Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN

PRAKTIKUM BIOKIMIA
PERCOBAAN I: ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF LIPID

Kelompok 1
Ainiatul Musaadah 24030120130068
Alyssa Nus Syadiyah 24030120120022
Amalia Salsabila Setiadi 24030120140078
Apreza Triamanda 24030120120030

Pelaksanaan Praktikum:
Hari/Tanggal : Selasa, 13 September 2022
Asisten : Theresia Ananda Pudjowati (24030119140122)

LABORATORIUM BIOKIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
PERCOBAAN I
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF LIPID

I. TUJUAN
Melakukan analisis lipid dalam sampel secara kualitatif dan kuantitatif.

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Lipid
II.1.1 Pengertian
Lipid ialah suatu senyawa heterogen, termasuk lemak, minyak, steroid,
malam (wax), serta senyawa lain yang kaitannya lebih karena sifat fisik
(kelarutan) dibanding kimia (struktur senyawa). Lipid biasanya terbentuk dari
1 molekul gliserol dengan molekul lain. Pada trigliserida, ada 1 mol gliserol
dan 3 molekul asam lemak, yang monomernya ialah asam lemak. Lipid
penting bukan hanya karena tingginya nilai energi, tetapi juga karena lemak
makanan alami mengandung asam lemak esensial dan vitamin yang larut
dalam lemak (Murray et al., 2014).

(Murray
et al., 2014)
II.1.2 Fungsi
Lipid
memiliki fungsi untuk menjaga suhu tubuh, melindungi organ tubuh, sumber
asam lemak esensial, mengangkut vitamin yang larut dalam lemak, serta
sebagai pelumas. Lipid disimpan dalam jaringan adiposa untuk isolasi termal
di jaringan subkutan (Sofro & Anurogo, 2013).

II.1.3 Sifat Fisika dan Kimia


Sifat fisika lipid yaitu berbau tidak sedap, berwarna kekuningan, TD
2850oC, TL 30-40oC sedangkan sifat kimia lipid yaitu bersifat hidrolisis, tidak
stabil pada suhu kamar, larut dalam pelarut organic (seperti dietil eter dan
kloroform), tidak larut dalam air (Desitasari, 2017).

II.2 Klasifikasi Lipid


Lipid diklasifikasikan menjadi dua, yaitu lipid sederhana dan lipid
kompleks. Lipid sederhana meliputi ester asam lemak dengan berbagai alkohol.
Contoh lipid sederhana antara lain:
1. Lemak (fat) merupakan ester asam lemak dengan gliserol
2. Minyak (oil) merupakan lemak dalam keadaan cair
3. Wax (malam) merupakan ester asam lemak dengan alkohol monohidrat
yang berat molekulnya tinggi
Lipid kompleks merupakan ester asam lemak yang mengandung gugus-
gugus selain alkohol dan asam lemak, seperti fosfolipif dan glikolipid (Murray
et al., 2014).

II.3 Kolesterol
Kolesterol adalah komponen penting dari semua membrane sel hewan
dan berfungsi sebagai precursor vitamin yang larut dalam lemak dan hormone
steroid seperti kortisol, estradiol, progestin dan testosterone. Pada tumbuhan
yang terkandung adalah sterol daripada kolesterol sebagai komponen structural
membrane sel. Kolesterol tidak dapat larut dalam air (Bhagavan & Ha, 2011).
Kolesterol (3-hidroksi-5,6-kolesterol) adalah steroid dan mengandung
kerangka karbon cyclopentanoperhydro-phenanthrene, yang terdiri dari tiga
cincin beranggota enam dan cincin beranggota lima (Goldman-Cecil, 2021).
Figure 1 Struktur Kolesterol

II.4 Asam Lemak Bebas


Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas
tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses
hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi
hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat
dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim).
Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang
terbentuk (Ketaren, 1986).

II.5 Identifikasi Lipid


II.5.1 Kualitatif
II.5.1.1 Uji Peroksida
Uji peroksida merupakan metode kimia yang paling umum untuk
mengukur kerusakan oksidatif minyak. Meskipun hidroperoksida terurai
menjadi campuran produk volatile dan non-volatil dan mereka juga bereaksi
lebih lanjut terhadap endoperoksida dan produk lainnya. Uji peroksida adalah
metode yang berguna untuk memantau kerusakan oksidatif minyak meskipun
biasanya harus dikombinasikan dengan metode pemantauan sekunder. Metode
tradisional untuk menentukannya melibatkan minyak yang mengandung
kalium iodide dalam campuran kloroform-asam asetat. Kemudian
hidroperoksida mengoksidasi iodide menjadi iodin (Gordon, 2004).
II.5.1.2 Uji Fosfat pada Lesitin
Fosfatidikolin (Lesitin) ialah zat lunak (seperti lilin) bersifat higroskopis
yang jika dilarutkan dengan air akan membentuk kolin dan zat ini larut pada
semua pelarut lemak (kecuali aseton). Jika dicampur dengan H2SO4
membentuk asam fosfatidat dan kolin. Jika dipanaskan dengan asam ataupun
basa menghasilkan asam lemak, kolin, gliserol, dan asam fosfat
(Fitriyaningtyas & Widyaningsih, 2015).

Fosfatidikolin
(Fitriyaningtyas & Widyaningsih, 2015)
II.5.1.3 Uji Kolesterol
Kolesterol (cholest-5-en-3β-ol) memiliki kromofor penyerap yang
lemah, yang dapat diturunkan melalui reaksi Liebermann-Burchard untuk
mendapatkan bagian kromofor yang menyerap kuat, selanjutnya disebut
sebagai produk Liebermann-Burchard (LBP) . Ini dianggap metode yang
sederhana, lebih murah, sensitif, dan spesifik, yang mencegah penyerapan yang
tidak relevan dari komponen lain dalam matriks. Metode Liebermann-
Burchard, telah digunakan untuk tujuan kualitatif dan karenanya akan
diperlukan untuk dioptimalkan dan divalidasi untuk penggunaan kuantitatif;
menjadikannya alternatif yang dapat diandalkan untuk metode kromatografi
yang mapan. Dalam uji ini digunakan asetat anhidrida dan asam sulfat pekat
(Adu et al., 2019).

II.5.2 Kuantitatif
II.5.2.1 Angka Iod
Bilangan iod adalah jumlah (gram) iod yang diserap oleh 100 gram
minyak, yang mana bilangan ini menyatakan derajat ketidakjenuhan dari
minyak atau lemak. Semakin besar bilangan iod maka semakin tinggi derajat
ketidakjenuhan. Bilangan iod dapat dihitung melalui persamaan di bawah ini,
( B−S ) ×0,1 ×1,269
Bilangan Iod=
0,5
(Ketaren, 2005)
II.5.2.2 Angka Penyabunan
Angka penyabunan yakni banyaknya suatu senyawa yang dibutuhkan
untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Angka penyabunan
menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar. Minyak yang
disusun oleh lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat
molekul yang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan
sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka angka
penyabunan relatif kecil. Tingginya bilangan penyabunan ini disebabkan ikatan
tidak jenuh dapat teroksidasi menghasilkan pembentukan gugus karbonil yang
pada akhirnya dapat juga bereaksi dengan alkali (Azman et al., 2018).

II.6 Analisa Bahan


II.6.1 Kloroform
 Sifat Kimia
Bersifat korosif terhadap bahan plastic, apabila dipanaskan akan
menghasilkan gas fosgen, dan dalam kondisi biasa tidak mudah terbakar
(National Center for Biotechnology Information, 2021).
 Sifat Fisika
Memiliki bentuk fasa cairan volatile yang tidak berwarna dan memiliki
bau khas. Memiliki titik didih 62℃ dan titik leleh -64℃ (National Center
for Biotechnology Information, 2021).

II.6.2 KI 10% dan 30%


 Sifat Kimia
Sedikit laruta dalam ethanol dapat larut dalam air, ether, dan
ammonia.bekerja pada kelenjar tiroid dan menghambat sintesis dan
pelepasan hormone tiroid (National Center for Biotechnology Information,
2021).
 Sifat Fisika
Berbentuk padatan yang tidak berwarna dan memiliki rasa yang pahit.
Memiliki titik didih 1323° C dan titik leleh 681° C. memiliki pH sekitar 7-9
(Information, 2021)
II.6.3 HNO3 pekat

 Sifat Kimia
Bersifat korosif dan sangat beracun jika terhirup dan juuga higroskopis.
Dapat larut dalam air dan merupakan oksidator yang kuat (Coalson &
Collins, 1985).
 Sifat Fisika
Berbentuk larutan berwarna merah, kuning pucat hingga tidak berwarna.
Memiliki bau tajam yang menyesakkan. Memiliki titik didih 83°C dan titik
leleh -41.6°C (Coalson & Collins, 1985).

II.6.4 H2SO4 pekat


 Sifat Kimia
Termasuk dalam asam kuat yang higroskopis atau mudah menyerap
kelembaban dari udara. H2SO4 banyak bereaksi dengan logam pada suhu
tinggi. Reaksinya apabila ditambahkan air, maka akan menjadi reaksi yang
sangat eksotermis dan dapat menyebabkan ledakan (Cheremisinoff &
Rosenfeld, 2009).
 Sifat Fisika
Zat ini tidak berwarna atau bewarna agak kuning, dan memiliki bau yang
menyengat. Bersifat sangat korosif (Cheremisinoff & Rosenfeld, 2009).
II.6.5 Amilum

 Sifat Kimia
Merupakan polisakarida penyimpanan utama dari tanaman (Cornejo-
Ramírez et al., 2018).

 Sifat Fisika
Berbentuk padat butiran-butiran kecil atau bubuk dengan tipe butiran-
butiran yang berbeda (Cornejo-Ramírez et al., 2018).

II.6.6 Etanol

 Sifat Kimia
Berperan sebagai obat antiseptic, pelarut polar dan disinfektan. Bersifat
mudah menguap. Dapat bercampur dengan etil eter, aseton, kloroform dan
larutan organic lainnya (Pérez-Mañá et al., 2015).
 Sifat Fisika
Berbentuk cairan tidak berwarna atau bening dengan bau seperti cuka dan
rasa yang menyengat. Memiliki titik nyala 55°F, massa jenis 6.5 lb/gal.
memiliki titik didih 78.2°C dan titik leleh -114.1°C (Pérez-Mañá et al.,
2015)

II.6.7 PP
 Sifat Kimia
Termasuk ke dalam asam yang sangat lemah. Fenolftalein ini tidak larut
dalam air, larutnya dalam alcohol dan eter. Ketika dilarutkan dalam
alcohol, dapat dibuat sebagai indicator asam-basa. Fenolflatein tidak
berwarna dalam larutan asam, tetapi member warna merah muda dalam
larutan basa (Barbosa, 2004).
 Sifat Fisika
Fenolflatein berbentuk Kristal kecil berwarna putih atau kuning, tidak
berasa dan tidak berbau. Memiliki titik didih 417.49°C dan titik leleh 258-
263°C (Barbosa, 2004).
II.6.8 Aquadest
 Sifat Kimia
Akuades mampu untuk bersifat baik sebagai asam (donor proton) dan basa
(akseptor proton) atau dinamakan sifat zat amfoter. Akuades juga termasuk
dalam golongan senyawa anorganik juga non-logam (Zumdahl, 2020).

 Sifat Fisika
Akuades memiliki massa molar yang rendah dari molekul
penyusunnya,memiliki tegangan permukaan, nilai viskositas, panas
penguapan dan entropi penguapan yang luar biasa besar. Semua hal ini
dapat berasal dari interaksi ikatan hydrogen ekstensif yang ada dalam air
(Zumdahl, 2020).
II.6.9 Asetat Anhidrida
 Sifat Kimia
Memiliki sifat korosif pada logam, biasa digunakan untuk membuat
plastic, oobat-obatan dan bahan peledak. Dapat larut dalam cairan dingin,
kloroform dan eter, serta sedikit larut dalam karbon tetraklorida (Qazi &
Vincent, 1979).
 Sifat Fisika
Berbentuk cairan berwarna bening dengan bau menyengat seperti cuka.
Memiliki titik didih sebesar 283.19℃ dan titik leleh -73℃ (Qazi &
Vincent, 1979).
III. METODOLOGI
III.1 Alat
- Gelas Beker 50 mL - Termometer
- Tabung Reaksi - Erlenmeyer 250 mL
- Gelas Ukur - Buret
- Pengaduk - Statif
- Pipet Tetes - Klem
- Penangas Air - Timbangan Analitis
- Pemanas/Kompor - Gelas Beaker

III.2 Bahan
- Minyak Baru dan Tengik - Amilum
- Kloroform - Etanol
- Asam Asetat Glasial - Eter
- KI 10% dan 30% - KOH
- Lesitin (dalam Alkohol) - Alkoholis 0,5 M
- HNO3 pekat - PP
- Ammonium Molibdat - Aquadest
- Kolesterol (dalam Kloroform) - Asetat Anhidrida
- H2SO4 pekat - Na2S2O3 0,1 N
- Hubl A dan B
III.3 Skema Kerja
III.3.1 Kualitatif
III.3.1.1 Uji Peroksida

1 ml Minyak Baru
Tabung reaksi

Pelarutan ke dalam 1 ml Kloroform


Penambahan 2 ml asam asetat glasial
Penetesan larutan KI 10%
Pengadukan dan pembiaran 5 menit
Pengujian dengan indicator amilum
Hаsіl

1 ml Minyak Jelantah
Tabung reaksi

Pelarutan ke dalam 1 ml Kloroform


Penambahan 2 ml asam asetat glasial
Penetesan larutan KI 10%
Pengadukan dan pembiaran 5 menit
Pengujian dengan indicator amilum
Hаsіl
1 ml Minyak Hewani
Tabung reaksi

Pelarutan ke dalam 1 ml Kloroform


Penambahan 2 ml asam asetat glasial
Penetesan larutan KI 10%
Pengadukan dan pembiaran 5 menit
Pengujian dengan indicator amilum
Hаsіl

1 ml Minyak Kelapa
Tabung reaksi

Pelarutan ke dalam 1 ml Kloroform


Penambahan 2 ml asam asetat glasial
Penetesan larutan KI 10%
Pengadukan dan pembiaran 5 menit
Pengujian dengan indicator amilum
Hаsіl

Gajih
Tabung reaksi

Pelarutan ke dalam 1 ml Kloroform


Penambahan 2 ml asam asetat glasial
Penetesan larutan KI 10%
Pengadukan dan pembiaran 5 menit
Pengujian dengan indicator amilum
Hаsіl

III.3.1.2 Uji Fosfat pada Lesitin

2 mL Lesitin yang telah dilarutkan dalam Alkohol

Tabung Reaksi

-Ditambahkan HNO3 pekat


-Dididihkan dengan penangas air
-Ditambahkan larutan ammonium molibdat
-Dipanaskan hingga 60oC
Hasil

2 mL Minyak Baru/Tengik/Hewani/Kelapa/Gajih

Tabung Reaksi

-Ditambahkan HNO3 pekat


-Dididihkan dengan penangas air
-Ditambahkan larutan ammonium molibdat
-Dipanaskan hingga 60oC
-Diamati

Hasil

III.3.1.3 Uji Kolesterol

1 ml Minyak Baru
Tabung reaksi

Penambahan 1 ml asetat anhidrida


Penambahan 2 tetes H2SO4 pekat
Pencampuran hingga merata
Pengamatan
Hаsіl
1 ml Minyak Jelantah
Tabung reaksi

Penambahan 1 ml asetat anhidrida


Penambahan 2 tetes H2SO4 pekat
Pencampuran hingga merata
Pengamatan
Hаsіl

1 ml Minyak Hewani
Tabung reaksi

Penambahan 1 ml asetat anhidrida


Penambahan 2 tetes H2SO4 pekat
Pencampuran hingga merata
Pengamatan
Hаsіl

1 ml Minyak Kelapa
Tabung reaksi

Penambahan 1 ml asetat anhidrida


Penambahan 2 tetes H2SO4 pekat
Pencampuran hingga merata
Pengamatan
Hаsіl
Gajih
Tabung reaksi

Penambahan 1 ml asetat anhidrida


Penambahan 2 tetes H2SO4 pekat
Pencampuran hingga merata
Pengamatan
Hаsіl

III.3.2 Kuantitatif
III.3.2.1 Angka Iod

5 mL minyak kelapa
Erlenmeyer 250 mL
Penambahan 10 mL kloroform
Penambahan 12,5 mL larutan Hubl A
Penambahan 12,5 mL larutan Hubl B, segera ditutup
Penyimpanan dalam kamar gelap selama 1 jam
Penambahan 10 mL larutan KI 30%
Penambahan aquades 100 mL, segera ditutup
Penambahan indikator amilum
Titrasi dengan larutan tiosulfat

Hasil

5 mL minyak jelantah
Erlenmeyer 250 mL
Penambahan 10 mL kloroform
Penambahan 12,5 mL larutan Hubl A
Penambahan 12,5 mL larutan Hubl B, segera ditutup
Penyimpanan dalam kamar gelap selama 1 jam
Penambahan 10 mL larutan KI 30%
Penambahan aquades 100 mL, segera ditutup
Penambahan indikator amilum
Titrasi dengan larutan tiosulfat

Hasil
5 mL blanko
Erlenmeyer 250 mL
Penambahan 10 mL kloroform
Penambahan 12,5 mL larutan Hubl A
Penambahan 12,5 mL larutan Hubl B, segera ditutup
Penyimpanan dalam kamar gelap selama 1 jam
Penambahan 10 mL larutan KI 30%
Penambahan aquades 100 mL, segera ditutup
Penambahan indikator amilum
Titrasi dengan larutan tiosulfat

Hasil

III.3.2.2 Angka Penyabunan

5 mL minyak kelapa
Erlenmeyer 250 mL
Penambahan 2,5 etanol + 0,5 eter
Penggojogan hingga larut
Penambahan 25 mL KOH 0,5 M
Penempatan dalam gelas berisi air
Pemanasan selama 20 menit
Pendiaman dalam suhu ruang hingga dingin
Penambahan indikator phenolptalein
Titrasi dengan HCl 0,5 M hingga larutan jernih

Hasil
5 mL minyak jelantah
Erlenmeyer 250 mL
Penambahan 2,5 etanol + 0,5 eter
Penggojogan hingga larut
Penambahan 25 mL KOH 0,5 M
Penempatan dalam gelas berisi air
Pemanasan selama 20 menit
Pendiaman dalam suhu ruang hingga dingin
Penambahan indikator phenolptalein
Titrasi dengan HCl 0,5 M hingga larutan jernih

Hasil

5 mL blanko
Erlenmeyer 250 mL
Penambahan 2,5 etanol + 0,5 eter
Penggojogan hingga larut
Penambahan 25 mL KOH 0,5 M
Penempatan dalam gelas berisi air
Pemanasan selama 20 menit
Pendiaman dalam suhu ruang hingga dingin
Penambahan indikator phenolptalein
Titrasi dengan HCl 0,5 M hingga larutan jernih

Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
NO PERLAKUAN HASIL KET
1. Analisis Kualitatif
a. Uji Peroksida
- Tabung 1: Minyak Baru Tidak ada lapisan ungu -

- Tabung 2: Minyak Tengik Lapisan ungu kehitaman +

- Tabung 3: Minyak Hewani Lapisan ungu +

- Tabung 4: Minyak Kelapa Lapisan ungu bening +

- Tabung 5: Gajih Sedikit lapisan ungu +

b. Uji Fosfat pada Lesitin


- Tabung 1: Minyak Baru Larutan warna kuning keruh +

- Tabung 2: Minyak Tengik Larutan warna putih -

- Tabung 3: Minyak Hewani Larutan warna kuning keruh +

- Tabung 4: Minyak Kelapa Larutan warna kuning keruh +

- Tabung 5: Gajih Larutan warna kuning keruh +


c. Uji Kolesterol
- Tabung 1: Minyak Baru Larutan bening -
- Tabung 2: Minyak Tengik Terbentuk 2 lapisan -
- Tabung 3: Minyak Hewani Larutan bening -
- Tabung 4: Minyak Kelapa Warna tetap -
- Tabung 5: Gajih Warna tetap -

Analisis Kuantitatif
2.
a. Penentuan Angka Iod
- Blangko Larutan Na2S2O3 7,5 mL
- Minyak Kelapa Larutan Na2S2O3 5,5 mL
- Minyak Jelantah Larutan Na2S2O3 4,5 mL

b. Penentuan Angka
Penyabunan
- Blangko Larutan HCl 31 mL

- Minyak Kelapa Larutan HCl 31 mL

- Minyak Jelantah Larutan HCl 30 mL


V. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan dengan judul “Analisis Kualitatif dan
Kuantitatif Lipid” bertujuan untuk menganalisis lipid dalam sampel secara
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif berupa uji peroksida, uji fosfat
dalam lesitin, dan uji kolesterol sedangkan Analisis kuantitatif berupa
penentuan angka iod dan angka penyabunan. Sampel yang digunakan yaitu
minyak baru dan tengik, minyak hewani, minyak kelapa, dan gajih.
V.1 Analisis Kualitatif
V.1.1 Uji Peroksida
Tujuan percobaan ini guna mengerti kandungan peroksida yang
terdapat pada sampel lipid. Sampel yang digunakan terdiri dari lima
macam yaitu minyak baru, minyak jelantah, minyak hewani, minyak
kelapa dan gajih. Percobaan ini memiliki prinsip yaitu adanya reaksi
hidrolisis dan redoks. Pada masing-masing sampel ditempatkan pada
tabung reaksi yang berbeda dengan kuantitas yang sama kemudian sampel
tersebut dilakukan penambahan menggunakan kloroform dengan tujuan
guna melarutkan minyak tersebut dengan sempurna. Digunakannya
kloroform ini sesuai dengan prinsip like dissolve like yang merupakan
hukum tentang kesamaan dan intermisibilitas yang menyatakan solvent
dengan polaritas mendekati polaritas solute condong beraktivitas lebih
baik, begitu juga sebaliknya (Zhang et al., 2018). Kloroform merupakan
pelarut yang bersifat semipolar yang memiliki molekul dipolar kuat yang
tidak membentuk ikatan hydrogen tetapi dapat menginduksi polartias
dalam molekul non polar baik zat terlarut maupun pelarut, harga dari
konstanta dieleticnya yang sebesar 4.81 ini juga yang menyebabkan
kloroform memiliki sifat semipolar (Hamada, 2018).
Setelah larut dengan sempurna, berikutnya yaitu dilakukan
penambahan asam asetat glasial dan larutan KI 10%. Penambahan asam
asetat glasial ini bertujuan guna menjadi reagen dalam menghidrolisis
minyak tersebut membentuk gliserol dan asam lemak. Reaksi hidrolisis
yang berlangsung yaitu :
O

H 2C O C R1 H 2C OH R1 CHOOH
O

HC O C
O
R2 ++ 3 H2O HC OH + 3 R2 COOH

H 2C O C R3 H 2C OH R3 CHOOH

trigliserida gliserol asam lemak

(Gopinath et al., 2013)


Sedangkan penambahan KI memiliki peran sebagai oksidator atau
zat yang mengoksidasi. Minyak yang teroksidasi akan mengandung
peroksida dan akan menghasilkan I2 ketika dioksidasi menggunakan KI.
Peroksida lipid adalah reaksi penyerangan radikal bebas terhadap asam
lemak tidak jenuh yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap.
Peroksida lipid ini di inisiasi oleh radikal bebas seperti radikal anion
superoksida, radikal hidroksil dan radikal peroksil. Radikal bebas adalah
suatu molekul yang kehilangan satu elektron bebasnya atau hasil
pemisahan homolitik suatu ikatan kovalen. Radikal bebas yang terbentuk
akan terus berlanjut hingga dihilangkan oleh radikal bebas lain.
Keberadaan iodin kemudian diuji dengan indicator amilum dikarenakan
apabila amilum bereaksi dengan I2 akan menghasilkan uji positif dengan
adanya perubahan warna menjadi keunguan.
Berdasarkan percobaan diperoleh hasil positif terjadi pada minyak
jelantah dengan terbentuk lapisan ungu kehitaman, minyak kelapa, minyak
hewani dan gajih dengan terbentuk lapisan berwarna ungu yang lebih
muda, serta pada semua tabung terbentuk dua lapisan. Terbentuknya warna
ungu ini mengindikasikan terkandungnya peroksida pada minyak tersebut.
Sedangkan hasil uji negatif diperoleh pada minyak baru yang mana hanya
terbentuk dua lapisan saja tanpa adanya lapisan berwarna ungu. Hal ini
berarti pada minyak baru tersebut terbebas dari kandungan peroksida.

V.1.2 Uji Fosfat pada Lesitin


Tujuan uji ini untuk mengetahui adanya fosfat pada lesitin. Lesitin
ialah campuran kompleks dari fosfolipid alami (Fitriyaningtyas &
Widyaningsih, 2015). Prinsipnya ialah reaksi hidrolisis fosfolipid menjadi
asam lemak, gliserol, dan asam fosfat. Metodenya ialah pengompleksan
dan pengendapan.
Langkah awal yakni memasukkan lesitin yang telah dilarutkan
dalam alkohol ke tabung reaksi. Lalu, ditambahkan HNO3 pekat untuk
mengoksidasi lesitin yang telah larut dalam alkohol. Kemudian,
dipanaskan untuk mempercepat reaksi dan larutan dihidrolisis menjadi
asam fosfat dan kolin. Setelah itu, ditambahkan ammonium molibdat
untuk mempercepat reaksi (katalis) lalu dipanaskan kembali hingga 60 oC
dan diamati.
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa sampel
minyak (baru, hewani, kelapa) dan gajih memiliki uji positif (+) ditandai
dengan larutan berwarna kuning keruh yang menandakan adanya fosfat.
Sedangkan minyak tengik memiliki uji negative (-) ditandai dengan
larutan berwarna putih, hal tersebut bisa terjadi karena adanya pengotor
pada sampel ataupun reagen sehingga tidak bisa diamati perubahannya
atau kemungkinan minyak tengik kurang jenuh (Haqq, 2019). Mekanisme
reaksi:

(Fitriyaningtyas & Widyaningsih, 2015)

V.1.3 Uji Kolesterol


Tujuan percobaan ini guna menentukan ada tidaknya kandungan
kolesterol pada sampel minyak yag dianalisis. Sampel yang digunakan
pada uji ini sama dengan uji sebelumnya yaitu minyak baru, minyak
jelantah, minyak hewani, minyak kelapa dan gajih yang mana pada semua
sampel tersebut dimasukkan dengan jumlah yang sama pada tabung reaksi
yang berbeda.
Kolesterol adalah komponen penting dari semua membrane sel
hewan dan berfungsi sebagai precursor vitamin yang larut dalam lemak
dan hormone steroid seperti kortisol, estradiol, progestin dan testosterone.
Pada tumbuhan yang terkandung adalah sterol daripada kolesterol sebagai
komponen structural membrane sel. Kolesterol tidak dapat larut dalam air
(Bhagavan & Ha, 2011). Struktur dari kolesterol yaitu:
(Bhagavan & Ha, 2011)
Percobaan ini menggunakan metode yang dinamakan dengan
Libermann-Burchard yaitu metode uji kualitatif untuk penentuan
kandungan kolesterol menggunakan asam asetat anhidrida dan
penambahan asam sulfat pekat.
Percobaan dimulai dengan penambahan asam asetat glasial pada
masing-masing tabung dikarenakan pada laboratorium tidak tersedia asam
asetat anhidrida. Selanjutnya dilakukan penambahan asam sulfat pekat,
dengan harapan bahwa adanya penambahan ini maka molekul air dari
gugus kolesterol akan berpindah, sehingga pada akhirnya terjadi
pemutusan ikatan ester pada lemak. Dengan demikian pada akhirnya akan
terbentuk asam 3-aseto-5-kolesterol sulfonate. Produk yang dihasilkan ini
akan memberikan uji positif yang ditandai dengan terbentuknya warna
merah pada permukaan larutan. Mekanisme yang seharusnya terjadi yaitu :

(Li et al., 2019)


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, hasil uji pada semua
sampel minyak adalah negatif dan tidak terbentuk lapisan berwarna merah.
Hal ini dikarenakan reagen yang digunakan ketika percobaan kurang tepat,
karena pada laboratorium tidak tersedia asam asetat anhidrida maka
digunakan asam asetat glasial. Tentunya hal ini berpengaruh pada hasil uji
yang diperoleh.

V.2 Analisis Kuantitatif


V.2.1 Angka Iod
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan derajat ketidakjenuhan
asam lemak. Dalam penentuan angka iod didasarkan pada prinsip
halogenasi, yaitu reaksi kimia yang melibatkan reaksi antara suatu
senyawa dengan halogen dan menghasilkan senyawa yang mengandung
halogen (Speight, 2017). Metode yang digunakan adalah titrasi iodometri,
yaitu salah satu metode analisis kuantitatif volumetri secara oksidinetri dan
reduksimetri melalui proses titrasi (Haryadi, 1990).
Dalam percobaan ini sampel yang digunakan adalah minyak kelapa,
minyak jelantah, dan blanko yaitu aquadest. 5 mL sampel dilakukan
penambahan kloroform yang berguna agar minyak dapat larut dengan
sempurna, yang mana kloroform bersifat non polar. Hal tersebut sesuai
dengan prinsip like dissolve like yang menyatakan suatu senyawa dapat
larut dalam pelarut yang sama (Wagner, 2009). Selanjutnya dilakukan
penambahan larutan Hubl A dan Hubl B. Penambahan Hubl A bertujuan
untuk pemutusan ikatan rangkap pada lemak, sedangkan penambahan
Hubl B bertujuan untuk mempermudah ikatan rangkap dalam lemak
semakin mudah terputus (Haryadi, 1990). Oleh karena itu setelah
penambahan Hubl B disegerakan untuk ditutup. Setelah itu larutan
didiamkan selama 1 jam dalam ruangan gelap agar larutan tidak terkena
cahaya. Apabila minyak terpapar cahaya, akan mengalami oksidasi
sehingga ikatan rangkap akan semakin sulit putus. Setelah pendiaman
selama 1 jam, larutan ditambah dengan KI 30% yang bertujuan sebagai
reagen yang berfungsi dalam proses iodometri yaitu penetapan proses
oksidasi. Reaksi yang berlangsung yaitu,
Oksidator + KI → I2 + hasil reduksi
(Fessenden, 1992)
Selanjutnya larutan diencerkan dengan aquadest yang bertujuan agar
larutan dapat terpisahkan dari miselnya. Misel merupakan kumpulan
molekul lemak dalam pelarut air, dimana bagian hidrofob lemak saling
menyatu (ke dalam) dan bagian hidrofil ke luar (Fessenden, 1992).
Setelah penambahan KI, larutan segera ditutup agar tidak terjadi
oksidasi lanjut. Langkah selanjutnya larutan di titrasi dengan
menggunakan larutan standard Na2S2O3 sebagai titran. Sebelum dititrasi,
dilakukan penambahan indikator amilum untuk mengidentifikasi adanya
iod. Reaksi yang terjadi saat titrasi yaitu
2 Na2S2O3 + I2 → 2 NaI + NaS2O3
(Fessenden, 1992)

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, pada minyak kelapa


warna larutan berubah menjadi putih, minyak jelantah berwarna coklat
kekuningan, sedangkan blanko berwarna merah kecoklatan. Angka iod
yang diperoleh pada minyak kelapa diperoleh sebanyak 6,0912 sedangkan
pada minyak jelantah sebanyak 8,6292. Dapat diketahui bahwa minyak
jelantah memiliki angka iod yang lebih besar daripada minyak kelapa.

V.2.2 Angka Penyabunan


Pada percobaan ini menggunakan prinsip reaksi saponifikasi atau
penyabunan titrasi asam basa. Hal pertama yang dilakukan yakni preparasi
sampel. Sampel yang digunakan disini yakni minyak kelapa, minyak
jelantah, dan air. Air disini sebagai blangko. Pertama dimasukkan masing-
masing sampel sebanyak 5 mL ke dalam erlenmeyer. Kemudian
ditambahkan 2,5 mL etanol dan 0,5 mL eter lalu digojog hingga larut.
Selanjutnya penambahan 25 mL KOH 0,5 M dan dipanaskan selama 20
menit. Mekanisme reaksi:
(Ketaren, 1986)
Pada reaksi tersebut, KOH akan menghidrolisis lemak menjadi
asam lemak dan gliserol, lalu asam lemak yang dibebaskan akan bereaksi
kembali dengan KOH sehingga membentuk sabun (Ketaren, 1986).
Setelah dipanaskan, larutan tersebut didiamkan pada suhu ruang
hingga dingin. Kemudian ditambahkan indikator PP, yang merupakan
asam diprotik yang tidak berwarna. Mekanisme reaksi:

(Ketaren, 1986)
Indikator PP akan terurai dahulu menjadi tidak berwarna,
kemudian hilangnya proton kedua menjadi ion dengan sistem terkonjugat
menjadi warna merah, sedangkan penambahan proton menghasilkan
kation berwarna merah muda (Ketaren, 1986).
Lalu dilakukan titrasi dengan menambahkan HCl 0,5 M sebanyak
30-31 mL hingga larutan tersebut bening. Jika angka penyabunan besar,
maka asam lemak akan semakin kecil dan kualitas minyak akan semakin
bagus, sebaliknya jika angka penyabunan kecil maka asam lemak besar
dan kualitas menurun (Nurdiani et al., 2021). Diperoleh hasil angka
penyabunan yang sama, maka kualitas minyak tersebut juga sama.
VI. PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
VI.1.1 Pada analisis kualitatif lipid dilakukan uji peroksida, uji fosfat dan uji
kolesterol. Diperoleh hasil positif uji peroksida pada semua sampel kecuali
minyak baru tidak terbentuk lapisan ungu. Pada uji fosfat diperoleh hasil
negatif pada minyak jelantah dengan tidak terbentuk warna keruh.
Sedangkan pada uji kolesterol diperoleh semua sampel hasilnya negatif
dikarenakan reagen yang digunakan tidak sesuai.
VI.1.2 Pada analisis kuantitatif dilakukan uji penentuan angka iod dan angka
penyabunan. Diperoleh angka iod pada minyak kelapa sebanyak 6,0912
sedangkan pada minyak jelantah sebanyak 8,6292. Serta diperoleh hasil
angka penyabunan yang sama yaitu 28, hasil yang sama ini menandakan
kualitas minyak sama.

VI.2 Saran
Sebaiknya dapat dilakukan analisis bahan pengganti lain yang lebih
tepat dengan sifat yang serupa untuk menggantikan asam asetat anhidrida
agar hasil ujinya tetap sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Adu, J. K., Amengor, C. D. K., Kabiri, N., Orman, E., Patamia, S. A. G., &
Okrah, B. K. (2019). Validation of a Simple and Robust Liebermann-
Burchard Colorimetric Method for the Assay of Cholesterol in Selected Milk
Products in Ghana. International Journal of Food Science, 2019.
https://doi.org/10.1155/2019/9045938
Azman, A. N., Sumarto, & Edison. (2018). Ekstraksi dan Karakteristik Minyak
Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris) dengan Bahan Pelarut yang
Berbeda. Berkala Perikanan Terubuk, 46(1), 19–27.
Barbosa, J. (2004). Indicators - Acid-Base. In Encyclopedia of Analytical Science:
Second Edition (pp. 360–371). Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/B0-12-
369397-7/00270-3
Bhagavan, N. V., & Ha, C.-E. (2011). Lipids II: Phospholipids,
Glycosphingolipids, and Cholesterol. Essentials of Medical Biochemistry,
209–223. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-095461-2.00017-5
Cheremisinoff, N. P., & Rosenfeld, P. (2009). Handbook of Pollution Prevention
and Cleaner Production Vol. 2: Best Practices in the Wood and Paper
Industries - 1st Edition.
Coalson, J. J., & Collins, J. F. (1985). Nitric acid-induced injury in the hamster
lung. British Journal of Experimental Pathology, 66(2), 205–215.
Cornejo-Ramírez, Y. I., Martínez-Cruz, O., Del Toro-Sánchez, C. L., Wong-
Corral, F. J., Borboa-Flores, J., & Cinco-Moroyoqui, F. J. (2018). The
structural characteristics of starches and their functional properties. CYTA -
Journal of Food, 16(1), 1003–1017.
https://doi.org/10.1080/19476337.2018.1518343
Desitasari, D. (2017). PENGARUH VARIASI LAMA WAKTU PERENDAMAN
SERBUK DAUN SALAM (SYZYGIUM POLYANTHUM) TERHADAP
PENURUNAN BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK JELANTAH.
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Fessenden. (1992). Organic Chemistry. Willard Grant Press.
Fitriyaningtyas, S. I., & Widyaningsih, T. D. (2015). PENGARUH
PENGGUNAAN LESITIN DAN CMC TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA,
DAN ORGANOLEPTIK MARGARIN SARI APEL MANALAGI (Malus
sylfertris Mill) TERSUPLEMENTASI MINYAK KACANG TANAH [IN
PRESS JANUARI 2015]. Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 3(1), 226–236.
Goldman-Cecil. (2021). Goldman-Cecil. Tratado de medicina interna. Revista
Brasileira de Medicina, 26 Edición(SPEC. ISS.), 988–991.
Gopinath, S. C. B., Anbu, P., Lakshmipriya, T., & Hilda, A. (2013). Strategies to
characterize fungal lipases for applications in medicine and dairy industry.
BioMed Research International, 2013. https://doi.org/10.1155/2013/154549
Gordon, M. H. (2004). Factors affecting lipid oxidation. Understanding and
Measuring the Shelf-Life of Food, 128–141.
https://doi.org/10.1533/9781855739024.1.128
Hamada, D. N. M. M. (2018). Synthesis, Spectroscopic Characterization, and
Time‐Dependent DFT Calculations of 1‐Methyl‐5‐phenyl‐5H‐pyrido[1,2‐
a]quinazoline‐3,6‐dione and Its Starting Precursor in Different Solvents.
ChemistryOpen, 7(10), 814. https://doi.org/10.1002/OPEN.201800146
Haqq, A. A. (2019). Pemanfaatan limbah minyak jelantah penghasil sabun sebagai
stimulus untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
Dimasejati: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1).
Haryadi, W. (1990). Dasar-Dasar Kimia Analitik. Erlangga.
Information, N. C. for B. (2021). Potassium iodide | KI - PubChem.
Ketaren. (2005). Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press.
Ketaren, S. (1986). Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan. UI press,
Jakarta.
Li, L. H., Dutkiewicz, E. P., Huang, Y. C., Zhou, H. B., & Hsu, C. C. (2019).
Analytical methods for cholesterol quantification. Journal of Food and Drug
Analysis, 27(2), 375–386. https://doi.org/10.1016/J.JFDA.2018.09.001
Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. (2014). Biokimia harper 29 ed.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
National Center for Biotechnology Information. (2021). ). PubChem Compound
Summary for CID 6212, Chloroform.
Nurdiani, I., Suwardiyono, S., & Kurniasari, L. (2021). Pengaruh Ukuran Partikel
Dan Waktu Perendaman Ampas Tebu Pada Peningkatan Kualitas Minyak
Jelantah. Jurnal Inovasi Teknik Kimia, 6(1).
https://doi.org/10.31942/inteka.v6i1.4451
Pérez-Mañá, C., Farré, M., Pujadas, M., Mustata, C., Menoyo, E., Pastor, A.,
Langohr, K., & De La Torre, R. (2015). Ethanol induces hydroxytyrosol
formation in humans. Pharmacological Research, 95–96, 27–33.
https://doi.org/10.1016/j.phrs.2015.02.008
Qazi, A. H., & Vincent, W. J. (1979). Sampling and analysis of acetic anhydride
in air. American Industrial Hygiene Association Journal, 40(9), 803–808.
https://doi.org/10.1080/15298667991430325
Sofro, H. M. A. U., & Anurogo, D. (2013). 5 menit memahami 55 problematika
kesehatan. D-Medika.
Speight, J. G. (2017). Industrial Organic Chemistry. In Environmental Organic
Chemistry for Engineers. https://doi.org/10.1016/b978-0-12-804492-
6.00003-4
Wagner, K. (2009). Like Dissolves Like.
Zhang, Q. W., Lin, L. G., & Ye, W. C. (2018). Techniques for extraction and
isolation of natural products: A comprehensive review. In Chinese Medicine
(United Kingdom) (Vol. 13, Issue 1, p. 20). BioMed Central Ltd.
https://doi.org/10.1186/s13020-018-0177-x
Zumdahl, S. S. (2020). water | Definition, Chemical Formula, Structure, & Facts
| Britannica.
LAMPIRAN
1. Perhitungan Uji Iod
Diketahui : Titrasi minyak kelapa = 5,5 mL larutan Na2S2O3
Titrasi minyak jelantah = 4,5 mL larutan Na2S2O3
Titrasi blanko = 7,5 mL larutan Na2S2O3
Ditanya : angka iod minyak kelapa dan minyak jelantah
Jawab :
 Angka iod minyak kelapa
(b−a)×0,1 ×0,1269
Angkaiod = × 10 0
0,5
(7,9 mL−5,5 mL ) × 0,1× 0,1269
¿ ×10 0
0,5
2,4 ×0,1 ×0,1269
¿ ×100
0,5
¿ 6,091 2

 Angka iod minyak jelantah


(b−a)×0,1 ×0,1269
Angkaiod = × 10 0
0,5
(7,9 mL−4,5 mL ) ×0,1 ×0,1269
¿ ×10 0
0,5
3,4 ×0,1 ×0,1269
¿ ×100
0,5
¿ 8,6292

2. Penentuan Angka Penyabunan


a. Minyak Kelapa
Diketahui:
a (Volume HCl untuk titrasi m. kelapa) = 30 mL
b (Volume HCl titrasi blangko) = 31 mL
c (Volume KOH untuk reaksi penyabunan) = ???
Sehingga,
c = (b - a) mL
c = (31 – 30) mL
c=1
Angka penyabunan = c mL x M KOH alkoholis x 56
= 1 mL x 0,5 x 56
= 28
3 ×56 ×1000
BM rata-rata lemak =
angka penyabunan
168.000
= = 6000
28
b. Minyak Jelantah
Diketahui:
a (Volume HCl untuk titrasi m. jelantah) = 30 mL
b (Volume HCl titrasi blangko) = 31 mL
c (Volume KOH untuk reaksi penyabunan) = ???
Sehingga,
c = (b - a) mL
c = (31 – 30) mL
c=1
Angka penyabunan = c mL x M KOH alkoholis x 56
= 1 mL x 0,5 x 56
= 28
3 ×56 ×1000
BM rata-rata lemak =
angka penyabunan
168.000
= = 6000
28
UJI KUALITATIF

Uji Peroksida

Uji Fosfat

Uji Kolestrol
UJI KUANTITATIF

Uji Iod Uji Saponifikasi


Botol 1: M. kelapa (M. kelapa dan blangko)
Botol 2: M. jelantah
Botol 3: Akuades

Uji Saponifikasi
(minyak jelantah)

Anda mungkin juga menyukai