Anda di halaman 1dari 10

Rengkuh Hardiyanto

24030120140043
Tugas Analisis Organik
Pengaruh Rantai Cabang pada Kelarutan

Pada pertemuan sebelum UTS, telah dijelaskan bahwa


rantai cabang akan menurunkan boiling point pada
senyawa hidrokarbon dan alkohol. Asumsi dapat dibuat
bahwa percabangan juga akan menurunkan gara
intermolekular. Oleh karena itu, senyawa yang memiliki
rantai cabang lebih mudah larut di dalam air
dibangingkan senyawa rantai lurus.

Sebagai contoh kelarutan senyawa iso sangat berbeda


dengan kelarutan isomer rantai lurusnya.
Selain itu, posisi gugus fungsi dalam rantai karbon juga mempengaruhi kelarutan. Ketika efek
percabangan digabungkan dengan posisi gugus fungsi akan terjadi terlihat jelas perbedaan
kelarutannya melalui bersarnya titik didih yang dihasilkan oleh senyawa tersebut.
Pengaruh Struktur terhadap Keasaman dan Kebasaan

Secara umum, untuk menentukan apakah senyawa organik itu larut dalam air atau tidak harus larut dalam asam atau basa encer
terutama untuk memperikarakan kekuatan asam atau basanya.

• Untuk memperkikaran tingkat keasaman dan kebasaan, harus memperhatikan struktur yang akan menstabilkan ion A - dan
memposisikan kesetimbangan ke arah sebelah kanan.
Efek Elektronik pada Keasaman dan Kebasaan
terhadap Kelarutan Senyawa Organik
Dalam sistem cincin aromatik posisi para dan orto lebih sensitif terhadap pengaruh elektronik daripada posisi meta

Posisi orto dan para adalah pusat muatan negatif parsial dan dengan demikian pusat-pusat ini merespon substitusi oleh gugus
polar; pertimbangan substitusi orto terkadang terhalang oleh faktor sterik.

Gugus Polar : -OH; -NH2 ; -Br (biasanya pengarah ortho- dan para-)
• Keasaman dapat ditentukan seberapa besar derajat disosiasi senyawa organik dalam melepas ion H +.
• Fenol larut dalam NaOH

• Fenol tidak larut dalam NaHCO3 5%


• Penambahan gugus fungsi pada sistem cincin aromatik akan berdampak pada derajat keasaman suatu senyawa. Misalnya
memasukkan gugus –NO2 atau gugus yang bersifat penarik elektron pada posisi orto (Terhalang sterik) atau para ke dalam cincin
fenol.
• Penambahan gugus –NO2 akan meningkatkan keasaman sehingga senyawa ini dapat larut NaHCO 3.

Efek peningkatan keasaman dari


gugus nitro adalah karena stabilisasi
anion fenoksida dengan distribusi
lebih lanjut dari muatan negatif pada
gugus nitro.
• Pengaruh elektronik mempengaruhi kebasaan senyawa amina.
• Amina Alifatik dalam larutan berair memiliki nilai Kb yang lebih besar dibandingkan amina yang terdapat di dalam sistem
aromatik (anilin).
• Gugus fenil penurunkan kebasaan karena menstabilkan amina bebas dengan resonansi.

• Substitusi ke dua pada sistem aromatik anilin akan menurunkan kebasaan, sehingga amina tidak lagi basa di dalam air.
• Sebagai contoh adalah p-nitroanilin tidak larut di dalam HCl 5% adanya substituen –NO 2 menurunkan kebasaan karena gugus
penarik elektron ini dapat membuat ion anilium (asam konjugasi) menjadi tidak stabil, sementara menstabilkan basa bebas.
Efek Sterik pada Keasaman dan Kebasaan dan Kelarutan
• Fenol tersubstitusi di Orto menurunkan kelarutan di dalam alkali berair. Penambahan Alkali Claisen (35% KOH di dalam Metanol
berair) sebagai solusi untuk melarutkan fenol tersubstitusi pada bagian orto.

• Pada 2,4,6-tri-tert-butilfenol tidak larut di dalam NaOH dan Alkali Claisen. Senyawa ini hanya dapat di garamkan melalui Sodium
amide (NaNH2)

• Senyawa 2,4,6-tri-tert-butilanilin menunjukkan hal yang sama. Nilai pKa yang terlalu rendah untuk diukur dalam larutan berair.

• Hal ini menandakan bahwa adanya regangan sterik

• Ketidak stabilan pada senyawa 2,4,6-tri-tert-butilfenol dan ion aminium pada 2,4,6-tri-tert-butilanlin terjadi karena adanya
halangan sterik yang menjadi penghambang pada proses pelarutan ion.
• Titik leleh senyawa metil piruvat lebih besar dibandingkan senyawa etil format. Karena adanya ikatan
hidrogen intramolekular atau gaya antar solute itu sendiri yang menyebabkan titik lelehnya menjadi besar dan
membutuhkan energi yang lebih besar untuk memisahkan molekulnya.

• Pada gambar diatas dapat disimpulkan bahwa kelarutan etil format > metil piruvat
• Titik leleh 2,2,2-trikloroetanal titik lelehnya lebih rendah dibandingkan dengan kloral hidrat. Ini disebabkan
oleh banyaknya ikatan hidrogen intramolekular yang dibentuk oleh senyawa kloral hidrat akan lebih banyak
dibandingkan kloral. Kuatnya ikatan intramolekular akan menyebabkan nilai MP dan BP semakin tinggi dan
membutuhkan energi yang lebih besar untuk memisahkan molekulnya.

• Pada gambar diatas dapat disimpulkan bahwa kelarutan etil kloral > kloral hidrat

Anda mungkin juga menyukai