tersedia, berapa biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh


saluran, dan saluran apa yang dipilihkan oleh sumber
(Pertiwi dan Saleh, 2015).
2. Kebutuhan Sasaran Komunikasi Pertanian
Sebuah program haruslah dimulai dari identifikasi masalah secara
jernih. Langkah pertama yang harus dilakukan sumber kampanye adalah
mengidentifikasi masalah faktual yang dirasakan. Kemudian dicari
hubungan sebab-akibat (cause and effect relationship) dengan fakta-fakta
yang ada. Tahap kedua adalah pengelolaan kampanye yang dimulai dari
perancangan, pelaksanaan hingga evaluasi. Dalam tahap ini perlu
dilakukan riset untuk mengidentifikasi karakteristik khalayak sasaran
untuk dapat merumuskan pesan, aktor kampanye, saluran hingga teknis
pelaksanaan kampanye yang sesuai. Pesan untuk kegiatan School Visit
dibuat berbeda sesuai dengan tingkat sekolah yang dituju. Hal tersebut
sesuai dengan konsep pesan yang tertulis pada Bab Teori dan Konsep
yang menyebutkan bahwa pesan tidaklah berdiri sendiri, karena pesan
yang baik harus sesuai, terutama, dengan karakteristik khalayak sasaran
dan efek yang diharapkan (Misnawati, 2013).
Ada lima hal yang perlu diputuskan ketika social marketer
memanfaatkan media massa sebagai sarana untuk mempromosikan
produk sosial. Kelima hal tersebut adalah sebagai berikut yaitu tujuan,
waktu, pesan media dan eksekusi. Tujuan promosi harus dikaitkan
dengan tujuan komunikasi, yaitu mengarah pada aspek kognitif, afektif,
dan konatif. Pesan yang disampaikan harus menonjolkan keunggulan
untulk memuaskan kebutuhan dan -lain yang berhubungan dengan jenis-
jenis pesan media yang diterima. Berdasarkan adanya pengelompokan
tersebut, komunikator dapat keinginan sasaran. Media dipilih yang cocok
dengan karakteristik khalayak sasaran agar mampu meyakinkan sasaran.
Pemilihan waktu melibatkan kapan disampaikan, melibatkan bulan,
minggu, hari, dan jam yang tepat untuk mendapatkan sebanyak mungkin
12

khalayak sasaran. Eksekusi harus mampu menginformasikan dan


memersuasi khalayak sasaran (Pudjiastuti, 2016).

E. Tujuan Komunikasi
Tujuan adalah apa yang harus atau direncanakan untuk dicapai dalam
aktivitas komunikasi. Tujuan ini dapat dicapai manakala kita melaksanakan
tugas-tugas yang dirumuskan dalam fungsi-fungsi. Tujuan berarti tentang
hasil atau output dari setiap upaya yang dilakukan, demikian pula halnya
dengan aktivitas komunikasi yang dilakukan untuk memenuhi harapan dan
tujuan tertentu setelahnya. Penetapan tujuan komunikasi dirancang oleh
pengirim atau bertindak sebagai komunikator yang bertujuan petunjuk arah,
haluan, sasaran yang ingin dicapai melalui kegiatan komunikasi. Pentingnya
penetapan tujuan komunikasi antara lain: akan meningkatkan kemungkinan
individu mengekspos diri kepada sumber komunikasi dan situasi yang
berkaitan dengan tujuan komunikasi yang ditetapkan, tujuan akan
meningkatkan kontak individu dengan orang lain yang tertarik dalam
aktivitas yang sama, dan akan memiliki pengaruh tambahan pada penerima
informasi (Rustan dan Nurhakki, 2017).
Tujuan umum komunikasi sekurang-kurangnya ada lima, yaitu
mempengaruhi orang lain, membangun atau mengelola relasi antarpersonal,
menemukan perbedaan jenis pengetahuan, membantu orang lain dan bermain
atau bergurau. Kategori lain menyebutkan bahwa manusia menjalani semua
bentuk komunikasi dengan tujuan komunikasi sebagai berikut: pengirimkan
pesan, menerima pesan, menginterpretasikan pesan, merespons pesan secara
tepat dan jelas, bertukar pesan atau informasi. Pendukung tujuan utama
meliputi mengoreksi informasi dan memberikan kepuasan serta kesenangan
berdasarkan pesan/informasi (Liliweri, 2011).
Komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan
pengertian dengan cara mengindahkan pesan dalam suatu proses dimana
seseorang atau beberapa orang, organisasi, dan menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Komunikasi yang dilakukan
oleh setiap orang tentunya memiliki mempunyai tujuan komunikasi, salah
13

satu tujuannya adalah mentransfer nilai norma, adat istiadat/budaya suatu


daerah memiliki suatu tradisi dan adat istiadat/budaya yang berbeda dengan
daerah lain. Tujuan komunikasi juga untuk menghibur, memberikan
informasi, dan mendidik (Hermawan et al., 2018).
Komunikasi mempunyai tujuan dan fungsi. Komunikasi sebagai
komunikasi instrumental yang mempunyai beberapa tujaun umum antara lain:
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan
tindakan, dan juga menghibur. Komunikasi tidak saja digunakan untuk
menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan
hubungan tersebut. Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai
tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun
jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian,
menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan
material, ekonomi dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan
pengelolaan kesan (impression management) yakni taktik-taktik verbal dan
nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji, yang pada dasarnya
untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita
inginkan (Lawasi dan Boge, 2017).
Komunikasi adalah sebuah proses penting yang digunakan oleh manusia
dalam pertukaran pengalaman dan ide yang menjadi pemicu penting bagi
penyampaian pengetahuan dan persepsi dari berbagai jenis. Tujuan
komunikasi antara lain sebagai berikut: 1) informasi, untuk memberikan
informasi yang menggunakan pendekatan dengan pemikiran, 2) persuasif,
untuk menggugah perasaan penerima, 3) mengubah perilaku (sikap,
pengetahuan dan keterampilan) perubahan sikap terhadap pelaku
pembangunan, 4) meningkatkan kemampuan untukmengembangkan usaha
secara efisien di bidang usaha yang dapat memberi manfaat dalam batas
waktu yang tidak tertentu, 5) mewujudkan partisipasi aktif masyarakat dalam
pembangunan (Satriani et al., 2015).
14

F. Perencanaan Komunikasi
Perencanaan komunikasi adalah proses mengalokasikan sumber daya
komunikasi untuk mencapai tujuan organisasi. Sumber daya tersebut tidak
saja mencangkup media massa dan komunikasi antarpribadi, tetapi juga setiap
aktivitas yang dirancang untuk mengubah perilaku dan menciptakan.
Penerapan keterampilan-keterampilan tertentu di antara individu dan
kelompok dalam lingkup tugas -tugas yang dibebankan oleh organisasi.
Perencanaan komunikasi adalah suatu usaha yang sistematis dan kontinu
dalam mengorganisir aktivitas manusia terhadap upaya penggunaan
sumberdaya komunikasi secara efisien guna merealisasikan kebijakan-
kebijakan komunikasi. Perencanaan komunikasi adalah sebuah dokumen
tertulis yang menggambarkan tentang apa yang harus dilakukan yang
berhubungan dengan komunikasi dalam pencapaian tujuan, dengan cara apa
yang dapat dilakukan sehingga tujuan tersebut dapat dicapai, dan kepada
siapa program komunikasi itu ditujukan, dengan peralatan dan dalam jangka
waktu berapa lama hal itu bisa dicapai, dan bagaimana cara mengukur
(evaluasi) hasil-hasil yang diperoleh dari program tersebut (Rochayat, 2015).
Perencanaan komunikasi menjelaskan bagaimana cara menyebarluaskan
pesan yang tepat dari komunikator kepada khalayak yang tepat, melalui
saluran yang tepat, dan waktu yang tepat pula. Proses komunikasi yang
dilaksanakan tidak luput dari berbagai rintangan atau hambatan. Perencanaan
komunikasi dimaksudkan untuk mengatasi rintangan-rintangan yang ada,
guna mencapai efektivitas komunikasi, sedangkan dari fungsi dan kegunaan
komunikasi perencanaan diperlukan untuk mengimplementaskan program-
program yang ingin dicapai. Perencanaan komunikasi dalam kerangka yang
sangat sederhana dikaitkan dengan bagaimana menciptakan komunikasi yang
efektif. Perencanaan komunikasi diperlukan untuk menyusun strategi agar
program-program pembagunan yang berskala nasional bisa berhasil dalam
kerangka yang lebih luas (Wijaya, 2015).
Perencanaan komunikasi adalah proses pengalokasian sumber daya
komunikasi untuk mencapai tujuan organisasi. Sumber daya tersebut tidak
15

saja mencakup media massa dan komunikasi antar pribadi, tapi juga setiap
aktivitas yang dirancang untuk mengubah perilaku dan menciptakan
keterampilan-keterampilan tertentu di antara individu dan kelompok dalam
lingkup tugas-tugas yang dibebankan oleh organisasi. Perencanaan
komunikasi berpusat pada pemanfaatan komunikasi sebagai suatu upaya
mobilisasi yang terintegrasi di dalam suatu komunitas (Wardana, 2016).
Perencanaan komunikasi harus memperhatikan perencanaan untuk
program atau rubik yang dibutuhkan atau yang diinginkan. Perencanaan
untuk program berkelanjutan atau program sekali tayang atau cetak.
Perencanaan untuk program audience khusus atau umum.perncanaan untuk
berita, peneragan atau cerita, untuk repeat program atau fresh program. Selain
itu, untuk perencanaan harus mempertahankan tujuan dari komunikasi yang
direncanakan, sasaran, situasi ketika komunikasi dilancarkan, dana yang
tersedia, efek yang mungkin timbul setelah komunikasi dilancarkan, pesan
yang akan disampaikan. Komunikator yang tepat, format yang cocok, dan
durasi yang pas (Sari, 2009).
Pemilihan strategi perencanaan komunikasi harus diawali dengan langkah-
langka. Langkah pertama adalah menetapkan komunikator. Komunikator
menjadi sumber dan kendali semua aktivitas komunikasi dalam berbagai
kajian komunikasi, karena itu jika suatu proses komunikasi tidak berhasil
dengan baik, maka kesalahan utama bersumber dari komunikator, karena
komunikatorlah yang tida memahami penyusunan pesan, memilih media yang
tepat, dan mendekati khalayak yang menjadi target sasaran. Komunikator
memegang peranan yang sangat penting sebagai pelaku utama dalam aktivitas
komunikasi. Seorang komunikator yang akan bertindak sebagai ujung tombak
suatu program harus terampil berkomunikasi, kaya ide, serta penuh daya
kreativitas. Syarat yang harus dimiliki seorang komunikator yakni;
kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan. Menetapkan target sasaran dan analisis
kebutuhan khalayak atau disebut juga komunikan dalam studi komunikasi
(Effendi, 2009).
16

G. Perancangan atau Desain Pesan Komunikasi


Struktur pesan memiliki peran penting dalam komunikasi persuasi yang
dapat mengubah pengetahuan dan penilaian petani mengenai inovasi Good
Agricultural Practices (GAP). Desain pesan dua sisi dinilai efektif dalam
mengubah dan mempertahankan sikap seseorang sesuai dengan tujuan isi
pesan karena memiliki informasi berimbang antara keunggulan (sisi positif
pesan) dan kekurangan (sisi 16ymbol1616 pesan). Desain pesan dua sisi yang
ditayangkan kepada petani dengan media video terbukti efektif meningkatkan
pengetahuan petani namun tidak terbukti mengubah penilaian petani. Hal
tersebut disebabkan karena penilaian awal petani pada inovasi GAP sudah
berada pada kategori mendukung (favorable) sehingga ketika diberi
perlakuan, penilaian masih tetap berada pada kategori tersebut. Video pesan
dua sisi dapat meningkatkan pengetahuan petani, sementara penilaian yang
awalnya sudah berada pada kategori mendukung semakin tinggi nilainya
karena diberi perlakuan (Mahdalena et al., 2017).
Kelima kawasan teknologi pendidikan adalah (1) design, (2) development,
(3) utilization, (4) management, dan (5) evaluation. Salah satu dari kawasan
desain adalah desain pesan (message design). Desain merupakan proses untuk
menentukan kondisi belajar. Sedangkan desain pesan adalah perencanaan
untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan. Tiga prinsip desain yaitu (1)
perhatian, (2) persepsi dan (3) daya serap yang mengatur penjabaran bentuk
fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima.
Prinsip-prinsip desain pesan akan tidak sama dalam penggunaannya,
tergantung dari sifat medianya apakah bersifat statis, dinamis atau kombinasi
dari keduanya (seperti, foto, bagan, audio atau film). Menghasilkan suatu
desain pesan yang dapat menarik perhatian diperlukan pertimbangan yang
cerdas dalam mengorganisir elemen-elemen grafis. Ciri-ciri desain yang baik
adalah dapat menarik perhatian, pesan di dalamnya mudah dipahami dan
dimengerti, informasi pesan dilengkapi dengan informasi visual serta dapat
mengangkat intisari pesan di dalamnya, desain yang dibuat juga
menggambarkan lingkungan dan perasaan masyarakat (Wahyudi, 2019).
17

Rancangan (desain) menunjukkan adanya suatu proses dan suatu hasil.


Sebagai suatu proses, rancangan pesan sengaja dilakukan mulai dari analisis
masalah pembelajaran hingga pemecahan masalah yang dirumuskan dalam
bentuk produk. Produk yang dihasilkan dapat berupa 17ymbol1717e, naskah
atau story board, dan sebagainya. Rancangan (design) juga sering dikatakan
sebagai proses analisis dan sintesis yang dimulai dengan suatu masalah
komunikasi dan diakhiri dengan rencana solusi operasional. Pesan (message)
ialah suatu pola tanda/17ymbol17, baik berupa kata maupun gambar, yang
dimaksudkan untuk mengubah prilaku kognitif. Matakuliah desain pesan
adalah salah satu matakuliah yang sangat penting dipahami dan dikuasai
dengan baik oleh mahasiswa karena tugas-tugas mahasiswa mulai dari
semester awal hingga akhir sebgaian besar berkenaan dengan mendesain
suatu produk, baik itu media presentasi, buku, web, video, audio dan
sebagainya, dimana prinsip-prinsip dalam mendesain pesan sangat
dibutuhkan. Juga, bukan hanya untuk mendukung mahasiswa dalam studi
tetapi ketika sudah terjun ke dunia kerja, keterampilan dalam mendesain
pesan sangat dibutuhkan (Parumbuan, 2016).
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan baik berupa ie, data/ fakta,
konsep dan lain sebagainya yang dapat berupa kalimat, tulisan, gambar, peta
ataupun tanda. Pesan bisa disampikan melalui bahasa verbal atau non verbal.
Pesan yang disampaikan perlu dipahami oleh penerima pesan sebab manakala
tidak dipahami maka pesan tidak akan menjadi informasi yang bermakna.
Adakalanya suatu pesan tidak diterima oleh penerima pesan atau tidak sesuai
dengan maksud pengirim pesan, hal ini perlu diwaspadai oleh sebab dalah
pengertian dalam menerima pesan bisa berakibat kesalahan dalam
menanamkan informasi. Penerimaan pesan bisa dipengaruhi oleh keadaan
individu yang menerima pesan itu sendiri. Pesan yang ingin disampaikan agar
bermakna sebagai bahan pelajaran, ada beberapa kriteria seperti noveltry
yaitu pesan akan bermakna apabila bersifat baru atau mutakhir, proximity
artinya pesan yang disampaikan sesuai dengan pengalaman penerima pesan
dan conflict artinya pesan yang disajikan sebaiknya dikemas sedemikian rupa
18

sehingga menggugah emosi, hal tersebut perlu adanya desain pesan


komunikasi. Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan
desain ialah untuk menciptakan suatu strategi dalam pembelajaran dan
menciptakan suatu produk pembelajaran, seperti program, kurikulum,
pelajaran, dan modul (Sanjaya, 2015).
Desain pesan yaitu suatu perencanaan untuk menjadikan bentuk fisik dari
pesan. Mendesain pesan harus memperhatikan prinsip-prinsip yaitu perhatian,
persepsi, dan daya serap agar pesan tersebut dapat diterima dan dipahami oleh
penerima pesan. Pesan dapat berupa pola-pola isyarat atau 18ymbol, tulisan,
atau isi pembicaraan secara langsung. Menyampaikan pesan dengan
menggunakan media harus disesuaikan dengan pesan yang akan disampaikan,
selain itu juga harus disesuaikan pembentukan konsep atau sikap,
pengembangan keterampilan, atau hafalan. Teori makrokognitif melihat
bagaimana menyusun pesan pada level tindakan yang sulit. Pendekatan
mengenai teori produksi pesan yang disebut dengan model “pilihan strategi”
dan “desain pesan”. Model pilihan strategi pesan untuk mencapai suatu
tujuan, sedangkan model desain pesan memberikan perhatian pada bagaimana
komunikator membangun pesan untuk mencapai tujuan (Morissan, 2013).

H. Evaluasi Komunikasi Pertanian


Evaluasi merupakan proses sistematis yang berupaya untuk menilai
seobjektif mungkin tentang relevansi, keefektifan dan dampak sebuah proyek
dalam konteks tujuan proyek. Pada aliran inovasi agar menjadi lebih
produktif, diperlukan adaptasi tujuan dan rencana terus-menerus. Kegiatan
monitoring dan evaluasi yang mengasumsikan tujuan dan rencana yang
diinginkan dapat menjadi pembelajaran baik. Secara konvensional, evaluasi
sumatif berfokus pada untuk nilai kontribusi intervensi komunikatif terhadap
perubahan dalam kesadaran, persepsi, sikap dan terutama praktik serta
tingkah laku (Leeuwis, 2009).
Evaluasi adalah latihan memahami mendalam dan menginformasikan
keputusan untuk menilai suatu program secara efektif. Evaluasi juga sebuah
aktivitas yang memiliki peran yang penting dalam perencanaan komunikasi.
19

Tidak ada satu atau lebih hal yang mengenai usulan strategi komunikasi
sebaik unit evaluasi dan sejumlah mekanisme umpan balik mengawasi
penetapan dari beberapa strategi di bidang tersebut, yang tidak mengusulkan
satu atau lebih strategi komunikasi seperti halnya suatu unit evaluasi dan
beberapa umpan balik mekanisme untuk monitoring pengundangan strategi
seperti itu di dalam bidang tersebut. Kebutuhan akan informasi yang dapat
dipercaya, untuk mengumpulkan aplikasi metoda penelitian evaluasi yang
sistematis, namun jarang dilakukan, jika sekiranya, memperdebatkan, dengan
difusi media membantu jarak belajar strategi dan dorongan perencanaan
komunikasi di tingkatan nasional. Pada misi perencanaan dan studi kelayakan
kelompok yang mana misi tersebut untuk membantu pemerintah menganalisis
komunikasi yang mereka butuhkan dan merumuskan kebijakan inovasi untuk
perluasan media massa dalam pembangunan (Kusuma, 2009).
Evaluasi adalah metode penilaian keberhasilan dari suatu kegiatan yang
telah dilakukan. Evaluasi memiliki tujuan memperbaiki atau meningkatkan
keberhasilan yang telah dicapai sebelumnya. Evaluasi dilakukan dalam
rangka mengukur sejauh mana keberhasilan suatu program komunikasi yang
telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi
porgram dan evaluasi manajemen (Pradana dan Ira, 2018).
Indikator komunikatif yang digunakan meliputi proses komunikasi yang
diukur dengan indikator arah, intensitas dan konvergensi komunikasi. Syarat
komunikasi diukur dengan indikator kesempatan, kemampuan, dan kemauan.
Partisipasi masyarakat diukur melalui tahapan program perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan. Melalui evaluasi dapat mengetahui
apakah informasi yang diberikan terhadap sasaran dapat diterima dan
bermanfaat atau tidak (Muchtar, 2016).
Evaluasi penyuluhan pertanian adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan
secara sistematis dan berkesinambungan untuk mengukur tingkat
keberhasilan kegiatan penyuluh pertanian. Hasil evaluasi ditulis di dalam
laporan penyuluhan. Laporan penyuluhan pertanian terdiri dari laporan
bulanan, tri wulan, semester dan tahunan. Berdasarkan hasil penelitian,
20

diketahui bahwa tingkat kinerja penyuluh pertanian di BP3K Kecamatan


Gadingrejo pada indikator evaluasi dan pelaporan penyuluhan
pertaniantermasuk dalam klasifikasi sedang (Prayitno et al., 2016).
III. HASIL PRAKTIKUM

A. Permasalahan Riil Pembangunan Pertanian


Pembangunan pertanian di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir
telah meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, namun di
beberapa daerah telah berdampak terhadap perubahan atau penurunan kualitas
(degradasi) sumberdaya lahan. Degradasi lahan adalah proses penurunan
produktivitas lahan yang sifatnya sementara maupun tetap, dicirikan dengan
penurunan sifat fisik, kimia dan biologi. Kecenderungan penurunan
(degradasi) sumberdaya lahan akan semakin meningkat, sebagai dampak
pertumbuhan penduduk. Luas lahan terdegradasi di Indonesia selalu
bertambah luas, jika pada tahun 1968 dilaporkan luas lahan terdegradasi di
Indonesia 20 juta ha, tahun sembilan puluhan sekitar 40 juta ha, dan pada
tahun 2008 mencapai 77,8 ha. Kawasan budidaya pertanian, lahan
terdegradasi dan menjadi kritis (rusak, tandus, gundul) pada tahun 1993
seluas 18 juta ha dan pada tahun 2003 telah mencapai 23,2 juta ha.
Berdasarkan angka-angka tersebut, berarti di kawasan budidaya pertanian saja
telah terjadi peningkatan kerusakan lahan/lahan kritis selama kurun waktu 10
tahun sebesar 5,2 juta ha. Usaha penanggulangan dan pemulihan lahan
terdegradasi belum sepenuhnya berhasil.
Lahan terdegradasi bukan saja merupakan lahan yang tidak produktif,
tetapi juga dapat menjadi sumber bencana, mulai dari kekeringan, banjir,
tanah longsor, sampai kebakaran yang bisa berdampak terhadap terjadinya
percepatan pemanasan global. Akibat negatif adanya lahan terdegradasi tidak
hanya dirasakan di lokasi di mana lahan terdegradasi berada, tetapi menyebar
sangat jauh dan luas. Dampak degradasi lahan di kawasan Puncak-Bogor,
banjirnya sampai Jakarta, dan efek pemanasan global dirasakan sampai di
Eropa. Semakin meluasnya lahan terdegradasi, baik di kawasan hutan
maupun di luar kawasan hutan, di lahan kering maupun di lahan basah/lahan
rawa akan berakibat terhadap semakin parahnya kerusakan lingkungan, yang
mendorong terjadinya bencana alam yang intensitasnya semakin tinggi.

21
22

Mengingat besarnya keragaman penyebab terjadinya degradasi lahan, sangat


bervariasinya tingkatan dan jenis degradasi lahan, serta kompleknya kondisi
lingkungan dimana degradasi lahan tersebut terjadi, maka teknologi
rehabilitasi lahan yang digunakan tentunya harus disesuaikan dengan kondisi
setempat, baik secara fisik, sosial, maupun ekonominya dan lingkungan.
Luas lahan di Indonesia semakin hari semakin berkurang. Luas lahan kritis di
Indonesia saat ini disebut mencapai 14 juta hektare (ha). Namun, kemampuan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam melakukan
rehabilitasi lahan masih terlampau rendah. Direktur Jenderal Pengendalian
Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) Ida Bagus Putera
Prathama menyatakan kemampuan pemerintah untuk merehabilitasi lahan
hanya mencapai 500.700 ha. Lahan kritis itu tersebar di Sumatera, Jawa, Bali,
Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan
Lindung (PDASHL) Ida Bagus Putera Prathama menyatakan kemampuan
pemerintah untuk merehabilitasi lahan hanya mencapai 500.700 ha. Lahan
kritis itu tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, dan Papua. Rehabilitasi lahan diperlukan waktu 48 tahun
agar zero net degradation dapat tercapai, dengan asumsi ceteris paribus.
Degradasi lahan adalah proses di mana kondisi lingkungan biofisik
berubah akibat aktivitas manusia terhadap suatu lahan. Perubahan kondisi
lingkungan tersebut cenderung merusak dan tidak diinginkan. Bencana
alam tidak termasuk faktor yang mempengaruhi degradasi lahan, namun
beberapa bencana alam seperti banjir, longsor, dan kebakaran hutan
merupakan hasil secara tidak langsung dari aktivitas manusia sehingga
dampaknya bisa disebut sebagai degradasi lahan. Degradasi lahan memiliki
dampak terhadap produktivitas pertanian, kualitas lingkungan, dan memiliki
efek terhadap ketahanan pangan. Kondisi tersebut diperkirakan hingga
40% lahan pertanian yang ada di dunia saat ini telah terdegradasi.
Degradasi lahan juga menyebabkan kerugian materi. Berdasarkan peta
erosi global yang dirangkum KLHK, Indonesia termasuk negara dengan laju
23

sedimentasi terbesar di dunia, yaitu lebih dari 250 ton per km persegi (km 2)
per tahun. Dinamika penggunaan lahan yang terjadi cenderung mempercepat
peningkatan proses-proses seperti pelapukan, erosi, dan pengendapan/
sedimentasi.
Degradasi lahan berdampak besar pada program pemerintah
swasembada pangan. Akibat degradasi lahan, luas lahan pertanian 8,1 juta
hektar tersebut tidak semuanya subur dengan sebagian lahannya belum
optimal. Mengatasi hal tersebut perlu adanya intensifikasi untuk peningkatan
produktifitas sesuai karakeristik pertanian di Indonesia. Seiring dengan
meningkatnya daya konsumsi akibat peningkatan populasi manusia, harus
adanya kegiatan menyeimbangkan aspek suplai kebutuhan pangan, dimulai
dari hal yang mendasar yaitu memperluas lahan pertanian atau peningkatan
produktifitas. Berdasarkan data yang diperoleh, sumber daya lahan Indonesia
terus menciut akibat konversi dan degradasi yang disebabkan oleh sistem
pengelolaan tidak baik. Berdasarkan perkiraan sementara dengan
mempertimbangkan laju konversi lahan, tahun 2045 akan diperlukan
tambahan lahan sekitar 14,9 juta hektar, terdiri dari 4,9 juta hektar sawah, 8,7
juta hektar lahan kering, dan 1,2 juta hektar lahan rawa.

B. Deskripsi Khalayak Sasaran Komunikasi Pertanian


1. Karakteristik Khalayak Sasaran Komunikasi
Proses pengolahan informasi yang terjadi pada komunikan (khalayak)
pada dasarnya bersifat selektif. Khalayak akan melakukan decoding
(pemecahan atau penginterpretasian kode) pada saat berhadapan dengan
bentuk informasi tertentu. Oleh karena itu, tidak semua isi informasi akan
diserap oleh khalayak secara utuh. Artinya, satu atau beberapa bagiandari isi
informasi tersebut tidak akan dicerna atau diolah karena tidak masuk dalam
kerangka pengetahuan dan pengalaman hidupnya, atau karena informasi
tersebut dipandang tidak sesuai dengan keperluan, minat, dan keinginannya.
Menurut Pratama et al (2012), sebelum melakukan komunikasi ada perlunya
komunikator mempelajari siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi atau
khalayak. Faktor yang harus diperhatikan dalam mengenal khalayak adalah
24

kerangka referensi serta situasi dan kondisi. Cara komunikator untuk


mengenal dan mendekati khalayak sasaran dapat dilakukan dengan
melakukan survey, observasi, dan wawancara.
Sasaran komunikasi pertanian yang dipilih oleh penulis adalah
pelajar/mahasiswa dan masyarakat umum di Indonesia. Pelajar/mahasiswa
dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat
sekolah dan perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain
yang setingkat. Berdasarkan observasi terhadap khalayak, mayoritas khalayak
adalah dari kalangan pelajar/mahasiswa, dan sedikit dari masyarakat umum.
Kalangan pelajar/mahasiswa merupakan anak muda, mereka cenderung
memantapkan diri dan berpikir dengan matang terhadap sesuatu yang akan
diraihnya, sehingga mereka memiliki pandangan yang realistik tentang diri
sendiri dan lingkungannya. Selain itu, para pelajar/mahasiswa akan
cenderung lebih dekat dengan teman sebaya untuk saling bertukar pikiran dan
saling memberikan dukungan, karena dapat kita ketahui bahwa sebagian
besar mahasiswa berada jauh dari orang tua maupun keluarga. Karakteristik
pelajar/mahasiswa yang paling menonjol adalah mereka tanggung jawab, dan
memiliki prakiraan di masa depan, baik dalam hal karir maupun yang lainnya.
Karakteristik pelajar/mahasiswa biasanya ingin tahu akan suatu hal, namun
tidak dengan pertanian dan mereka cenderung untuk mencari informasi di
bidang lain. berdasarkan observasi yang dilakukan, banyak yang jarang
membaca berita tentang pertanian, dan banyak juga yang hanya kadang-
kadang membaca namun hanya sedikit yang sering membaca berita pertanian.
Berita yang sering dibaca oleh khalayak adalah topik mengenai pangan dan
hortikultura. Mereka juga cenderung lebih aktif untuk memperoleh informasi
dari media sosial dibandingkan media lainnya, contoh sederhananya
pelajar/mahasiswa cenderung menyukai membaca berita dari ponselnya
dibandingkan menonton acara berita di televisi.
Salah satu isu global yang kerap menjadi pokok bahasan dalam
pembelajaran mahasiswa adalah isu tentang SDGs (Sustainable Development
Goals) salah satunya adalah degradasi lahan dan swasembada pangan. Isu
25

tersebut disikapi mahasiswa dengan berbagai cara, misalnya kampanye untuk


menyebarluaskan pentingnya eksistensi lahan pertanian untuk mewujudkan
swasembada secara nasional. Mahasiswa yang dinilai memiliki tingkat
intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan keerencanaan
dalam bertindak diperlukan untuk mewujudkan swasembada pangan dengan
menciptakan berbagai pemikiran dan inovasi. Banyak yang belum
mengetahui mengenai swasembada pangan, terutama masyarakat umum.
Kendati demikian, pelajar/mahasiswa serta masyarakat umum masih peduli
dengan pertanian Indonesia.
2. Kebutuhan Informasi Khalayak Sasaran
Adanya berbagai macam karakteristik sasaran yang disebabkan oleh
tingkat pendidikan, umur dan juga domisili yang berbeda tiap sasaran
berpengaruh terhadap proses komunikasi dan penyerapan informasi kepada
sasaran. Masyarakat yang menjadi sasaran utama yaitu dari kelompok
mahasiswa karena mahasiswa memiliki karakteristik yang lebih kritis dan
juga merupakan salah satu dari agen pembaharu. Masyarakat memiliki pola
pikir yang berbeda dalam penerimaan sebuah informasi, terutama informasi
yang didapatkan dari media massa maupun media sosial.
Banyaknya informasi yang belum pasti mengenai swasembada pangan
dan kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat sehingga banyak dari
masyarakat yang belum memahami maksud dan tujuan serta cara yang dapat
dilakukan untuk mewujudkan swasembada pangan tersebut. Selain itu,
banyak permasalahan yang timbul disektor pertanian Indonesia dan salah satu
masalah besar yang belum juga terselesaikan hingga saat ini yaitu mengenai
degradasi lahan. Masalah degradasi lahan yang juga berpengaruh terhadap
terwujudkan swasembada pangan Indonesia menjadi hal yang harus dipahami
oleh masyarakat luas, bukan hanya mahasiswa/ pelajar tetapi juga masyarakat
umum terutama petani dan pemerintah.
Informasi yang disampaikan kepada khalayak sasaran sifatnya
memberikan pengetahuan untuk memperluas wawasan sasaran mengenai
masalah dan juga motivasi untuk perubahan dan pengembangan agar sasaran
26

dapat lebih perduli dan mengetahui mengenai keadaan pertanian Indonesia


dan program-program yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
pengembangannya.

C. Tujuan Komunikasi
Setiap proses komunikasi mempunyai tujuan untuk berhasil terdapat
efisiensi dan efektivitas. Efisiensi maksudnya dengan sumber daya yang ada,
tetap diusahakan sebuah proses komunikasi mencapai hasil yang maksimal.
Ketika seorang komunikator menyampaikan pesan, materi pesan yang
disampaikan sebisa mungkin mendapatkan feed back yang positif dari
penerima pesannya. Efektivitas diartikan sebagai cara mengoptimalkan setiap
fungsi komponen dalam proses komunikasi. Setiap unsur yang terlibat dalam
proses komunikasi harus memainkan perannya secara tepat untuk
menciptakan iklim yang kondusif sehingga proses komunikasi mencapai
tujuannya.
Tujuan komunikasi yang ditetapkan penyusun laporan ini adalah
memperkenalkan bahwasannya degradasi lahan merupakan hal yang akan
merugikan untuk ketahanan pangan di Indonesia sendiri kepada semua
lapisan masyarakat yang terlibat. Semua lapisan masyarakat harus sadar akan
pentingnya mempertahankan lahan sebagai lahan pertanian yang saat ini terus
menerus mengalami degradasi lahan. Lahan pertanian merupakan faktor
produksi utama yang harus dipertahankan eksistensinya untuk mewujudkan
ketahanan pangan. Perkenalan pentingnya mempertahankan lahan pertanian
ini bertujuan untuk mempertahankan lahan pertanian agar tidak mengalami
degradasi lahan. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan melalui google
form dengan sasaran semua lapisan masyarakat, banyak yang mengatakan
bahwa pentingnya mempertahankan lahan pertanian agar tidak mengalami
degradasi lahan sehingga ketahanan pangan dapat dipertahankan.

D. Perencanaan Media
Perencanaan media merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
periklanan dan promosi. Sering kali terjadi iklan dan promosi menjadi
27

kegiatan penghamburan dana namun tidak memberikan hasil yang


diharapkan. Menurut Morrisan (2015) perencanaan media yang dipersiapkan
dengan baik akan menghasilkan komunikasi yang efektif sehingga pesan
yang disampaikan akan mendapat perhatian lebih besar dariaudiensi sasaran.
Bagian ini akan menjawab pertanyaan seperti: jenis media apayang akan
dipilih, seberapa sering suatu iklan harus muncul di suatu media, dan
seterusnya, Dalam hal ini, jenis produk (barang dan jasa) yang diklankan
mempengaruhi pemilihan media. Jenis produk tertentu adakalanya lebih
cocok diklankan melalui media televisi namun produk lainnya lebih sesuai
jika menggunakan media cetak atau media lainnya. Guna membuat media
komunikasi pertanian yang kreatif dan menarik dibutuhkan para pekerja yang
profesional yang memiliki kreativitas dalam memproses media komunikasi,
mulai dari perencanaan pesan, perencanaan media hingga bagaimana
menyampaikan pesannya. Media komunikasi yang kreatif akan menjadikan
komunikasi tersebut efektif karena dengan tampilan yang kreatif maka pesan
akan dapat mempengaruhi audien.
Perencanaan media komunikasi dalam praktikum kali ini, kelompok 7
melewati beberapa tahapan dalam perencanaannya. Tahap pertama yaitu
menyesuaikan kondisi khalayak sasaran praktikum komunikasi pertanian.
Zaman globalisasi ini tidak lepas dari perkembangan teknologi, untuk itu
akan lebih efektif apabila media komunikasi dilakukan sesuai dengan
perkembangan zaman. Khalayak sasaran di kelompok 7 yaitu masyarakat
umum (petani dan stakeholders terkait) yang ada di seluruh wilayah
Indonesia, dimana mahasiswa tersebut sering mnghadiri atau bahkan
membuat acara yang terlibat dalam permasalahan degrasasi lahan. Selain itu,
untuk merubah sikap seseorang perlu adanya penyampaian komunikasi yang
dapat diterima secara cepat. Kelompok 7 memutuskan untuk membuat media
komunikasi berupa pamflet dan imooji. Poster dan imooji tersebut
didemonstrasikan melalui media online seperti Instagram, Whats app, Twitter
dan media sosial lainnya.
28

E. Perancangan Desain Pesan Komunikasi


Melalui media yang diterapkan, diharapkan masyarakat yang
mengaksesnya dapat menerima dan memahami pesan yang disampaikan.
Sebagaimana dengan tujuan dari komunikasi pertanian ini, masyarakat luas
mampu memahami bahwa pentingnya mengurangi degradasi lahan agar
ketahanan pangan dapat dipertahankan. Berikut perancangan/ desain
komunikasi pertanian yang diterapkan oleh kelompok 7:
1. Metode Komunikasi Pertanian
Metode yang diterapkan kelompok 7 dalam praktikum komunikasi
pertanian berdasarkan analisis permasalahan dan khalayak sasaran adalah
metode massa. Pemilihan metode ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai dampak dari degradasi lahan dan pentingnya
mempertahankan ketahanan pangan secara luas atau masyarkat
setidaknya tau terhadap isu pertanian terkini.
2. Teknik Komunikasi Pertanian
Teknik komunikasi yang dilakukan oleh kelompok 7 dalam praktikum
komunikasi pertanian berdasarkan analisis permasalahan dan khalayak
sasaran adalah media sosial. Kelebihan media sosial adalah hampir
digunakan oleh semua kalangan termasuk khalayak sasaran yang telah
ditetapkan. Dampak dari penggunaan teknik ini ialah media sosial dapat
menjangkau khalayak sasaran dengan area yang lebih luas. Media sosial
dapat dijangkau dalam seketika, dan pesan-pesan yang disampaikan
media sosial mudah untuk tervisualisasi serta pesan yang disampaikan
diharapkan cepat diterima oleh masyarakat.
3. Isi Komunikasi Pertanian
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dan terjadi saling pengertian,
pemahaman yang sama terhadap pesan yang disampaikan. Melalui media
sosial isi pesan yang disampaikan dapat diakses pada link yang
dibagikan. Pada link tersebut akan terdapat pamflet yang
menggambarkan isi dari pesan yang disampaikan komunikator kepada
29

komunikan atau penerimanya. Pempublikasian dari link tersebut akan


dilakukan selama praktikum berlangsung, kurang lebih 3 hari sekali
untuk meningkatkan penyebaran dari informasi yang diberikan kepada
masyarakat luas.

F. Deskripsi Pelaksanaan Komunikasi Pertanian


Pelaksanaan perencanaan komunikasi, umumnya terdapat 3 pihak yang
saling terkait, yaitu pemilik produk (A), khalayak sasaran (B), dan pelaksana
PPK (C). Pemilik produk (A) yang paling berkepentingan untuk
mengampanyekan produknya kepada khalayak sasaran (B). Guna
memperlancar proses dan pencapaian tujuan kampanyenya, dapat menunjuk
tim pelaksana PPK (C). Tim ini bisa saja dibentuk sendiri oleh pemilik
program atau meminta bantuan kepada pihak ketiga. Kelompok 7
melaksanakan komunikasi pertanian ini melalui media online berupa
Instagram. Hal tersebut didasarkan sesuai dengan kondisi khalayak sasaran,
dimana lebih sering membuka aplikasi Instagram. Terdapat 1 kali posting
dalam pengunggahannya. Selain itu juga ada poster beserta imooji tersebut
diunggah di akun Instagram masing-masing anggota kelompok 7. Masing-
masing postingan di Instagram memuat gambar judul yang
memvisualisasikan masalah yang diangkat, kedua berisi isi pesan dari apa
yang ingin kelompok 14 sampaikan, ketiga berisi video yang sesuai dengan
tema tiap postingan. Video berdurasi kurang lebih 15 detik yang diambil dari
media imooji. Gambar judul dan poster merupakan hasil desain kelompok 7.
Waktu penguploadan dilaksanakan dalam sehari pada waktu dimana khalayak
sasaran dirasa ramai dalam memainkan aplikasi Instagram.

G. Evaluasi Kegiatan Komunikasi Pertanian


Evaluasi pada dasarnya adalah tindakan pengawasan, penilaian dan
perbaikan terhadap pelaksanaan kegiatan agar berjalan sesuai tujuan secara
efektif dan efisien. Tujuan evaluasi adalah memperbaiki program/kegiatan
yang sedang berjalan maupun umpan balik untuk perbaikan program yang
akan datang dan pengambilan keputusan. Kendala yang dihadapi selama
30

pelaksanaana praktikum komunikasi pertanian yakni sulitnya menentukan


titik permasalahan yang akan diambil. Solusi dari masalah ini yakni selalu
mengkonsultasian masalah tersebut kepada coass dan dosen sehingga
permasalahan tersebut dapat terselesaikan. Kendala yang lainnya yakni
karena di kelompok kami tidak ada yang bisa desain sehingga sulit membuat
poster yang akan di sebar ke media sosial dan solusinya yaitu kami belajar
dari nol untuk membuat poster. Warganet sedikit yang memberikan like pada
postingan kami, sehingga kami menyimpulkan antusiasme warganet kurang
terhadap postingan kami. Solusinya kami menyebarluaskan informasi bahwa
sedang ada sesuatu yang menarik pada postingan kami. Kendala selanjutnya
yakni terbatasnya waktu untuk mendemonstrasikan komunikasi pertanian,
solusi kami yakni mengupload postingan di malam hari. Evaluasi pelaksanaan
pada saat demontrasi komunikasi pertanian yakni kurangnya antusiasme
warganet tentang postingan kami di media sosial. Waktu penguploadan poster
tidak teratur, bahkan terkadang hingga larut malam. Pembuatan desain poster
kurang menarik sehingga tidak menarik minat melihat. Cara evaluasi yang
kami lakukan yakni dengan membuat google form yang berisi pertanyaan
mengenai konten yang kami unggah di media sosial dan responden bisa
menjawab sesuai dengan apa yang kami harapkan, sehingga bisa dikatakan
komunikasi pertanian yang kami lakukan berhasil.
IV. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan praktikum dan pemaparan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Permasalahan riil yang terjadi di sekitar adalaha adanya degradasi lahan yang
bisa menyebabkan ketahanan pangan negara kita terganggu.
2. Khalayak sasaran yang dituju adalah mahasiswa dan masyarakat umum
3. Kebutuhan informasi khalayak sasaran adalah informasi mengenai
pengetahuan dampak degradasi lahan.
4. Tujuan komunikasi pertanian untuk memberi pengetahuan kepada mahasiswa
dan masyarakat untuk mengatasi degradasi lahan
5. Perancangan pesan komunikasi pertanian berdasarkan permasalahan yang
diangkat kelompok 7, yaitu dengan penjelasan tentang dampak degradasi
lahan terhadap swasembada pangan.
6. Pengaplikasian hasil desain pesan komunikasi pertanian dapat dilihat
berdasarkan tinggi tidaknya tingkat pengetahuan mahasiswa dan masyarakat
umum yang mengisi google form kelompok 7.
B. Saran
Adapun beberapa saran yang yang dapat digunakan untuk praktikum
Komunikasi Pertanian di waktu yang akan datang yaitu: sebaiknya mahasiswa
yang memiliki keahlian dalam desain pesan lebih disebar disetiap kelompoknya
minimal ada 1 orang yang ahli. Sebaiknya ada koordinasi dari Coass terhadap
praktikan dalam hal sering mengingatkan dan lebih menjelaskan detail yang
akan dikerjakan praktikan. Sebaiknya Coass membantu permasalahan yang
dihadapi setiap kelompok.

31
DAFTAR PUSTAKA

Anggriyani, E. 2014. Analisis Peran Komunikasi Anggota Kelompok dalam


Jaringan Komunikasi. Jurnal Sains Peternakan. Vol. XII (2): 107-113.
Yogyakarta.
Effendi. 2009. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Gunawan, I. 2015. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Komoditas Unggulan
Pertanian di Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Sangkai. Vol. III (2): 1-17.
Riau.
Hermawan et al., 2018. Semiotika Komunikasi dalam Tradisi Penabeng di Desa
Pakraman Batuyang Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Jurnal
Penelitian Agama Hindu. Vol. II (1): 181-186. Denpasar.
Istijanto, M.M. 2009. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran: Cara Praktis Meneliti
Konsumen dan Pesaing. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kusuma R A. 2009. Strategi Evaluasi untuk Perencanaan Komunikasi. Jakarta:
Media Group.
Lawasi, Eva S dan Boge Triatmanto. 2017. Pengaruh Komunikasi, Motivasi dan
Kerjasama Tim terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. V (1): 47-57. Malang.
Leeuwis, Cees. 2009. Komunikasi untuk Inovasi Pedesaan. Yogyakarta: Kanisius
Lestari,. S. 2015. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Kelas
XI IIS 1 SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta Melalui Pembelajaran SEA.
Jurnal Ilmiah Guru. No.2. Yogyakarta.
Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Kencana Prenada
Media Group: Jakarta.
Mahdalena V, Pudji M, Cahyono TW. 2016. Pengaruh Desain Pesan Dua Sisi
Pada Video Terhadap Pengetahuan dan Penilaian Petani pada Good
Agricultural Practices (GAP) Bawang Merah Di Banten. Jurnal Perspektif
Komunikasi. Vol. I (2): 1-16. Banten.
Misnawati, Indah Tri. 2013. Strategi Komunikasi Pada Kampanye Perlindungan
Orangutan Oleh Lsm Centre for Orangutan Protection (Cop) Di
Samarinda, Kalimantan Timur. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. I (4): 135-
149. Samarinda.
Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Masa.
Jakarta: Prenademia Group.
Morrisan, MA. 2015. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Kencana
Prenadamedia Group: Jakarta.
Muchtar, Karmila. 2016. Penerapan Komunikasi Partisipatif pada Pembangunan
Indonesia. Jurnal Makna. Vol I (1): 20-32. Bekasi.
Murdiana, I.N. 2015. Pembelajaran Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran
Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol IV (1). Bali.
Musyafak, Akhmad dan Tatang M. Ibrahim. 2017. Strategi Percepatan Adopsi
dan Difusi Inovasi Pertanian Mendukung Prima Tani. Jurnal Analisis
Kebijakan Pertanian. Vol. III (1): 20-37. Pontianak.
Oktarina, Yetti dan Yudi Abdullah. 2017. Komunikasi dalam Perspektif Teori dan
Praktik. Deepublish: Yogyakarta.
Parumbuan MD. 2016. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Web Untuk
Matakuliah Desain Pesan. Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran.
Vol. I (4): 323-329. Makassar.
Pertiwi P. R dan Saleh A. 2015. Persepsi Petani tentang Saluran Komunikasi
Usahatani Padi. Jurnal Komunikasi Pembangunan. Vol VIII (2): 46-61.
Banten.
Pradana, Ardi Wira dan Ira Dwi Mayangsari. 2018. Strategi Komunikasi Paprici
Segar Barokah Terhadap Generasi Muda dalam Menumbuhkan Minat
Pertanian. eProcidings of Management. Vol. V (3): 4224-4231. Bandung.
Pratama MD, Sinaga S, Radiah S. 2012. Strategi Komunikasi dalam Penyebaran
Informasi di PT. Chevron Pacific Indonesia. Jurnal Mahasiswa Universitas
Padjajaran. Vol. 1 (1): 1-22.
Prayitno T R, Nikmatullah D, Santi. 2016. Tingkat Kinerja Penyuluh Pertanian
Tanaman Pangan di BP3K Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.
Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. Vol IV (3): 313-317. Lampung.
Pudjiastuti, Wahyuni. 2016. Social Marketing: Strategi Jitu Mengatasi Masalah
Sosial di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor.
Putri, R O, Berto, M. W dan Titah, L. 2017. Identifikasi Permasalahan Komplain
pada E-Commerce Menggunakan Metode Fishbone. Jurnal Sains dan Seni
ITS. Vol VI (1). Surabaya.
Rangkuti, Parlaungan Adil. 2017. Strategi Komunikasi Membangun Kemandirian
Pangan. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. XVIII (2): 39-45. Bogor.
Raco, M. E. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulan. Jakarta: PT Grasindo.
Rasyid, F. 2014. Permasalahan dan Dampak Kebakaran Hutan. Jurnal
Lingkungan Widyaiswara. Vol.III (4): 47-59. Serang.
Rochayat. 2015. Komunikasi Pembangunan dan Perubahan Sosial. Jurnal
Komunikasi. Vol. XVIII (1): 162-166. Jakarta.
Rustan, A.S dan Nurhakki Hakki. 2017. Pengantar Ilmu Komunikasi. Deepublish:
Yogyakarta.
Sanjaya W. 2015. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sari, S E. 2009. Audiencerecording Pengantar Studi Penelitian Terhadap
Pembaca, Pendengar dan Pemirsa. Jakarta: Andipratita Trikarsa Mulia.
Satriani et al. 2015. Komunikasi Partisipatif pada Program Pos Pemberdayaan
Keluarga. Jurnal Komunikasi Pembangunan. Vol. IX (2): 17-27. Bogor.
Sjamsir, Z. 2017. Pembangunan Pertanian dalam Pusaran Kearifan Lokal.
Makassar: CV Sah Media.
Sunarso. 2017. Strategi Pembangunan Pertanian yang Visioner dan Integratif.
Yogyakarta: CV Budi Utama.
Suryana, Nia Kurniasih. 2016. Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian dalam
Teori. Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Borneo: Tarakan.
Susilowati, S.H. 2016. Fenomena Penuaan Petani dan Berkurangnya Tenaga
Kerja Muda serta Implikasinya bagi Kebijakan Pembangunan Pertanian.
Jurnal Penelitian Agro Ekonomi. Vol.XXXIV (1):35-55. Jawa Barat.
Wahyudi NG. 2019. Desain Pesan Pembelajaran dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di Era Digital. Jurnal Evaluasi. Vol. III (1): 104-135. Malang.
Wardana, Rosyid Ibnu. 2016. Perencanaan Komunikasi City Brand Deskriptif
Kualitatif tentang Perencanaan Komunikasi dalam Pengembangan City
Brand Semarang Variety of Culture oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Semarang Tahun 2011-2014.
Jurnal Komunikasi. Vol. I (1): 1-20. Semarang.
Wedhasmara, Ari. 2010. Langkah-Langkah Perencanaan Strategis Sistem
Informasi Dengan Menggunakan Metode Ward and Peppard. Jurnal
Sistem Informasi (JSI). Vol. I (1): 14-22. Palembang.
Wijaya, Ida S. 2015. Perencanaan dan Strategi Komunikasi dalam Kegiatan
Pembangunan. Jurnal Lentera. Vol 18 (1): 53-61. Samarinda.
LAMPIRAN
JADWAL PRAKTIKUM

NO ACARA/KEGIATAN WAKTU
1. 1Asistensi/coaching 12 April 2019
2. Pengumpulan Draft 1 Praktikum 03 Mei 2019
3. 2Konsultasi Identifikasi Permasalahan Riil 22 April s/d 26
Pembangunan Pertanian April 2019
4. 3Konsultasi:
a. Konsep perencanaan
b. Analisis khalayak sasaran k omunikasi pertanian 29 April s/d 5 Mei
(karakterik, permasalahan, sumberdaya yang 2019
tersedia (potensinya), skala prioritas
c. Tujuan Komunikasi Pertaniannya
5. 4Konsultasi Perencanaan Media dan Perancangan
Pesan Komunikasi Pertanian (Desain pesan 1 dan
desain pesan 2) 6 Mei s/d 19 Mei
(Konsultasi dengan Dosen Pengampu Mata Kuliah 2019
Komunikasi Pertanian, Coass Mata Kuliah
Komunikasi Pertanian)
6. 5Demonstrasi Komunikasi Pertanian dan evaluasinya
7. Pengumpulan Draft Laporan Praktikum 28 Mei 2019
8. Pengumpulan Laporan Praktikum 20 Juni 2019
9. 6Responsi 20 Juni 2019
10. 7Input Nilai 28 Juni 2019
DOKUMENTASI
QUISONER SURVEY
GAMBAR MEDIA

Poster
Imooji
QUISIONER EVALUASI
Tabel 1. Kegiatan Monev Penyusunan Pesan

Ruang Lingkup Evaluasi Proses Evaluasi

Tahap Tahapan Metode Indikator Tindak lanjut


Creative kegiatan
Strategy
a. Pra Menghimpun Creative Apakah data Jika YA,
desain data dan strategy dan masukan lanjutkan ke
masukan testing, a.I relevan dengan desain
FGD rencana efek
program
b. Desain Menyusun Copy testing Sudahkah Jika SUDAH
pesan naskah dan melalui FGD, bentuk da nisi siaplah untuk
desain pesan benchmark, pesan program diproduksi dan
refleksi diri, sesuai dengan media
analisis teks rencana efek; placement
dan dapatlah
“mencuri
perhatian
khalayak”
c. Eksekusi Penempatan Survei Sejauh mana isi Jika SUDAH,
pesan media (media FGD pesan pertahankan
placement mempengaruhi atau tingkatan
untuk khalayak pada untuk program
menjangkau level kognisi, berikutnya
khalayak afeksi, dan
sasaran) konasi
(tergantung
pada rencana
efek)
Tabel 2. Kegiatan Monev Terhadap Unsur Program
Unsur Program Tolok Ukur Monitoring Tolok Ukur
Komunikasi (PK) Evaluasi
a. Pendekatan Apakah rencana pendekatan Seberapa besar
komunikasi komunikasi dilakukan dengan pengaruh
tepat? pendekatan
komunikasi yang
direncanakan
(akan) efektif
terhadap tujuan
PK?
b. Perencanaan Apakah komunikator/endoser Bagaimana daya
sumber sesuai yang direncanakan? tarik (calon)
khalayak sasaran
terhadap sumber?
c. Perencanaan pesan Apakah format dan isi pesan Seberapa besar
sesuai dengan strategi pesan? format dan isi
pesan (akan)
efektif mencapai
tujuan PK?
d. Perencanaan media Apakah perencanaan media Media manakah
sesuai prinsip media planning? yang paling (akan)
efektif mencapai
tujuan PK?
e. Perencanaan Apakah penetapan khalayak Apakah mereka
khalayak sasaran sesuai tujuan PK? (akan) menjadi
pihak yang tepat
sebagai khalayak
sasaran?
f. Perencanaan efek Apakah perumusan tujuan sesuai Apakah efek yang
visi dan misi PK? (akan) terjadi
sesuai dengan
rencana level efek?
Tabel 3. Jenis Efek yang Diinginkan dan Konsekuensi pada Evaluasi
Jenis Efek yang Diinginkan
Kognisi Afeksi Konasi
Konsekuensi Evaluasi dilakukan Evaluasi Evaluasi dilakukan
pada kegiatan untuk mengukur dilakukan untuk untuk mengukur
evaluasi apakah unsur-unsur mengukur apakah unsur-unsur
PK mempengaruhi apakah unsur- kampanye
pencapaian efek unsur PK mempengaruhi
pada level kognisi mempengaruhi pencapaian efe pada
pencapaian efek level konasi
pada level afeksi
BUKTI LANDASAN TEORI

Bukti Komunikasi Pertanian


Bukti Permasalahan Pembangunan Pertanian
Bukti Identifikasi Masalah
Bukti Sasaran Komunikasi Pertanian
Bukti Tujuan Komunikasi
Bukti Perencanaan Komunikasi
Bukti Perancangan atau Desain Pesan Komunikasi
Bukti Evaluasi Komunikasi Pertanian

Anda mungkin juga menyukai