Anda di halaman 1dari 9

TAMBANG DAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT SULAWESI

TENGGARA

Mirnawati B.
Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Haluoleo, Kendari
Email : mirnarazir01@gmail.com

Abstrak
Sulawesi Tenggara adalah salah satu provinsi yang memiliki sumber daya bahan galian yang cukup
melimpah dan variatif. Dengan adanya pengelolaan sumber daya (pertambangan) pada suatu daerah
sejatinya dapat memberikan kesejahteraan masyarakat khususnya pada daerah penghasil tambang
itu sendiri. Sehingga dapat menunjang perekonomian masyarakat di Sulawesi Tenggara. Luas
penyebaran bahan galian di provinsi ini diperkirakan mencapai 2.171.480 ha atau sekitar 56,94%
dari luas wilayah. Lokasinya tersebar di 595 lokasi di seluruh wilayah kota/kabupaten. Metode yang
digunakan untuk mengetahui kawasan tersebut yang berada dalam hutan lindung adalah dengan
menggunakan metode tumpang tindih (superimpose). Berdasarkan metode analisis faktor, emas,
nikel, dan aspal adalah komoditas tambang yang menjadi prioritas utama untuk diusahakan karena
memiliki keterkaitan manfaat yang tinggi terhadap perekonomian di Provinsi Sulawesi Tenggara.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi yang masuk ke dalam koridor 4, yaitu Koridor
Ekonomi Sulawesi - Maluku Utara dalam kerangka Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia sebagai Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian,
Perkebunan, dan Perikanan Nasional. Program ini dituangkan ke dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025. Di samping itu, Sulawesi Tenggara
diarahkan pula untuk menjadi kawasan pusat industri pertambangan nasional, mengingat wilayah
ini memiliki berbagai sumber daya bahan galian yang cukup beragam, memiliki sumber daya yang
cukup besar dan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Sejak tahun 2005-2009, pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Tenggara yang ditunjukkan oleh PDRB mengalami kenaikan rata-rata sebesar
8,15%, di atas laju pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,10%. Bahkan tertinggi ketiga setelah Papua
dan Sulawesi Tengah. Namun, ternyata sektor pertambangan dan penggalian belum memberikan
peran yang signifi kan terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara, karena kontribusi dari sektor ini
pada tahun 2010 hanya sebesar 4,64% (BPS, 2010).
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki potensi sumber daya mineral logam dan nonlogam seperti
nikel, emas, aspal yang tersebar di berbagai lokasi seperti Kolaka Utara, Konawe Utara, Konawe
Selatan, Bombana dan di Pulau Buton, akan tetapi pengelolaannya belum optimal. Salah satu upaya
untuk meningkatkan peran/kontribusi sektor pertambangan di wilayah ini adalah dengan
memanfaatkan semua potensi sumber daya mineral tersebut secara optimal dalam rangka
mengembangkan perekonomian masyarakat Sulawesi Tenggara. Penentuan kawasan pengembangan
usaha sektor pertambangan mineral merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola sumber
daya tersebut agar dalam pelaksanaannya tidak berbenturan dengan sektor lainnya. Upaya-upaya
tersebut dapat tercapai apabila sumber daya tersebut dikelola secara terintegrasi dengan
memerhatikan komoditas unggulan.

Dari Pembahasan di atas tujuan kajian tambang dan perekonomian masyarakat Sulawesi Tenggara
ini adalah menyusun konsep pengelolaan sumber daya sektor pertambangan yang meliputi
penentuan kawasan pertambangan, prioritas pengembangan usaha tambang dan kemungkinan
pendirian industri pengolahan dan pemurniannya, serta bagaimana perekonomian masyarakat
Sulawesi Tenggara.

METODOLOGI
Kegiatan penelitian ini meliputi pengumpulan, pengolahan dan analisis data. Kajian ini meliputi
penetapan lokasi kawasan pertambangan, penentuan komoditas tambang yang diprioritaskan untuk
diusahakan, penentuan komoditas tambang yang unggul secara ekonomi dan simulasi penetapan
kawasan pengolahan sektor pertambangan dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat
Sulawesi Tenggara.
a) Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang mana diperoleh dari
berbagai pustaka, Badan Pusat Statistik, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya dan pustaka
lainnya yang berkaitan dengan kegiatan penelitian ini.
b) Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis dengan cara kuantitatif yang
mana data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan
bantuan komputer.
c) Metode Analisis
Penetapan lokasi kawasan pertambangan yang unggul secara ekonomi, menggunakan
metode: Metode Tumpang-Tindih (Superimpose) & Metode Prioritas Pengembangan Usaha
PEMBAHASAN

A. Penentuan Kawasan Pertambangan Nikel

Pulau Sulawesi merupakan daerah penghasil nikel paling tinggi di Indonesia, yang menyumbangkan
sekitar 7% PDRB Sulawesi. Saat ini, hanya terdapat dua produsen utama dan pusat pengolahan
nikel di Sulawesi Bagian Tenggara, yakni PT Aneka Tambang (Tbk) di Pomalaa Provinsi Sulawesi
Tenggara sebagai Pusat Pengolahan ferronickel dengan produksi 30.000 ton, dan PT Internasional
Nickel Indonesia (PT INCO), di Soroako, Sulawesi Tengah dengan produksi nickel matte ±70.000
ton. Di wilayah Pulau Sulawesi juga terdapat empat lokasi penting yang memiliki cadangan nikel
melimpah untuk pengembangan kawasan pertambangan nikel, salah satunya Kabupaten Konawe,
Sulawesi Tenggara. Selain itu juga terdapat pusat kawasan pertambangan dan pengolahan mineral
logam di Pulau Sulawesi, yakni: Penambangan dan pengolahan serta pemurnian nikel di Konawe
Utara, Morowali, Soroako, dan Pomalaa; tambang dan pabrik Nickel Pig Iron di Bahodopi dan
Konawe; serta Pembangunan pabrik Ferro Nickel di Kolaka, Kolaka Utara dan Konawe Utara.

Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Utara merupakan bagian dari Kawasan Strategis
Nasional (KSN) Soroako dan sekitarnya, yang dicanangkan sebagai wilayah dengan komoditi
unggulan pertambangan nikel. Oleh karena itu dalam rangka pengembangan kawasan pertambangan
nikel di Sulawesi Tenggara, perlu dilakukan penentuan kawasan andalan pertambangan berbasis
sektor unggulan sumber daya nikel pada Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Utara.
Analisis kawasan andalan dilakukan dengan pendekatan konsep SGW( Satuan Genetika Wilayah)
untuk menentukan karakteristik pada tiap-tiap satuan genetika wilayah yang dititikberatkan pada
formasi pembawa logam (nikel).

Sesuai verifikasi kondisi fisik dan infrastruktur kawasan pertambangan daerah Puriala, Konawe
terletak pada kawasan Taman Nasional dan jalan memadai, dengan nilai valuasi skenario
dikembangkan +76 termasuk nilai keekonomian wilayah berpotensi rendah dikembangkan. Dan
sesuai verifikasi di daerah kawasan pertambangan Langikima (PT Startage), diperoleh gambaran
merupakan daerah penambangan yang telah status IUP produksi, termasuk SGW pedataran patahan
batuan ultramafik, jalan memadai, infrastruktur pelabuhan tersedia, dengan nilai valuasi 248,
berpotensi tinggi dikembangkan sebagai kawasan pertambangan. Selanjutnya untuk menentukan
kawasan andalan pertambangan nikel dapat dilakukan dengan analsisi matriks SWOT yang
dittikberatkan pada wilayah SGW pedataran, dengan morfologi pedataran landai dan pedataran
plato merupakan daerah yang prospek untuk endapan nikel.
B. Pengembangan Usaha Tambang

Pengembangan usaha sektor pertambangan di Sulawesi Tenggara berdasarkan pada sumber daya
yang dimiliki, tingkat permintaan, manfaat hilir/keterkaitan hilir, nilai ekonomi dan harga.
Pengembangan usaha sektor pertambangan ini diwujudkan dalam bentuk konsep sebagai berikut :
 Emas, nikel, aspal, batugamping, mangan, kromit dan pasir kuarsa adalah komoditas
tambang yang menjadi prioritas utama untuk diusahakan karena memiliki keterkaitan hilir
yang tinggi terhadap sektor industri seperti industri logam, kaca, konstruksi/bangunan dan
lain-lain.
 Kawasan pertambangan sesuai dengan hasil tumpang tindih lembar tata guna lahan
disarankan untuk diusahakan dalam mendukung industri pengolahan tersebut, antara lain di
Kabupaten Kolaka, Kolaka Utara, Konawe Utara, Konawe Selatan, Muna, Bombana dan
Buton.
 Mengingat besarnya manfaat dari kelima komoditas tersebut, perlu dibangun industri
pengolahan dan penentuan lokasi yang dapat dijadikan kawasan industri tersebut, yaitu di
kawasan industri pengolahan mangan, aspal, kapur dan semen di Buton. Kolaka sebagai
kawasan industri pengolahan pertambangan selain pabrik pengolahan nikel yang sudah ada,
di daerah ini juga dapat dikembangkan sebagai kawasan pabrik pengolahan pasir kuarsa dan
pasir besi (bahan baku dipasok dari Kolaka Utara). Bombana selain sebagai lokasi
pertambangan emas juga disarankan sebagai kawasan industri pengolahan nikel, pasir
kuarsa dan kromit. Konawe Utara disarankan sebagai kawasan industri pengolahan nikel
untuk menampung bahan baku dari wilayah sekitarnya, karena pemilik IUP jumlahnya
cukup banyak.
 Hasil pengolahan bahan tambang dari berbagai kawasan tersebut tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan di dalam provinsi tersebut, melainkan dapat dijual ke luar daerah
(antarpulau/ provinsi) atau ke luar negeri (ekspor). Daerah-daerah yang kemungkinan sangat
membutuhkan pasokan produk hasil pengolahan komoditas tambang dari Sulawesi Tenggara
seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo dan Pulau Jawa. Tujuan ekspor ke luar
negeri antara lain Cina, Korea Selatan, Jepang dan negara-negara Eropa.

Dengan adanya pengembangan usaha tambang tersebut maka perekonomin masyarakat pun akan
meningkat dengan pesat. Karena hasil dari pengolahan bahan tambang tersebut sangat besar dan
bahkan merupakan sumber pengahasilan bagi daerah serta negara. Serta jika pertambangan ini
dilakukan terus menerus dengan melihat kondisi masyarakat di sekitar wilayah pertambangan, maka
masyarakat akan semakin mudah dalam memenuhi kebutuhan perekonomiannya.
C. Pendirian Industri

Pendirian Industri pertambangan di kawasan Sulawesi Tenggara bermula pada tahun 1909, yang
mana pada tahun itu hanya pertambangan nikel di kabupaten Kolaka. Dalam perkembangannya
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1960, pemerintah RI mengambil alih
penambangan tersebut dan berdirilah PT Pertambangan Nikel Indonesia (PNI). Penambangan
logam putih berlambang kimia Ni ini, kemudian terbukti memberikan kontribusi bagi perekonomian
nasional. Saat Sultra berupaya menjadi daerah otonom yang lepas dari Provinsi Sulawesi Selatan
(Sulsel), sumber daya alam Kabupaten Kolaka itu diyakini mampu menjadi sumber ekonomi untuk
mengelola rumah tangga sendiri. Dengan seiring waktu muncullah berbagai perusahaan
pertambangan yang beroperasi di Sulawesi Tenggara. Dan bahkan semakin di tingkatkan lagi
dengan adanya industri pengolahan dan pemurnian mineral (Smelter)

Sebanyak 14 perusahaan pemegang izin usaha pertambangan yang beroperasi di Sulawesi Tenggara
(Sultra) saat ini sedang mendirikan industri pengolahan dan pemurnian mineral. Kepala Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral Sulawesi Tenggara H.Burhanuddin di Kendari, mengatakan para
pemegang IUP tersebut rata-rata mendirikan industri pengolahan dan permunian mineral nikel,
emas dan aspal di sejumlah kabupaten di daerah Sulawesi Tenggara. Pendirian industri pengolahan
dan permunian bahan mineral tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatkan potensi
pertambangan di Sulawesi Tenggara yang jumlahnya cukup banyak dan melimpah. Khusus tambang
nikel yang tersebar pada kawasan lahan seluas 313.788 hektare kata dia, memiliki kandungan nikel
sebanyak 97.401.593.626 ton. Tambang emas yang terpendam pada lahan seluas 205.400 hektare
kata dia, mengandung deposit emas sebanyak 1.125.000 ton. Serta tambang aspal yang hanya
terdapat di Pulau Buton terpendam pada lahan seluas 162.160 hektare dengan deposit sebanyak
3.835.653.120 ton.

Pemanfaatan potensi pertambangan yang secara optimal, akan mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Sultra dari tahun ke tahun. Bahkan, pada kurun waktu tertentu pendapatan yang
diperoleh dari hasil tambang Sulawesi Tenggara bisa memberi kontribusi besar bagi pertumbuhan
ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Pada tanggal 25
Februari 2019 menteri perindustrian meresmikan Smelter terbesar di Sulawesi Tenggara yang
terletak di kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe yang merupakan milik dari PT Virtue Dragon
Nickel Industry (VDNI) yang sudah ada sejak 2014. Dengan Kehadiran Smelter PT VDNI maka
mendukung pemerintah menciptakan iklim investasi. Realisasi investasi PT VDNI saat ini meliputi
pabrik pengecoran dan Pelabuhan Nickel Pig Iron (NPI).
D. Perekonokian Masyarakat di Sulawesi Tenggara

Potensi pertambangan mineral yang cukup menjanjikan ditunjukkan oleh hasil penelitian Fraser
institute yang menyatakan bahwa prospek mineral di Indonesia menduduki peringkat enam teratas
di dunia. Indonesia menempati posisi produsen terbesar ke dua untuk komoditas timah, posisi
terbesar keempat untuk komoditas tembaga, posisi kelima untuk komoditas nikel, posisi terbesar
ketujuh untuk komoditas emas, dan posisi kedelapan untuk komoditas batubara. Dengan hasil
penelitian tersebut, membuktikan bahwa Indonesia sudah sepantasnya dikatakan sebagai Negara
yang kaya akan kekayaan dan potensi alamnya baik dari kekayaan alam yang tidak dapat
diperbaharui maupun yang dapat diperbaharui. Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan
wilayah yang cukup kaya dengan aneka jenis tambang. Jenis produksi pertambangan yang menonjol
di daerah ini adalah pertambangan nikel dan aspal. Wilayah yang menjadi daerah tempat perusahaan
tambang melakukan eksplorasi utamanya Kabupaten Konawe Selatan, Konawe Utara, dan Buton.

Jumlah produksi nikel dan aspal di Sulawesi Tenggara tahun 2014 mengalami penurunan yang
signifikan yaitu masing-masing sebesar 95,23% dan 52,85% dibandingkan tahun 2013. Hal ini
terjadi setelah adanya kebijakan larangan ekspor mineral dan batubara dalam bentuk bahan mentah,
pasca penerapan UU Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (BPS
Sulawesi Tenggara, 2016). Namun dengan adanya larangan ekspor mineral dan batubara dalam
bentuk bahan mentah dapat mendatangkan nilai tambah bagi sector pertambangan yang berada di
daerah-daerah tertentu sebab dengan adanya larangan tersebut perusahaan dituntut untuk
mendirikan pabrik pengolahan nikel sendiri dan secara otomatis harga jual nikel dalam bentuk
bahan mentah dan bahan nikel yang sudah dipisahkan dari unsur-unsur yang tidak penting jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan nikel dalam bentuk bahan mentah. Selain itu, dengan adanya
pabrik pengolahan nikel akan membuka kesempatan kerja untuk masyarakat di daerah
pertambangan.

Proses kegiatan industri pertambangan apapun jenisnya telah memberikan dampak positif kepada
kas Negara dari pajak dan royalty. serta keberadaan industri pertambangan selam ini telah
menimbulkan dampak positif bagi perekonomian masyarakat di sekitar wilayah pertambangan.
Beberapa dampak positifnya yaitu terbukanya kesempatan kerja bagi masyarakat di sekitar wilayah
pertambangan, meningkatkan ekonomi masyarakat terutama masyarakat yang bekerja di perusahaan
tambang.
Peningkatan perekonomian masyarakat dapat terjadi karena sektor pertambangan merupakan salah
satu sektor yang banyak memberikan kontribusi terhadap perkembangan sosial masyarakat di
sekitar wilayah pertambangan. Kehadiran perusahaan tersebut akan menjadi salah satu wadah untuk
menampung tenaga kerja dan membuka kesempatan kerja. Kesempatan kerja sering dijadikan acuan
sebagai permintaan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat mulai dari proses pendirian dan pembangunan
gedung perusahaan sampai pada tahap aktivitas penambangan yang banyak melibatkan masyarakat
di sekitar wilayah pertambangan. Selain itu dalam proses penerimaan tenaga kerja, pihak
perusahaan lebih mengutamakan masyarakat lokal. Hal ini sejalan dengan amanat Uundang-Undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasal 3
Huruf (e) yang berbunyi: “Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah dan Negara, serta
menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat”. Oleh karena itu,
kehadiran perusahaan tambang di suatu daerah bukan hanya untuk mencari keuntungan sepihak
tetapi juga mampu memberikan kontribusi terhadap PAD melalui pemerintah daerah dan terutama
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

Sehingga pendapatan masyarakat ikut meningkat dengan beraktivitasnya industri pertambangan


dibandingkan sebelum adanya pertambangan. Masyarakat yang pada awalnya memenuhi kebutuhan
sehari-hari dengan mengandalkan hasil kebun dan pertanian, yang terkadang hasil pertanian dan
perkebunan tersebut mengalami gagal panen, kini telah berubah yaitu setelah terbukanya
penerimaan karyawan tambang banyak masyarakat di sekitar wilayah pertambangan yang diterima
bekerja di perusahaan tambang. Tentunya dengan bekerja di perusahaan mereka memperoleh gaji
setiap bulannya. Selain itu Pihak perusahaan pertambangan nikael yang berada di Kecamatan
Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan juga memberikan bantuan terhadap beberapa fasilitas
seperti masjid, jalan, lampu penerangan dan sarana pendidikan.

Salah satu bukti meningkatnya perekonomian masyarakat yaitu berada di Kecamatan Tinanggea
Kabupaten Konawe Selatan dengan industri pertambangan nikelnya. Masyarakat, diketahui
pendapatan mereka sebelum bekerja di perusahaan tambang rata-rata yang diterima yaitu sebesar
Rp 1.961.111,00,- perbulannya. Namun setelah adanya aktivitas pertambangan, pendapatan mereka
mengalami peningkatan secara signifikan yaitu rata-rata Rp3.166.667,00,-perbulannya. Hal ini
merupakan bukti nyata bahwa masuknya perusahaan tambang di suatu wilayah sangat berpengaruh
terhadap tingkat perekonomian masyarakat di sekitar wilayah pertambangan. Selain itu masyarakat
lain yang tidak bekerja di perusahaan, pendapatan mereka juga mengalami peningkatan karena
terutama bagi mereka yang membuka usaha kecil-kecilan di sekitar wilayah pertambangan karena
hasil dagangan mereka di beli oleh sebagian besar karyawan yang bekerja di perusahaan tambang.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat diambil kesimpulan yang berkaitan dengan Tambang dan
Perekonomian Sulawesi Tenggara antara lain :
 Sumber daya sektor pertambangan di Sulawesi Tenggara cukup melimpah dan variatif,
namun sampai sejauh ini belum dimanfaatkan secara optimal sehingga kontribusi terhadap
PDRB Sulawesi Tenggara sangat rendah.
 Komoditas sektor pertambangan yang memiliki peluang untuk diusahakan dan memiliki
prospek untuk dikembangkan adalah emas, aspal, dan nikel, karena memiliki keterkaitan
hilir yang tinggi terhadap industri-industri manufaktur.
 Penataan ruang wilayah sektor pertambangan yang mengacu pada tata ruang wilayah
Sulawesi Tenggara diharapkan mampu mendorong pemanfaatan ruang sektor pertambangan
yang optimal. Selanjutnya dinamika kegiatan pembangunan wilayah kabupaten bersifat
global yang berwawasan lingkungan, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, dunia usaha
maupun masyarakat secara menyeluruh dan transparan.
 Hasil pengolahan bahan tambang dari berbagai kawasan tersebut tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan di dalam provinsi tersebut, melainkan dapat dijual ke luar daerah
(antarpulau/provinsi) atau ke luar negeri (ekspor). Daerah-daerah yang kemungkinan sangat
membutuhkan pasokan produk hasil pengolahan komoditas tambang dari Sulawesi Tenggara
adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo dan Pulau Jawa.

B. Saran
Dalam pertambangan selain penyiapan infrastruktur jalan, energi (listrik) merupakan salah satu
unsur pendukung terpenting dalam industri pengolahan sektor pertambangan. Oleh karena itu perlu
dibangun pembangkit listrik seperti pembangkit listrik tenaga uap batubara atau pembangkit listrik
tenaga air dengan memanfaatkan potensi sungai-sungai yang ada di Sulawesi Tenggara. Mengingat
besarnya manfaat dari kelima komoditas tersebut perlu dibangun industri pengolahan dan penentuan
lokasi yang dapat dijadikan kawasan industri, yaitu di kawasan industri pengolahan mangan, aspal,
kapur dan semen di Buton. Kolaka sebagai kawasan industri pengolahan pertambangan selain
pabrik pengolahan nikel yang sudah ada, di daerah ini juga dapat dikembangkan sebagai kawasan
pabrik pengolahan pasir. Bombana selain sebagai lokasi pertambangan emas juga disarankan
sebagai kawasan industri pengolahan nikel, pasir kuarsa dan kromit. Konawe Utara disarankan
sebagai kawasan industri pengolahan nikel untuk menampung bahan baku dari wilayah sekitarnya
karena pemilik IUP jumlahnya cukup banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal
Hapsari, (2018). Analisi Nilai Tambah Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) di
Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Mega Aktiva, 7.
Suriyani BB, (2019). Dampak Positif Aktivitas Pertambangan Nikel Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan. Jounal public uho, 2,
58-64.
Syafruddin, Sumardjo, Tjitropranoto & Fatchiya, (2019). Dinamika Keberdayaan Masyarakat di
Sekitar Pertambangan di Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara. Sosio Konsepsi, 8.
Suseno & Mulyani, (2012). Konsep Pengambilan Wilayah Sulawesi Tenggara Berbasis Komoditas
Unggulan Sektor Pertambangan. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara, 8, 119 – 131.
Nursahan, Isnaniawardhani, & Sulaksana (2013). Penentuan Kawasan Pertambangan berbasis
Sektor Komoditas Unggulan Sumberdaya Nikel Kabupaten Konawe dan Konawe utara Provinsi
Sulawedi Tenggara. Buletin Sumber Daya Geologi, 8.
Basri & Sakakibara, (2019). Pengukuran dampak sosial ekonomi dari Pertambangan Emas Skala
Kecil di Area Bombana, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Economics Bosowa Journal, 5.
Alwi, Dharmawan, Fauzi, & Hutagaol, (2016). Tata Kelola Kelembagaan Mineral Fund dalam
Menunjang Pembangunan Berkelanjutan: Studi Kasus Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi
Tenggara. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, 7, 29 – 42.

Anda mungkin juga menyukai