Anda di halaman 1dari 5

Editorial

Profesionalisme bagi
Profesi Dokter

Zunilda Djanun Sadikin

Badan Pengembangan dan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB)


Ikatan Dokter Indonesia

Kata profesionalisme merupakan kata kunci dalam Dalam strategi kedua terdapat misi pembinaan secara
Undang-Undang RI no. 29 tahun 2004 tentang Praktik bersistem dalam suatu program pengembangan keprofesian
Kedokteran yang sempat membuat gerah kalangan dokter. bersinambung atau continuing professinal development.
Yang langsung tampak oleh para dokter, khususnya para Secara salah kaprah program itu resmi disebut sebagai pro-
spesialis, adalah “pembatasan gerak” mereka dalam bentuk gram pengembangan dan pendidikan keprofesian ber-
pembatasan jumlah tempat praktik. Itu suatu reaksi yang alami kelanjutan, atau program P2KB. Organ IDI yang bertang-
dalam suatu upaya pembenahan, seperti halnya pembenahan gungjawab mengelola program pembinaan ini, yaitu Badan
pedagang K-5. Sebagai organisasi, Ikatan Dokter Indonesia Pengembangan dan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan,
(IDI) tentu tidak mungkin mengambil langkah reaktif. Hal yang memiliki kepanjangan tangan di tingkat wilayah, BP2KB
tersebut dibuktikan dalam muktamarnya tahun 2006 yang Wilayah. Dalam badan otonom tersebut duduk dokter dan
berhasil merumuskan visi dan misi organisasi. Visinya spesialis yang mewakili perhimpunan sekaligus kolegiumnya.
sungguh berat, tetapi tampaknya memang patut dituju, yaitu Akhir Juni 2007 Ketua Umum IDI, Dr. dr. Fahmi Idris,
terwujudnya dokter Indonesia dengan kompetensi global M.Kes, mengundang para ketua perhimpunan dokter spesialis
yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Untuk mencapai di lingkungan IDI serta para ketua IDI Wilayah sebagai
visi itu dirancanglah 5 strategi utama (grand strategy) yaitu:1 langkah pertama dalam upaya mewujudkan program P2KB.
1. Memperkuat infrastruktur organisasi di tingkat pusat, Setelah arahan dari Ketua Umum dan Ketua Badan P2KB,
wilayah, dan cabang. tiga pembicara lain tampil membahas soal P2KB dan
2. Membina kompetensi dan etika dokter di Indonesia resertifikasi secara lebih rinci.
sesuai dengan standar kompetensi dan kode etik Kalau ditelusuri empat sasaran strategi kedua IDI dalam
kedokteran Indonesia. menuju visinya, maka akan ditemukan benang merah P2KB
3. Membangun sistem pembiayaan organisasi yang yang mengait ke majalah ini. Berikut empat sasaran dalam
mandiri. membina kompetensi dan etika dokter:
4. Membangun sistem pelayanan kedokteran terpadu 1. Setiap anggota memperoleh Continuing Professional
5. Membangun citra IDI sebagai organisasi profesi dokter Development dengan akses cepat dan biaya terjangkau.
yang aktif dalam pembangunan kesehatan. 2. Setiap anggota mendapat Jurnal IDI secara teratur

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 4, April 2008 95


Profesionalisme bagi Profesi Dokter

3. Setiap anggota mendapat perlindungan hukum dan ini tidak dapat dilepaskan dari mekanisme licensure atau
perlindungan kerja secara proporsional sesuai dengan pemberian izin praktik. Perlu diketahui bahwa Continuing
wewenang IDI Professional Development bukan monopoli profesi dokter,
4. Terbitnya Guideline Audit Medik untuk memastikan karena semua profesi yang memberikan jasanya untuk
penerapan standar kompetensi dan kode etik kedokteran. kepentingan masyarakat luas punya program ini.8 Dengan
IDI memang terasa dormant selama ini. Orang sempat demikian, jelas agak aneh kalau CPD dikacaukan penger-
bertanya, apa manfaatnya menjadi anggota IDI dan apa tiannya dengan CME, atau lebih parah lagi, CPD disebutkan
ruginya tidak menjadi anggota IDI. Geliatan pertama berupa sebagai “menggantikan CME”.
program P2KB ini, agaknya mengejutkan bagi sebagian Tidak bisa tidak program P2KB harus dilihat sebagai
anggotanya, bahkan sangat mengejutkan bagi sebagian bagian dari professional oversight.3 Dalam masa kehidupan
besar lainnya. Bagi mereka yang terlibat dalam kepengurusan profesinya seorang dokter (juga profesi lain) senantiasa harus
pusat sejak periode yang lalu, 4 sasaran di atas bukan gerakan memperbarui ilmu dan keterampilannya karena ilmu
mimpi apalagi gerak latah, melainkan suatu keniscayaan. kedokteran selalu berkembang, masalah kedokteran dan
Lebih-lebih kalau kita mau sedikit merenungkan napas yang kesehatan senantiasa berubah. Terakhir, tak berlebihan
terkandung dalam Undang-Undang RI no. 29 tahun 2004 kiranya kalau dikatakan bahwa kerja dokter berhubungan
tentang Praktik Kedokteran,2 atau mau sedikit menengok apa dengan kesejahteraan, bahkan, hidup mati seseorang. Oleh
yang terjadi di luar sana.3-6 karena itu, IDI bertanggungjawab menjamin bahwa dokter
Ruh UUPK adalah “melindungi masyarakat dalam yang bekerja di Indonesia adalah dokter yang kompeten untuk
menerima layanan profesi dokter”. Lalu, cobalah tengok dunia memikul tugasnya. Di masa lalu, tanggung jawab itu hanya
luar dengan kaca mata jernih, kaca mata profesional, maka dijalankan secara “administratif”, yaitu dengan memberikan
kita akan lega melihat 4 sasaran di atas. Itu bukan sasaran rekomendasi bagi dokter yang akan mengurus izin praktiknya.
yang mengada-ada, tetapi tentu saja, semua dituntut untuk Di masa depan tanggung jawab tersebut akan dijalankan
siap berubah dan siap menghadapi perubahan. dengan sebenar-benarnya yaitu melalui proses sertifikasi dan
resertifikasi. Untuk itu semua perhimpunan (spesialis maupun
Pembinaan Profesi nonspesialis) di bawah IDI harus terlibat: mereka harus
“Pembinaan” adalah kata yang banyak sekali muncul menyelenggarakan pembinaan bersistem bagi anggotanya.
dalam tatanan lembaga (organisasi), tetapi arti sebenarnya Bukan saja Undang-undang Praktik Kedokteran yang
mungkin tak jelas benar bagi kebanyakan orang. Beberapa menuntut demikian, tetapi zaman pun menuntut.
direktoral general atau direktorat di lingkungan Departemen Profesionalisme bagi dokter meliputi kompetensi, etika,
Kesehatan yang menggunakan kata “pembinaan” atau altruism, collegiality, dan accountability.9 Mengembangkan
“Bina” pada namanya juga rasanya tak sepenuhnya men- profesionalisme merupakan kewajiban profesi (professional
jelaskan arti “pembinaan” itu. Apakah pembinaan benar-benar imperative) bagi setiap dokter dan itu dimulai saat seorang
sudah terjadi di sekitar kita? Nah kini, dikaitkan pula dengan calon dokter menjalani pendidikan di fakultas kedokteran.
profesi. Oleh karena itu umumnya dokter muda/baru yang baru
Kalau kita lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka memperoleh kompetensinya, yang baru mempelajari etika
pengertian pembinaan diuraikan sebagai berikut: upaya, kedokteran, dan yang baru mulai melangkah menapaki cita-
tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna citanya tampak “idealis”. Namun, kita tidak dapat menjamin
dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. idealisme itu masih tetap ada setelah beberapa tahun ia
Lalu apakah pembinaan profesi? Tampaknya ada euphemism berpraktik. Terlalu banyak faktor yang membuat seseorang
dalam mengangkat istilah “pembinaan” karena pada “terpaksa” meninggalkan cita-cita awalnya untuk me-
kenyataannya, pembinaan profesi yang dimaksud dalam pro- ngabdikan diri bagi kemanusiaan. Semua unsur pro-
gram P2KB ini lebih tepat kalau disebut sebagai bagian dari fesionalisme yang seharusnya dipertahankan dan/atau
upaya pengawasan profesi (professional oversight).3 IDI dikembangkan dalam kehidupan seorang profesional, terasa
kepengurusan 2006-2009 melansir program ini setelah Komisi sulit sekali diwujudkan. Tentu saja ada CME, tetapi itu tidak
III Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian IDI periode cukup karena CME hanya menyangkut kompetensi. Apalagi
kepengurusan sebelumnya menggodog gagasan itu selama dengan CME yang kita kenal sekarang yang lebih banyak
2 tahun. berupa pengalihan (transfer) pengetahuan, yang belum tentu
Program P2KB pada dasarnya memang merupakan upaya mencakup juga keterampilan. Apakah pengetahuan yang
pembinaan bersistem yang dimaksudkan agar dokter diperoleh dari CME itu membuat seorang dokter berpraktik
senantiasa dapat menjalankan profesinya dengan baik dan lebih baik (bermutu), itu masalah lain. Di sinilah letak
itu baru bisa terjadi kalau pengetahuan (knowledge) dan kepentingan organisasi profesi yang pada akhirnya, secara
keterampilan (skill) senantiasa ditingkatkan, serta sikap lembaga, bertanggungjawab atas pelayanan profesinya
(attitude) profesionalnya terjaga.5,7 Oleh karena itu, upaya kepada masyarakat.2

96 Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 4, April 2008


Profesionalisme bagi Profesi Dokter

Beberapa Prinsip dalam P2KB seperti penilaian atasan atau teman sekerja, medical audit,
Berbeda dengan prinsip dalam pendidikan kedokteran bahkan juga perenungan (refleksi) diri. Berdasarkan learn-
dasar dan pendidikan spesialis yang berstruktur, P2KB ing needs itu seorang dokter hendaknya menyusun sendiri
merupakan kegiatan belajar mandiri dengan ciri self-directed rencana pengembangan dirinya dalam bentuk rencana
dan practice-based (Gambar 1). Oleh karena itu pengembangan diri (RPD) atau personal development plan.4
keberlangsungan program P2KB sangat bergantung pada Dari uraian di atas jelas bahwa P2KB diperlukan oleh setiap
motivasi para dokter itu sendiri. Dari sudut pandang dokter, orang yang menjalankan profesinya. Untuk IDI, P2KB
motivasi untuk menjalani P2KB seyogyanya muncul dari tiga kedokteran harus dijalani oleh dokter yang berpraktik umum
dorongan utama: maupun spesialis.
1. Dorongan profesional untuk memberikan layanan yang Coba berhenti sejenak dan kita lihat sasaran keempat
terbaik kepada pasien dalam strategi “membina kompetensi dan etika dokter di In-
2. Dorongan untuk memenuhi kewajiban kepada pemberi donesia sesuai dengan standar kompetensi dan kode etik
kerja kedokteran Indonesia”. Tampaklah bahwa medical audit yang
3. Dorongan untuk memperoleh kepuasan kerja dan saat ini belum populer di kalangan kita pada dasarnya
mencegah “kejenuhan” (burn out) merupakan sarana untuk dokter meningkatkan pro-
fesionalismenya, bukan sekedar untuk mencari kesalahan
Banyak bukti telah memperlihatkan bahwa suatu P2KB dalam penanganan pasien. Kita berharap mudah-mudahan
ternyata baru efektif bila didukung oleh (a) adanya kebutuhan sasaran keempat itu segera tercapai sehingga lebih banyak
untuk mempelajari suatu tema/topik, (b) cara belajar yang peluang untuk menjalankan P2KB.
sesuai dengan kebutuhan itu, dan (c) kesempatan untuk Prinsip pertama dalam P2KB adalah pembelajarannya
menerapkan hasil belajar itu.5 bersifat self-directed dan practice-based, maka unsur utama
Dokter sudah lama dikenal sebagai profesi yang akan/ untuk dapat berlangsungnya P2KB adalah pencatatan untuk
harus belajar sepanjang hidup profesionalnya (life-long tujuan pemantauan oleh perhimpunannya. Dalam hal ini
learning profession). Hanya pribadi masing-masing pemanfaatan teknologi informasi akan sangat membantu.
dokterlah yang tahu apa yang harus atau perlu dipelajarinya. Prinsip kedua, P2KB mengacu kepada kompetensi yang
Banyak cara untuk menetapkan kebutuhan belajar seseorang, ditetapkan oleh kolegium.5 Untuk dokter umum kolegium ini
mulai dari ujian formal yang mengacu ke standar kompetensi, adalah Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia
sampai ke cara yang umum dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensinya adalah kompetensi yang ditetapkan oleh

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 4, April 2008 97


Profesionalisme bagi Profesi Dokter

Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).10 Dengan demikian, sirkumsisi yang membuat seseorang terampil melakukannya
suatu program P2KB seyogyanya mencakup semua kegiatan dan hanya dengan menangani hepatitis seorang dokter dapat
practicing doctors dan kebijakan umum dalam pelaksanaan dinilai kompetensinya dalam menangani hepatitis.
programnya disepakati oleh perhimpunan dan kolegiumnya Tujuan dilaksanakannya program P2KB adalah membuat
melalui Badan P2KB IDI, sedangkan implementasinya pelayanan kedokteran lebih bermutu agar masyarakat
diserahkan kepada perhimpunan. Saat ini perhimpunan pengguna layanan terlindungi.2 Dengan demikian kegiatan
spesialis maupun perhimpunan dokter pelayanan primer di P2KB pun mestinya dirunut ke pekerjaan dokter itu sendiri.
lingkungan IDI sedang giat menyusun kebijakan operasional Itulah yang dimaksud dengan practice-based. Masing-
(petunjuk pelaksanaan teknis) P2KB sesuai dengan ciri masing spesialis tentu sudah ada standar pelayanannya,
layanan bidang profesinya masing-masing.7 demikian juga dokter praktik umum. Dengan melakukan
tugasnya sebagai dokter puskesmas atau dokter praktik
P2KB dan Sertifikasi umum, seseorang dapat mempertahankan kemampuannya
Seperti telah diuraikan di atas, P2KB bagi seorang dokter sebagai dokter praktik umum, dan bila dilakukan audit pada
merupakan upaya pembelajaran yang dilaksanakannya pekerjaannya mutu layanannya pun dapat dijaga. Itulah
melalui kegiatan praktiknya. Setiap dokter berpraktik berhak pembinaan yang dimaksud dalam strategi kedua mencapai
memperoleh kesempatan untuk menjalani program P2KB IDI visi IDI.1 Bagi sejawat yang pernah bekerja di puskesmas,
yang dikelola oleh perhimpunan dokter yang sesuai dengan P2KB mungkin mengingatkannya pada proses pengumpulan
jenis layanan kedokterannya. Tentu sang dokter harus jadi nilai kum kenaikan pangkat.11 Bedanya, dalam P2KB, lebih
anggota perhimpunan itu dulu. Program ini merupakan bagian banyak kegiatan yang dapat menghasilkan nilai pendidikan/
yang tak terpisahkan dari proses resertifikasi yang di- pembelajaran yang disebut sebagai SKP IDI. Masing-masing
butuhkan untuk mendapatkan izin praktik (lisensure). perhimpunan akan membuat petunjuk teknis untuk ini.
Proses resertifikasi adalah proses pemberian surat Mari kita lihat Tabel 1 (dimodifikasi dari pustaka 7).
keterangan pengakuan oleh perhimpunan profesi dan/atau Hampir semua kegiatan dalam tabel ini, termasuk penelitian,
kolegiumnya yang menyatakan bahwa seorang dokter dinilai sebenarnya merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan
telah memiliki kemampuan profesi yang setara dengan standar oleh semua dokter, umum maupun spesialis, tetapi kita tidak
profesi dan standar kompetensi yang ditetapkan oleh melakukannya, entah dengan alasan apa. Program P2KB IDI
kolegium yang bersangkutan. Surat keterangan itu bernama ingin mendorong anggotanya untuk melakukan apa yang
sertifikat kompetensi. Untuk mendapatkan serifikat seharusnya dilakukan, karena hanya dengan itu pengetahuan,
kompetensi tersebut dokter tersebut harus mengumpulkan keterampilan, dan sikap profesional kita dapat diasah.
sejumlah tertentu nilai kredit yang dapat dijadikan ukuran
Tabel 1. Berbagai Kegiatan yang Memberikan Nilai SKP IDI
kompetensinya. Tentu saja nilai itu hanya dapat diperoleh
dari berbagai kegiatannya sebagai dokter karena kompetensi Kegiatan Jenis kegiatan
dokternyalah yang diukur, bukan kompetensinya mengelola
Membaca jurnal dan menjawab uji-dirinya. Pembelajaran
sebuah rumah sakit, misalnya. IDI menetapkan bahwa jumlah
Memberikan penyuluhan. Pengabdian masyarakat
nilai yang harus dikumpulkan adalah 50 per tahun atau 250 Membuat tulisan populer Pengabdian masyarakat
per lima tahun.7 Sertifikat kompetensi ini juga diperlukan Menulis tinjauan kasus/ tinjauan pustaka/ Karya ilmiah
untuk registrasi ulang di KKI. buku/monograf.
Terlibat dalam suatu panitia/pokja Pengabdian masyarakat/
profesi
Pembelajaran dalam P2KB Menangani pasien (dengan/tanpa Kegiatan profesional
intervensi)
Pertanyaannya sekarang dari mana angka 50 per tahun Melakukan edukasi pasien (perorangan/ Kegiatan profesional
itu dapat dikumpulkan? Dalam sosialisasi pertama program kelompok)
P2KB di kalangan intern pengurus IDI, memang ada beberapa Melakukan kajian mitra bestari Kegiatan professional
keberatan tentang jumlah nilai yang dituntut ini, tetapi mari (peer review)
Melaporkan kejadian efek samping obat Kegiatan professional
kita lihat latar belakang munculnya gagasan P2KB (CPD) di Melakukan skrining kesehatan Kegiatan professional
kalangan profesional, dan tujuannya. Menyajikan makalah dalam acara ilmiah Pengembangan ilmu
Latar belakang munculnya gagasan P2KB adalah Membuat penelitian Pengembangan ilmu
gagalnya upaya pembelajaran bersinambung (CME) Melakukan penelusuran informasi/ Pembelajaran
sesi EBM
membuat seorang dokter menjadi lebih kompeten. Bayangkan Mengajar/membuat soal ujian Pengembangan ilmu
saja, bagaimana kehadiran dalam sebuah seminar tentang Menjadi penyelia (supervisor) Pengembangan ilmu
sirkumsisi dapat membuat seorang terampil melakukan
sirkumsisi? Dapatkah sertifikat kehadiran dalam seminar
tentang tata laksana hepatitis menjadi jaminan bahwa seorang Kegiatan 14 dan 15 selama ini hanya dilakukan oleh
dokter mampu menangani hepatitis? Hanya praktik melakukan mereka yang bekerja di lembaga yang terlibat dalam kegiatan

98 Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 4, April 2008


Profesionalisme bagi Profesi Dokter

pendidikan dokter, tetapi dengan berubahnya paradigma untuk dibagi bersama sejawat lainnya. Mulai dari pengalaman
pendidikan kedokteran sekarang ini, bukan tak mungkin pribadi yang unik dalam menangani pasien atau masalah
dokter di puskesmas atau yang berpraktik bersama di sebuah kesehatan, laporan kasus sulit, temuan baru pada pasien,
klinik dokter keluarga, dapat menjadi penyelia calon dokter termasuk efek samping, sampai ke keraguan atas sesuatu
atau dokter lain yang sedang belajar. yang dibaca atau suatu hasil penelitian. Apapun, di sinilah
Selama ini kita mengira bahwa kegiatan no. 11, 12, dan tempat kita berbagi. Oleh karena itu sejak April 2008 ini, selain
13 hanya patut untuk mereka yang bekerja di perguruan tinggi memuat rubrik yang dapat dijadikan ajang belajar dan menguji
atau lembaga penelitian. Anggapan tersebut sama sekali tidak kemampuan diri (kegiatan 1 dalam Tabel 1), MKI mengundang
benar karena pasien yang dihadapi dokter sehari-hari seluruh dokter Indonesia untuk mengungkapkan apa yang
merupakan sumber data yang dapat diolah untuk dapat dibagi dengan sesama sejawat dan dengan itu Anda
menghasilkan sesuatu (informasi) berharga. Sementara itu, akan mendapatkan nilai SKP !
pelaporan efek samping obat yang sebenarnya sangat Pertanyaan berikut hampir dapat diramalkan munculnya:
dianjurkan (kalau tak mau disebut diwajibkan) oleh bagaimana cara menuliskannya?
Departemen Kesehatan hanya tinggal wacana walaupun Memang dunia kedokteran kita masih berada pada era
lembaga yang bertanggungjawab untuk itu sebenarnya peralihan antara budaya tutur dan budaya tulis sehingga
sudah ada. kegiatan publikasi tampak sebagai kegiatan elite. Padahal,
Dari Tabel 1. itu juga terlihat bahwa sebenarnya kegiatan tidaklah demikian. Menulis sesuatu di jurnal, identik dengan
yang dapat dilakukan oleh seorang dokter dapat dibedakan berkomunikasi dengan pasien atau dengan sesama sejawat.
atas 5 macam yaitu: Mula-mula tersendat, lama-lama biasa. Oleh karena itu, redaksi
1. Kegiatan pembelajaran MKI dengan senang hati menerima tulisan apapun
2. Kegiatan profesional, yaitu yang berhubungan dengan menyangkut kinerja Anda sebagai dokter, lalu proses
tugasnya sebagai dokter pembiasaan akan kita jalani. Inilah benang merah P2KB yang
3. Kegiatan pengabdian masyarakat/profesi mengait ke MKI. Insya Allah
4. Kegiatan penulisan karya ilmiah
5. Kegiatan pengembangan ilmu Daftar Pustaka
1. Rapat Kerja Ikatan Dokter Indonesia, Cipayung, Januari 2007.
Budaya Tulis 2. Undang-Undang RI no. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.
Suatu body of knowledge yang kita kuasai sekarang ini 3. Greiner A. Health professions education: a bridge to quality. Insti-
pada dasarnya terbentuk dari sebuah budaya tulis. Apa yang tute of Medicine, 2003.
4. Davis D, Barnes BE, Fox R. The continuing professional devel-
dikenal sebagai kebenaran ilmu direkam dalam berbagai
opment of physicians: from research to practice. American Medi-
tulisan, mulai dari pengamatan pribadi, temuan suatu cal Association, 2003.
eksperimen, makalah ilmiah, monograf, sampai ke buku ajar 5. World Federation for Medical Education. Continuing professional
(textbook). Apa yang ditemui dalam penerapan suatu ilmu, development of medical doctors: WFME Global Standards for
Quality Improvement, 2003.
kedokteran misalnya, seharusnya juga direkam karena
6. Federation of Royal Colleges of Physicians of the UK. Continu-
kebenaran ilmu berubah dari waktu ke waktu. Apa yang ing professional development, 2002.
ditemui oleh dokter A pada pasiennya belum tentu sama 7. Badan P2KB IDI. Pedoman Pelaksanaan Program Pengembangan
dengan apa yang tertulis dalam buku ajar tentang penyakit dan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan IDI, Jakarta 2007.
8. http://www.rtpi.org.uk/cgi.bin/item.cgi; diunduh tanggal 10 Juli
sang pasien dan mungkin berbeda pula dengan apa yang
2007.
ditemui sejawatnya. Hal itu yang belum menjadi kesadaran 9. Sastroasmoro S. Role of professional development in improving
kita sehingga segala harta berharga yang tersimpan dalam standards of care, 2004).
berbagai kasus yang ditangani sehari-hari sirna begitu saja. 10. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter,
Jakarta 2006.
Kegiatan 4, 8, dan 9 dalam Tabel 1. di atas merupakan kegiatan
11. Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. Petunjuk Teknis
yang mungkin baru bagi sebagian besar kita, tetapi melalui Penghitungan Angka Kredit Jabatan Fungsional Tenaga Kesehatan
P2KB ini IDI ingin mendorong anggotanya untuk di Lingkungan DinKes Prop.DKI Jakarta, 2003.
melakukannya.
MKI sebagai jurnal resmi IDI membuka pintu selebar-
SS
lebarnya untuk memuat rekaman pengalaman para dokter

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 4, April 2008 99

Anda mungkin juga menyukai