Modul 1.2. Angkatan 5 Reguler. Nilai Dan Peran GP - Final
Modul 1.2. Angkatan 5 Reguler. Nilai Dan Peran GP - Final
Guru Penggerak
Penulis modul:
Penulis Modul:
Edisi Kesatu (September 2020):
Editor:
Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan,
Kemendikbudristek
_______________________________________________________________
_____________________________
Hak Cipta © 2022 pada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Dilindungi Undang-undang
Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Lembar Pengesahan
Tahapan Nama Tanda Tangan Tanggal
Upaya pemenuhan kandidat kepala sekolah yang lebih optimal menuntut penyesuaian
pada desain pembelajaran PPGP. Karena itu, terhitung dari angkatan kelima durasi
program diefisiensikan dari sembilan menjadi enam bulan. Selain itu, PPGP juga
menerapkan diferensiasi proses untuk peserta di daerah yang memiliki akses terbatas,
baik dari segi transportasi maupun telekomunikasi. Namun, terlepas dari moda
penyampaian yang beragam, para Calon Guru Penggerak (CGP) di seluruh Indonesia
sama-sama mempelajari materi-materi bekal kepemimpinan dengan sistem on-the-job
Tentu saja, seluruh upaya tersebut tidak akan berhasil tanpa peran berbagai tim
pendukung yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif mewujudkan
penyelesaian bahan ajar ini serta membantu terlaksananya PPGP. Kami mengucapkan
terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada para pengembang modul, tim
digitalisasi, serta fasilitator, pengajar praktik dan instruktur. Semoga Allah Yang
Mahakuasa senantiasa memberkati upaya yang kita lakukan demi transformasi
pendidikan Indonesia. Amin.
Selamat datang dalam Modul “Nilai-nilai dan peran guru penggerak”. Modul ini akan
mengeksplorasi mengapa dan bagaimana nilai-nilai dan peran seorang Guru Penggerak
mampu menumbuhkan sekolah dan ekosistem pendidikan agar berpihak pada murid.
Mengapa demikian? Dunia kini sudah semakin tanpa batas, teknologi telah berhasil
menghilangkan jarak. Pertukaran budaya baik yang positif maupun negatif kini menjadi
sukar terawasi dan tanpa filter.
Filter tersebut diharapkan dapat ditumbuhkan sejak dini dalam setiap diri manusia
Indonesia agar budayanya tidak tergerus oleh budaya lain yang lebih agresif melakukan
penetrasi. Oleh karena itu, sebagai pendidik, kita dituntut untuk berpikir kembali
mengenai makna dan tujuan pendidikan kita. Dalam kaitannya dengan Standar Nasional
Pendidikan, modul ini berusaha menempatkan Profil Pelajar Pancasila sebagai acuan
utama standar kompetensi lulusan, karenanya harus dijadikan pedoman dan dihidupi
oleh para pendidik, khususnya Guru Penggerak di Indonesia.
Kita semua mengalami fenomena pandemi COVID-19 sejak permulaan tahun 2020.
Secara fisik sekolah dan kelas diadakan dari jauh, namun sebetulnya jika dipikirkan
ternyata kelas-kelas ini justru mendekat dan masuk ke rumah-rumah murid kita di masa
pandemi ini. Pandemi membukakan mata kita bahwa guru punya peran yang besar
dalam proses belajar murid-muridnya, sekaligus mengungkapkan bahwa orangtua pun
punya peran yang tak terelakkan dalam pendidikan anak-anaknya di rumah. Hal itu
membuat kita kembali percaya bahwa gotong-royong dalam pendidikan adalah hal yang
tidak bisa ditawar lagi.
Dari pengalaman tersebut, kita disadarkan kembali bahwa pendidikan adalah suatu hal
yang sifatnya individual sekaligus komunal yang tak terpisahkan. Murid di kelas-kelas
kita adalah bagian dari sebuah komunitas di rumah, di masyarakat, dan di lingkungan.
Dengan maksud itulah maka dalam modul ini Bapak/Ibu diajak masuk ke dalam dan
menelusuri diri sendiri sebagai manusia sekaligus pendidik, kemudian mengakui bahwa
Anda sekalian adalah pribadi-pribadi istimewa yang unik. Modul ini mengajak Bapak/Ibu
menyadari bahwa nilai-nilai yang perlu diyakini seorang pendidik itu dipengaruhi oleh
interaksi antara cara kerja pikiran serta emosi sebagai aspek intrinsik dengan aspek
ekstrinsik dalam suatu lingkungan pembelajaran. Bapak/Ibu pun akan mengeksplorasi
dan berkolaborasi untuk merencanakan perubahan nyata pada lingkungan masing-
masing. Diharapkan, setelah mengalami dan berproses sepanjang materi ini, Bapak/Ibu
sekalian dapat menemukan jati dirinya sebagai Guru Penggerak.
Selamat belajar!
• Belajar mandiri: CGP mengakses konsep materi yang terbagi dalam 3 bagian:
1. Bagaimana manusia tergerak: Kerja Otak (Triune-brain, Berpikir Cepat-
Lambat), Kebutuhan genetis (5 Kebutuhan Dasar Manusia), Tahap
Tumbuh Kembang Anak (Psikososial)
2. Bagaimana manusia bergerak: Memahami Teori Pilihan, Motivasi
Intrinsik Menuju Profil Pelajar Pancasila, Nilai Guru Penggerak dan
Model refleksi,
3. Bagaimana menggerakkan manusia: Berpikir strategis dan menguatkan
lingkaran pengaruh, Diagram identitas gunung es, Peran Guru
Penggerak dan 4 kategori kompetensi pemimpin di lingkungan sekolah,
• Forum Diskusi Tertulis: cerita tentang SATU nilai GP yang telah membantu
melayani murid dan daftar kegiatan sebagai contoh penerapan peran GP yang
dipahami saat ini.
• CGP membuat gambaran diri sebagai Guru Penggerak di masa depan dalam
bentuk tulisan naratif/poster/peta pikiran/powerpoint/video/audio sederhana.
• CGP membuat kaitan antara materi Modul 1.2. Nilai & Peran Guru Penggerak
serta Modul 1.1. Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara menggunakan model
refleksi 4P dalam bentuk tulisan-naratif/poster/peta-
pikiran/powerpoint/video/audio sederhana.
Aksi Nyata
• CGP menjalankan pengembangan DIRI yang sederhana, konkret dan rutin serta
dapat dilakukan sendiri dari sekarang (berangkat dari “Penerapan ke depan”
pada Refleksi 4P yang telah dibuat di tahap Koneksi Antarmateri).
Durasi : 1JP
Moda : Mandiri
Tujuan pembelajaran khusus:
CGP dapat mengidentifikasi nilai-nilai diri sendiri, yang selama ini melekat dalam
pribadinya.
CGP dapat menyatakan peran guru penggerak yang menurutnya sudah melekat dalam
pribadinya.
Selamat datang Bapak/Ibu CGP di Pembelajaran pertama dalam Modul 1.2 ini!
Pada kesempatan ini, pembelajaran akan dimulai dengan membuat diagram trapesium
usia dan menjawab beberapa pertanyaan mengenai diri Bapak/Ibu. Agar mendapatkan
manfaat yang maksimal dari kegiatan ini, hal yang perlu diperhatikan ketika menjawab
pertanyaan nanti adalah kejujuran Bapak/Ibu dalam memberikan jawaban. Tidak ada
jawaban benar ataupun salah. Apa yang menjadi pertanyaan hanyalah upaya untuk
membantu menggali pengalaman serta nilai diri Bapak/Ibu sendiri. Silakan jawab semua
jangan sampai terlewat. Ambil waktu khusus agar dapat mengerjakannya dengan
tenang. Selamat Mengerjakan!
Di sini Bapak/Ibu akan membuat Diagram Trapesium Usia -nya sendiri dengan
mengikuti instruksi berikut:
1. Buatlah garis miring naik ke atas (sisi kiri), tuliskan usia saat Bapak/Ibu
menyelesaikan masa sekolah pada ujung garis tersebut.
Peran Fasilitator:
1. Fasilitator mengingatkan CGP untuk mengerjakan tugas pada bagian Mulai
dari Diri
2. Fasilitator mempelajari jawaban dari CGP
3. Fasilitator memberikan komentar/apresiasi terhadap jawaban-jawaban CGP
pada bagian ini
Durasi : 6JP
Moda : Pembelajaran Mandiri dan Forum Diskusi Tertulis
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
CGP mengetahui hubungan antara emosi, cara kerja otak, kebutuhan dasar manusia,
daya untuk memilih, motivasi intrinsik, dan struktur sistemik lingkungan dalam
pembentukan nilai-nilai dalam diri seseorang
CGP menjelaskan makna Profil Pelajar Pancasila dalam transformasi pendidikan.
CGP menjelaskan makna nilai-nilai yang perlu dikembangkan guru penggerak.
CGP menjelaskan makna peran guru penggerak dalam transformasi pendidikan.
CGP mengetahui bahwa keteladanan dan sistem pembiasaan yang konsisten di suatu
lingkungan mempengaruhi penumbuhan nilai-nilai dalam diri seseorang.
CGP mengelaborasi makna pemimpin pembelajaran di sekolahnya masing-masing.
Bapak/Ibu sudah diajak melihat di balik kecanggihan otak manusia, ternyata ada
bagian-bagian yang masih menyerupai otak Reptil, otak Mamalia (dan Primata). Dalam
bacaan ini, Bapak/Ibu diajak untuk memvisualisasikan otak yang umumnya berukuran
lebih-kurang sebesar dua kepal tangan Bapak/Ibu sendiri. Pergelangan tangan
diumpamakan sebagai batang otak, jempol yang disembunyikan dalam 4 jemari
lainnya diumpamakan sebagai sistem limbik (amigdala), dan 4 jemari lain sebagai otak
berpikir atau otak luhur (neocortex).
Otak Reptil
Batang otak mengelola semua otomatisasi dan reflek di tubuh demi kelangsungan
hidup kita, sehingga mampu mengkonservasi energi yang digunakan otak. Bagian otak
ini mengotomatisasi kerja organ dalam tubuh, seperti: jantung, hati, paru-paru, dan
lain-lain yang terkait dengan sistem pernapasan, metabolisme, reproduksi, hormon,
Disukai atau tidak, manusia adalah makhluk biologis yang memiliki sifat dasar
menjaga keberlanjutan spesiesnya secara genetis. Kebutuhan untuk bertahan hidup
(survival), kebutuhan untuk diterima (love and belonging), kebebasan (freedom),
kesenangan (fun), dan kekuasaan/penguasaan (power) adalah kebutuhan yang tidak
cuma dimiliki oleh manusia, makhluk lain seperti Burung, Mamalia, dan Primata juga
memiliki kebutuhan yang sama. Kita pasti pernah melihat anak-anak singa atau singa
remaja bermain layaknya berkelahi sungguhan, atau anak-anak monyet yang usil saling
mengganggu dan berakhir dengan kejar-kejaran dari pohon ke pohon. Itu adalah satu
contoh kebutuhan bersenang-senang (fun). Kelima kebutuhan di atas bermuara pada
kebutuhan tiap jenis makhluk untuk melanjutkan generasi, termasuk juga manusia.
Mungkin kita pernah menjumpai seseorang dengan perilaku yang tidak sesuai
dengan norma atau aturan yang berlaku. Besar kemungkinan, hal itu mereka lakukan
karena mereka tak mampu memenuhi atau mereka tidak mendapatkan kebutuhan
dasar mereka. Setiap perilaku kita adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa
yang kita butuhkan, sebuah usaha untuk memenuhi satu atau lebih kebutuhan dasar
kita. Berikut ini, kita ulas satu demi satu kebutuhan tersebut dalam kaitannya dengan
konteks pendidikan dan sekolah.
1. Wiraga (periode usia 0-8 tahun): Dalam periode ini jasmani (raga) dan indera anak
tumbuh pesat sekali. Dengan demikian, mereka harus banyak bergerak (melatih otot
kasar/besar), melatih otot halus, mengeksplorasi indera mereka (pendengaran, perasa,
pengecap, penciuman, peraba, termasuk imajinasi), dan mengenali simbol-simbol. Tak
heran jika Ki Hadjar Dewantara juga menyebutnya sebagai Taman Indria. Para guru di
periode ini terus berupaya fokus pada pemberian akses dan penyediaan pengalaman
belajar agar anak makin merdeka dalam mengeksplorasi “dunia”nya (diri, sesama, dan
lingkungan di dekatnya).
2. Wiraga-Wirama (periode usia 9-16 tahun): Pada periode usia ini, anak mulai
berkembang pikirannya. Maka, selain melanjutkan pendidikan untuk mengakomodasi
kebutuhan perkembangan jasmani dan indera mereka yang belum usai, pendidik juga
mulai fokus dalam menuntun proses berpikir anak agar mereka semakin selaras
(seirama) dengan sesamanya dan lingkungannya. Guru pada periode ini menuntun anak
Tugas A.
Setelah menyimak video dan bacaan pada bagian ini:
● Bagaimana Bapak/Ibu memahami cara kerja otak, 5 kebutuhan dasar manusia,
tahap tumbuh-kembang anak berserta pengaruhnya pada pembentukan
kebiasaan dan nilai-nilai hidup manusia? Mengapa demikian?
● Menurut Bapak/Ibu nilai-nilai apa yang perlu dikuatkan sebagai guru penggerak?
Mengapa demikian?
Jika kita maknai sedikit mendalam pernyataan tersebut, maka pendidikan harus
mampu menuntun anak untuk memilih jalan kodrat yang menguatkan mereka sebagai
manusia dan anggota masyarakat. Kita kemudian dapat juga melihat bahwa “sebagai
manusia”, kita perlu memperhatikan hubungan kita dengan Tuhan, diri kita sendiri,
sesama, dan semesta. Sebagai manusia ber-Tuhan, sebagai makhluk dengan otak paling
canggih, kita harus menyadari peran penting kita dalam harmonisasi antara individu
manusia dengan manusia lain, makhluk lain, dan ibu bumi. Semakin harmonis hubungan
kita, maka makin besar kesempatan kita mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Kita juga dapat melihat bahwa “sebagai anggota masyarakat”, kita adalah bagian
dari berbagai lingkungan sekaligus. Kita adalah anggota dari suatu keluarga, kita juga
anggota dari masyarakat di lingkungan rumah tinggal, kita juga anggota masyarakat di
kelas-sekolah dan lingkungan sekitar sekolah, kita juga anggota masyarakat lokal
1. Satu-satunya orang yang perilakunya dapat kita kendalikan adalah diri kita
sendiri.
2. Yang bisa kita berikan kepada orang lain hanyalah informasi.
3. Semua masalah psikologis yang bertahan lama adalah masalah relasi
(hubungan).
4. Masalah relasi selalu menjadi bagian dari kehidupan kita saat ini.
5. Apa yang terjadi di masa lalu berkaitan dengan keadaan kita sekarang ini, tetapi
kita hanya dapat memenuhi kebutuhan dasar kita saat ini dan berencana untuk
terus mengejar pemenuhannya di masa depan.
6. Kita hanya dapat memenuhi kebutuhan kita dengan cara memuaskan gambaran
yang kita anggap sebagai realitas di benak kita sendiri (disebut juga sebagai:
Dunia Berkualitas). Setiap manusia memiliki gambaran realitas yang berbeda
dalam memandang dunia mereka, biasanya gambaran itu lahir dari pengalaman
hidup mereka dan biasanya terkait: (1) orang-orang yang paling kita inginkan ada
bersama kita, (2) hal-hal yang paling ingin kita miliki atau alami, dan (3) gagasan
atau sistem keyakinan yang kemudian mengatur sebagian besar respon perilaku
kita.
7. Yang kita lakukan hanyalah berperilaku.
8. Setiap perilaku terdiri dari empat komponen: (1) tindakan, (2) pemikiran, (3)
perasaan, dan (4) fisiologis.
9. Setiap perilaku adalah buah dari pilihan. Kita memiliki kontrol langsung atas
komponen tindakan dan pemikiran. Kita dapat mengontrol komponen perasaan
dan fisiologis secara tidak langsung lewat cara kita memilih komponen tindakan
dan pemikiran tadi.
10. Karena setiap perilaku ada dalam kendali kita sendiri, maka kita perlu fokus pada
apa yang dapat dilakukan (fokus pada kata-kerja) untuk mengambil kendali atas
perilaku dalam suatu keadaan bukan berperilaku sebagai korban dari suatu
keadaan.
Keterangan: aksioma1 = menurut KBBI, adalah “pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa
pembuktian”
6) Kreatif
Seorang murid yang memiliki dimensi kreatif berarti mampu memodifikasi,
menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak
untuk mengatasi berbagai persoalan baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk
lingkungan di sekitarnya. Berikut beberapa elemen dan sub elemen dari
dimensi Kreatif:
● Menghasilkan gagasan yang orisinal.
● Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.
● Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi
permasalahan.
Makna dari tujuan pendidikan pada pasal 29 ayat 1 UN CRC ini sangat dalam dan
luas, melampaui teksualnya karena kesepakatan ini dihasilkan oleh seluruh ahli anak di
dunia dengan latar-belakang ilmu yang beragam. Kesepakatan ini telah melingkupi 4
poin utama yakni perkembangan diri sendiri, penguatan identitas yang melingkupi anak,
penghormatan HAM, dan penghormatan atas lingkungan. Poin penghormatan kepada
HAM itu intrinsik dengan nilai universal manusia dan selaras dengan Sila 2 Pancasila.
Penghormatan terhadap lingkungan alam, merupakan bentuk tanggung-jawab dan
perwujudan filosofi Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan anak yang selaras
dengan kodrat alam dan kodrat zaman, mengingat persoalan lingkungan alam,
perubahan iklim, perusakan lingkungan dan lain sebagainya akan semakin nyata di hari-
hari depan anak-anak kita.
Nilai 2. Mandiri
Nilai Mandiri ini, secara sederhana menggambarkan semangat Guru Penggerak
untuk terus belajar sepanjang hayat. Ini juga berarti seorang Guru Penggerak harus
senantiasa memampukan dirinya sendiri dalam melakukan aksi serta berkenan
mengambil tanggung jawab dan turun tangan untuk memulai perubahan. Guru
Penggerak yang mandiri termotivasi untuk mengembangkan dirinya tanpa harus
menunggu adanya pelatihan yang ditugaskan oleh sekolah, dinas, atau pihak lain.
Seyogyanya, dalam membawakan perubahan yang positif, pendidik perlu
memahami psikis-fisik-etis-estetis manusia dan pedagogis (pendidikan anak). Hal itu
selaras dengan Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan bahwa seorang guru harus
menguasai lima ilmu yaitu: ilmu hidup batin (psikologis), ilmu hidup jasmani (fisiologis),
ilmu kesopanan (etika), ilmu keindahan (estetika), dan ilmu pendidikan (pedagogis).
Dengan demikian, Guru Penggerak harus secara sengaja merencanakan dan melakukan
perbaikan diri sehingga makin menguasai dan makin ahli dalam apapun yang dianggap
perlu untuk membawakan perubahan yang berpihak pada murid. Guru Penggerak yang
mandiri memiliki daya lenting dan terpacu untuk memperhatikan kualitas kinerja dan
hasil kerja mereka. Mereka beranjak dari “kekaburan dan ketidaktepatan” menuju
“keelokan dan ketepatan” kualitas kinerja dan hasil kerja mereka.
Model refleksi 4P
Merupakan model pertanyaan yang bisa kita gunakan untuk memaknai pengalaman
yang sudah pernah kita rasakan sebelumnya. Keempat langkah ini merupakan
terjemahan dari 4F yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway (1991), yaitu:
● Peristiwa (Facts): paparan objektif berdasarkan pengalaman nyata atas apa
yang sejauh ini telah dialami. Contoh pertanyaan: apa kendala yang saya
hadapi? apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? apa yang saya
lakukan dalam mengatasi kendala tersebut? apakah tindakan tersebut
berhasil?
● Perasaan (Feelings): apa yang dirasakan kini setelah mengikuti proses
tersebut. Contoh pertanyaan: Apa yang saya rasakan ketika menghadapi
kendala tersebut? ketika saya mencoba mengatasi kendala tersebut
bagaimana perasaan saya?
● Pembelajaran (Findings): apa hal paling konkrit yang dapat diambil sebagai
pembelajaran dan mungkin telah membawa makna baru. Contoh
pertanyaan: apa yang saya pelajari dari proses ini? apa hal baru yang saya
ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?
● Penerapan ke depan (Future): apa hal yang dapat segera diterapkan baik
sebagai individu. Contoh pertanyaan: apa yang bisa saya lakukan ke
depannya dari pembelajaran dalam proses ini? pada aspek apa?
Model refleksi 5M
Model refleksi ini diadaptasi dari model 5R (Bain dkk. (2002) dalam Ryan & Ryan
Nilai 4. Kolaboratif
Nilai Kolaboratif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa
membangun daya sanding. Mereka memperhatikan pentingnya kesalingtergantungan
yang positif terhadap seluruh pihak pemangku kepentingan yang berada di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah (contoh: orang tua murid dan komunitas terkait) dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang
Guru Penggerak akan bertemu banyak sekali pihak yang mampu mendukung
pencapaian Profil Pelajar Pancasila. Guru Penggerak diharapkan mampu
mengomunikasikan kepada semua pihak mengenai pentingnya keberpihakan pada
murid.
Guru Penggerak yang menjiwai nilai kolaboratif mampu membangun rasa saling
percaya dan saling menghargai, serta mengakui dan mengelola kekuatan serta
perbedaan peran tiap pemangku kepentingan di sekolah, sehingga tumbuh semangat
saling mengisi, saling melengkapi. Semangat pembelajaran tim. Mereka beranjak dari
Nilai 5. Inovatif
Makna dari nilai Inovatif adalah seorang Guru Penggerak mampu senantiasa
memunculkan gagasan segar dan tepat guna. Dengan demikian, nilai inovatif ini juga
mengisyaratkan penguatan semangat ko-kreasi (gotong-royong) dan pemberdayaan
aset/kekuatan yang ada di sekolah untuk mewujudkan visi bersama. Di tengah
perkembangan zaman, realitas situasi yang dihadapi pendidik pun semakin volatil (tidak
dapat ditebak), tidak pasti, kompleks, ambigu (meragukan, kurang jelas, sehingga dalam
menghadapinya cenderung kurang awas). Agar nilai inovatif muncul, maka diperlukan
fleksibilitas (daya lentur) dari seorang Guru Penggerak. Mereka berkenan mengadopsi
multiperspektif, mencari dan membuat alternatif, mengubahsuaikan gaya dan
kecenderungan lama, untuk mewujudkan perubahan dan bergeser dari pandangan yang
ego-sentris serta sempit menuju pandangan-pandangan alternatif dan luas.
Guru Penggerak yang mempunyai nilai inovatif juga pantang menyerah (daya
lenting) serta jeli melihat peluang/potensi yang ada di sekitarnya untuk mendukung dan
meningkatkan kualitas pembelajaran murid.
Tugas B.
1. Manakah dari nilai-nilai Guru Penggerak yang dikuatkan setelah Bapak/Ibu
memahami teori pilihan dan motivasi intrinsik?
2. Tindakan spesifik apa yang dapat dilakukan untuk menguatkan diri Bapak/Ibu
sendiri untuk memberdayakan murid dalam memilih jalan kodratnya sekaligus
menguatkan tumbuhnya motivasi intrinsik mereka dalam mengejawantahkan Profil
Pelajar Pancasila?
3. Mendorong kolaborasi
Secara sederhana, kolaborasi berarti bekerja bersama untuk mencapai suatu
tujuan atau menghasilkan sesuatu. Di sana tersirat makna bahwa setiap pihak yang
terlibat memiliki kekuatan yang saat dipersatukan menjadi saling melengkapi dan
produktif. Oleh karena itu, agar suatu inisiatif kolaborasi menjadi produktif, maka tiap
anggota yang terlibat di dalamnya membawa “sesuatu” yang berkontribusi pada proses
dan hasilnya nanti.
Guru Penggerak harus punya pandangan apresiatif yang memungkinkan
pengungkapan potensi positif rekan yang lain. Mereka membuka lebih banyak ruang
dialog positif antar guru, antara guru dan pemangku kepentingan baik di dalam maupun
di luar sekolah demi meningkatkan kualitas pembelajaran bagi murid. Lewat peran ini,
seorang Guru Penggerak diharapkan mampu mengomunikasikan urgensi dari inisiatif
perubahan yang sedang dibawakannya pada lebih banyak pemangku kepentingan,
terutama mereka yang kiranya dapat membawa dampak positif pada murid.
Tugas C.
● Apa kaitan antara diagram identitas gunung es dengan penumbuhan Profil Pelajar
Pancasila pada murid dan transformasi pendidikan?
● Apa konsekuensi logis dari diagram identitas gunung es pada peran saya sebagai
Guru Penggerak dalam transformasi pendidikan?
1. Apa yang dapat saya ceritakan mengenai salah SATU dari nilai-nilai GP (berpihak
pada murid, inovatif, kolaboratif, reflektif, dan mandiri) yang telah membantu
saya dalam melayani murid saya dengan lebih baik? Tuliskan dalam bentuk
narasi singkat untuk berbagi dalam kelompok dalam tahap Ruang Kolaborasi.
2. Apa saja 10 kegiatan di sekolah yang saya anggap masuk sebagai contoh
penerapan dari peran GP yang saya pahami saat ini (pemimpin pembelajaran,
pendorong kolaborasi, penggerak komunitas praktisi, mewujudkan
kepemimpinan murid, menjadi coach bagi rekan guru)? Buatlah daftarnya untuk
digunakan saat berbagi ide dalam kelompok dalam tahap Ruang Kolaborasi.
Pada segmen ini, selain diminta untuk merespon kedua pertanyaan di atas,
Bapak/Ibu juga diminta memberikan komentar dan umpan balik atas respon rekan CGP
lainnya pada 2 pertanyaan di atas (paling tidak untuk 2 rekan CGP lain). Gunakan
kesempatan ini untuk menangkap atau memikirkan bagaimana ide dan wawasan rekan
lain dapat bekerja dalam konteks Bapak/Ibu masing-masing.
Durasi: 6 JP
Moda: Pertemuan tatap maya (Diskusi pembuatan karya (3 JP), sesi Presentasi (2 JP),
sesi Refleksi-surat terimakasih (1 JP))
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP merancang kegiatan yang memanfaatkan kekuatan nilai para pihak secara
kolaboratif
Setelah mempelajari paparan materi pada bagian ini, Bapak/Ibu telah menjawab
pertanyaan pada forum diskusi tertulis secara individu. Gunakan pemahaman dan
refleksi pribadi Bapak/Ibu pada forum diskusi tertulis itu untuk berkolaborasi dalam
kelompok dan merespon tugas berikut:
Usai kerja kelompok, Bapak/Ibu diajak untuk melakukan refleksi dengan merespon tugas
berikut:
Tenggat waktu pengumpulan tugas sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selanjutnya
Bapak/Ibu akan mengikuti sesi pertemuan tatap maya bersama kelompok untuk
mempresentasikan hasil kolaborasi (2JP) Anda di depan kelompok lain dan fasilitator.
Karya yang Anda buat akan dinilai berdasarkan rubrik di bawah ini. Selamat
berkolaborasi!
Peran Fasilitator:
1. Menentukan anggota kelompok
2. Memastikan CGP mengakses bagian Ruang Kolaborasi
3. Memastikan setiap CGP sudah mendapatkan kelompok kerja
4. Memandu diskusi virtual
5. Menilai hasil karya CGP berdasarkan rubrik Ruang Kolaborasi
Konten Konten mampu Konten mampu Konten mampu Konten tidak mampu
(40%) ● menunjukkan nilai- ● menunjukkan nilai- ● menunjukkan nilai- ● menunjukkan nilai-
nilai yang dimiliki nilai yang dimiliki nilai yang dimiliki nilai yang dimiliki
semua anggota beberapa anggota satu anggota anggota kelompok
kelompok kelompok kelompok ● memberi gambaran
● memberi gambaran ● memberi gambaran ● memberi gambaran panjang-lebar atas
singkat kegiatan panjang-lebar atas singkat kegiatan kegiatan dan tidak
yang jelas dan fokus kegiatan yang jelas walaupun tidak fokus pada
untuk menguatkan dan fokus untuk fokus pada penguatan satu nilai
satu nilai yang menguatkan satu penguatan satu nilai yang dipilih
dipilih kelompok nilai yang dipilih yang dipilih kelompok (10%)
(40%) kelompok (30%) kelompok (20%)
Durasi: 3 JP
Moda: Mandiri
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat menciptakan gambaran dirinya di masa depan, setelah mengikuti rangkaian
program pendidikan Guru Penggerak
Bayangkan diri Bapak/Ibu sudah lulus program ini dan telah menjalani peran sebagai
Guru Penggerak selama 3 tahun. Pada saat itu, tentunya Bapak/Ibu sudah memiliki
kepercayaan diri dan telah membawakan kegiatan-kegiatan yang mewujudkan nilai dan
peran sebagai Guru Penggerak. Buatlah kisah narasi tertulis/presentasi
PowerPoint/poster/peta pikiran/video/audio sederhana yang dapat menggambarkan
kira-kira apa saja aktivitas Bapak/Ibu sebagai Guru Penggerak baik dalam keseharian,
atau yang terprogram rutin berkesinambungan, maupun yang sifatnya ad-hoc (khusus).
Buatlah sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan nilai-nilai Guru Penggerak
(berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif) yang Bapak/Ibu telah
dihidupi selama 3 tahun tersebut.
Poin utama tugas kisah narasi ini adalah pada kedalaman substansi serta penggambaran
detail kegiatan yang mewujudkan tiap nilai Guru Penggerak. Jangan terjebak pada
hiasan, sajian, dan tampilan saja. Terlampir di bawah adalah rubrik yang dapat
Peran Fasilitator:
1. Fasilitator memastikan CGP memahami tugas yang diberikan
2. Fasilitator menilai tugas CGP berdasarkan rubrik Demonstrasi Kontekstual
Kesatuan Perpaduan unsur Salah satu unsur Salah satu unsur Semua unsur
penyajian yang digunakan yang ditampilkan yang ditampilkan yang digunakan
(20%) saling mendukung mengurangi merusak tidak saling
dan nyaman kenyamanan saat keterpaduan. mendukung.
untuk dilihat. dilihat. (10%) (5%)
(20%) (15%)
Durasi: 2 JP
Moda: Forum diskusi virtual bersama Instruktur
Tujuan Pembelajaran Khusus :
CGP percaya diri untuk mulai menumbuhkan nilai dan peran Guru Penggerak pada
dirinya
Setelah memaknai konsep dalam materi di modul 1.2 ini, pertanyaan yang masih muncul
di benak saya adalah:
● …
● …
Peran Fasilitator:
1. Fasilitator mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan dari peserta Calon Guru
Penggerak kemudian menyampaikannya kepada instruktur
Durasi : 1 JP
Moda : Mandiri
Tujuan Pembelajaran Khusus :
CGP mampu menghasilkan kesimpulan berdasarkan materi modul 1.2. Nilai & Peran
Guru Penggerak serta kaitannya dengan modul 1.1. Filosofi Pendidikan Ki Hadjar
Dewantara
“Jika kita gagal merencanakan, berarti sama saja kita sedang merencanakan
kegagalan.”
~ Benjamin Franklin
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, ini adalah fase terakhir sebelum fase eksekusi atau
Aksi Nyata. Fase ini berisi tantangan tugas individu. Sebagai CGP, Bapak/Ibu ditantang
untuk melakukan refleksi menggunakan Model 4P yang sudah dipaparkan dalam
Eksplorasi Konsep. Pada kesempatan Koneksi Antar Materi ini, Bapak/Ibu diajak untuk
menelaah kembali rangkaian pembelajaran mulai dari Modul 1.1 hingga akhir Modul 1.2
ini. Silakan berikan respon pada kolom berikut ini.
Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini, berikut
adalah hal yang menjadi pembelajaran bagi saya (model refleksi 4 P):
2. Perasaan: Saat momen itu terjadi saya merasa seperti bagaikan …….
Peran Fasilitator:
1. Memastikan CGP memahami tugas yang diberikan
2. Mengingatkan CGP mengumpulkan tugas di LMS
Moda : Mandiri
Tujuan Pembelajaran Khusus :
1. CGP melakukan proses pengembangan diri untuk menguatkan nilai-nilai dan
peran mereka sebagai Guru Penggerak
Sebagai tahapan terakhir dari siklus pembelajaran MERDEKA, Aksi Nyata merupakan
ruang bagi Bapak/Ibu CGP menerapkan apa yang telah diperoleh dalam satu rangkaian
modul. Bagian ini diharapkan dapat menjadi awalan proses implementasi dari konsep-
konsep yang sudah didapatkan.
Di modul ini, Bapak/Ibu diajak untuk melaksanakan rencana yang telah dituliskan pada
refleksi 4P di bagian Koneksi Antar Materi mengenai “pengembangan DIRI yang
sederhana, konkret dan rutin serta dapat dilakukan sendiri dari sekarang”. Kumpulkan
dalam bentuk dokumentasi dengan format tulisan naratif bergambar/poster
bergambar/ powerpoint/video sederhana yang dapat menceritakan saat diri Bapak/Ibu
menjalankan rencana. Jangan lupa sertakan refleksi sepanjang proses menjalankannya,
seperti apa perasaan Bapak/Ibu, apa ide atau gagasan yang timbul, pembelajaran apa
saja yang dapat diambil, dan apa dampak (perubahan positif) yang paling dirasakan oleh
diri Bapak/Ibu.