Oleh :
Ade Yogi Mahendra
NRP. 3110191057
Dosen Pembimbing I
Dr. Eng, Indra Adji Sulistijono, S.T., M.Eng.
NIP. 196705271994031018
Dosen Pembimbing II
Nofria Hanafi, S.ST., M.T.
NIP. 198403312015041001
Proposal Proyek Akhir ini diajukan untuk dilanjutkan sebagai Proyek Akhir di
Program Studi Sarjana Terapan Teknik Mekatronika
Departemen Teknik Mekanika Dan Energi
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
NIP. 196705271994031018
2. 2.
NIP. 198403312015041001
3.
Mengetahui,
i
Mohamad Nasyir Tamara, S.T., M.T.
NIP. 198508072015041003
ii
ABSTRAK
Quad Plane dirancang dengan konfigurasi 4 motor, 2 motor berada pada depan
sayap dan 2 motor berada pada belakang sayap. Quad Plane mampu terbang dengan
vertical take off sehingga tidak dibutuhkan lahan atau lapangan yang luas untuk
menerbangkan wahana ini. Quad Plane dapat melakukan misi surveillance dengan
mode sayap tetap atau fixed wing menuju area atau lahan yang kemudian diambil
datanya. Selama misi, wahana dilengkapi kamera untuk mengambil data gambar dari
udara atau aerial photography. Control Capture otomatis dilakukan oleh flight
control saat misi berlangsung dan menyimpannya pada sd card hingga wahana
landing. Kontrol kestabilan wahana menggunakan metode liner control yaitu
Proportional-Integral-Derivative (PID) dengan dibantu sensor IMU pada flight
control. Position control pada wahana menggunakan GPS (Global Positioning
System) yang dikirim dari satelit berupa sinyal radio dangan data digital yang
kemudian otomatis diolah oleh flight control dengan data luaran posisi yaitu latitude
dan longitude. Selama melakukan misi keadaan wahana akan dimonitor secara real
time melalui Ground Control Station (GCS). Quad Plane dilengkapi fitur “Flight
Data Recorder” yang membantu dalam menganalisa malfunction system dan track
record ketika wahana terbang.
iii
dengan penerapan teknologi ini dapat memberikan solusi terhadap permasalahan
menurunnya panen dan produksi padi di Indonesia.
Kata kunci : Quad Plane, Unmanned Aerial Vehicle, Flight Control, Aerial
Photography, Surveillance
iv
ABSTRACT
With the Quad Plane UAV, it is hoped that the parameters needed for the
application of plant health analysis will be obtained. So that the application of this
technology can provide a solution to the problem of declining rice yields and
production in Indonesia.
Keywords : Quad Plane, Unmanned Aerial Vehicle, Flight Control, Aerial
Photography, Surveillance
v
DAFTAR ISI
vi
2.3. Kontrol Kemudi Terbang.........................................................................12
2.3.1. Aileron.............................................................................................12
2.3.2. Elevator...........................................................................................13
2.3.3. Rudder.............................................................................................14
2.4. Sistem Propulsi........................................................................................15
2.4.1. Motor BLDC....................................................................................16
2.4.2. Electronic Speed Controller (ESC..................................................18
2.4.3. Propeller.........................................................................................20
2.5. Quad Plane Electrical System..................................................................23
2.6. Quad Plane Parameter Setting................................................................23
2.7. Sistem Holding Position..........................................................................24
2.8. WEB ODM..............................................................................................24
2.9. VARI (Visible Atmospherically Resistant Index)....................................24
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM..................................................................25
3.1. Desain Umum sistem...............................................................................25
3.2. Desain Sistem Mekanik...........................................................................26
3.2.1. Desain Mekanik Mobil Robot..........................................................26
3.2.2. Desain Mekanik Lengan..................................................................27
3.3. Desain sistem elektronik..........................................................................27
3.3.1. Skematik sistem elektronik..............................................................27
3.3.2. Desain sistem power distribution....................................................27
3.4. Desain Kontroler / perencanaan implementasi metode............................27
3.5. Desain GUI..............................................................................................28
3.6. Desain Algoritma Program......................................................................28
3.7. Desain komunikasi...................................................................................28
3.8. Rencana pengujian sistem........................................................................28
3.8.1. Pengujian aktuator..........................................................................28
3.8.2. Pengujian sensor.............................................................................28
3.8.3. Pengujian komunikasi.....................................................................28
3.8.4. Pengujian kontroler / metode..........................................................28
BAB 4 JADWAL DAN PEMBIAYAAN............................................................1
4.1. Jadwal Penelitian........................................................................................1
vii
4.2. Rancangan Anggaran Biaya.......................................................................1
BAB 5 KESIMPULAN.........................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................2
LAMPIRAN............................................................................................................3
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.1. realisasi panen padi sepanjang
Januari hingga September 2021 sebesar 8,77 juta hektar, atau mengalami penurunan
sekitar 237,65 ribu hektar (2,64 persen) dibandingkan realisasi panen padi di 2020
yang sebesar 9,01 juta hektar. Sementara itu, potensi panen sepanjang Oktober
hingga Desember 2021 sebesar 1,75 juta hektar. Dengan demikian, total luas panen
padi pada 2021 diperkirakan mencapai 10,52 juta hektar, atau mengalami penurunan
sekitar 141,95 ribu hektar (1,33 persen) dibandingkan luas panen padi di 2020 yang
sebesar 10,66 juta hektar. Luas panen tertinggi pada 2021 terjadi pada Maret, yaitu
1
sebesar 1,79 juta hektar, sementara luas panen terendah terjadi pada bulan Januari,
yaitu sebesar 0,41 juta hektar.
Produksi padi di Indonesia sepanjang Januari hingga September 2021
diperkirakan sekitar 45,61 juta ton GKG (Gabah Kering Giling), atau mengalami
kenaikan sekitar 65,39 ribu ton GKG (0,14 persen) dibandingkan 2020 yang sebesar
45,55 juta ton GKG. Sementara itu, potensi produksi sepanjang Oktober hingga
Desember 2021 sebesar 9,66 juta ton GKG. Dengan demikian, total potensi produksi
padi pada 2021 diperkirakan mencapai 55,27 juta ton GKG, atau mengalami
kenaikan sebanyak 620,42 ribu ton GKG (1,14 persen) dibandingkan 2020 yang
sebesar 54,65 juta ton GKG.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.2. produksi padi tertinggi pada 2021
terjadi pada bulan Maret, yaitu sebesar 9,67 juta ton GKG sementara produksi
terendah terjadi pada bulan Januari, yaitu sebesar 2,08 juta ton GKG. Berbeda
dengan produksi pada 2021, produksi tertinggi pada 2020 terjadi pada bulan April.
Dari kedua data pada gambar 1.1. dan 1.2. dapat disimpulkan apabila menurunnya
luas panen padi Indonesia berbanding lurus dengan produksi padi di Indonesia
2
dimana mengalami penurunan pada pada bulan oktober hingga desember. Ada
banyak faktor yang mempengaruhi penurunan hasil panen pada bulan tersebut yaitu
faktor dari alam dan dari manusia. Faktor alam yang mempengaruhi penurunan hasil
panen adalah banjir, angin kencang. Adapun faktor manusia yang mempengaruhi
penurunan hasil panen meliputi: pemberian dosis pupuk, perawatan kurang intensif,
keterbatasan tenaga kerja, upah tenaga kerja, pemberian air pada padi. Sehingga
dibutuhkan suatu teknologi untuk menganalisa kesehatan tanaman hingga dapat
melakukan estimasi hasil panen dengan cara mengambil gambar dari udara atau
aerial photography.
UAV (Unmaned Aerial Vehicle), menjadi fokusan utama peningkatan dalam
pemanfaatan pada sektor pertanian. Pertanian membutuhkan teknologi yang dapat
memantau real-time dan mengirimkan data. Quad Plane salah satu jenis wahana
tanpa awak dengan dimensi minimalis, konsumsi daya yang rendah, pemanfaatan
biaya rendah, risiko yang kecil terhadap kehidupan manusia, dan masa depan yang
menjanjikan untuk aplikasi pertanian. Quad Plane hadir dalam berbagai bentuk dan
ukuran, dan aplikasinya berkembang seiring kemajuan teknologi. Quad Plane adalah
drone yang menggabungkan konfigurasi fixed wing dan rotary wing, menjadikannya
ideal untuk pengawasan misi dan pengambilan gambar tanaman khususnya pada area
pertanian. Quad Plane cocok untuk misi ini karena dapat terbang secara efisien
dalam mode fixed wing, dan menyelesaikan transisi dari rotary wing ke fixed wing
dengan sempurna. Sebuah Quad Plane dapat lepas landas dan mendarat tanpa
landasan pacu dan memiliki daya jelajah yang tinggi, menjadikannya ideal untuk
penggunaan di medan yang ekstreme. Dalam perancangan sebuah wahana Quad
Plane dibutuhkan komponen untuk menunjang kinerja wahana seperti sensor,
aktuator dan juga kontrol.
3
Gambar 1.1.1.3. UAV Quad Plane Tilt Rotor
Sumber: https://discuss.ardupilot.org/t/finwinghobby-vtbird1-5/43601/29?page=2
(diakses pada tanggal 05 Juli 2022 jam 23.47 WIB)
4
tentang motor diperlukan, ini akan sangat mengurangi efisiensi simulasi penerbangan
dan desain Quad Plane sehingga diperlukan model motor BLDC yang efisien dan
highfidelity.
1.3. Tujuan
Tujuan utama dari tugas akhir ini adalah membuat wahana Quad Plane dengan
berbagai konfigurasi rotor, airfoil, tail, sayap, body hingga sistem untuk
menerbangkan wahana ini dan mampu menjalankan misi mengambil gambar pada
area persawahana atau lahan yang terdapat tanaman padi guna membantu petani
untuk memetakan kesehatan dan luas area pada tanaman padi sehingga
meningkatkan produksi padi pada bulan-bulan tertentu pada setiap tahun. Wahana ini
dirancang untuk menyongsong Era Society 5.0 yang memungkinkan kita
menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern seperti IoT, AI dan Robot
untuk kebutuhan manusia dengan tujuan agar manusia dapat hidup dengan nyaman
dan lebih efektif.
5
1.4. Ruang lingkup dan Batasan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah diatas, dapat ditentukan batasan-batasan
masalah dalam pengajuan pengajuan akhir ini sehingga permasalahan yang dibahas
tidak terlalu meluas. Berikut ruang lingkup batasan masalah dalam proyek ini:
1. Peningkatan hasil panen padi melalui analisa dan penerapan UAV Quad
Plane dengan menggunakan metode VARI (Visual Atmospheric Resistance
Index) menggunakan WEB ODM.
2. Pengujian wahana Quad Plane dari mode Quadrotor terbang secara Vertical
Take Off kemudian beralih mode Fixed Wing terbang secara autonomous
menuju lahan minimal berdimensi 200 meter x 200 meter dengan waktu
tempuh maksimal 15 menit.
6
Gambar 1.1.6.4. Flowchart Metodologi Penelitian Proyek Akhir
7
akhir ini dengan panjang 1200mm dan lebar 1500mm. Desain badan wahana
menggunakan jenis pylon bertujuan memudahkan penempatan komponen dan
memudahkan akomodasi saat wahana harus dibawa ke lokasi pemetaan atau
pengambilan data. Desain airfoil yang dibutuhkan untuk wahana yaitu berjenis
NACA dengan kode tertentu sehingga menghasilkan lift yang tinggi fungsinya
memberikan kestabilan saat wahana terbang dengan kecepatan rendah. Desain tail
pada wahana menggunakan konfigurasi Y tail bertujuan agar wahana dapat
melakukan manuver dengan tajam sehingga menghasilkan turning radius yang kecil.
Konfigurasi penempatan sayap yaitu high wing bertujuan untuk memudahkan
mencari CoG (Center of Grafity)sekaligus memberikan kestabilan saat terbang
karena sayap sebagai penopang badan wahana.
8
Gambar 1.1.6.5. The flowchart of the proposed control
9
magnetis sehingga mengganggu kinerja sensor IMU pada flight control. GPS
diletakkan dibagian atas wahana agar dapat menerima sinyal satelit sebagai sensor
posisi wahana. Pengkabelan ditata rapi menggunakan kabel spiral dan disesuaikan
antara jalur power dan jalur data. Komponen lain dapat menyesuaikan dengan
dimensi dalam pada wahana.
10
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari proyek akhir ini, adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang pendahuluan dari proyek akhir yang telah dibuat, disini
akan dijelaskan mulai dari latar belakang yang mendasari pembuatan dan penelitian
yang dilakukan, perumusan masalah, kontribusi proyek akhir, tujuan dan batasan
masalah serta sistematika pembahasan dari proyek akhir ini.
DAFTAR PUSTAKA
Pada daftar pustaka ini berisi sumber referensi yang digunakan sebagai
penunjang dalam proses pembuatan proyek.
11
BAB 2
STUDI LITERATUR
Pada bab ini berisi tentang literatur mengenai produk yang sudah ada, juga
memuat penelitian yang berkaitan dengan pengerjaan proyek akhir ini. Literatur dan
penelitian tersebut menjadi bahan acuan dalam pembuatan proyek akhir.
11
yang ditanggung oleh motor. Durasi waktu terbang yang bisa dicapai oleh wahana
dipengaruhi oleh kapasitas baterai.
2.3.1. Aileron
Aileron merupakan flight control yang berada pada sayap pesawat. Aileron
berfungsi untuk melakukan gerakan berguling pada sumbu longitudinal atau disebut
dengan rolling. Untuk melakukan gerakan rolling, aileron kanan dan kiri pesawat
bergerak berlawanan arah. Ketika ingin melakukan gerakan rolling ke kiri, maka
aileron kiri akan naik untuk menurunkan posisi sayap kiri pesawat, dan secara
bersamaan aileron kanan akan turun untuk menaikkan posisi sayap kanan pesawat.
Hal ini terjadi karena ketika aileron naik, gaya angkat pada pesawat akan berkurang
dan ketika aileron turun maka gaya angkat pada pesawat akan bertambah. Sehingga
ketika aileron kiri dan kanan bekerja berlawanan arah maka akan terjadi gerakan
rolling.
12
Gambar 2.3.6. Kontrol aileron belok kiri
Sumber: https://www.anakteknik.co.id/117297178981629454631/articles/sebelum-jadi-pilot-kenali-
primary-flight-control-pada-pesawat
(diakses pada tanggal 06 Juli 2022 jam 23.58 WIB)
Saat pilot menggerakan stik ke arah kiri maka aileron kanan bergerak turun
dan aileron kiri naik sehingga pesawat akan menghasilkan belokan ke kiri.
2.3.2. Elevator
Elevator terletak pada trailing edge horizontal stabilizer. Ketika elevator
terdefleksi kebawah, bagian ekor akan terangkat, sehingga menghasilkan nose-down
membuat pesawat cenderung bergerak kebawah. Sebaliknya, ketika elevator
13
terdefleksi keatas, ekor akan bergerak kebawah, sehingga menghasilkan nose-up dan
membuat pesawat bergerak keatas. Elevator merupakan pengontrol gerakan pitch.
Pada saat pilot menarik kontrol stik, maka Elevator akan bergerak naik,
kemudian aliran udara akan membuat pesawat mengarah keatas dan naik.
Kemudian saat pilot mendorong kedepan kontrol Yoke, maka Elevator akan
bergerak turun dan aliran udara mengubah pesawat menghadap kebawah sehingga
turun.
2.3.3. Rudder
Rudder terletak pada trailing edge vertical stabilizer, ketika rudder terdefleksi
kekanan, ekor akan tertarik ke kiri, sehingga akan menghasilkan hidung pesawat
bergerak ke kanan dan pesawat akan berbelok ke kanan. Begitu juga sebaliknya
14
untuk defleksi ke kiri. Rudder adalah control surface untuk mengontrol gerakan yaw,
tetapi memiliki efek samping gerakan roll. Kontrol rudder biasanya terhubung
dengan sistem pembelok landing gear, sehingga biasa digunakan untuk kontrol saat
di darat.
Pada saat pilot memberikan perintah kanan, maka Rudder akan mengarah
kekanan dan pesawat akan membelokkan nose ke kanan.
Kemudian saat pilot memberikan perintah kiri, maka Rudder akan bergerak ke
kiri, begitu pula pesawat akan membelokkan nose ke kiri.
15
percepatan ini menghasilkan gaya pada sistem yang disebut thrust atau gaya dorong.
Sama halnya dengan pesawat yang sebenarnya, pemilihan sistem propulsi yang tidak
sesuai akan mengakibatkan pesawat tidak bisa terbang dengan sempurna, karena
thrust pesawat tidak bekerja secara maksimal dan memperbesar peluang kecelakaan
pesawat.
L
τ=
R
60 1
T=
Pn 6
T
x=
τ
16
Kontroller pada brushless motor berperan sebagai penunjang utama operasi.
Karena brushless motor membutuhkan suatu trigger pulsa ke bagian
elektromagnetiknya (stator) untuk memberikan pengaturan besar arus yang mengalir,
sehingga putaran motor dapat diatur secara akurat. Motor akan dijalankan pada
kecepatan sinkron, dimana rumusnya dapat dihitung dari persamaan di bawah ini:
120
NS= Xf
P
Dimana :
Ns : Kecepatan sinkron (rpm)
f : frekuensi (Hz)
P : Jumlah kutub rotor (pasang)
Gaya angkat yang diperlukan oleh sebuah Quad Plane untuk terbang (hover).
Gaya sebesar F (lift) pada keempat motor diperlukan untuk pesawat dapat
mengudara, gaya yang dibutuhkan untuk menaikkan tinggi (climb) harus lebih besar
dari massa dikali gravitasi dan gaya yang dibutuhkan untuk membuat Quad Plane
turun (decline) harus lebih kecil dari massa dikali gravitasi. Dimana persamaannya
yang digunakan adalah:
mxg
F=
4
mxg
F>
4
mxg
F<
4
17
m = massa quadplane (kg)
g = grafitasi bumi (9.8 m/s2)
Durasi waktu terbang yang bisa dicapai oleh Quad Plane dipengaruhi oleh
kapasitas baterai. Dimana dari besarnya kapasitas baterai tersebut bisa diketahui
konsumsi arus tiap motor sehingga bisa dihitung durasi waktu terbang Quad Plane.
Durasi waktu terbang itu bisa dipakai oleh Quad Plane untuk take off, hover dan
landing. Persamaan yang dapat dipakai adalah :
Max Current= Ah x C
Dimana:
Ah = kapasitas nominal dari baterai (Ah)
C = kapasitansi continuous discharge current (C)
Dari perhitungan arus diatas dapat diketahui berapa lama waktu Quad Plane
mengudara.
18
Lema (2016:9) menganjurkan bahwa untuk mengitung max current (amp) dari motor
dapat dilakukan dengan persamaan:
P P
I= X 10 %
VV
Dimana:
I = Kuat Arus (A)
P = Daya (W)
V = Tegangan (V)
Dari perhitungan di atas dapat ditentukan nilai ESC yang digunakan dengan
menambahkan nilai aman 10-20% dari max current. Menambahkan nilai aman
sebesar 10-20% digunakan untuk keamanan atau Safety karena laju arus yang
mengalir tidak menentu, dan mengantisipasi apabila ada arus besar yang mengalir.
Kerja ESC pada Quad Plane dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :
1. Kuat arus (Ampere) pada motor untuk mengontrol Speed Ampere ESC
harus lebih besar dari motor/minimal ampere ESC = amper Motor ESC.
Contoh motor menggunakan arus maksimal 30a, esc harus lebih besar atau
minimal 30a. apabila ampere ESC lebih kecil dari amper motor, daya kerja
ESC akan lebih berat untuk menyuplai arus ke motor, mengakibatkan ESC
cepat panas dan terbakar, terlebih motor itu tidak bergerak bebas/dalam
keadaan memutar beban.
2. Berat Quad Plane berpengaruh terhadap arus ESC. Arus ESC diberikan
nilai yg besar, ini sangat berpengaruh saat mengangkat berat Quad Plane.
ESC memberikan catuan pada motor sesuai dengan sinyal Pulse Width
Mudulation (PWM) yang masuk pada input ESC. Selain itu ESC jenis ini juga
memiliki fasilitas Battery Eliminator Circuit (BEC) yang memiliki keluaran
tegangan kecil untuk mencatu flight controller serta sensor yang lain. Berikut ini
merupakan fitur yang dimiliki ESC ini:
1. Brake, berguna untuk menghentikan motor secara spontan.
2. Soft start, berfungsi sebagai pengatur lama waktu menyalakan sistem.
3. Battery type, pemilihan baterai yang digunakan.
4. Microprocessor, berfungsi untuk mengatur fitur agar dapat diprogram.
5. Cut Off, berfungsi sebagai pemotong arus jika baterai akan habis.
19
2.4.3. Propeller
Propeller adalah bagian dari mesin yang berfungsi menjadi alat penggerak
mekanik pada pesawat terbang, kapal laut hovercraft dan jenis lainnya. Baling-
baling mengubah gaya putar menjadi daya dorong untuk menggerakan kapal, massa
udara dengan memutar bilah-bilah pada sumbu poros (Syaifuddin dkk,:2)
Jenis propeller ada dua yaitu fixed pitch propeller (FPP) atau propeller yang
memiliki sudut pitch tertentu dan tidak dapat diubah dan controllable pitch propeller
(CPP) atau propeller yang besar sudut pitch dapat diatur dalam keadaan berputar.
(Utomo, 2015:59). Gambar 2.5. adalah propeller dari drone dan jenis propeller yang
sudut pitch tidak dapat diubah atau tetap. Propeller berperan sebagai sayap yang
berputar dan menghasilkan gaya dengan mengaplikasikan hukum gerak Newton dan
prinsip Bernaoulli. Di dunia aeronoutika yang kita kenal dengan nama rotor wing.
Jumlah propeller bervariasi dari 2, 3, 4, dan seterusnya. Propeller yang digunakan
ada dua jenis yaitu Clock Wise (CW) dan Counter Clock Wise (CCW). Pemilihan
propeller pada drone fleksibel juga pengalaman di lapangan. Pemilihan propeller
yang tepat yaitu mengikuti rekomendasi dari pembuat komponen motor tersebut.
Gaya dorong atau thrust adalah hasil dari perputaran propeller yang mengubah
daya perputaran motor menjadi gaya dorong. Selama pesawat tidak bergerak,
propeller beroperasi dalam kondisi statik. Tidak ada aliran udara masuk menuju
propeller, melainkan propeller yang membuat gerakan arus masuk sendiri. Propeller
20
memiliki Koefisien gaya dorong merupakan perbandingan maksimum gaya dorong
yang dihasilkan oleh mesin pesawat terhadap berat total pesawat. Pada pesawat
berawak dan tak berawak pada umumnya perbandingan gaya dorong terhadap beban
berdasarkan dari aturan pengalaman para desainer pesawat. Referensi ini diperoleh
dari hasil desain pesawat sebelumnya. Kesepakatan tersebut menyatakan bahwa gaya
dorong statik mampu membawa pesawat hingga kondisi jelajah (cruise) dan
menanjak (climb) pada minimal satu banding tiga (1/3) total berat pesawat (Arifin et
al., 2014). Dasar teori yang digunakan adalah hukum Newton 2 dan 3. Hukum
Newton juga menyatakan bahwa gaya sebanding dengan perubahan momentum
persatuan waktu, dimana momentum adalah massa dikali dengan kecepatan (mv).
Dalam beberapa kasus, massa tetap konstan, sehingga diperoleh gaya,
d ( mv ) mdv
F= = =ma
dt dt
21
Persamaan nomor 1 adalah bunyi hukum Newton ke-2 untuk massa yang
konstan, jika kita dapat mengukur percepatan dari setiap molekul udara yang
dihasilkan propeller dan mengetahui berapa massa dari setiap molekul udara yang
dipercepat, maka gaya dorong yang dihasilkan dari setiap molekul udara akan
menjadi massa molekul udara dikali percepatan molekul udara. Total gaya dorong
dari propeller adalah jumlah dari individu gaya dorong setiap molekul. Pendekatan
selanjutnya adalah jika kecepatan konstan dan massa yang berubah. Kecepatan dari
masing-masing molekul yang konstan akan menjadi:
F=mV e
Sedangkan untuk pesawat yang bergerak kecepatan udara yang dipercepat oleh
propeller berpengaruh terhadap gaya dorong. Sehingga persamaan untuk gaya
dorong yang dinamis diperoleh:
2
πd 2
F=ρ ( V e −V e V ac )
4
1 ft
V Pitch ( mph ) =RPM ¿ x Pitch¿ ( ¿ ) x
1 mile 60 min
12∈¿ x x ¿
5280 ft hr
22
Dari perumusan teoritik tersebut, diketahui bahwa gaya dorong yang
dihasilkan motor dapat dirumuskan dengan mengetahui berapa RPM, pitch dan
diameter propeller (Gabriel, 2014). Gaya dorong dirumuskan sebagai kuadrat dari
RPM, diameter dan pitch propeller. Selain itu, faktor daya yang dihasilkan motor
juga berpengaruh terhadap gaya dorong yang dihasilkan dimana daya mesin yang
dibutuhkan propeller sebanding dengan gaya dorong dan kecepatan dari propeller.
P=T (V + w)
Dimana T adalah gaya dorong, P adalah daya motor, V merupakan true airspeed, dan
w adalah kecepatan induksi (Danielle, 2017).
23
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengaktifkan dukungan QuadPlane
dengan menyetel Q_ENABLE ke 1 dan dukungan Tilt Rotor dengan menyetel
Q_TILT_ENABLE = “1”, lalu pilih kelas bingkai dan jenis bingkai quadplane yang
tepat. Quad Plane frame ada di Q_FRAME_CLASS . Quad Plane frame dipilih
berdasarkan konfigurasi rotor kendaraan saat mengudara. Kelas rangka tilt-rotor
yang dapat dipilih saat ini adalah:
Tabel 2.2. Jenis Rangaka Tilt Rotor
Frame Q_FRAME_CLAS
Class S
Quadcopter 1
Hexacopter 2
Octacopter 3
Octaquad 4
Y6 5
Tricopter 7
24
BAB 3
PERANCANGAN SISTEM
Dalam bab ini berisi tentang perancangan sistem secara keseluruhan baik itu
secara mechanical, hardware maupun software. Dijelaskan pula disini bagaimana
cara mengimplementasikan sistem tersebut dari rancangan yang telah dibuat.
3.1. Desain Umum sistem
Dari hasil analisis kuesioner yang telah diisi oleh responden baik yang
dikirimkan melalui surat maupun secara langsung diisi melalui website Trace Study
Prodi D4 Teknik Mekatronika dan PENS, maka dapat dilakukan analisis terkait
dengan persepsi stakeholder terhadap kinerja alumni. Kinerja alumni yang dievaluasi
meliputi aspek sebagaimana ditampilkan pada Tabel 3.1.
25
Tabel 3.4 Skala Penilaian Responden terhadap Kinerja Alumni
Nilai Skala Pengertian
1 Sangat Kurang
2 Kurang
3 Cukup
4 Baik
5 Sangat Baik
26
Kerjasama Tim
SB
B
C
K
100%
27
3.5. Desain GUI
Pengujian 2 (parameter x, y, z)
Pengujian 3 (parameter x, y, z)
28
BAB 4
JADWAL DAN PEMBIAYAAN
1
2
4.2. Rancangan Anggaran Biaya
Sesuai dengan hasil kesimpulan maka disarankan perlu mengidentifikasi beberapa
kelemahan yang ada pada beberapa lulusan.
1
BAB 5
KESIMPULAN
BAB 6
1
DAFTAR PUSTAKA
Bassil, Youssef. (2012), "Neural Network Model for Path-Planning of Robotic Rover Systems",
International Journal of Science and Technology, E-ISSN: 2224-3577, vol. 2, no. 2, Februari
2012.
Chen, Xin, Li, Yangmin. (2007), "Neural Network Predictive Control for Mobile Robot Using PSO
with Controllable Random Exploration Velocity", International Journal of Intelligent Control
and Systems, vol. 12, no. 3, September 2007, 217-229.
Cheng L., Zhaoying Z., Xu Fu. (2008), "Attitude Determination for MAVs Using a Kalman Filter",
Elsevier.
2
LAMPIRAN
Dalam loop AFC sensor arus berfungsi untuk mengukur konsumsi arus pada
saat bekerja di bawah variasi beban terhadap motor. Nilai arus akan sebanding
dengan beban yang ditanggung motor. Arus yang terukur melalui persamaan 3.3
dapat digunakan untuk menghitung torsi terbebani
3
Lampiran 2. Sensor Tekanan
Pada tahap awal ini AGT diperintah untuk bergerak menuju titik referensi
tanpa diberi gangguan. Perintah diberikan oleh PC berbasis terminal komunikasi
yang berisikan koordinat tujuan. Sudut pengujian yang dibentuk oleh gerakan azimut
adalah 30, 60 dan 90 derajat, sedangkan untuk gerakan elevasi adalah 20, 40, dan 60
derajat. Data pergerakan sistem AGT direkam dan dikirimkan ke komputer melalui
sistem komunikasi serial dengan kecepatan transfer 57.600bps.
4
Lampiran 3. Program 1
Void loop()
{
Int SensorValueT = analogRead(A0);
Int SensorValueG = analogRead(A1);
ArusT = (514-sensorValueT)*27.03/1023;
ArusG = (514-sensorValueG)*27.03/1023;
}
5
Lampiran 4. Detail engineering desain mekanik