Anda di halaman 1dari 6

1.

1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan kewajiban yang harus dilakukan suatu negara, untuk memperkecil jarak
ketertinggalannya di bidang ekonomi dan kesejahteraan dari negara-negara maju. Upaya pembangunan ekonomi
negara tersebut pada umumnya diprakarsai oleh pemerintah, agak terkendala akibat kurang tersedianya sumber-
sumber daya ekonomi yang produktif, terutama sumber daya modal yang seringkali berperan sebagai katalisator
pembangunan. Untuk mencukupi kekurangan sumber daya modal ini, maka pemerintah negara yang bersangkutan
berusaha untuk mendatangkan sumber daya modal melalui berbagai jenis pinjaman luar negeri dan membenahi
struktur utang serta memproduktifkan aktiva lancar.

Suatu perusahaan wajib menyajikan aktiva dan kewajibannya berdasarkan klasifikasi lancar dan tidak lancar pada
waktu menyusun laporan keuangan, kecuali pengklasifikasian lancar dan tidak lancar untuk aktiva dan kewajiban
biasanya tidak dipandang tepat untuk laporan keuangan dari perusahaan yang periode siklus operasi normalnya
tidak dapat ditentukan atau sangat panjang dan yang diatur secara khusus untuk jenis industri tertentu.

Manajemen asset dan liabilitas adalah suatu usaha untuk mengoptimalkan struktur neraca bank sedemikian rupa
agar diperoleh laba maksimal sekaligus membatasi resiko menjadi sekecil mungkin. Manajemen aktiva dan pasiva
disebut pula dengan Asset and Liability Management (ALMA). Kedua sisi neraca, dimana sisi pasiva yang
menggambarkan sumber dana dan sisi aktiva yang menggambarkan penggunaan dana harus dikelola secara efisien,
efektif, produktif secara optimal.

Dunia bisnis sudah mengubah konsep manajemen dari konvensional ke modern. Perubahan konsep tersebut adalah
sebuah tuntutan zaman, jika perusahaan tidak menerapkan maka artinya perusahaan akan ditinggalkan oleh
konsumen. Segala aktivitas bisnis bisa dilakukan dengan lebih sederhana tanpa ada beban dan tekanan,
permasalahan hanya satu kecepatan dalam mengambil keputusan secara baik dan akurat. Kondisi ini tidak terkecuali
pada saat transaksi bisnis mengikutkan diperganakannya valuta asing sebagai alat pembayaran. Para manajer
keuangan berusaha kuat dengan menerapkan bergbagai formula mampu menempatkan dan memperkirakan
kestabilan valas secara konstan dalam suatu kurun waktu akuntansi.

Perlu diingat bahwa berbagai formula yang dibuat adalah selalu berdasarkan data dan kondisi yang terjadi pada
masa lalu, karena data masa depan tidak pernah dimiliki sebelum semua itu dialami. Atas dasar itu kita bisa
memberikan kesimpulan bahwa formula yang dibuat bisa saja tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau
melenceng dari yang diperkirakan semula, namun formula tersebut sudah dapat dijadikan sebagai base concept
pada saat kita akan memprediksi atau membuat indikator-indikator penyebab akan terjadinya masalah di kemudian
hari, serta tentunya diikuti solusi yang harus dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang kami rumuskan adalah :
1. Pengertian manjemen hutang
2. Tujuan dari manajemen hutang
3. Perencanaan manajemen hutang
4. Pengertian manjemen Asset 
5. Apa yang dimaksud dengan manajemen valuta asing?
6. Apa tujuan melakukan transaksi valuta asing?

1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk membahas tentang manajemen hutang, manajemen valuta asing dan mengetahui tujuan
melakukan trasaksi valuta asing serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Semoga dengan adanya makalah ini bisa
menambah wawasan ilmu pengetahuan kita.

BAB 2 PEMBAHASAN 

2.1 Definisi Hutang


Hutang adalah kewajiban-kewajiban ekonomis dari perusahaan yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang lazim diterima. Hutang juga meliputi berbagai deffered credits yang bukan merupakan kewajiban-
kewajiban tetapi yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim diterima.
Dapat ditambahkan bahwa hutang diukur menurut jumlah yang ditetapkan dalam transaksi pertukaran yang
bersangkutan, biasanya sebesar jumlah yang akan dibayarkan, namun kadang – kadang memuat nilai yang telah
didiskontokan.

2.2 Tujuan Dari Manajemen Hutang


Dalam pengertian dasar, tujuan dari manajemen hutang ialah untuk menjamin bahwa perusahhaan memiliki
“kecukupan kas” yaitu kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan kas bagi setiap tujuan yang penting
bagi kesatuan keuangan jangka pendek dan jangka panjang dari perusahaan. Jadi tidak hanya untuk menghindari
ketidakmampuan untuk membayar hutang atau kebangkrutan. Ditinjau dari sudut controller, tujuan yang lebih spesifik
dari manajemen hutang dapat mencakup hal – hal sebagai berikut :
 Pencatatan dan pengungkapan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim diterima mengenai
kewajiban keuangan perusahaan.
 Pelaporan hutang perusahaan dalam bentuk selayaknya, sebagaimana duharuskan oleh perjanjian atau
persetujuan kredit.
 Melalui perencanaan dan pengendalian yang efektif, memelihara suatu struktur keuangan yang sehat,
termasuk memlihara hubungan yang wajar antara hutang dengan modal sendiri.
 Kelanjutan dari kemampuan untuk mendapatkan dana-dana pinjaman yang diperlukan tepat pada waktunya
dan dengan beban biaya yang bersaing.
 Untuk melaksanakan dan memelihara pengendalian-pengendalian yang membatasi komitmen dalam batas-
batas yang ditetapkan dengan baik sehingga mereka pada akhirnya tidak menjadikan hutang berlebihan dan
sangat memberatkan.
 Adalah jelas bahwa semua sasaran dari manajemen hutang ini adalah saling berhubungan.

2.3 Hutang Langsung

1. Hutang Lancar (Current Liabilities)

Secara umum, hutang – hutang yang diklasifikasikan sebagai lancar adalah hutang – hutang yang harus dibayar
dalam masa siklus operasi, yaitu biasanya dalam masa satu tahun. Pentingnya pemisahan hutang lancar dari hutang
lain terletak dalam peranan yang dimainkan oleh berbagai resiko keuangan, antara lain current ratio, sewaktu dana
dipinjam.

Menurut definisi lain yang berhubungan, hutang lancar meliputi kewajiban – kewajiban yang pencairannya dari
hutang lancar yang baru. Yang termasuk hutang lancar adalah :

1. Wesel bayar
2. Hutang dagang 
3. Biaya-biaya yang ditangguhkan
4. Pajak penghasilan yang masih harus dibayar
5. Hutang Jangka Panjang

Menurut definisi, hutang jangka panjang merupakan kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo dalam masa lebih dari
satu tahun atau yang akan dibayarkan dari harta tak lancar.

1. Lease Jangka Panjang


2. Hutang Obligasi
3. Kewajiban Jangka Panjang Lainnya.

2.4 Perencanaan Hutang


Meskipun hutang bermula dari keadaan yang ada sekarang, namun yang lebih penting manajemen hutang
mencakup merencanakan tingkatan dari semua jenis kewajiban untuk masa mendatang yang dapat diterima secara
berhati-hati oleh perusahaan. Dalam perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang, besarnya hutang dagang,
biaya – biaya yang ditangguhkan, dan semua jenis hutang yang penting harus diketahui. Harus dipastikan bahwa
tingkatan hutang berada dalam norma – norma yang dapat diterima dan bahwa perusahaan dapat bertahan pada
masa – masa yang burukdalam dirinya sendiri, dalam sector industrinya, dan tentu saja dalam perekonomian secara
umum, dengan adanya beban hutang tersebut. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan jangka panjang dari
perusahaan mengharuskan adanya perencanaan struktur hutang (dan modal yang berhubungan) sehingga dana
tersedia pada saat diperlukan dan dengan biaya, yang diperbandingkan, dapat diterima.

2.5 Resiko Dari Hutang Yang Berlebihan


Dalam mempertimbangkan “pembiayaan jangka panjang”, yang dimaksud adalah struktur dari hutang jangka panjang
dan modal sendiri, mungkin tujuan dari eksekutif keuangan adalah mengatur bagian – bagian keuangan sedemikian
rupa sehingga para pemegang saham, para pemilik, akan menerima manfaat ekonomis yang maksimum selama
jangka yang lebih panjang. Dapat dipertunjukkan melalui suatu jangka waktu tertentu, dengan mengasumsikan
profitabilitas normal dan dapat dikuranginya ongkos bunga untuk tujuan perpajakan, bahwa pinjaman yang berhati –
hati akan menaikkan hasil pengembalian bagi pemegang saham. Walaupun diketahui adanya keuntungan yang
potensial ini, tetapi terdapat suatu faktor yang negative yang akan menekan keinginan untuk menggunakan hutang
jangka panjang semaksimal yang tersedia.

2.6 Standar Untuk Kapasitas Hutang


Secara konvensional terdapat dua jenis norma dengan mana dapat dipertimbangkan kapasitas hutang jangka
panjang,yaitu :

1. Suatu norma kapitalisasi


2. Suatu norma peliputan penghasilan

Dalam mencapai suatu kebijaksanaan hutang bagi suatu perusahaan tertentu, masing – masing ratio itu harus
dipertimbangkan dan saling dikaitkan. Dalam pengerjaan dengan data yang dihasilkan dari intern perusahaan,
controller dapat membuat perbaikan yang biasanya tidak dimungkinkan dengan data umum dari perusahaan lain. Ia
lalu dapat menuntun manajemen mengenai hubungan yang dapat diterima.

Suatu norma yang telah dipergunakan secara luas, yang sering telah dipergunakan sebagai suatu kendala dalam
perjanjian kredit, adalah ratio hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Dengan demikian, hutang jangka
panjang tidak boleh melebihi , katakanlah 25% dari modal sendiri. Ratio itu dapat juga dinyatakan sebagai suatu
persentase dari total kapitalisasi.

Norma peliputan pendapatan mengukur jumlah tahunan yang diperlukan untuk beban hutang terhadap penghasilan
bersih yang tersedia untuk memenuhi beban hutang. Dengan menghubungkan arus kas ke luar per tahun untuk
beban hutang (dan mungkin untuk unsur-unsur) dengan pendapatan bersih yang tersedian untuk tujuan ini, cara itu
mencoba untuk memastikan bahwa dalam waktu yang buruk sekalipun terdapat cukup dana untuk memenuhi
kewajiban.

2.7 Pengertian Manajemen Aset 


Asset adalah sebuah sumber daya yang dimiliki atau dikendalikan oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana beberapa manfaat ekonomi masa depan (s) dapat diharapkan mengalir ke perusahaan.
Kepemilikan aset itu sendiri adalah tidak berwujud. Namun, aset yang dimiliki dapat berwujud atau tidak berwujud
"(International Valuation Standard 2003)

Manajemen Aset didefinisikan menjadi sebuah proses pengelolaan segala sesuatu baik berwujud dan tidak berwujud
yang memiliki nilai ekonomik, dan mampu mendorong tercapainya tujuan dari individu dan organisasi. Melalui proses
manajemen yaitu POLC planning, organizing, leading dan controling agar dapat dimanfaatkan atau dapat
mengurangi biaya (cost) secara effisien dan effektif.

Manajemen Liabilitas yaitu kemampuan bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua
kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabah. Penggelolaan atas Reserve Requirement
(RR) atau Primary Reserve (PR) atau Giro Wajib Minimum (GWM) sesuai dengan ketentuan BI dan secandary
Reserve (SR). Risiko yang dapat timbul dalam Manajemen liabilitas yaitu risiko pendanaan dan risiko bunga.

2.8 Manajemen Valuta Asing


Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha naggota
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuab organisasi yang
telah ditetapkan.

Valuta asing adalah mata uang yang berasal dari negara lain dan dipakai sebagai perhitungan untuk melihat nilai
mata uang domestic ketika dikonversikan dengan mata uang asing tersebut. Seperti mata uang dollar Amerika
Serikat dikonversi dengan rupiah, Yen Jepang dengan Rupiah, dan lain sebagainya.

Manajemen valuta asing adalah suatu kegiatan membeli atau menjual mata uang suatu Negara. Kegiatan jual beli
valuta asing membentuk suatu pasar yang disebut dengan pasar valas. Pasar valas dapat dikatakan sebagai
transaksi jual beli melalui jaringan komunikasi antara bank-bank, brokers atau deler di seluruh dunia yang dilakukan
di ruangan masing-masing bank yang telah dilengkapi dengan jaringan komunikasi. Secara garis besar tindakan
manajemen valas dapat berupa :

· Pengendalian kesejahteraan mata uang asing.


· Pengendalian keuntungan netto dari nilai tukar.

2.9 Tujuan Melakukan Transaksi Valuta Asing


Transaksi valas baik yang dilakukan oleh bank, perusahaan lainnya ataupun individu mengandung berbagai tujuan.
Tujuan ini berbeda-beda sesuai dengan apa yang ingin diperoleh dari transaksi tersebut.

Ada beberapa tujuan dalam melakukan transaksi valas, baik yang dilakukan oleh perusahaan/badan maupun
individu, yaitu:[5]

1. Untuk transaksi pembayaran

Sebagi contoh PT Marras, importir di Indonesia melakukan pembelian sejumlah barang berupa mesin-mesin dari PT
Roche di Jerman. Pembayaran dilakukan tergantung sales contrac yang telah disepakati dan ditandatangani kedua
belah pihak apakah degan DM Jerman atau dengan rupiah.

Jika pembayaran dilakukan dengan mata uang eksportir (DM) maka transaksi valas akan terjadi di Indonesia
(importir). Artinya transaksi jual beli valuta asing terjadi di negara Indonesia (importir). Dalam hal ini, PT Marras harus
membeli DM Jerman kemudian dikirim ke Jerman untuk pembayaran.

Namun bila pembayaran dilakukan mata uang pembeli Indonesia dengan ruoiah, maka transaksi jual beli terjadi di
pihak eksportir di Jerman, dimana pihak eksportir harus terlebih dahulu menukarkan rupiah ke DM Jerman.
Pembayaran dapat pula dilakukan dengan mata uang asing, misalnya dalam mata uang US $. Jika hal ini terjadi,
maka transaksi valas terjadi di negara importir (Indonesia) dan eksportir (Jerman).

2. Mempertahankan daya beli

Kebijaksanaan pemerintah melakukan devaluasi bertujuan untuk meningkatkan ekspor sehingga barang-barang kita
yang di luar negeri menjadi lebih kompetitif. Dengan melakukan devaluasi, maka nilai tukar rupiah diturunkan
terhadap mata uang yang didevaluasikan. Akan tetapi, bagi pemegang rupiah dalam negeri justru nilai tukar uangnya
terhadap mata uang asing malah turun akibatnya daya beli pun menurun jika dibandingkan dengna valas tersebut.

3. Pengiriman uang ke luar negeri

Transfer ke luar negeri merupakn jasa bank dalam pengiriman uang ke luar negeri. Sarana yang digunakan dalam
pengiriman inidapat dilakukan dengan telex, telepon, faksimile, atau sarana lainnya. Pengiriman dapat dilakukan
dengan menggunakan negara pengirim atau negara yang akan dikirimkan. Jika pengiriman dalam mata uang negara
tujuan, maka pertukaran valas terjadi di negara pengirim demikia pula jika pengiriman dengan mengggunakan
negara pengirim, maka transaksi valas terjadi di negara tujuan.

4. Mencari keuntungan

Transaksi valas dapat juga dilakukan untuk mencari keuntungan atau kemudahan-kemudahan berbelanja. Sebagai
contoh untuk mencari keuntungan nasabah dapat menyimpan uangnya dalam bentuk deposito valas atau rekening
giro valas. Keuntungan dalam hal ini adalah disamping memperoleh suku bunga nasabah akan memperoleh
keuntungan dari kenaikan kurs yang terjadi terus menerus. Keuntungan lainnya bagi nasabah yang menyimpan di
rekening giro valas adalah dapat menarik atau mengeluarkan cek dan bilyet giro dalam valas sebagai alat
pembayaran. Rekening giro atau deposito valas biasanya diterbitkan dalam valas yang kuat.

Kemudian keuntungan lainnya adalah dengan membeli valas bank notes pada saat kurs turun kemudian menjualnya
kembali pada saat kurs naik, transaksi ini dilakukan terhadap mata uang yang cenderung naik terus serta lebih besar
unnsur spekulasinya.

5. Pemagaran resiko

Dalam hal pemagaran resiko atau hedging, sering kali terhadap utang dalam valuta asing, hak ini akibat dari sering
terjadinya kenaikan kurs yang terus menerus. Kenaikan kurs ini dapat meningkatkan nilai pinjaman atau utang jika
tidak dilakukan hedging. Dengan dilakukan hedging minimal resiko kerugian dapat diperkecil seminimal mungkin.

6. Kemudahan berbelanja

Diantara tujuan diatas yang sedang berkembang pesat sekarang ini adalah untuk tujuan kemudahan dalam
berbelanja, terutama sekali bagi mereka yang suka bepergian ke luar negeri. Kemudian ini dapat diwujudkan dengan
membeli traveller cheque (TC) atau (cek perjalanan). Dengan membawa TC ini nasabah dengan mudah dapat
berbelanja di berbagai tempat dan di berbagai negara. Kemudian nominal TC pun mengikuti kurs yang terus
berkembang.
Dalam kegiatan valas dikenal dua golongan transaksi, yakni transaksi komersial dan transaksi spekulatif. Transaksi
komersial terjadi bila transaksi tersebut dilakukan untuk keperluan perusahaan atau nasabah, bukan untuk bank.
Sedang untuk transaksi spekulatif adalah dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan bagi bank yang
bersangkutan dari fluktuasi nilai tukar mata uang.

Ada dua tujuan pokok dalam pengelolaan valas yaitu:


 Mengelola jumlah dan risiko valas keseluruhan terkait dengan kesenjangan pada mata uang asing
 Memaksimalkan pendapatan valas bank dengn bats-batas risiko yang dapat diterima.
Adanya risiko pada transaksi valas menyebabkan perlunya ditetapkan serangkaian parameter dan limit. Dalam
menempatkan limit tersebut, manajemen valas harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:Komposisi
suatu mata uang yang dipelihara bank bergantung dari kuat atau lemahnya suatu mata uang.
 Ketentuan posisi devisa neto yang ditetapkan Bank Indonesia.
 Tujuan penetapan besarnya limit harus terpadu dengan tujuan manjemen likuditas dan gap.
 Besarnya limit untuk masing-masing dealer dikaitkan dengan tingkat kemahiran dan pengalaman.
 Secar periodic ditetapkan limit masing-masing valas untuk intraday, overnight dan week end.
 Limit cut loss yang mencakup seluruh posisi jual beli, yaitu limit yang mensyaratkan posisi tertentu yang harus
dilikuidasi/dieksekusi bila kerugian telah melampaui jumlah yang ditetapkan.
 Pendelegasian wewenang tertentu kepada chief dealer dan dealer lainnya untuk melakukan kegiatan dalam
sublimit yang diberikan.
 Penetapan credit lines bagi seluruh “dealing counterparties”

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen hutang adalah praktik rutin untuk lebih mengurangi pengeluaran uang daripada menghasilkan.
manajemen hutang adalah rencana pembayaran yang lebih terstruktur yang dirancang oleh pihak ketiga, yang
merupakan hasil dari perintah pengadilan atau hasil inisiasi pribadi. Manajemen hutang juga dapat membantu
menyelesaikan masalah perusahaan yang sedang dalam kekurangan dana dengan meminjam dan kepada pihak
bank maupun perusahaan lain dengan perjanjian, namun akan sangat beresiko jika perusahaan meminjam dana
terlalu besar dengan tidak memperdulikan bagaimana perencanaan mereka agar bisa membayar dalam jangka
waktu nya. Maka daari itu sebelum memnjam dana perusahaan sebaiknya melakukan perencanaan yang baik
terlebih dahulu agar tidak saling merugikan.

Manajemen Aset didefinisikan menjadi sebuah proses pengelolaan segala sesuatu baik berwujud dan tidak berwujud
yang memiliki nilai ekonomik, dan mampu mendorong tercapainya tujuan dari individu dan organisasi. Sedangkan
Manajemen Liabilitas yaitu kemampuan bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua
kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabah. 

Manajemen valuta asing adalah suatu kegiatan membeli atau menjual mata uang suatu Negara. Kegiatan jual beli
valuta asing membentuk suatu pasar yang disebut dengan pasar valas. Pasar valas dapat dikatakan sebagai
transaksi jual beli melalui jaringan komunikasi antara bank-bank, brokers atau deler di seluruh dunia yang dilakukan
di ruangan masing-masing bank yang telah dilengkapi dengan jaringan komunikasi.

Pasar valuta asing atau yang sering disebut dengan istilah foreign exchange market merupakan pasar dimana
transaksi valuta asing dilakukan baik antarnegara maupun dalam suatu negara.

3.2 Saran
Dalam peminjaman dana boleh boleh saja di lakukan demi kebaikan perusaahaan pada masa itu namun, harus ada
perencanaan yang baik untuk pembayaran dimasa mendatang agar hutang dapat dibayar secara tepat waktu.

Likuiditas ialah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup utuk memenuhi kewajibanya
setiap saat.dalam kewajiban di atas termasuk penarikan yang tidak dapat diduga seperti commitment loan maupun
penarikan penarikan tidak terduga lainya.Ada empat macam teori likuiditas perbankan yang dikenal, yaitu sebagai
berikut:

Bank mempunyai beberapa alternatif untuk mencapai likuiditas yaitu menyediakan uang kas yang cukup,
mengkonventir aset kedalam uang kas, meminjam dari bank lain.
Risiko valuta asing merupakan risiko yang disebabkan oleh perubahan kurs valuta asing di pasaran yang tidak
sesuai lagi dengan yang diharapkan, karena adanya pergerakan kurs yang merugikan terutama pada saat
dikonversikan dengan mata uang domestik.

DAFTAR PUSTAKA
 Handoko, T. Hani. 2013. Manajemen. Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta.
 Irham Fhmi, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Bandung: Alfabeta, 2014)

Anda mungkin juga menyukai