Anda di halaman 1dari 19

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/316824938

Syukur dalam Psikologi Islam dan Konstruksi Alat Ukurnya

Article · January 2016

CITATIONS READS

14 15,048

1 author:

Ahmad Rusdi
Universitas Islam Indonesia
39 PUBLICATIONS   89 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kibr (Arrogance) in Islamic Psychology and Its Measurement View project

Developing Taṭmainn al-Qulūb Scale View project

All content following this page was uploaded by Ahmad Rusdi on 10 May 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JIPP
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris
Vol. 2., No. 2., 2016. Hal. 37-54

SYUKUR DALAM PSIKOLOGI ISLAM DAN KONSTRUKSI ALAT


UKURNYA

Ahmad Rusdi
ahmad_rusdi@uii.ac.id
Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana konsep syukur dalam psikologi
Islam dan konstruksi alat ukurnya. Berdasarkan studi literatur, syukur adalah rida atas
nikmat Allah dan beramal atasnya. Syukur yang berbentuk rida dengan hati dan
mengetahui dengan ilmu (ma’rifah al-ni’mah) merupakan dimensi internal dari bersyukur
(al-shukr al-dākhiliah). Tidak cukup dikatakan bersyukur tanpa adanya respon berupa
tindakan eksternal (al-shukr al-khārijiyah) baik secara lisan maupun perbuatan. Dua
dimensi tersebut telah ditemukan juga dengan analisis faktor. Konsistensi alat ukur ini
berdasarkan Cronbach Alpha sebesar 0,855, berdasarkan Guttman Split Half Coeffecient
sebesar 0,836. Validitas kriteria dari alat ukur ini ditunjukkan dari korelasinya dengan
sabar (0,637), kanaah (0,490), kemaafan (0,620), rida (0,684), dan tawakal (0,597).
Diperlukan studi lanjut mengenai alat ukur ini, khususnya untuk menambah jumlah
responden dan melakukan analisis faktor konfirmatori. Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa penyususnan alat ukur memerlukan beragam teori mengenai dimensi sehingga
lebih mudah disesuaikan dengan hasil empirik.

Kata Kunci: syukur, skala, instrumen, alat ukur, psikologi Islam

PENDAHULUAN religiusitas intrinstik berhubungan


Islam telah menjelaskan konsep dengan perilaku bersyukur (Watkins,
bersyukur secara detail. Hal ini Woodward, Stone, & Kolts, 2003). Salah
merupakan suatu peluang untuk satu alat ukur syukur, yaitu Appreciation
mengembangkan alat ukur syukur yang Scale (AS) memasukan ritual ke dalam
lebih baik. Dalil alquran dan hadis cukup salah satu dimensi alat ukurnya (Wood,
banyak menjelaskan konsep bersyukur Froh, & Geraghty, 2010). Hal ini
bahkan sampai pada tingkat membuktikan bahwa dimensi vertikal
indikatornya. Beberapa konsep barat cukup diperlukan untuk mengenali
sebenarnya juga tidak bisa dipisahkan variabel syukur dalam diri manusia.
dari agama. Watkins memprediksi bahwa

37
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

Watkins mengutip pendapat (benefactor); 3) Fungsi penguatan moral.


Chesterton dan McCollough kemudian Ketika suatu rasa syukur diekspresikan,
menyimpulkan bahwa individu yang maka akan berpengaruh pada masa
banyak terlibat dalam praktik agama depan orang yang berbuat baik
cenderung lebih bersyukur. Religiusitas (McCullough, 2001). Sebagai suatu nilai,
intrinstik mampu meningkatkan syukur bersyukur memiliki fungsi moral yang
karena individu melihat Tuhan sebagai mendorong seseorang bertindak
sumber puncak dari segala manfaat prososial. Bersyukur juga menjadi fungsi
dalam kehidupan manusia. Pengalaman psikologis yang positif untuk
syukur juga didorong oleh keyakinan meningkatkan kebahagiaan (Liyan &
kepada Tuhan (Watkins, Woodward, Xiaohua, 2010).
Stone, & Kolts, 2003). Oleh karena itu, Adanya penelitian-penelitian
melepaskan syukur dengan aspek tentang bersyukur tentunya dipengaruhi
ketuhanan adalah hal yang tidak begitu oleh berkembangnya alat ukur syukur
saja bisa dilakukan. yang ada. Beberapa alat ukur
Islam menjelaskan bersyukur baik dikembangkan dan telah diuji atau
secara vertikal maupun horizontal. ditelaah oleh beberapa ahli sehingga
Namun, psikologi barat lebih cenderung menjadi semakin berkembang dan
menerjemahkan syukur pada dimensi menjadi lebih baik. Namun,
horizontal. Beberapa ahli menjelaskan berkembangnya alat ukur syukur
bahwa bersyukur merupakan suatu tentunya juga disertai dengan
bentuk afeksi moral. Setidaknya ada tiga kekurangan dan permasalahannya.
relevansi bersyukur dan moral, yaitu: 1) Suatu penelitian melakukan
Fungsi barometer moral. Dapat dilihat review dan menguji ulang beberapa alat
dari sejauh mana seseorang ketika ukur syukur. Alat ukur tersebut antara
mendapatkan sesuatu yang lain Gratitude Questionairre-6 (GQ6),
menguntungkan; 2) Fungsi motif moral. Gratitude Adjective Checklist (GAC), dan
Bersyukur merupakan suatu bentuk Gratitude Resentment and Appreciation
motif seseorang berbuat prososial Test (GRAT). Semua alat ukur tersebut
sebagai bentuk syukur kepada orang lain diuji kembali dan memperlihatkan nilai
yang telah berbuat baik padanya konsistensi internal di atas 0,7. Namun,
38
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

salah satu alat ukur, yaitu GRAT menjadi kriteria untuk


menunjukkan kekurangan dengan mempertimbangkan alat ukur syukur.
korelasi yang rendah ketika digunakan Penelitian menemukan bahwa
untuk orang usia 10-13 tahun (Froh, Fan, syukur dan self-esteem memberikan
Emmons, Bono, Huebner, & Watkins, kontribusi pada kebahagiaan seseorang.
2011). Hal ini menunjukkan alat ukur Sekalipun self-esteem memberikan
syukur di Barat perlu evaluasi lebih kontribusi yang lebih kuat (Sativa &
lanjut. Helmi, 2013). Selain dengan
Bersyukur merupakan variabel kebahagiaan, syukur juga berhubungan
yang sering berhubungan dengan dengan kepuasan hidup. Penelitian yang
variabel positif lain. Bersyukur memiliki dilakukan oleh Rohma menemukan
korelasi dengan kebahagiaan subjektif adanya hubungan antara keduanya
(subjective well-being). Orang yang (Rohma, 2013). Penelitian lain juga
bersyukur menunjukkan peningkatan menemukan bahwa syukur merupakan
mood yang positif (Watkins, Woodward, prediktor dari kepercayaan diri (Salim,
Stone, & Kolts, 2003). Hal ini 2015).
sebagaimana yang dijelaskan oleh Wood Watkins dan koleganya juga
dan koleganya yang menjelaskan bahwa menemukan adanya hubungan antara
syukur secara kuat berhubungan dengan bersyukur dan kebahagiaan (Watkins,
kebahagiaan (well-being) secra unik dan Woodward, Stone, & Kolts, 2003).
kausal (Wood, Froh, & Geraghty, 2010). Terkait syukur dan kebahagiaan,
Penelitian yang dilakukan Wakhidah Indonesia merupakan negara dengan
menemukan hubungan antara dukungan indeks kebahagiaan yang belum cukup
sosial, well-being, dan bersyukur baik. Dari 1-10, indeks kebahagiaan
(Wakhidah, Hubungan antara dukungan masyarakat Indonesia di tahun 2015
sosial dan syukur dengan kesejahertaan berkisar antara 5,20 - 5,75 dengan indeks
subjektif pada mahasiswa semester akhir rata-rata 5,314. Jika membandingkan
uin sunan kalijaga, 2015). Bersyukur juga dengan Malaysia, mereka berada satu
berhubungan dengan kesejahteraan tingkat di atas Indonesia dengan Indeks
psikologis pada lansia (Ishak, 2007). 6,005. Begitupula dengan Brunei dan
Dengan demikian, variabel lain dapat Thailand lebih tinggi satu tingkat di atas
39
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

Indonesia. Sejak tahun 2004, bersyukur setelah trauma menunjukkan


peningkatan indeks kebahagiaan hubungan negatif terhadap level
masyarakat Indonesia hanya sebesar simptom PTSD (Vernon, Dillon, &
0,38 (Helliwell, Huang, & Wang, 2015). Steiner, 2009). Penelitian ini
Hal ini menunjukkan bahwa perlu menunjukkan bahwa beberapa variabel
peningkatan kesejahteraan psikologis dapat menjadi kriteria yang berifat
pada masyarakat Indonesia. membalik. Artinya, syukur seharusnya
Indeks yang digunakan untuk berkorelasi negatif dengan simptom
mengukur kebahagiaan seseorang masih gangguan mental.
bersifat materialistik. Contohnya, Penelitian ini memiliki beberapa
penelitian yang dilakukan oleh pertanyaan yang harus dijawab.
Landiyanto dan koleganya menggunakan Pertama, bagaimana konsep syukur
perhitungan indeks kebahagiaan dalam psikologi Islam. Kedua, bagaimana
berdasarkan pendidikan, kesehatan, konstruksi alat ukurnya. Penelitian ini
aset, pernikahan, usia, jenis kelamin, dan belum bisa menjamin apakah alat ukur
konsumsi (Landiyanto, Ling, Puspitasari, ini bisa digunakan secara luas dan
& Irianti, 2010). Di dalam perhitungan memiliki kalibrasi yang tinggi. Hal itu
tersebut tidak melibatkan satupun sangat bergantung pada perkembangan
variabel psikologi. Ini menunjukkan alat ukur ini kedepannya. Penambahan
bahwa alat ukur psikologi belum responden akan sangat membantu
digunakan secara baik dalam mengukur kalibrasi alat ukur ini.
indeks kebahagiaan. Adanya alat ukur
syukur yang berkembang, kedepannya STUDI 1
METODE
diharapkan dapat digunakan untuk
Penelitian ini diawali oleh studi
mengukur kondisi masyarakat Indonesia
literatur, bagaimana tokoh Islam klasik
dengan lebih jelas.
mengkaji konsep syukur. Beberapa
Bersyukur memiliki hubungan
pendapat ulama mengenai konsep sabar
yang signifikan dengan dengan beberapa
harus dipertimbangkan. Perubahan
afeksi positif dan kepuasan hidup (Froh,
dimensi dan modifikasi dimensi dari
Fan, Emmons, Bono, Huebner, &
pendapat ulama hingga menjadi dimensi
Watkins, 2011). Orang yang dapat
psikologis perlu dilakukan. Setelah
40
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

menemukan dimensi tersebut, maka Akhlāq al-Rasūl al-Karīm, di dalamnya


berbagai uji empirik dapat dilakukan. dijelaskan beberapa teori syukur oleh Al-
Berdasarkan pendekatannya, Manāwī, Ibn Qayyim, al- a ānī, dan
penelitian ini memiliki dua sumber, Ibn ‘ bd llāh sendiri sebagai penulis
pertama sumber literatur, kedua sumber kitab tersebut. Kitab lain adalah a īlah
empirik. Sumber literatur pada al-Shukr li Allāh ‘alā Ni’matihī karya al-
penelitian ini ada beberapa kitab, antara a ā i ī. Kemudian kitab ā’ karya Al-
lain kitab Na rah al-Na'īm fī Makārim G azālī pada bab yang khusus

41
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

menerangkan syukur. Serta kitab Ulama lain memberikan variasi


Mau’i ah al-Mu’minīn min ā' ‘Ulūm definisi syukur yang lain. al- a wī
al-Dīn karya al-Qāsimī. Semua kitab sebagaimana dikutip Ibn ‘ bd llā
tersebut hanya dilihat pada bab yang mengatakan bahwa syukur adalah
mengkaji masalah syukur dan khususnya memberikan balasan dengan cara yang
pada dimensi syukur. Beberapa kitab baik (‫)جزاء لل ّنعمة عرفا‬. Hal ini menunjukkan
hadis peneliti gunakan untuk melihat syukur tidak cukup dengan merasakan
hubungan variabel syukur dengan yang rida atau kesenangan. Syukur
lain. memerlukan ekspresi dan tindakan
HASIL positif atas nikmat tersebut.
Definisi Syukur secara Bahasa dan
Berdasarkan definisi-definisi
Istilah
Secara bahasa, Ibn ‘ bd llā tersebut dapat dipahami bahwa syukur
mendefiniskan syukur berarti sesuatu bersifat responsif dan ekspresif. Semua
yang diambil (‫)مأخوذ من مادّة‬. Syukur juga berpendapat bahwa syukur merupakan
dapat diratikan pujian kepada manusia bentuk ekspresi atas nikmat Allah
ّ
dengan cara yang baik ( ‫الثناء على اإلنسان‬ dengan cara yang baik. Tidak adanya
‫)بمعروف‬. Secara hakikat makna, syukur ekspresi atau tidak adanya respon atas
berarti rida dengan mudah atas nikmat nikmat Allah, maka disebut kufur. Yang
ّ ‫)إنّّ حقيقة ال‬. Rāg ib
Allah (‫شكر الرّضا باليسير‬ dimaksud kufur adalah menutupi rasa
mengatakan bahwa syukur adalah bersyukur atas nikmat yang telah Allah
menunjukkan atau menggambarkan berikan. Syukur juga melibatkan sifat
suatu nikmat dan menampakkannya rida. Orang yang rida atas kenikmatan
(‫)تصوّ ر ال ّنعمة وإظهارها‬. Lawan dari syukur adalah orang yang bersyukur. Maka,
adalah kufur, yaitu melupakan nikmat peneliti bisa menyimpulkan dari definisi-
dan menutupinya. Maka syukur dapat definisi tersebut bahwa syukur adalah
didefinisikan sebagai kepuasan atas rida dengan nikmat Allah kemudian
nikmat yang didapatkannya ( ‫االمتالء من ذكر‬ mengekspresikannya dengan kebaikan.
‫عليه‬ ‫)المنعم‬. Rāg ib lebih cenderung Dimensi-Dimensi Syukur
memaknai syukur berdasarkan Pendapat tersebut menjelaskan
pengekspresiannya. bagaimana level respon seseorang dalam
bersyukur. Tindakan syukur yang paling
42
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

adaptif, ada syukur yang bersifat


maladaptif. al- a āi ī
menjelaskan bahwa salah satu
bentuk penyimpangan syukur
atas nikmat Allah adalah dengan
sambil melaksanakan apa yang
dibenci Allah. l- a āi ī
mengutip bū āzim yang
mengatakan bahwa nikmat yang
digunakan tidak untuk
mendekatkan diri pada Allah

minimal adalah memuji. Maka tindakan adalah suatu kemalangan. Oleh

bersyukur merupakan dimensi dari karena itu, perilaku syukur harus benar-

syukur itu sendiri (lihat tabel 1). benar tepat berupa penggunaan nikmat

DISKUSI Allah untuk kebaikan. Jika tidak, maka

Dimensi syukur yang diajukan syukur tersebut akan menjadi

oleh beberapa ulama masih merupakan maladaptif.

satu kesatuan. Masing-masing hanyalah Adapun al-shukr al-dākhili ah

memberikan istilah yang berbeda. merupakan bentuk syukur yang bersifat

Namun, dengan adanya temuan dua internal, reseptif, menerima, rida, dan

dimensi yang baru, maka dimensi al- cenderung merupakan bagian dari

shukr al-dākhili ah dan al-shukr al- proses awal. Sebagiamana dijelaskan

khāriji ah menjadi lebih psikologis bahwa terdapat beberapa proses syukur.

disertai evidence. Awal dari perilaku syukur adalah

Syukur dalam dimensi perbuatan mengetahui nikmat (ma’rifah al-ni’mah).

dapat dilihat dari beberapa indikator. Ibn Dengan mengetahui suatu nikmat dari

Taymiyah menjelaskan bahwa salah satu Allah, dia bisa merasakan kadarnya, dari

bentuk syukur dengan menyedekahkan mana datangnya, mengenalinya,

hartanya adalah sesuatu yang baik (Ibn membedakannya.

Taymiyah, Majmu>'ah al-fatawa>, Proses kedua adalah mengetahui

1426H). Syukur tidak selamanya bersifat bahwa nikmat terebut berasal dari Allah.
43
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

Jika orang mengetahu nikmat itu dari al-Islāmiya al-Kuwait, 1427H). Maka,
Allah, maka dia dapat mengekspresikan syukur diawali dari internal berupa
syukur itu dengan kecintaan kepada penerimaan atau rida, kemudian
Allah. Tahap ketiga, menerima nikmat direspon dengan perilaku.
(qubūl al-ni’mah) tersebut dengan
menampakkan kebutuhan akan nikmat STUDI 2
tersebut. tahap keempat, memuji atas METODE
Responden penelitian
nikmat tersebut. Tidak menutupinya dan
Sumber penelitian empirik pada
kufur atasnya. Tahap kelima,
penelitian ini adalah 229 responden dari
menggunakannya dengan yang diridai
mahasiswa FPSB UII. Mereka diminta
Allah dan menjauhi penggunaan nikmat
untuk mengisi alat ukur yang dirancang
yang dibenci Allah. Tahap keenam,
berdasarkan variabel yang telah
melakukan ketaatan sebagai bentuk
dikonstruksikan. Karena melakukan studi
syukur (Wizā a al- wqā wa al-S u'ūn

44
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

empirik, maka alat ukur penelitian ini populasi sebesar 200 responden, maka
perlu dirancang. batas signifikansinya sebesar 0,138
Instrumen Pengumpulan Data untuk taraf signifikani 5% dan 0,151
Alat ukur ini dirancang untuk taraf signifikansi 1%. Maka
berdasarkan teori yang disintesis antara keduanya juga sudah melebihi angka R
beberapa pendapat para ulama. Tabel.
Kebanyakan para ulama berpendapat Uji Reliabilitas dengan Pendekatan
bahwa syukur terdiri dari tiga dimensi, Split-Half
yatu dengan hati, lisan, dan perbuatan. Metode ini akan membagi skala
Namun, al-G azālī menjelaskan lebih menjadi dua bagian dan akan menguji
rinci, ada unsur ilmu dalam menerima korelasi antara keduanya. Jika skala ini
nikmat dari Allah. Oleh karena itu, konsisten, seharusnya ada korelasi yang
peneliti menambahkan satu dimensi lagi tinggi (Chadha, 2009). Berdasarkan hasil
yaitu bersyukur dengan ilmu. Tabel 2 analisa, diketahui bahwa setelah dibagi
memperlihatkan rancangan alat ukur. dua bagian, maka nilai Cronbach Alpha
HASIL bagian pertama sebesar 0,732 terdiri
Uji Reliabilitas dengan
dari 10 item dan bagian kedua sebesar
Cronbach Alpha
Rumus Cronbach Alpha 0,779 terdiri dari 10 item. Ditemukan
merupakan salah satu uji reliablitas yang korelasi antara keduanya sebesar 0,721.
digunakan untuk menemukan Perhitungan ini telah menghasilkan
konsistensi internal alat ukur (Chadha, koefesien Guttman yang cukup tinggi
2009). Berdasarkan perhitungan sebesar 0,836. Maka dengan hal ini
ditemukan bahwa nilai reliabilitas dapat disimpulkan bahwa skala ini tetap
sebesar 0,855. Angka ini cukup baik konsisten sekalipun itemnya sudah
dalam sisi konsistensi internal (lihat tabel dibagi dua.
3). Korelasi dengan Variabel Lain
Semua item menunjukkan Criterion based validity adalah
konsistensi yang cukup baik terhadap jenis validitas untuk memprediksi
total item. Hanya ada dua item di bawah perilaku manusia dengan menyertakan
0,3. Namun, jika menggunakan prinsip R tes lain. Tidak hanya tes berbentuk
Tabel, jika melihat batasan R tabel pada angket, dapat juga dengan observasi,
45
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

nilai, dan sebagainya. Dengan dianalisis menunjukkan ada tiga dimensi.


melibatkan alat tes lain yang reliabel, Berdasarkan total eigenvalues (2.502)
maka harus dicari suatu korelasi yang menunjukkan bahwa ternyata alat ukur
sesuai dengan teori tersebut (Chadha, ini memiliki dua dimensi. Berdasarkan
2009). Tabel 4 menunjukkan korelasi presentase kumulatif juga didapat
syukur dengan yang lainnya. bahwa dua dimensi tersebut mampu
Kekurangan dari penelitian ini menjelaskan variabel sebesar 47,62%.
ada tidak melakukan uji validitas dengan Adapun berikut ini adalah bagaimana
kriteria yang berlawanan. Padahal dalam muatan faktor item pada dua dimensi
suatu penelitian dikatakan bahwa orang tersebut (lihat tabel 5).
yang dapat bersyukur setelah trauma Setelah ditemukan dua dimensi
menunjukkan hubungan negatif tersebut, peneliti mencoba
terhadap level simptom PTSD (Vernon, menyesuaikannya ke dalam teori. Semua
Dillon, & Steiner, 2009). pendapat ulama tidak ada yang
Struktur, Dimensionalitas, dan menyebutkan dua dimensi kecuali
Konten Alat Ukur pendapat yang mengatakan bahwa
Berdasarkan Anti Image Matrices, syukur terdiri dari bersyukur kepada
item nomor 6 menunjukkan angka Allah dan manusia. Namun, item yang
sebesar 0,491, karena dibawah 0,5, maka membentuk faktor tidak menunjukkan
item ini dihapus. Setelah dihapus ke arah tersebut.
menghasilkan peningkatan KMO. Peneliti menyimpulkan bahwa
Berdasarkan perhitungan KMO maka dua faktor tersebut adalah syukur yang
analisis faktor ini memiliki sampel yang bersifat dākhiliyah (internal) dan
adekuat karena sebesar 0,844 di atas khārijiyah (eksternal). Syukur yang
0,5. Uji Barlet juga memperlihatkan hasil bersifat internal merupakan proses rida
yang signifikan, hal ini menunjukkan dan penerimaan nikmat baik dengan
bahwa antara data dan item mencukupi. ilmu dan hati. Kemudian, syukur secara
Kemudian berikut adalah jumlah faktor eksternal merupakan bentuk ekspresi
dan eigenvalues. dan perilaku respon atas nikmat Allah
Berdasarkan analisa eigenvalues, yang dilakukan dengan lisan maupun
maka diketahui bahwa item yang perbuatan. Kedua faktor tersebut cukup
46
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

bulat, berdasarkan perhitungan Factor ketika makan. Dalam sebuah hadits yang
Transformation Matrix, dapat diketahui dikutip oleh (Ibn Sirrī, T.Th), Rasul
seberapa jauh item berkorelasi pada bersabda:
masing-masing faktor. Ditemukan angka ‫إن هللا ليرضى عن العبد أن يأكل األكلة أو يشرب‬
yang cukup kuat, syukur eksternal ‫الشربة فيحمده عليها‬
sebesar 0,959 dan syukur internal “sesunggu nya lla me idai seo ang

sebesar 0,959. Dengan ditemukannya hamba yang apabila makan atau minum

dua faktor ini, peneliti mengistilahkan kemudian dia mengucapkan

syukur eksternal dengan al-shukr al- al amdulila ”

khārijiyah, dan syukur internal dengan Berdasarkan hadits ini, item yang

al-shukr al-dākhiliyah. be bunyi “ etika saya mendapat nikmat,

Beberapa item pada dimensi al- saya sege a mengucapkan al amdulilla ”

shukr al-k ā ijiya terdapat di dalamnya mencoba menyesuaikan dengan ajaran

bentuk syukur dengan lisan. Item yang Rasul. Kalimat alhamdulilah bukan

be bunyi “Saya senantiasa mengucapkan sesuatu yang asing bagi masyrakat

pujian kepada Allah dalam setiap Indonesia. Siapapun pernah

ibada ” dan “ etika saya mendapat mengucapkannya. Namun, apakah

nikmat, saya segera mengucapkan ucapan alhamdulilah hanya sekedar

al amdulilla ” me upakan indikato ucapan, basa basi atau suatu respon atas

bersyukurnya seseorang dengan lisan. nikmat. Atau kalimat pujian bagi Allah

Mengenai syukur dengan lisan dapat tersebut juga diucapkan ketika

diindikasi dari beberapa hal. Dalam beribadah kepada-Nya, itulah yang ingin

sebuah hadits yang dikutip dari Kitab digali dari item ini.

Rasulullah bersabda: Syukur dengan lisan tidak hanya

.‫ الحمدهلل‬:‫ ال إله إال هللا وأفضل الشكر‬:‫أفضل الذكر‬ ucapan alhamdulilah. Ucapan

“Zikir yang paling utama adalah tiada terimakasih juga merupakan bentuk

tuhan selain Allah. Dan syukur yang syukur lisan. l- a āi ī mengutip

paling utama adala al amdulila ” sebuah hadits yang menjelaskan indikasi

Selain hadits tersebut, salah satu syukur dengan lisan. Rasul bersabda:

indikator syukur dengan lisan dijelaskan ‫ ومن لم يشكر‬،‫ وتركها كفر‬،‫تحدث بنعمة هللا شكر‬

dalam hadits Nabi adalah bersyukur ‫ ومن لم يشكر الناس لم يشكر هللا‬،‫اليسير لم يشكر الكثير‬

47
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

“mengucapkan nikmat lla adala kemuda an” me upakan opsi bagi


bentuk syukur, menjauhinya adalah seseorang yang tidak bisa mengucapkan
kufur. Baang siapa yang tidak bersyukur terimakasih secara langsung kepada
atas sedikit, berarti dia tidak beryukur seseorang yang menjadi perantara
atas yang banyak. Barang siapa tidak nikmat.
bersyukur kepada sesama manusia, Syukur dalam dimennsi
maka tidak be syuku kepada lla ” perbuatan dapat dilihat dari beberapa
Item yang be bunyi “Saya indikator. Ibn Taymiyah menjelaskan
mengucapakan terimakasih atas bahwa salah satu bentuk syukur dengan
pembe ian da i o ang lain” me upakan menyedekahkan hartanya adalah
item yang menggali maksud hadits di sesuatu yang baik (Ibn Taymiyah,
atas. Bersyukur juga tidak bisa 1426H). Item yang be bunyi “ etika saya
dilepaskan dari orang lain yang mendapatkan nikmat dari seseorang,
merupakan perantara diberikannya saya membalas dengan perbuatan baik
nikmat Allah kepadanya. Bentuk kepadanya”, “ tas nikmat yang saya
terimakasih kepada orang lain bisa dapatkan, saya mengiringinya dengan
secara langsung diucapkan di kebaikan”, “Jika saya mendapat suatu
hadapannya, atau jika tidak nikmat, seringkali saya membantu orang
menemuinya, dapat mendoakannya. lain”, “ etika saya mendapatkan nikmat
Oleh karena itu item yang berbunyi berupa harta, saya biasa menyisihkannya
“Saya mendoakan o ang lain yang tela untuk be sedeka ” be tujuan untuk
memberikan saya manfaat dan melihat bagaimana seseorang bertindak

48
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

melakukan perilaku nyata sebagai dari berbagai temuan berupa alat ukur
bentuk syukur dengan anggota badan (bi syukur yang telah dikembangkan.
al-jawāri ). Di sinilah letak arah syukur. Beberapa penelitian di Indonesia tentang
Item yang be bunyi “Te kadang syukur masih banyak yang mengadaptasi
saya kurang puas atas nikmat yang konsep Barat. Penelitian yang dilakukan
sedikit”, “Jika sedang mendapatkan Wakhidah, mencoba mencari hubungan
kesulitan, saya terlupa atas nikmat Allah antara dukungan sosial, well-being, dan
ka ena te lalu memiki ikan kesusa an”, bersyukur. Namun, alat ukur syukur
“Saya me asa ba wa nikmat yang saya masih mengadaptasi skala GRAT dan
pe ole anya sedikit”, “Te kadang saya tidak menggunakan basis syukur dalam
lupa bahwa nikmat yang saya dapatkan konsep Islam (Wakhidah, Hubungan
be asal da i lla ”, “ etika mendapat antara dukungan sosial dan syukur
rezeki, saya belum sulit merasakan dengan kesejahertaan subjektif pada
kepuasan a ta” adala item yang mahasiswa semester akhir uin sunan
mencoba melihat sejauh mana kalijaga, 2015). GRAT juga diadaptasi
seseorang menerima, puas, senang, dan oleh Sativa dan Helmi dalam merancang
memahami nikmat tersebut. alat ukur syukur (Sativa & Helmi, 2013).
DISKUSI Begitupula yang dilakukan Ishak dengan
Penelitian ini memberikan pilihan mengadaptasi teori dari Emmons (Ishak,
2007).
Beberapa peneliti
mencoba menyusun alat
ukur dengan konteks
responden muslim.
Amjad menyusun alat
ukur syukur yang diuji
pada masyarakat Muslim
Pakistan. Dimensi syukur
berdasarkan dua aspek
yaitu: 1) Bersyukur
kepada sesama manusia;
49
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

2) Bersyukur kepada Allah. Namun, uji GQ-6. Selain itu, alat ukur Gratitude
alat ukur yang dilakukan sebatas mencari Toward God Questionairre memiliki
konsistensi internal dengan Cronbach korelasi dengan kesehatan mental dan
Alpha sebesar 0,75 dan melakukan subjective well-being (Aghababaei &
validitas konkuren dengan menguji Tabik, 2013).
korelasi dengan variabel relationship, Jika membandingkan alat ukur ini
kebahagiaan, dan kepuasan hidup dengan alat ukur lain yang sejenis, mala
(Amjad, 2013). Kita melihat Amjad penelitian ini melakukan review dan
membuat dimensi syukur yang menguji ulang beberapa alat ukur
bersesuaian dengan salah satu hadis syukur. Alat ukur tersebut antara lain
Nabi, yang mengatakan bahwa tidak Gratitude Questionairre-6 (GQ6),
disebut bersyukur kepada Allah jika tidak Gratitude Adjective Checklist (GAC), dan
bersyukur kepada sesama manusia. Gratitude Resentment and Appreciation
Dua dimensi bersyukur yang Test (GRAT),
bersifat horizontal dan vertikal tidak AS (Appreciation Scale).
menjadi pilihan peneliti untuk Perkembangan alat ukur syukur di Asia
menyusun dimensi syukur. Hal ini karena sudah dikembangkan oleh beberapa ahli.
semua dimensi dalam psikologi Islam Zhang Liyan dan Hou Xiaohua yang
seharusnya bersifat vertikal dan menjelaskan bahwa bersyukur terbagi
horizontal. Namun, penelitian yang dua, yaitu status bersyukuran (state
dilakukan Amjad (2013) telah melahirkan gratitude) dan sifat bersyukur (trait
suatu skala alat ukur kesilaman yang gratitude). Status bersyukur berarti
khas baik pada tataran dimensi dan emosi bersyukur yang sedang dirasakan.
konteks responden. Adapun sifat bersyukur adalah
Penelitian lain bahkan berfokus kecendrungan seseorang untuk
pada bersyukur yang religius (religious mengalami perasaan bersyukur. Dua tipe
gratitude). Bersyukur religius telah pengukuran tersebut telah
dibuat sebuah alat ukur yang disebut dikembangkan secara unidimensional
Gratitude Toward God Questionairre dan multidimensional (Liyan & Xiaohua,
yang pernah dikembangkan oleh Krause. 2010). Tabel 6 menujukkan
Alat ukur ini memiliki konsistensi dengan
50
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

perbandingan dimensi dari berbagai alat konsistensi internal dengan rumus


ukur. Cronbach Alpha dengan nilai 0,928
Dari keempat alat ukur baku (Rohma, 2013). Kelemahan dari
tersebut, menujukkan bahwa selama ini penelitiannya adalah tidak melengkapi
alat ukur syukur dikonstruk cenderung uji alat ukur dengan pendekatan lain
secara horizontal tanpa SIMPULAN DAN SARAN
mempertimbangkan aspek vertikal. Simpulan
Hanya satu dari alat ukur tersebut yang Syukur adalah rida atas nikmat
mengakomodasi dimensi vertikal dari Allah. Rida berbentuk penerimaan
bersyukur. Yaitu Appreciatuon Scale yang dengan hati setelah dipahami dengan
memasukan aspek ritual di dalamnya. ilmu, atau yang disebut dengan ma’rifah
Selain itu, salah satu penelitian al-ni’mah. Kedua hal tersebut
yang menemukan dimensi yang sesuai merupakan dimensi internal dari
dengan rencana awal penelitian ini bersyukur (al-shukr al-dākhiliyah). Tidak
adalah penelitian yang dilakukan oleh cukup dikatakan bersyukur tanpa adanya
Rohma. Di dalamnya menggunakan alat responen berupa tindakan eksternal (al-
ukur bersyukur yang didasari atas aspek shukr al-khāriji ah) baik secara lisan
bersyukur dengan hati, bersyukur maupun perbuatan. Dua dimensi
dengan lisan, dan bersyukur dengan tersebut telah ditemukan dalam
perbuatan. Uji alat ukur yang digunakan penelitian ini secara empirik.
hanya menggunakan pendekatan Studi literatur telah menemukan
beberapa konsep
syukur. Kebanyakan
ulama membagi
syukur menjadi tiga
dimensi, yaitu
syukur dengan hati,
lisan, dan
perbuatan. Namun,
pendapat al-G azālī
tentang ma’rifah al-
51
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

ni’mah menginspirasi peneliti untuk dapat dipastikan sebelum melakukan


menyesuaikan dimensi syukur dengan analisis konfirmatori.
temuan empiris. Selain itu, hasil analisa Penelitian selanjutnya juga
Cronbach Alpha, ditemukan bahwa nilai diharapkan dapat melakukan analisis
reliabilitas sebesar 0,855 yang berarti konfirmatori. Penelitian ini tidak
bahwa cukup baik dalam sisi konsistensi melakukannya karena menyadari
internal. jumlah responden yang tidak
Saran mencukupi. Adanya hasil analisis
Kekurangan dari penelitian ini eksploratori akan meyakinkan alat
ada tidak melakukan uji validitas dengan ukur ini untuk digunakan secara
kriteria yang berlawanan, seperti: hasad, lebih luas.
sombong, cinta dunia, dan sebagainya.
Dengan adanya pembuktian tersebut, DAFTAR PUSTAKA
Aghababaei, N., & Tabik, M. T. (2013).
semakin jelas bahwa alat ukur tersebut
Gratitude and mental health:
merupakan variabel syukur yang differences between religious
and general gratitude in a muslim
dimaksud. Selain itu, alat ukur ini perlu
context. Mental Health, Religion
diuji korelasi dengan alat ukur syukur & Culture, 16(8), 761-766.
yang baku seperti GRAT, GQ6, AS, atau Amjad, N. (2013). Gratitude in muslim
Gratitude Toward God Questionairre. context. International Conference
Of Cross Cultural Psychology,
Kekurang lain adalah UCLA. Califonia: University of
ditemukannya presentase kumulatif Califonia, Los Angeles.

dari dua dimensi syukur yang hanya al- fahānī, a.-R. (T.Th). Mu ā arāt al-
mampu menjelaskan variabel adibā'. T.Tp: al-Maktabah al-
S āmila , V.3.28.
sebesar 47,62%. Oleh karena itu,
al-Baihaqī. (T.th). Shu'b al-īmān li al-
untuk penelitian kedepan, perlu
Baihaqā. T.Tp: al-Maktabah al-
penambahan responden dan S āmila , V.3.28.
mencoba melihat apakah item yang al-Baihaqī. (T.Th). al-Zuhud al-kabīr li al-
telah teruji masih menunjukkan Baihaqī. T.Tp: al-Maktabah al-
S āmila , V.3.28.
kumulatf yang rendah atau terjadi
peningkatan. Dimensi tersebut tidak Chadha, N. K. (2009). Applied
psychometry. New Delhi: SAGE
Publications India.
52
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

al-Dārimī. (T.Th). Sunan al-Dārimī. T.Tp: Regional Science Association


al-Maktabah al-S āmila , V.3.28. (IRSA) International Conference.
Surabaya.
Froh, J., Fan, J., Emmons, R., Bono, G.,
Huebner, S., & Watkins, P. (2011). Liyan, Z., & Xiaohua, H. (2010).
Measuring gratitude in youth: Gratitude: Concept,measurement
Assessing the psychometric and related studies. Advances in
properties of adult gratitude Psychological Science, 7(2).
scales in children and http://en.cnki.com.cn/Article_en
adolescents. Psychological /CJFDTOTAL-XLKX201002037.htm
Assessment, 23(2), 311–324.
McCullough, M. (2001). Is gratitude a
al-G azālī. (T.Th). ā' ‘Ulūm al-Dīn. moral affect? Psychological
T.Tp: al-Maktabah al-S āmila , V. Bulletin, 127(2), 249-266.
3.28.
al-Qāsimī, M. J.-D. (1401H). Mau’i ah al-
Helliwell, J. F., Huang, H., & Wang, S. Mu’minīn min ā' ‘Ulūm al-Dīn.
(2015). The geography of world Beirut: Dā al-Nafā'is.
happiness. Dalam J. F. Helliwell,
R. Layard, & J. Sachs, World Rohma, N. H. (2013). Hubungan antara
Happiness Report 2015 (hal. 12- kepuasan hidup remaja dengan
40). New York: Sustainable bersyukur pada Siswa SMAIT Abu
Development Solutions Network. Bakar Boarding School
Yogyakarta. Jurnal Empathy, 2(1).
Ibn 'Abd llā , S. (T.Th). Na rah al-na'īm http://journal.uad.ac.id/index.ph
fī makārim akhlāq al-Rasūl al- p/EMPATHY/article/view/1553
karīm. Jedah: Dār al-Wasīlah.
Salim, S. P. (2015). Hubungan antara
Ibn Taymiyah. (1426H). Majmū'ah al- rasa syukur dengan optimisme
fatawā. al-Iskandariyah: Dār al- pada santri Pondok Pesantren
Wafā. Modern Islam (PPMI) Assalaam.
Surakarta: Fakultas Psikologi
Ishak, F. F. (2007). Hubungan antara rasa Universitas Muhammadiyah
syukur dengan kesejahteraan Surakarta.
psikologis pada lanjut usia.
Malang: Program Studi Psikologi Sativa, A. R., & Helmi, A. F. (2013).
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Syukur dan harga diri dengan
Politik Universitas Brawijaya kebahagiaan remaja. Jurnal
Malang. Psikologi Wacana, 5(10).
http://jurnalwacana.psikologi.fk.
al-Kharā'i ī. (T.Th). a īlah al-shukr li uns.ac.id/index.php/wacana/artic
Allāh ‘alā ni’matihī. T.Tp: al- le/view/9
Maktabah al-S āmila , V.3.28.
Ibn Sirrī, H. (T.Th). al-Zuhud li Hanād ibn
Landiyanto, E. A., Ling, J., Puspitasari, M., Sirrī. T.Tp: al-Maktabah al-
& Irianti, S. E. (2010). Wealth and S āmila , 3.28.
happiness: Empirical evidence
from indonesia. Indonesian
53
JIPP © November 2016, 2(2), h.37-54

Vernon, L., Dillon, J., & Steiner, A. (2009).


Proactive coping, gratitude, and
posttraumatic stress disorder in
college women. Anxiety, Stress, &
Coping, 22(1), 117-127.

Wakhidah, M. (2015). Hubungan antara


dukungan sosial dan syukur
dengan kesejahertaan subjektif
pada mahasiswa semester akhir
uin sunan kalijaga. Yogyakarta:
Prodi Psikologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Humaniora UIN Sunan
Kalijaga.

Watkins, P., Woodward, K., Stone, T., &


Kolts, R. (2003). Gratitude and
happines: Developement of a
measure of gratitude, and
relationship with subjective well-
being. Social Behaviour and
Personality, 31(5), 431-452.

Wizārah al-Awqāf wa al-Shu'ūn al-


Islāmiyah al-Kuwait. (1427H). al-
Mausū'ah al-fiqhiyah al-
kuwaitiyah. Kairo: Dā afwah.

Wood, A., Froh, J., & Geraghty, A. (2010).


Gratitude and well-being: A
review and theoretical
integration. Article in Press
Clinical Psychology Review, hal. 1-
16.

54

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai